Anda di halaman 1dari 15

PENYAKIT BRUTON

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
agammaglobulinemia X-linked (XLA), atau agammaglobulinemia Bruton, adalah
penyakit immunodeficiency kongenital disebabkan oleh mutasi pada gen yang
berisi kode tirosin kinase Bruton (BTK). Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh
Bruton pada tahun 1952. BTK sangat penting untuk pematangan sel pra-B dan
diferensiasimenjadi sel B yang matang. Cacat gen BTK terdapat pada lengan
kromosom x.

2. Anatomi dan fisiologi


a. Sistem pertahanan manusia sbg perlindungan terhadap infeksi dari
makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri,
protozoa dan parasit.
b. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan
molekul lain seperti yg terjadi pd autoimunitas dan melawan sel yang
teraberasi mjd tumor
c. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme
d. Letak sistem imun

1
e. Fungsi dari sistem imun
Sumsum
Getah bening
Thymus
Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)

2
f. Mekanisme Pertahanan Spesifik (Imunitas Humoral dan Selular)
Imunitas humoral adl imunitas yg diperankan oleh limfosit B dg atau
tanpa bantuan dr imunokompeten lainnya.
Tugas sel B akan dilaksanakan oleh imunoglobulin yg disekresi oleh
plasma.
Terdapat 5 kelas imunoglobulin yg kita kenal, yaitu IgG, IgM, IgA,
IgD, dan IgE.
Imunitas seluler didefinisikan sbg suatu respon imun terhadap suatu
antigen yg diperankan oleh limfosit T dg atau tanpa bantuan komponen
sistem imun lainnya.
g. Antibody, gamma globulin.
Antibodi adl glikoprotein dg struktur tertentu yg disekresi dari pencerap
limfosit B yg telah teraktivasi mjd sel plasma, sbg respon dr antigen tertentu
dan reaktif thd antigen tersebut.
h. Pembagian imunoglobulin
Antibody A (imunoglonulin A, IgA)
adl antibodi yg memainkan peran penting dlm imunitas
mukosis (en: mucosal immune).

3
banyak ditemukan pd bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air
mata, kolostrum, dan susu).
sbg sIgA (en: secretory IgA) dlm perlindungan permukaan
tubuh yg terpapar dg mencegah penempelan bakteri dan virus
ke membran mukosa.
kontribusi fragmen konstan sIgA dg ikatan komponen mukus
memungkinkan pengikatan mikroba.
Antibodi D (IgD)
Adl sebuah monomer dg fragmen yg dpt mengikat 2 epitop.
Ditemukan pada pencerap sel B bersama dg IgM atau sIgA,
tempat IgD dapat mengendalikan aktivasi dan supresi sel B.
IgD berperan dalam mengendalikan produksi autoantibodi sel
B.
Rasio IgD hanya sebesar 0,2%
Antibodi E (IgE)

Jenis antibodi yg hanya ditemukan pd mamalia.

IgE mempunyai peran yg besar pada alergi, terutama pd


hipersensitivitas tipe 1

IgE juga tersirat dlm sistem kekebalan yg merespon cacing


parasit, serta thd parasit protozoa tertentu, dan artropoda

Antibodi G (IgG)
Antibodi monomeris yg terbentuk dr 2 rantai berat dan rantai
ringan y, yg saling mengikat dg ikatan disulfida, dan
mempunyai dua fragmen antigen-binding.
Populasi IgG paling tinggi dalam tubuh dan terdistribusi cukup
merata di dalam darah dan cairan tubuh dg rasio serum sekitar
75% pd manusia dan waktu paruh 7-23 hari tergantung sub-tipe
Antibodi M (IgM)
Antibodi dasar yg berada pd plasma B
Dg rasio serum 13%, IgM merupakan antibodi yg berukuran
paling besar, berbentuk pentametris 10 area epitop pengikat,

4
dan teredar segera setelah tubuh terpapar antigen sbg respon
imunitas awal pada rentang waktu paruh sekitar 5 hari.

3. Etiologi
Penyebab dari X-linked agammaglobulinemia (XLA), atau
Brutonagammaglobulinemia adalah karena kromosom X yang berasal dari sel
induk wanita tidak menghasilkan bruton tyrosin kinase. Bruton tyrosin kinase
merupakan enzim yang berperan dalam proses pematangan atau diferensiasi sel B.
Jadi, walaupun didalam sumsum tulang dihasilkan sel pra-B, akan tetapi tanpa
bruton tyrosin kinasemaka tidak akan terbentuk sel B yang matang dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma

4. Patofisiologi
Dengan tidak adanya BTK, limfosit B tidak dapat berdiferensiasi atau
matang.Tanpa sel limfosit yang matang, antibody yang memproduksi sel plasma
juga tidak ada.Akibatnya, organ-organ retikuloendothelial dan organ-organ
limfoid tempat dimana sel-sel ini berproliferasi, berdiferensiasi dan disimpan
kurang berkembang. Limpa, kelenjar tonsil, kelenjar adenoid, plak Peyer di usus,
dan kelenjar getah bening perifer dapat mengecil atau tidak ada pada individu
dengan Agammaglobulinemia X-linked (XLA).2,6 Pengkodean protoonkogen
untuk BTK telah dikloning dan telah ditentukan genomnya, memungkinkan dapat
melakukan suatu analisis mendalam tentang peran BTK dan tanda-tanda molekul
lain dari diferensiasi sel B.2,6 Mutasi pada masing-masing 5 domain BTK dapat
menyebabkan penyakit, yang paling umum adalah mutasi missense. Kebanyakan mutasi
menyebabkan pemotongan dari enzimBTK. Mutasi ini mempengaruhi residu dalam protein
sitoplasmadan BTK sangat bervariasi dan tersebar merata di seluruh molekul.Namun demikian,
tingkat keparahan penyakit tidak dapat diprediksi oleh mutasi spesifik. Sekitar sepertiga dari
mutasi titik mempengaruhi CGG, yang biasanya mengkode untuk residu arginin BTK
diperlukan untuk proliferasi dan diferensiasi limfosit B. Pria dengan XLA tidak
mempunyai atau hampir tidak mempunyai limfosit B dan sel plasma. XLA
adalah penyakit kongenital yang dapat menyerang 1 dari 250.000 laki-laki.
Perempuan merupakan carrier yang tidak memiliki manifestasi klinis. Infeksi

5
dimulai begitu antobodi imunoglobulin G (IgG) maternal telah dikatabolisme,
biasanya sekitar usia 6 bulan

Mutasi gen tirosin kinase


bruton (BTK)

Limfosit B tidak dapat


berdiferensiasi

Tidak dapat memptoduksi


antibodi

Organ2 limfoid tidak


berkembang

Mudah terjangkit infeksi

Otitis media rekuren


Bronkhitis
Septikemia
Pneumoni
Artritis
Meningitis
Dermatitis
Gang.tumbang

5. Tanda dan gejala


Oleh karena kadar sel B yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali membuat
sistem imun penderita sangat rendah sehingga penderita dengan mudah terjangkit
penyakit terutama yang disebabkan oleh bakteri atau parasit. Bayi dengan

6
defisiensisel B menderita otitis media rekuren, bronkitis, septikemi, pneumonia,
artritis,meningitis dan dermatitis. Selain itu, bayi dengan penyakit ini memiliki
fisik yang lebih kecil dibandingkan dengan bayi laki-laki yang sehat karena bayi
tersebut mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan dari berbagai
penyakit infeksi yang dideritanya. Kelenjar getah bening, tonsil dan jaringan
limfoid lainnya juga sangat kecil atau bahkan tidak ada.

6. Penatalaksanaan
Tindakan kuratif untuk defisiensi imun ini tidak bisa dilakukan karena penyakit
ini termasuk dalam imunodefisiensi primer yang merupakan kongenital dan
dibawa dalam gen sehingga tidak bisa disembuhkan.Tindakan yang dapat
dilakukan adalah
a. Melakukan diagnosa dan terapi dini sehingga lebih baik dalam ditanggulangi.
b. Pemberian injeksi gammaglobulin pada intravena
(IVIg:IntravenousImmunoglobulin setiap 3-4 minggu. Pemberian IVIg harus
mencapai keadaandimana kadar IgG sebanyak 800 mg/Kg (sesuai berat badan
penderita).Namun, pemberian IVIg ini bukan untuk mengobati namun hanya
memperpanjang hidup penderita.
c. Bisa diberi antibiotik sebagai pelengkap
d. Pencegahan dari komplikasi selanjutnya, yaitu Hindari vaksinasi dengan virus
yang hidup, misal vaksin polio,dll

7. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membuktikan penyebab dari
penyakit XLA, yaitu:Pemeriksaan darah rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi
yang tersembunyi ataukelainan lainnya.Pemeriksaan imunologis seperti uji tapis
(kadar IgG, IgM dan IgA; Titer isoaglutinin;respon antibodi pada vaksin) dan uji
lanjutan yaitu enumerasi sel B (CD19 atau CD20),kadar subklas IgG, kadar IgE
dan IgD, titer antibodi natural dan foto faring lateral untuk mencari kelenjar
adenoid

7
8. Epidemiologi
X-linked agammaglobulinemia (XLA), atau Bruton agammaglobulinemia hanya
dijumpai pada anak bayi laki-laki setelah 6 bulan karena sudah ada penurunan
bantuan antibodi dari ibunya

9. Komplikasi
B a yi akan menderita infeksi paru -paru, sinus dan tulang,
b i a s a n ya karena bakteri (misalnya Hemophilus dan Streptococcus) d a n
b i s a t e r j a d i infeksi virus yang tidak biasa di otak. Tetapi infeksi
biasanya baru terjadi setelah usia 6 bulan karena sebelumnya bayi memiliki
antibodi perlindungan di dalam darahnya yang berasal dari ibunya. Jika tidak
mendapatkan vaksinasi polio, anak-anak bisa menderita polio. Mereka juga bisa
menderita artritis

10. Pencegahan
XLA merupakan immunodefisiensi yang besifat kongenital sehingga tidak bisa
dicegah pembentukannya. Orang tua yang memiliki sejarah XLA sebelumnya
(keluarga)sebaiknya melakukan pemeriksaan amniosentesis. Setelah itu, orang tua
bisa mencegah kehamilan atau sedia untuk merawat anak laki-laki yang menderita
BrutonAgammaglobulinemia

11. Prognosa
Pasien dengan XLA dapat hidup sampai akhir 40-an mereka. Prognosis
baik selama pasien didiagnosis dan diobati secara dini dengan terapi gamma
globulinintravena secara teratur sebelum gejala sisa dari infeksi berulang muncul
IVIG bertanggung jawab untuk meningkatkan tingkat ketahanan hidup,
dengan pengobatan awal sebaiknya sebelum pasien berusia 5 tahun

8
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat pasien
b. Riwayat keluarga anggota keluarga laki-laki dari pihak lateral ibu
c. Riwayat medis sebelumnya
d. Keluhan utama
e. Pada pediatrik perlu diperhatikan
Susu ASI/ formula?
Susu formula apa?
Pucat?
Letargi?
BB?
Sering infeksi?
Perdarahan?
Alergi?
Imunisasi?
Kesulitan tangan?
Sakit kepala? Vertigo?
Kepala berdenging?
Artritis?
Osteomielitis?
Tuberkolosis
f. Pemeriksaan fisik
Tanda vital
Inspeksi kulit
palpasi pada setiap nodus limfe
palpasi hati dan limpa secara bimanual
perkusi abdomen perhatikan hati dan limpa
auskultasi bunyi jantung dan paru
Antopometri

9
2. Diagnosa keperawatan.
a. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
b. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan kegagalan untuk
tumbuh
c. Resiko ketidakmampuan menjadi keluarga

3. Intervensi
a. Tentukan kemampuan pasien dalam pemenuhan nutrisi
b. Timbang pasien pada interval yang tepat
c. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
d. Lakukan pengkajian yang seksama tentang untuk menentukan tingkat
fungsional
e. Tentukan tingkat pengetahuan, sumber-sumber, sistem pendukung, dan
ketrampilan koping dari penerima perawatan
f. Pantau interaksi orang tua/anak
g. Ajarkan cara memberikan rangsangan yang efektif
h. Kaji interaksi antara pasien dan keluarga
i. Tentukan batasan prognosis psikologis keluargadiskusikan dengan keluarga
cara yang efektif untuk menunjukkan perasaan
j. Berikan sumber-sumber spiritual untuk keluarga dengan tepat

10
C. SAP
Pokok bahasan : penyakit Bruton
Sasaran : orang tua bayi
Sub tema : perawatan pasien dengan penyakit Bruton
Waktu

I. Tujuan instruksional umum.


Setelah diberikan penyuluhan peserta dapat memahami tentang perawatan pasien
dengan penyakit Bruton secara keseluruhan.

II. Tujuan instrukksional khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan penyakit Bruton
2. Menjelaskan fungsi pengobatan dini
3. Menjelaskan identifikasi dan pengobatan infeksi

III. Media : leaflet

IV. Metode ceramah dan tanya jawab

V. Kegiatan penyuluhan

No Kegiatan Respon Waktu


1 Pembukaan 5 menit
1. Penyampaian salam - Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan - Memperhatikan
2 Penyampaian materi 20 menit
1. Menjelaskan penyakit - Mendengarkan
bruton - Memperhatikan
2. Menjelaskan fungsi
pengobatan dini
3. Menjelaskan identifikasi

11
dan pengobatan infeksi
3 Penutup 5 menit
1. Tanya jawab - Mendengarkan
2. Menyimpulkan materi - Menjawab
3. Mengakhiri kegiatan pertanyaan
- Menutup salam

VI. Evaluasi
Pasien dan keluarga mereka harus memahami sifat dari penyakit dan
pentingnya pengobatan dini. Identifikasi dan pengobatan infeksi yang umum
diperlukan untuk prognosis yang lebih baik. Konseling genetik direkomendasikan
untuk orang tua dan saudara perempuan laki-laki yang terpengaruh. Karakterisasi
molekuler dan deteksi pembawa informatif di95% keluarga

12
D. Jurnal
Judul: X-linked agammaglobulinemia didiagnosis terlambat dalam hidup: laporan
kasus dan kajian literatur
Abstrak

Latar Belakang: defisiensi imun umum variabel (CVID), salah satu penyakit yang
paling umum immunodeficiency primer menyajikan pada orang dewasa, sedangkan
X-linked agammaglobulinemia (XLA), sebuah kekebalan humoral diwariskan,
biasanya didiagnosis pada awal kehidupan setelah IGS ibu telah berkurang. Namun,
ada beberapa laporan dalam literatur dunia di mana individu telah bisa memiliki
keterlambatan dalam timbulnya gejala atau telah salah didiagnosis dengan CVID dan
kemudian ditemukan memiliki mutasi pada tirosin kinase Bruton itu (BTK)
menghasilkan reklasifikasi sebagai onset dewasa varian XLA. Temuan khas sel B
harus absen menyarankan XLA daripada CVID dan mungkin tes sensitif untuk
mendeteksi kondisi ini, menyebabkan tes yang lebih spesifik (Btk analisis mutasi).
Konfirmasi lebih lanjut mungkin oleh analisis mutasi.
Metode: Catatan dari 2 pasien terakhir dan data klinis yang sesuai dikumpulkan. BTK
analisis mutasi dilakukan untuk menyelidiki dugaan dewasa penyajian XLA. Sebuah
tinjauan literatur dunia pada diagnosis tertunda XLA dan ringan atau "bocor" fenotip
dilakukan.
Hasil: 2 pasien yang sebelumnya didiagnosis dengan CVID terkait dengan hampir
tidak ada CD19 + sel B telah direklasifikasi sebagai memiliki diagnosis tertunda dan
dewasa-penyajian XLA. Pasien 1, pria berusia 64 tahun dengan infeksi berulang
sinobronchial memiliki tingkat rendah serum IgG sebesar 360 mg / dl (normal
7.361.900), IgA <27 mg / dl (normal 90.474), dan IgM <25 mg / dl (normal 50415 ).
Pasien 2, pria berusia 46 tahun dengan infeksi berulang sinopulmonary memiliki IgG
rendah dari 260 mg / dl, IgA rendah <16 mg / dl, dan normal IgM. Analisis mutasi
dari BTK dilakukan di kedua pasien dan mengkonfirmasi diagnosis
Kesimpulan XLA: Kedua kasus mewakili orang dewasa presentasi yang tidak biasa
XLA, sebuah humoral immunodeficiency biasanya didiagnosis pada masa kanak-
kanak dan kebutuhan untuk lebih menyelidiki dugaan XLA pada pria dewasa dengan
CVID terutama yang berhubungan dengan rendah untuk absen CD19 + sel B.
Diagnosis XLA dapat memiliki implikasi yang signifikan termasuk konseling

13
keluarga, mendeteksi operator perempuan, dan intervensi dini dan pengobatan
keturunan laki-laki yang terkena.

http://www.mendeley.com/research/xlinked-agammaglobulinemia-diagnosed-late-in-
life-case-report-and-review-of-the-literature/ tanggal 27 April 2012

14
Daftar pustaka

1. Alpers, Ann. Buku Ajar Pediatri Rudolp Vol.1. Jakarta. EGC. 2006
2. Talbot, Laura A. Pengkajian Keperawatan Kritis. Edisi 2. Jakarta. EGC. 1997
3. NANDA. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2009-2011. Jakarta. EGC.
2010
4. Wilkinson, Judith M. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
kiteria hasil NOC. Edisi 7. Jakarta. EGC. 2006
5. http://www.mendeley.com/research/xlinked-agammaglobulinemia-diagnosed-late-in-
life-case-report-and-review-of-the-literature/ tanggal 27 April 2012

15

Anda mungkin juga menyukai