Anda di halaman 1dari 4

ALGORITMA UNTUK ESTIMASI KEDALAMAN PERAIRAN

MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 DI PERAIRAN


NUSA PENIDA, BALI
I Putu Ranu Fajar Maharta a
a
1Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana,Kampus UNUD Bukit Jimbaran, Badung, Bali, Indonesia

* Penulis koresponden. Tel.: 085737439907


Alamat e-mail: ranufajar@yahoo.com

Abstract
Benoa Bay is one of the water areas that are important to the island of Bali, especially for Badung and Denpasar. The existence of the
river that empties into the Gulf port of Benoa and their activity has a great potential in improving jumblah pollutants to waters. So that
needs to be done on the level of water pollution monitoring spatially, as a baseline to determine areas that have been polluted and not
polluted and can be repaired more water conditions. Data quality of the water used is pH, BOD, Turbidity and TSS. In the data
processing water quality be started from the pollution index to interpolate using the Inverse Distance Weighted (IDW) in order to
obtain spatial data, then the data if it uses water pollution index calculation in accordance with the Decree of the Minister of
Environment No. 115 Year 2003. Based on the results it can be concluded that the majority of Benoa Bay waters including lightly
polluted and in the northern part of the bay in accordance with quality standards.
Key words: Water quality; pollution index; Benoa; estuary

Abstrak
Teluk Benoa adalah salah satu wilayah perairan yang penting bagi Pulau Bali, khususnya bagi Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
Keberadaan sungai yang bermuara di Teluk Benoa serta adanya aktivitas pelabuhan memiliki potensi yang cukup besar dalam
meningkatkan jumblah bahan pencemar bagi perairan. Sehingga perlu dilakukan monitoring mengenai tingkat pencemaran perairan
secara spasial, sebagai data dasar untuk mengetahui daerah yang telah tercemar dan belum tercemar sehingga dapat dilakukan
perbaikan kondisi perairan lebih lanjut. Data kualitas perairan yang digunakan adalah pH, Biological oxygen demand (BOD),
kekeruhan (Turbidity), dan total suspended solid (TSS). Dalam pengolahan data kualitas perairan menjadi indeks pencemaran dimulai
dari melakukan interpolasi menggunakan metode Inverse Distance Weighted (IDW) agar mendapatkan data secara spasial, kemudian
data di olah menggunakan perhitungan indeks pencemaran perairan sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115
Tahun 2003. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perairan Teluk Benoa termasuk
tercemar ringan dan di bagian utara teluk sesuai dengan baku mutu.
Kata Kunci: Kualitas perairan; Indeks pencemaran; Teluk Benoa; estuari

1. Pendahuluan Aktivitas bahari di perairan Nusa Penida sangat


beragam seperti perikanan, pariwisata maupun budidaya.
Nusa Penida yang terletak diantara Selat Badung dan Dengan banyaknya aktivitas maka dapat berdampak
Selat Lombok merupakan salah satu kecamatan yang terhadap ekosistem perairan di Nusa Penida, sehingga
masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Klungkung, perlu dilakukan banyak kajian mengenai dampak terhadap
Provinsi Bali. Kecamatan ini memiliki luas sekitar 20.300 lingkungan maupun ekosistem perairannya. Batimetri atau
hektar yang terdiri dari 3 pulau utama yaitu Nusa Penida, kedalaman perairan merupakan salah satu parameter
Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan, yang semuanya pentingdalam kajian mengenai kelautan karena merupakan
dikelilingi oleh terumbu karang tepi (fringing reef). Hal ini salah satu data dasar untuk melakukan kajian lain yang
menyebabkan perairan ini lebih dangkal dibandingkan lebih jauh.
dengan perairan Selat Lombok yang berada di sebelah Batimetri atau kedalaman perairan ada-lah ukuran
timurnya. tinggi rendahnya dasar laut. Peta batimetri memberikan
Perairan Nusa penida memilki keanekaragaman hayati informasi bahwa dasar lautan bukanlah suatu permukaan
pesisir dan laut yang cukup tinggi dan merupakan sumber yang seder-hana tetapi memiliki struktur, bentuk dan
matapencaharian masyarakat setempat terutama dari penampakan yang sangat beragam. Dasar laut merupakan
perikanan dan wisata bahari. Kepulauan ini juga termasuk suatu sistem yang dinamis, sering terjadi perubahan-
di dalam kawasan segitiga karang dunia (CTC, 2010). Itu perubahan sehingga per-baikan peta-peta batimetri perlu
sebabnya Pemerintah Kabupaten Klungkung bersama dilakukan agar informasi-informasi mengenai dasar suatu
dengan masyarakat Kecamatan Nusa Penida perairan bisa terjadi seiring dengan perubahan yang terjadi.
menjadikannya sebagai kawasan konservasi perairan Pemetaan batimetri di perairan dangkal mempunyai
(KKP).
peranan penting untuk kegiatan perikanan dan kelautan fenomena yang terjadi di lautan yang luas dan dinamis dan
baik secara langsung maupun tidak langsung. mampu memberikan informasi secara kontinu karena telah
Teknologi pemetaan bathimetri berkem-bang dari diprogram melintas daerah yang sama dalam waktu
waktu ke waktu. Pada awalnya, kedalaman diukur dengan tertentu. Pemetaan perairan dangkal dapat dilakukan
menggunakan tam-bang yang ujungnya diberi pemberat dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh
dan mencoba untuk memperhitungkan kapan pem-berat (Lyzenga 1978; Lyzenga 1981; Spitzer and Dirks 1987;
tersebut menyentuh dasar. Tetapi metode ini sulit Hengel and Spitzer 1991; Bierwith 1993; Leu and Chang
dilakukan dan hasilnya hampir selalu tidak akurat karena 2005).
arus yang kuat dapat me-narik tambang dan pemberatnya Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
ke samping, jika perairan yang diukur relatif lebih dalam membangun algoritma citra digital Landsat 8 dalam
maka tambang yang dibutuhkan akan lebih panjang dan memetakan kedalaman perairan Nusa Penida dan
sulit mengetahui kapan pemberat menyentuh dasar. Selain mengetahui nilai galat (error) algoritma kedalaman yang
itu juga membutuh-kan waktu yang lama untuk dihasilkan terhadap data lapangan.
menurunkan dan menaikkan tambang.
Dengan ditemukannya echo sounder kedalaman 2. Metode Penelitian
perairan lebih mudah diukur. Metode ini bekerja
berdasarkan prinsip peram-batan suara di dalam air. 2.1 Lokasi Penelitian
Metode ini bisa menghasilkan kedalaman yang akurat
untuk perairan dalam. Tetapi metode ini cukup sulit untuk Penelitian ini dilakukan di perairan Nusa Penida seperti
diterapkan di perairan dangkal. Kapal-kapal yang pada gambar 1.
membawa berbagai perlengkapan peralatan pemetaan sulit
masuk ke perairan dengan leluasa sehubungan dengan 2.2 Data
karak-teristik yang khas di perairan tersebut, seperti
kondisi perairan yang dangkal serta keadaan substrat dasar Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
yang tidak beraturan. Di sam-ping itu, mengingat skunder yaitu berupa data batimetri Pulau Bali yang
ekosistem perairan dangkal sangat luas maka kegiatan dikeluarkan oleh TNI-AL Jawatan Hidro-Oseanografi
pemetaan dengan metode ini akan membutuhkan waktu tahun 1908 (gambar 2) dan data citra satelit landsat 8 pada
yang lama dan biaya yang sangat tinggi pula. band 2 dan band 3 dengan akuisi tanggal 1 Mei 2015 pada
Dewasa ini pemanfaatan teknologi peng-inderaan jauh path/row adalah 116/66 yang diperoleh dari website
telah banyak dilakukan karena dipandang sebagai salah glovis.usgs.gov. Level citra yang telah di unduh yaitu L1-
cara yang efektif dan efisien serta cukup terlihat T (Level one Terrain Corrected), yang telah terbebas dari
kegunaannya dalam mengkompilasi dan merevisi peta- kesalahan akibat sensor satelit dan bumi dan nilai pada
peta sumberdaya. Teknologi ini mampu mendapatkan pixel citra masih berupa Digital Number (DN) (USGS,
infor-masi secara sinoptik sehingga dapat mengamati 2016).

Gambar 1. Lokasi Penelitian


Gambar 2. Peta Batimetri Desidros 1908

perairan Nusa Penidamenggunakan data polygon yang


2.2 Analisis Data diperoleh dengan menggunakan metode digitasi on
screen dengan acuan peta menggunakan kombinasi
2.2.1 Diagram Alir pengolahan data kanal tampak mata yaitu merah (kanal 4), hijau (kanal
3), dan biru (kanal 2).
Digitasi on screen pada dasarnya adalah melakukan
2.2.2 Proses Pengolahan Citra Landsat 8 tracing (menelusuri) dan mengeblat objek-objek yang
1 Koreksi radiometrik ada di permukaan bumi yang tampak di peta. Objek-
Metode koreksi radiometrik yang digunakan pada objek tersebut ditelusuri dengan mengklik titik, garis
penelitian ini adalah menggunakan koreksi Top of dan poligon (area) dari objek permukaan bumi.
Atmosphere (ToA). Koreksi ToA pada sensor OLI 3. Algoritma Ratio Transform
dilakukan dengan mengkonversi nilai DN menjadi nilai Algoritma ratio transform dikembangkan oleh
reflectance menggunakan persamaan 1. Kemudian citra Stumpf et al. Tahun 2003 yang digunakan ntuk
dikoreksi sudut matahari untuk menghilangkan memetakan batimetri. Algoritma ini digunakan utuk
perbedaan nilai DN yang diakibatkan oleh posisi perairan dengan kedalaman lebih dari 25 meter pada
matahari menggunakan persamaan 2. Posisi matahari perairan yang jerih. Algoritma ini menggunakan nilai
terhadap bumi berubah bergantung pada waktu dari reflektance dari band 2 (blue) dan band 3 (green)
perekaman dan lokasi obyek yang direkam (USGS, pada citra satelit landsat 8. Persamaan dari algoritma ini
2016). dapat dilihat seperti persamaan 1.
= + = 1 ln() 0 (3)
(1)
Dimana z adalah kedalaman, IK adalah index
= (2) kedalaman yang diperoleh dari persamaan 4, m1 dan
sin()
m0 adalah offset dan gain dari persamaan regresi
Keterangan: logaritmik.
' = ToA reflektansi, tanpa koreksi untuk sudut 2
matahari = (4)
3
M = REFLECTANCE_MULT_BAND_x , di mana x
adalah nomor Band
A = REFLECTANCE_ADD_BAND_x , di mana x 2.2.3 Penentuan Galat
adalah nomor Band
Q_cal = Nilai digital number ( DN ) Penghitungan kedalaman dengan penginderaan jauh
= ToA reflektansi akan menimbulkan galat (error). Perhitungan galat
= Sudut elevasi matahari (error) menggunakan rumus (Chapra, 2001):
2 Cropping
= 100% (5)
Cropping adalah proses memotong citra yang
bertujuan untuk memilih area yang diinginkan sehingga Dimana E adalah nilai galat atau eror, x adalah nilai
pemrosesan data menjadi lebih fokus pada daerah yang kedalan hasil dari citra satelit, dan y adalah nilai
diteliti. Proses cropping dilakukan pada kawasan kedalaman dari data batimetri Desidros.
3. Hasil dan Pembahasan periran Nusa Penida bagian utara dekat dengan selat
Lombok. Pada perairan pulau Lembongan dan
3.1 Reflektance Band 2 dan Band 3 Ceningan memiliki perairan yang dangkal sekitar 10
meter. Pada perairan antara Nusa Penida dan Nusa
Reflectance dari band 2 dan band 3 dihitung ceningan memiliki perairan yang dalam yang mencapai
menggunakan koreksi ToA. Dari hasil yang diperoleh 200 meter karena pada perairan ini memiliki arus laut
pada band 2 didapatkan nilai reflectance dengan yang sangat kuat karena merupakan perairan yang
rentangan 0.088 0.144 sedangkan pada band 3 dilintasi oleh ARLINDO (Yuningsih, 2010).
memiliki rentangan 0.056 0.104. Peta nilai
reflectance dari band 2 dan band 3 dapat dilihat pada 3.5 Galat
gambar 3 dan gambar 4.

3.2 Index Kedalaman 4. Simpulan

Index kedalaman yang diperoleh memiliki rentangan Berdasarkan hasil peta sebaran spasial indeks
1.40 1.76. peta nilai index kedalaman dapat dilihat pencemaran perairan, dapat disimpulkan bahwa
pada gambar 5. sebagian besar perairan Teluk Benoa termasuk dalam
perairan yang tercemar ringan dan hanya pada bagian
3.3 Regresi utara teluk yang termasuk sesuai dengan bakumutu air
laut untuk biota.
Regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi logaritmik dengan variabel x adalah nilai index Ucapan terimakasih
kedalaman dan y adalah kedalaman dari Desidros
sehingga diperoleh persamaan 6 dari gambar 6. Penulis mengucapkan terimakasih kepadaKampung
Kepiting karena telah membantu dalam proses
= 362. () 25.47 (6)
pengambilan data lapangan. Melalui kesempatan ini,
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Fakultas
Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana yang telah
mengijinkan menggunakan Laboratorium dalam analisis
1.2 1.4 1.6 1.8
data
-50
Daftar Pustaka
Kedalaman

-150
Guang, X., 2009, Monitoring Lake Simcoe water quality using
-250 Landsat TM images. University of waterloo: waterloo-
canada
-350
y = -362.2ln(x) - 25.473 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003
-450 Tentang Status Mutu Air.
Index Kedalaman
Peraturan Gubernur Bali No 7 Tahun 2007 tentang Baku Mutu
Lingkungan Hidup Dan Kriteria Baku Kerusakan
Lingkungan Hidup
Gambar 6. Regresi antara index kedalaman dan
kedalaman dari Desidros Prosedur Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.3-
2004 tentang cara uji padatan tersuspensi total (Total
3.4 Batimetri Perairan Nusa Penida Suspended Solid, TSS) secara gravimetri
Watson, D. F., and G. M. Philip, 1985, A Refinement of
Rentangan kedalaman yang diperoleh dari analisis Inverse Distance Weighted Interpolation, Geo-processing,
data memiliki rentangan antara 0 250 meter. Dari hasil Vol.2, pp.315327.
yang diperoleh dapat terlihat kedalaman perairan Nusa
Penida bagian selatan lebih dangkal daripada kedalaman
2016 by the authors; licensee Udayana University, Indonesia. This article is an open access article distributed under the
terms and conditions of the Creative Commons Attribution license (http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/).

Anda mungkin juga menyukai