Anda di halaman 1dari 4

3 Obat untuk Penyakit Hati

Kultum ramadhan kali ini kita akan membahas masalah tasyfiatun nufus (penyucian jiwa),
dimana menjadi sangat penting untuk pribadi-pribadi muslim saat ini. Sehingga kewajiban untuk
para dai menyampaikannya kepada kaum muslimin, apalagi di momen yang tepat di bulan
Ramadhan yang Mulia ini. Berikut ini sajiannya:

Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh,

Kaum muslimin yang berbahagia

Syukur Alhamdulillah kita haturkan ke hadhirat Allah, Sang Pemberi petunjuk, Yang menguasai
dan mengendalikan seluruh hati manusia. Puji syukur kita haturkan pula kepada Allah, karena
dengan rahmat dan hidayahnya, kita bisa merasakan nikmatnya ibadah dan ketaatan kepada-Nya.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Jika kita perhatikan, sejatinya iman, islam, dan ketaatan kepada Allah adalah sebuah kenikmatan.
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa ibadah bisa dirasakan kenikmatannya,
diantaranya firman Allah ketika menceritakan salah satu kenikmatan yang Allah berikan kepada
para sahaba

dalam hadis dari Abbas bin Abdul Mutahalib radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda,

Akan merasakan nikmatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabnya, islam sebagai
agamanya, dan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, sebagai rasulnya. (HR. Muslim,
Turmudzi dan yang lainnya).

Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebut tiga kriteria:

Orang yang mentauhidkan Allah dengan sepenuhnya, sebagai bukti dia ridha Allah
sebagai Rabnya,
kemudian dia menjadikan syariat islam sebagai aturan hidupnya, sebagai bukti dia ridha
bahwa islam sebagai agamanya
dan dia mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hidupnya
Hadhirin, jamaah yang kami hormati,

Yang menjadi tanda tanya kita, mengapa banyak orang justru merasa berat atau bahkan merasa
tersiksa ketika melakukan ketaatan? Bisa jadi, bahkan termasuk kita, seringkali masih
menganggap ketaatan itu sesuatu yang sulit bagi kita. Lalu dimanakah nikmatnya iman itu?

Jamaah yang berbahagia,

Sejatinya kasus semacam ini juga dialami oleh fisik manusia. Seperti yang kita pahami, hampir
semua orang yang mengalami sakit, dia akan susah makan, dan semua terasa pahit. Selezat
apapun jenis makanan yang diberikan, orang sakit akan merasakannya sebagai sesuatu yang
pahit. Soto pahit, sate pahit, bahkan sitipun pahit rasanya. Kenapa? Karena dia sedang sakit.

Seperti itu pula, orang yang sedang sakit hati dan mentalnya. Selezat apapun nutrisi yang
diberikan, dia akan merasakan pahit dan berusaha menolaknya. Dengan ini kita bisa menemukan
jawaban, mengapa banyak orang tidak merasakan nikmatnya iman? Karena kebanyakan
manusia, hati dan jiwanya sedang sakit.

Jamaah yang berbahagia,

Untuk bisa mengembalikan pada kondisi normal, tentu kita harus berusaha mengobati penyakit
itu. Karena jika sakit ini dibiarkan, selamanya kita tidak bisa merasakan nikmatnya nutrisi dan
makanan. Hati sakit yang dibiarkan, selamanya akan sulit untuk menikmati lezatnya iman.

Lalu bagaimana?

Imam Ibnul Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul Lahafan (1/16 17) menjelaskan bahwa ada 3
teori pokok untuk mengobati sesuatu yang sakit. Teori ini juga digunakan dalam ilmu medis.

Dalam dunia medis, ketika seorang dokter hendak mengobati pasien, dia akan memberlakukan 3
hal:

] menjaga kekuatan. Ketika mengobati pasien, dokter akan menyarankan agar


Pertama, [
pasien banyak makan yang bergizi, banyak istirahat, tenangkan pikiran, tidak lupa, sang dokter
juga memberikan multivitamin. Semua ini dilakukan dalam rangka menjaga kekuatan fisik
pasien.

Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang harus dia lakukan adalah
menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan melakukan berbagai ketaatan.
Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan nasehat dan ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan
sunah, serta fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karena ilmu dan amal,
merupakan nutrisi bagi hati manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadis
riwayat Bukhari, memisalkan ilmu sebagaimana hujan dan hati manusia sebagaimana tanah.
Karena hati senantiasa butuh nutrisi berupa ilmu.
Kedua, []
melindungi pasien dari munculnya penyakit yang baru atau sesuatu
yang bisa memparah sakitnya.

Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah menyarankan pasien untuk
menghindari berbagai pantangan sesuai jenis penyakit yang diderita pasien.

Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang dijelaskan Ibnul Qoyim, orang
yang sakit harus menghindari segala yang bisa memperparah panyakit dalam hatinya, yaitu
dengan menjauhi semua perbuatan dosa dan maksiat. Dia hindarkan dirinya dari segala bentuk
penyimpangan. Karena dosa dan maksiat adalah sumber penyakit bagi hati. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati manusia,







} {

Sesungguhnya seorang hamba, apabila melakukan perbuatan maksiat maka akan dititikkan
dalam hatinya satu titik hitam. Jika dia meninggalkan maksiat itu, memohon ampun dan
bertaubat, hatinya akan dibersihakn. Namun jika dia kembali maksiat, akan ditambahkan titik
hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan ar-raan yang Allah sebutkan
dalam firman-Nya, (yang artinya), Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu
mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan sanadnya dinilai
kuat oleh Syuaib Al-Arnauth).

] menghilangkan penyakit yang ada dalam dirinya


Ketiga, [

Tahapan terakhir, setelah dokter memastikan jenis penyakit yang diderita pasien, dokter akan
memberikan obat untuk menyerang penyakit itu. Dokter akan memberinkan antibiotik dengan
dosis yang sesuai, atau obat lainnya yang sesuai dengan penyakit pasien.

Di bagian akhir keterangannya untuk pembahasan ini, Ibnul Qoyim menjelaskan adalah dengan
banyak bertaubat, beristighfar, memohon ampunan kepada Allah. Jika kesalahan itu harus
ditutupi dengan membayar kaffarah maka dia siap membayarnya. Jika terkait dengan hak orang
lain, diapun siap dengan meminta maaf kepadanya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan,

Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa itu.
(HR. Ibn Majah).

Karena dengan taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa dosa dalam dirinya.

Jamaah yang kami hormati,


Obat yang diberika seorang dokter akan berbeda-beda sesuai dengan jenis dan tingkat penyakit
yang diderita pasien.

Dokter akan memberikan penanganan lebih, ketika sakit yang diderita pasien cukup parah,
bahkan sampai harus rawat inap di ICU atau bahkan CCU. Dengan rentang waktu berbeda-beda,
atau bahkan pemberian obat tanpa batas waktu. Termasuk treatment operasi dan ampuntasi.

Sama halnya dengan mereka yang sakit hatinya. Jika penyakit yang diderita sangat parah, karena
pelanggaran yang dilakukan adalah dosa besar, syariat memberikan treatment sampai pada taraf
hukuman had, seperti cambuk, potong tangan, pengasingan, qishas, denda, hingga rajam.

Sebagaimana anda tidak dibenarkan untuk menuduh dokter kejam karena melakukan bedah
operasi atau amputasi. Anda juga sangat tidak dibenarkan mengatakan islam kejam karena
memberikan hukuman kematian.

Allahu alam.

Semoga Allah melindungi kita dari segala penyakit hati yang berbahaya, dan menjadikan hati
kita, hati yang sehat, yang bisa merasakan lezatnya iman, islam, dan amal soleh.

Amiin..

Anda mungkin juga menyukai