Ny. Dina 25 tahun dan Tn. Sahid 27 tahun berasal dari suku Melayu memiliki seorang anak
bernama Nina usia 5 tahun yang didiagnosis oleh dokter spesialis anak menderita thalasemia
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah tepi dan analisis hemoglobin dan
setiap 20 hari sekali harus menjalani transfusi darah. Atas anjuran bagian Obgyn (obstetri dan
ginekologi) RSMH mereka datang ke Klinik Genetika FK Unsri untuk konsultasi karena ingin
mempunyai anak lagi yang diharapkan tidak menderita thalasemia.
Di klinik Genetika, dilakukan pengambilan darah vena Ny. Dina dan Tn. Sahid serta darah vena
Nina. Hasil pemeriksaan mikroskopik dan DNA didapatkan:
1. Ny. Dina
- Morfologi RBC: hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis, cukup sering ditemukan
Sel Target, tear drops dan sferosit.
- Analisis DNA: heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta Kodon 26 dari GAG
(glutamat) menjadi AAG (lisin).
2. Tn. Sahid
- Morfologi RBC: sangat anisopoikilositosis, cukup sering ditemukan Sel Target, tear
drops dan ovalocytosis dan stomatocyte.
- Analisis DNA: heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-42 berupa delesi
TTCT dan heterozigot mutasi Southeast Asian Ovalocytosis berupa delesi 27 bp gen
AE-1.
3. Nina
- Morfologi RBC: sebagian hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis, cukup sering
ditemukan Sel Target dan stomatocytes.
- Analisis DNA: Heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta Kodon 26 dari GAG
(glutamat) menjadi AAG (lisin) dan Heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-
42 berupa delesi TTCT.
A. Klarifikasi Istilah
B. Identifikasi Masalah
1. Ny. Dina 25 tahun dan Tn. Sahid 27 tahun berasal dari suku Melayu memiliki
seorang anak bernama Nina yang didiagnosis menderita thalasemia berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah tepi dan analisis hemoglobin dan
setiap 20 hari sekali harus menjalani transfusi darah.
2. Tn. Sahid dan Ny. Dina ingin mempunyai anak lagi yang diharapkan tidak
menderita thalasemia atas saran dari badan obgin mereka ke klinik genetika fk
unsri untuk berkonsultasi.
3. Hasil pemeriksaan mikroskopik dan DNA dari Ny. Dina, Tn. Sahid dan Nina.
C. Analisis Masalah
c. apa tujuan analisis hemoglobin ? Untuk diagnosis dan menentukan jenis thalasemia
dengan cara elektroforesis dan cara yang lebih baru yaitu HPLC (High Perfomance
Liquid Chromatography)
1. berapa panjang ?
f. bagaimana hasil interpertasi dan morfologi RBC dan analisis DNA dari Ny. Dina,
Tn. Sahid, dan Nina ?
D. Hipotesis
Nina menderita thalasemia B mayor dengan kemungkinan Ny. Dina dan Tn. Sahid untuk
mendapatkan anak normalpada kehamilan berikutnya adalah sebesar 25 %.
Note:
MAKASIH
Thalassemia
Thalasemia merupakan suatu kelainan darah yang diturunkan melalui keluarga (mewarisi) di
mana tubuh membuat bentuk hemoglobin abnormal, protein dalam sel darah merah yang
membawa oksigen. Hasil gangguan dalam penghancuran yang berlebihan dari sel-sel darah
merah, yang mengarah ke anemia.
penyebab
Hemoglobin terbuat dari dua protein: globin Alfa dan globin beta. Thalassemia terjadi ketika ada
kerusakan dalam gen yang membantu kendali produksi dari salah satu protein.
Ada dua jenis utama dari thalassemia:
Thalassemia Alpha terjadi ketika gen atau gen yang terkait dengan protein globin alfa yang
hilang atau berubah (bermutasi).
Thalassemia Beta terjadi ketika gen cacat yang sama mempengaruhi produksi protein globin
beta.
Alpha thalassemia paling sering terjadi pada orang-orang dari Asia Tenggara, Timur Tengah,
Cina, dan orang keturunan Afrika.
Beta thalassemia terjadi pada orang-orang asal Mediterania, dan pada tingkat lebih rendah, Cina,
Asia lainnya, dan Afrika-Amerika.
Ada banyak bentuk talasemia. Setiap jenis memiliki subtipe yang berbeda. Baik alpha dan beta
thalassemia meliputi dua bentuk berikut:
Talasemia mayor
Thalassemia minor
Anda harus mewarisi gen cacat dari kedua orang tua untuk mengembangkan talasemia mayor.
Thalassemia minor terjadi jika Anda menerima gen cacat dari hanya satu induk. Orang dengan
bentuk gangguan tersebut adalah pembawa penyakit dan biasanya tidak memiliki gejala.
Beta talasemia utama juga disebut Cooley's anemia.
Faktor risiko untuk thalassemia meliputi:
Asia, China, Mediterania, atau etnis Afrika-Amerika
Riwayat keluarga gangguan
gejala
Bentuk yang paling parah menyebabkan kelahiran thalassemia alfa mayor mati (kematian bayi
yang belum lahir selama kelahiran atau tahap akhir kehamilan).
Anak-anak lahir dengan (anemia Cooley's) thalessemia utama adalah normal saat lahir, tetapi
mengembangkan anemia berat selama tahun pertama kehidupan.
Gejala lain dapat termasuk:
Bone cacat di wajah
Kelelahan
Pertumbuhan kegagalan
Sesak napas
Kulit Kuning (jaundice)
Orang dengan bentuk alpha dan beta thalassemia minor memiliki sel darah merah yang kecil
(yang diidentifikasi dengan melihat sel-sel darah merah mereka di bawah mikroskop), tapi tidak
ada gejala.
Pengobatan
Pengobatan untuk talasemia mayor sering melibatkan transfusi darah secara teratur dan suplemen
folat.
Jika Anda menerima transfusi darah, Anda tidak harus mengambil suplemen zat besi. Melakukan
hal itu dapat menyebabkan jumlah yang tinggi zat besi untuk membangun dalam tubuh, yang
dapat berbahaya.
Orang yang menerima sejumlah besar transfusi darah memerlukan pengobatan terapi khelasi
dipanggil untuk membuang kelebihan zat besi dari tubuh.
Transplantasi sumsum tulang dapat membantu mengobati penyakit pada beberapa pasien,
terutama anak-anak.
Prognosis
Talasemia berat dapat menyebabkan kematian dini karena gagal jantung, biasanya antara usia 20
dan 30. Sering transfusi darah dengan terapi, untuk menghilangkan besi dari tubuh, membantu
meningkatkan hasilnya.
Bentuk talasemia yang kurang parah biasanya tidak mengakibatkan masa hidup lebih pendek.
Kemungkinan komplikasi
Tidak diobati, Thalassemia mengarah utama masalah gagal jantung dan hati, dan membuat orang
lebih mungkin mengembangkan infeksi.
Transfusi darah dapat membantu mengendalikan beberapa gejala, tetapi dapat mengakibatkan
terlalu banyak zat besi yang dapat merusak jantung, hati, dan sistem endokrin.
Pencegahan
Konseling genetik dan skrining prenatal mungkin tersedia bagi mereka yang memiliki sejarah
keluarga kondisi ini yang berencana untuk memiliki anak.
Diagnosis prenatal melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah pemeriksaan ibu janin yang
meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Bila ibu dinyatakan pembawa
sifat thalassemia beta maka pemeriksaan dilanjutkan ke tahap kedua yaitu suami diperiksa darah
tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Bila suami juga membawa sifat thalassemia, maka suami-
istri ini diperiksa DNAnya untuk menentukan jenis kelainannya pada gen globin beta.
Selanjutnya diambil jaringan janin (villi choriales atau jaringan ari-ari) pada saat janin berumur
10-12 minggu untuk diperiksa DNAnya. Bila janin ternyata hanya membawa satu belah gen
thalassemia beta, maka kehamilan dapat diteruskan dengan aman. Tetapi bila janin ternyata
membawa kedua belah gen thalassemia yang artinya janin akan menderita thalassemia beta,
maka penghentian kehamilan dapat menjadi pilihan.
Ovalositosis merupakan salah satu penyakit kelainan darah yang ditandai dengan sel darah
merah yang kebanyakan berbentuk elips (Palek & Lambert 1990). Istilah ini juga paling sering
digunakan untuk menyebut kelainan darah yang dinamai ovalositosis Asia Tenggara (South-
East Asian ovalocytosis, SAO). Secara lebih spesifik, karakteristik ovalositosis adalah sel darah
merah berbentuk oval dan bergaris tengah yang mengandung hemoglobin. Garis tengah tersebut
akan memisahkan daerah pucat (bagian konkaf) menjadi 2 bagian (ODonnell et al. 1998). Rasio
untuk keovalan-nya kurang lebih panjang:lebar lebih dari 1:1 dan kurang dari 2:1.
SAO banyak ditemukan pada orang Melanesia dan Malaya pribumi, kemudian semakin meluas
hingga ke Asia Tenggara, seperti Malaysia, Papua Nugini, Filipina, dan Indonesia (Liu et al.
1990, Jarolim et al. 1991, Jones et al. 1991, Schofield et al. 1992, Takeshima et al. 1994).
Berdasarkan penelitian secara molekular ditemukan bahwa penyebab SAO adalah delesi pada
kodon ke-400 sampai ke-408 (27 pb) pada gen anion exchanger 1 (AE1) yang terletak pada
kromosom 17. Gen yang menyandikan protein band 3 ini mengalami mutasi pada ekson 11.
Akibat delesi pada kodon tersebut maka 9 asam amino tidak dapat diekspresikan. Asam amino
tersebut adalah: alanin (A), fenilalanin (F), serin (S), prolin (P), glutamin (Q), valin (V), leusin
(L), alanin (A), dan alanin (A). Hilangnya 9 asam amino terjadi pada batas antara domain
sitoplasmik dan segmen pertama transmembran protein band 3 (Liu et al. 1990, Jarolim et al.
1991). Menurut Mohandas et al. (1992) pada penderita SAO, protein band 3 yang dihasilkan
meningkatkan rigiditas membran sel (menurunkan deformabilitas). Kemungkinan hal ini
disebabkan pengikatan kuat ankirin terhadap molekul yang termutasi.
SAO diturunkan secara autosomal dominan. Individu yang positif SAO bergenotipe heterozigot
dan sampai sekarang ini dunia medis dan ilmuwan belum menemukan individu yang bergenotipe
homozigot. Diperkirakan individu yang memiliki alel homozigot untuk SAO bersifat letal
(Jarolim et al. 1991, Liu et al. 1994, Allen et al. 1999). Sampai saat ini, belum ditemukan fakta
bahwa SAO memberikan efek yang membahayakan kepada penderitanya.
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Oleh
:Irawati, Dian Ramadhani dkk. EGC. Jakarta, Indonesia. Halaman 447
Anemia akibat kehilangan darah. Setelah mengalami pendarahan yang cepat, tubuh akan
mengganti cairan plasma dalam waktu 1 sampai 3 hari, namun hal ini menyebabkan konsentrasi
sel darah merah menjadi rendah. Bila tidah terjadi pendarahan berikutnya, konsentrasi sel darah
merah biasanya kembali normal dalam waktu 3 sampai 6 minggu.
Pada kehilangan darah yang kronik, pasien seringkali tidak dapat mengabsorpsi cukup besi dari
usus untuk membentuk hemoglobin secepat darah yang hilang. Kemudian, terbentuk sel darah
merah yang berukuran jauh lebih kecil ketimbang ukuran yang normal dan mengandung sedikit
sekali hemoglobin di dalamnya, sehingga menimbulkan keadaan anemia hipokromik
mikrositik.