Anda di halaman 1dari 5

Api dan Tanah

Api dan tanah ini diangkat dari lanjutan keengganan Iblis untuk sujud kepada Adam. Dalam seri
199 telah dikemukakan bagaimana Allah SWT memerintahkan sekelompok malaikat untuk sujud
memberi hormat kepada Adam, oleh karena Adam telah menjadi guru, mengajar malaikat itu
mengenal identitas benda-benda. Semua malaikat dalam kelompok itu sujud memberi hormat kepada
Adam kecuali Iblis, ia enggan memberi hormat dengan alasan: Qaala ana khayrun minhu khalaqtaniy
min naarin wa khaqtahu- min Thiyn (S. Shad, 76). Berkata (Iblis): Aku lebih baik daripadanya
(Adam), Engkau ciptakan aku dari api, sedang Engkau ciptakan dia dari tanah (38:76).

Rupanya Iblis mempergunakan pendekatan teleologis, meninjau suatu fenomena berdasar atas
asal kejadiannya. Semua gerak menuju ke arah asal yang bergerak itu. Api bergerak ke atas karena
berasal dari atas, sedangkan tanah bergerak ke bawah karena berasal dari bawah. Itulah sebabnya
menurut tinjauan Iblis api lebih tinggi kedudukannya dari tanah, karena api di atas sedangkan tanah
hanya di bawah saja. Tidaklah logis menurut Iblis api disuruh sujud kepada tanah.

Tidaklah semua yang logis itu mesti benar. Logika Iblis tidak benar, karena memakai
pendekatan yang tidak benar, yaitu pendekatan teleologis berdasar atas kejadian dirinya dan kejadian
Adam. Menurut Al Quran pendekatan teleologis haruslah berdasar atas maksud penciptaan dan fungsi
hasil ciptaan Allah SWT, bukan atas dasar asal kejadian. Wa maa khalaqtu jinna wa l.insa illa-
liya'buduwn (S. AdzDzaariya-t, 56). Tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepadaKu (51:56). Rabbanaa maa khalaqta ha-dzaa baathilan subha-naka faqinaa 'adzaaba
nnaar (S. Ali 'Imraan, 191). Wahai Maha Pengatur kami, tidaklah Engkau ciptakan semuanya ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab neraka (3:191).

Jadi tujuan penciptaan adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT (51:56). Semua makhluq
ciptaanNya tunduk pada SunatuLlah, aturan-aturan Allah SWT. Makrokosmos tunduk kepada
SunnatuLlah yang disebut medan gravitasi. Mikrokosmos tunduk kepada SunnatuLlah yang disebut
medan elektromagnet, gaya kuat (kekuatan nuklir) dan gaya lemah (penyebab radioaktif). Semua
makhluq ciptaan Allah SWT tidaklah sia-sia, semua ada gunanya, semua ada fungsinya (3:191).

Secara teleologis fungsi makhluq ciptaan Allah yang disebut ozon (O3) adalah untuk melindungi
kita dari bahaya sinar gamma spektrum ultra lembayung. Karena Allah memfungsikan ozon sebagai
lapisan pelindung itu, maka Allah menempatkan ozon jauh di atas permukaan bumi. Untuk itu Allah
menjadikan kerapatan (density) O3 lebih kecil dari kerapatan O2, sehingga O3 lebih ringan dari O2,
pada hal jika ditinjau dari segi berat molekul, O2 (32) lebih ringan dari O3 (48). Kalaulah Allah
menjadikan kerapatan berbanding lurus dengan berat molekul dalam hal oksigen dan ozon tersebut,
maka setelah terjadi kilat ozon yang terbentuk itu akan jatuh ke bawah sedangkan sebaliknya oksigen
akan naik ke atas. Ozon adalah racun bagi paru-paru kita, sedangkan oksigen kita butuhkan untuk
bernafas. Demikianlah secara teleologis Allah menjadikan kerapatan berbanding terbalik dengan berat
molekul dalam hal oksigen dan ozon, sehingga manusia dapat hidup dipermukaan bumi karena dapat
bernafas dan tidak kena racun ozon, serta aman dari bahaya sinar ultra lembayung. Jadi tidaklah ozon
itu bergerak ke atas karena asalnya dari atas. Demikian pula dengan api. Adapun api adalah gas yang
berpijar. Makin berpijar makin kecil kepadatannya, sehingga makin ringan. Maka api itu bergeraklah
ke atas karena makin menjadi ringan, bukan karena asal api itu dari atas seperti hasil pendekatan
teleologis Iblis.

Syahdan, peristiwa Allah menyuruh Iblis sujud kepada Adam, api sujud kepada tanah,
mempunyai makna pedagogis dan teknologis. Adam mengajarkan nama-nama kepada malaikat dan
iblis sehingga Adam adalah guru para malaikat dan iblis. Makna paedagogis dalam perkara ini adalah
murid harus menghormat gurunya. Adapun makna teknologis ialah api yang tidak tunduk pada tanah
berbahaya. Ini terjadi pada waktu terjadinya kebakaran. Api dengan leluasa melahap bangunan karena
ia mengarah ke atas. Akan tetapi jika api ditundukkan pada tanah akan mendatangkan manfaat. Orang
memasak di dapur memaksa api tunduk pada tanah, periuk diletakkan di atas api, maka tunduklah api
itu pada tanah. Pada stasiun pembangkit listrik tenaga uap, api dipaksa tunduk pada tanah. Generator
penghasil aliran listrik diputar oleh turbin yang tenaganya diserap dari tenaga potensial uap, maka
disebut turbin uap. Uap dihasilkan oleh ghallayah (ketel, boiler). Di dalam ghallayah itulah api dipaksa
tunduk pada tanah, yaitu di dalam ruang pembakaran pada ghallayah pipa air dan dalam ruang
pembakaran dan dalam pipa pada ghallayah pipa api. Periuk, pipa dan bata tahan panas (fire bricks)
dalam ruang bakar pada hakekatnya adalah tanah.

Perihal Allah menjadikan Iblis dari api mempunyai makna psikologis. Nafsun ammarah dalam
diri manusia intensitasnya bertambah jika dibakar oleh api Iblis. Makin tinggi suhu api Iblis yang
membakar nafsun ammarah ibarat besi dalam tanur. Makin tinggi suhu besi dibakar oleh gas berpijar
dalam tanur, maka akhirnya besi itu berpijar pula. Alhasil terjadilah fenomena besi menyatu menjadi
api dan api menyatu dengan besi. Jika nafsun ammarah itu sudah menyatu dengan api Iblis, nafsun
ammarah meluap keluar, maka orang yang bersangkutan menularkan apinya kepada orang lain dalam
kelompoknya, terjadilah tawuran, bahkan lebih hebat lagi orang bersangkutan akan membantai orang
lain.

Iblis dijadikan dari api, naar (Nun, Alif, Ra) dan malaikat dari cahaya nur (Nun Waw. Ra).
Masing-masing bercahaya, iblis cahayanya panas, malaikat cahayanya dingin. Kejadian iblis dari Nun,
Alif, Ra. Huruf alif tegak, perlambang kesombongan, sedangkan kejadian malaikat dari Nun, Waw,
Ra). Huruf waw menunduk, perlambang kepatuhan. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar 5 November 1995 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

Malaikat dan Sikap Hormat kepada Guru

Malaikat adalah makhluq Allah yang ghaib, artinya tidak dapat diindera oleh pancaindera
manusia, juga tak dapat dideteksi oleh instrumen laboratorium bikinan manusia bagaimanapun
canggihnya. Kita tahu tentang adanya malaikat karena Allah memberi-tahu kita melalui wahyu yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad RasuluLlah SAW, Nabi 'Isa AS dan Nabi Musa AS yang
berwujud ayat Qawliyah. Jadi malaikat itu harus diimani, termasuk satu di antara Rukun Iman yang
enam. Malak(un), nama spesi makhluq ghaib tersebut. Spesi makhluq lain seperti misalnya
Basyar(un), adalah nama spesi makhluq nyata yang berdarah daging yang mempunyai ruh yaitu kita
ini, manusia.

Dalam qaidah bahasa Arab muannats (gender perempuan) menyatakan sebagian dari mudzakkar
(gender laki-laki). Syajar(un) menyatakan keseluruhan spesi yang disebut pohon, syajarah(tun),
sekelompok atau sebagian jenis pohon. Malaikah (bentuk muannats) menyatakan sekelompok atau
sebagian dari malak (mudzakkar). Namun dalam bahasa Indonesia, baik malak maupun malaikah,
kedua-duanya biasanya diterjemahkan dengan malaikat.

Walaupun malaikat itu makhluq ghaib, namun sewaktu-waktu Allah menyuruh makhluq ini
untuk berkomunikasi dengan spesi Basyar. Oleh karena itu malaikat itu diberi kemampuan oleh Allah
beralih wujud menjadi Basyar pula. Malaikat Jibril AS menjelma menjadi Basyar ketika
berkomunikasi dengan Maryam, untuk menginformasikan kepadanya bahwa Maryam kelak akan
melahirkan seorang anak yang suci. Pada waktu malaikat Jibril AS menyampaikan wahyu yang
pertama kepada Nabi Muhammad SAW (berupa lima ayat yang pertama dari S. Al Alaq), ia berubah
wujud seperti Basyar. Tatkala Jibril AS mendatangi Maryam dan Nabi Muhammad SAW, Jibril AS
tidak disaksikan oleh Basyar yang lain oleh karena Maryam dan Nabi Muhammad SAW tatkala itu
sedang sendirian.

Malaikat Jibril AS yang sedang berwujud Basyar dapat pula disaksikan oleh para sahabat,
tatkala Jibril AS berkunjung kepada Nabi Muhammad SAW yang sedang duduk satu majelis dengan
para sahabat, bertanya kepada Nabi yang artinya: "Apa itu iman apa itu Islam, dan apa itu ihsan."
Demikian pula tatkala para malaikat yang berwujud Basyar, yang diperintahkan Allah untuk
menghubungi Nabi Ibrahim AS, turut pula disaksikan oleh Sarah. Tujuan para malaikat yang berubah
wujud menjadi Basyar itu ialah untuk menginformasikan kepada Nabi Ibrahim AS, bahwa pertama,
isterinya Sarah akan mempunyai putera kelak, walaupun Sarah pada waktu itu sudah dalam keadaan
berhenti haid, dan kedua, bahwa Sodom dan Gomorrah (Qamran), pemukiman Nabi Luth AS akan
dibinasakan oleh para malaikat itu, karena penduduknya homosexual dan lesbian. Karena para
malaikat itu berwujud Basyar, maka penduduk Sodom dan Gomorrah yang berada sekitar rumah Nabi
Luth AS dapat pula melihat malaikat itu, bahkan orang-orang homosexual itu ingin memesumi
malaikat dalam wujud Basyar itu.

Berfirman Allah dalam Al Quran: Qa-la YaAdamu Anbi'hum biAsma-ihim (S. AlBaqarah, 32).
Berfirman (Allah), hai Adam informasikan kepada mereka (malaikat) nama-nama (barang) (2:32).
Selanjutnya Firman Allah, Waidz Qulna- lilMalaikati Sjuduw liAdama faSajaduw illa- Ibliysa Abay
waStakbara (S. AlBaqarah, 33). Dan Kukatakan kepada malaikat sujudlah kepada Adam, maka
sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan sombong (2:33).

Ayat (2:32) menjelaskan latar belakang keluarnya perintah Allah kepada Al Malaikatu,
sekelompok malaikat. Bunyi perintah itu, Usjuduw liAdama sujudlah kamu kepada Adam. Allah SWT
memerintahkan sekelompok malaikat itu sujud kepada Adam bukan sebagai pernyataan dari malaikat
itu untuk mengkultuskan Adam, melainkan sebagai pernyataan hormat kepada Adam, oleh karena
Adam telah menjadi guru, mengajar malaikat itu mengenal identitas barang-barang disekitar majelis
itu. Walaupun tidak secara tegas dijelaskan dalam ayat itu bagaimana wujud sekelompok malaikat
pada waktu berkomunikasi dengan Adam, kita dapat mengansumsikan bahwa pada waktu terjadinya
komunikasi itu, sekelompok malaikat tersebut berubah wujud menjadi Basyar.

Jelaslah ayat di atas itu mengandung muatan nilai: Para murid wajib menghormati gurunya.
Murid yang tidak menghormati gurunya sifatnya seperti Iblis. Nilai hormat kepada guru ini masih
dijunjung tinggi dahulu, walaupun masih dalam penjajahan. Pada waktu saya masih di sekolah dasar
dahulu hingga zaman pendudukan Jepang (Futsu dan Jokyu Kogakko), murid-murid menghormati
gurunya dengan memanggil karaeng (di daerah yang berbahasa Makassar, Konjo dan Selayar) dan
puang (di daerah yang berbahasa Bugis). Di dalam cerita silat guru (suhu) sangat dihormati. Murid
harus sujud (paykui) kepada gurunya. Bangsa Jepang adalah bangsa yang menaruh hormat kepada
guru. Pada waktu pendudukan Jepang, balatentera (heitai) Jepang yang kejam-kejam dan bengis, tidak
pernah berlaku kejam kepada guru bumi-putera. Kalau tentara Jepang bertanya kepada penduduk: Ano
katawa sensei desuka? (Apakah orang itu guru?), dan mendapat jawaban: Hai (ya), maka sikap
galaknya berubah menjadi sopan, mendatangi guru itu sambil menghormat dengan membungkuk.

Nilai hormat kepada guru, sebagai hormatnya malaikat kepada Adam, sang guru, sudah tercecer
dari bangsa kita. Hanya tinggal sebagai cerita saja. Bangsa Indonesia sekarang ingin menghasilkan
produksi unggulan yang dapat diekspor, strateginya ialah meningkatkan Sumberdaya Manusia
(mestinya disingkat SM, bukan SDM), yang kuncinya antara lain terletak dalam sikap hormat kepada
guru. Tawuran dalam kalangan siswa dan mahasiswa insya Allah dapat diredam, jika menempuh
strategi: Gerakan nasional membina sikap hormat kepada guru. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 22 Oktober 1995 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

Anda mungkin juga menyukai