Anda di halaman 1dari 22

UPAYA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA MELALUI KBRI DI

MANILA DALAM PENYELAMATAN WNI YANG DISANDERA OLEH

PIHAK ABU SAYYAF

A. Latar Belakang

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang berkedudukan di Manila

adalah Perwakilan Diplomatik Republik Indonesia yang dipimpin oleh seorang Duta

Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, yang bertanggung jawab kepada Presiden

melalui Menteri Luar Negeri. Tugas pokok KBRI di Manila adalah melaksanakan

hubungan diplomatik dan memperjuangkan kepentingan nasional Negara Republik

Indonesia, melindungi kepentingan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI), melindungi warga negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia

(BHI) di wilayah akreditasi sesuai dengan kebijakan pemerintah yang ditetapkan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.1 Menurut pasal 19 huruf b

Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri secara tegas

menyatakan bahwa Perwakilan Republik Indonesia berkewajiban memberikan

pengayoman, perlindungan, dan bantuan hukum bagi warga negara dan badan hukum

Indonesia di luar negeri, sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional serta

hukum dan kebiasaan internasional.2

1
http://www.kemlu.go.id/manila/id/tentang-perwakilan/Documents/LKJ%202015.pdf,
2
UU tentang Hubungan Luar Negeri, http://pustakahpi.kemlu.go.id/dir_dok/UU-No.37.1999%20-
tentang-Hubungan-Luar-Negeri.pdf, diakses pada tanggal 23 maret 2017.

1
Di dalam negeri, seiring dalam rangka penguatan diplomasi Indonesia,

Kementrian Luar Negeri Indonesia telah membentuk suatu direktorat yang berkaitan

langsung dengan perlindungan WNI di luar negeri sejak tahun 2002, yaitu Direktorat

Perlindungan WNI dan BHI di luar negeri. Direktorat ini berada di bawah Direktorat

Jenderal Protokol dan Konsuler yang bertugas untuk mengurus masalah kebijakan dan

standarisasi teknis di bidang perlindungan dan bantuan hukum kepada WNI dan BHI.

Direktorat Perlindungan WNI dan BHI mempunyai tugas pokok untuk melindungi

WNI di luar negeri meliputi tenaga kerja Indonesia (TKI), professional, mahasiswa,

bisnisman, wisatawan, dan keagamaan/misionaris, dan juga melindungi BHI di luar

negeri antara lain Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perseroan Terbatas (PT), dan

juga Perusahaan-perusahaan Swasta Indonesia yang berbentuk Joint Venture maupun

cabang di negara lain.3 Hal ini menjadi tugas penting bagi Perwakilan RI Manila untuk

memberikan perlindungan dan pelayanan bagi WNI di Filipina.

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Filipina telah terjalin sejak

November 1949. Hubungan baik Indonesia dan Filipina tercermin dari kegiatan saling

kunjung pemimpin dan pejabat tinggi kedua Negara, seperti kunjungan kenegaraan

Presiden RI, Joko Widodo pada 8-9 Februari 2015 dan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono pada 22-24 Mei 2014, serta kunjungan kenegaraan Presiden S. Aquino III

ke Indonesia pada 8 Maret 2011 dan pada kesempatan Bali Democracy Forum (BDF)

ke-7 di Bali, 10 Oktober 2014. Selain itu ditambah lagi dengan kunjungan kenegaraan

3
Syahmin Ak, Hukum Diplomatik Dalam Kerangka Studi Analisis, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hal.
241.

2
yang dilakukan oleh Presiden Filipina Rodigro Duterte ke Indonesia pada 9 September

2016.4

Filipina sebagai negara kepulauan yang berbatasan langsung dengan Indonesia

dan sebagai negara anggota ASEAN menjadi tantangan tersendiri bagi Perwakilan RI

di Filipina dalam melaksanakan upaya perlindungan terhadap WNI dan BHI. Hal ini

terutama terkait arus pergerakan manusia serta kerentanan transnasional. Pada tahun

2015, menurut data agregat yang tercatat di Perwakilan RI di Filipina terdapat sekitar

13.503 WNI yang tinggal menetap di Filipina.5 Kedekatan wilayah antara Indonesia

dan Filipina tidak menutup kemungkinan dari timbulnya potensi permasalahan antara

kedua negara.

Salah satunya permasalahan terkait pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)

yang dilakukan oleh Abu Sayyaf kepada sebanyak 25 Anak Buah Kapal (ABK)

Indonesia yang disandera di daerah Filipina Selatan. Terkait hal ini KBRI Manila

dengan bantuan berbagai pihak telah berhasil membebaskan dan memulangkan sandera

melalui diplomasi total dengan cara negosiasi satu pintu. Ketiga, mengenai

pelanggaran keimigrasian di Filipina yang dilakukan oleh sebanyak 177 WNI yang

terduga telah menggunakan paspor Filipina secara ilegal untuk tujuan pergi haji.

Terkait kasus ini, KBRI Manila telah memverifikasi WNI, memberikan pelayanan

4
Rencana Strategis (Renstra) KBRI Manila Tahun 2015-2019,
http://www.kemlu.go.id/manila/id/tentang-perwakilan/Documents/Renstra%20KBRI%20Manila.pdf,
diakses pada tanggal 23 maret 2017.
5
Data Agregat WNI di Luar Negeri,
http://www.rumahpemilu.com/public/doc/2013_05_11_05_57_18_Data_Agregat_WNI.pdf, diakses
pada tanggal 23 maret 2017.

3
penampungan sementara pada masa tunggu dan telah berhasil memulangkan ke tanah

air.

Dalam makalah ini, akan membahas secara fokus terkait masalah pelanggaran

HAM khususnya kekerasan yang menimpa warga negara Indonesia (WNI) dalam kasus

penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf terhadap Anak Buah Kapal

(ABK) asal Indonesia. Kompleksitas permasalahan penyanderaan yang sering timbul

di wilayah Filipina Selatan oleh kelompok separatis Abu Sayyaf menjadi tantangan

tersendiri bagi KBRI di Manila dalam memberikan perlindungan WNI yang berprofesi

sebagai anak buah kapal (ABK). Bidang pekerjaan yan melibatkan banyak aktor lintas

negara ini perlu penanganan khusus dan komprehensif yang memerlukan koordinasi

dan negosiasi khususnya KBRI Manila. Sepanjang tahun 2016, marak terjadinya

penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok separatis Abu Sayyaf sebanyak lima kali

penyanderaan dengan total ABK asal Indonesia yang menjadi korban yaitu sebanyak

25 ABK.

Kelompok Abu Sayyaf merupakan sebuah kelompok militan yang beroperasi

di Filipina Selatan dan mempromosikan pendirian sebagai suatu negara Islam yang

merdeka di Mindanao dan Kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Kelompok Abu Sayyaf

berdiri pada awal tahun 1990-an. Abu Sayyaf juga menyebut dirinya sebagai Al-

Harakat Al-Islamiyyah atau Gerakan Islam. Kelompok Abu Sayyaf berpusat di

Pulau Basilan, sebuah provinsi di sebelah Selatan Zamboanga, Mindanao, Filipina

Selatan. Kelompok ini terlibat dalam berbagai tindak kekerasan, seperti pengeboman,

4
penculikan, pembunuhan, dan pemerasan.6 Kelompok Abu Sayyaf mendeklarasikan

Mindanao Barat sebagai negara Islam Merdeka dan menentang kesepakatan damai

dengan Pemerintah Filipina di tahun 2012. Dengan semakin ketatnya tekanan militer

Filipina, kelompok tersebut mulai mengalami kesulitan pendanaan sehingga

melakukan aksi penculikan dengan uang tebusan untuk mendanai kegiatan mereka.

Penculikan turis asing di resort-resort wisata pantai dan warga sipil lainnya dilakukan

dengan menggunakan kapal-kapal cepat di perairan wilayah Pulau Basilan, Mindanao,

Jolo, Tawi-Tawi dan pantai timur Sabah.7 Terkait kasus penyanderaan 10 ABK asal

Indonesia, kelompok Abu Sayyaf meminta tebusan kepada pihak RI untuk

membebaskan 10 ABK yang disandera sebesar 50 juta peso atau sekitar Rp14 - 15

miliar.8

Diplomasi dan negosiasi pun dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia

kepada pemerintah Filipina, namun tidak ada respon yang positif dari negara tersebut.

Kemudian pemerintah Indonesia mengundang pihak ketiga untuk melakukan negosiasi

terhadap pemerintah Filipina. Pihak ketiga ini merupakan orang Indonesia dan

mempunyai pengalaman ditahan oleh kelompok abu sayyaf Filipina selama 12 tahun.

Sehingga pihak ketiga yang ditunjuk tersebut sudah memahami bahasa yang ada di

pemerintah Filipina khususnya kelompok abu sayyaf Filipina. Negosiasipun dilakukan

6
Dodo Argo Gumilar, Kerjasama Antara Filipina dan Amerika Serikat Dalam Menghadapi Ancaman
Abu Sayyaf Group di Filipina Selatan, Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013 Ilmu Hubungan
Internasional FISIP Universitas Jember, 2013, hal. 2-3.
7
Adirini Pujayanti, Upaya Pembebasan WNI Sandera Kelompok Abu Sayyaf,
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-7-I-P3DI-April-2016-16.pdf,
diakses pada tanggal 23 maret 2017.
8
Berita 10 WNI disandera kelompok Abu Sayyaf, http://www.kabarmakkah.com/2016/03/berita-10-
wni-disandera-abu-sayyaf.html, diakses pada tanggal 23 maret 2017.

5
dengan komunikasi berbahasa melayu oleh pihak ketiga. Namun negosiasi yang

dilakukan tidak semena-mena WNI bisa dibebaskan akan tetapi ada persyaratan yang

harus dipenuhi oleh pemerintah indonesia. Syarat tersebut yaitu kelompok Abu Sayyaf

Filipina meminta uang untuk penebusan WNI tersebut dengan jumlah 50 Juta peso

setara dengan 15 miliar Rupiah. Namun, Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa

tidak akan mengikuti kemauan penyandera untuk menyediakan uang sejumlah tersebut.

Pemerintah Indonesia juga menjelaskan bahwa proses pembebasan 10 dari 14 sandera

yang ditawan adalah hasil negosiasi penuh tanpa ada uang sepeser pun yang

dikeluarkan.9

Pemerintah Filipina dianggap sudah gagal untuk menjaga kemanan di

lingkungan negaranya. Ternyata ada sekelompok orang yang bisa dikatakan juga

sebagai kelompok teroris yang selalu melakukan sandera terhadap warga negara lain.

Penyanderaan ABK asal Indonesia yang dilakukan oleh kelompok militan Abu Sayyaf

di perairan Sulu, Filipina Selatan kembali terjadi. Insiden ini kembali menambahkan

sandera WNI menjadi 14 orang di tangan kelompok separatis Filipina tersebut. Juru

Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan, pembajakan terhadap

dua kapal berbendera Indonesia tersebut terjadi pada 15 April 2016. Arrmanatha Nasir

menambahkan, saat berada di perairan perbatasan Malaysia dan Filipina, kapal yang

berisi 10 ABK WNI tersebut dibajak. Dari peristiwa tersebut, satu orang tertembak dan

lima orang selamat. Sedangkan empat orang lainnya dibawa oleh Kelompok Abu

9
5 Kunci Pembebasan Sandera Abu Sayyaf, http://www.kompasiana.com/kompasiana/5-kunci-
pembebasan-sandera-abu-sayyaf_573400096423bd4b0fdaa0db, diakses pada 23 maret 2017.

6
Sayyaf. Kapal yang dibajak adalah kapal tunda TB Henry dan kapal tongkang Cristi

yang sedang dalam perjalanan kembali dari Cebu, Filipina, menuju Tarakan,

Indonesia.10

Selanjutnya, pada 1 Mei 2016 kelompok Abu Sayyaf melepaskan 10 ABK yang

disandera dari kapal Anand 12. Sementara pada 11 Mei 2016, kelompok Abu Sayyaf

juga membebaskan empat WNI yang disandera dari kapal TB Henry. Namun pada 20

Juni 2016, kelompok Abu Sayyaf kembali melakukan pembajakan kapal tugboat (TB)

Charles 001 yang menarik kapal tongkang (TK) Robby 152 di Laut Sulu, Filipina

Selatan. Saat penyanderaan, kapal tersebut membawa 13 orang ABK warga negara

Indonesia. Penyandera menahan 7 ABK dan melepaskan 6 ABK lainnya dan juga

meminta tebusan sebesar Rp 60 miliar.11 Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno

Marsudi menganggap, pemerintah Filipina terkesan melakukan pembiaran sehingga

kelompok Abu Sayyaf leluasa dalam melakukan aksinya. Filipina dianggap tidak

mengevaluasi kesalahan dan memperketat pengamanan di Laut Sulu, Filipina

Selatan.12

Pada 9 Juli penyanderaan juga dilakukan oleh Abu Sayyaf terhadap tiga orang

WNI dari kapal pukat penangkap ikan LLD113/5/F berbendera Malaysia di perairan

wilayah Felda Sahabat, Lahat Datu, Malaysia. Dengan demikian, total ada 10 orang

10
Sandera Abu Sayyaf Bertambah, http://www.pontianakpost.co.id/sandera-abu-sayyaf-bertambah,
diakses pada 23 maret 2017.
11
Arkhelaus W. dan Yohanes Paskalis, Ini Kronologi Penculikan Kapal Charles dan Kapal Robby,
https://m.tempo.co/read/news/2016/06/24/078782874/ini-kronologi-penculikan-kapal-charles-dan-
kapal-robby, diakses pada tanggal 24 maret 2017.
12
WNI Disandera Lagi, Bu Menteri Kecam Pemerintah Filipina,
http://www.jpnn.com/read/2016/06/24/445889/wni-disandera-lagi-bu-menteri-kecam-pemerintah-
filipina, diakses pada tanggal 24 maret 2017.

7
WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf yang mana tujuh ABK sebelumnya,

disandera pada akhir Juni 2016.13 Dua ABK TB Charles 001, Ismail Tiro dan

Muhammad Sofyan telah berhasil meloloskan diri dari penyanderaan Abu Sayyaf pada

17 Agustus 2016, sedangkan pada 18 September 2016, ketiga ABK Pukat Tunda yaitu

Lorens, Teodorus, dan Emmanuel berhasil bebas. Setelah beberapa bulan, kelima ABK

Charles 001 yang masih disandera, tiga diantaranya yaitu Ferry Arifin, M Mahbrur

Dahri, dan Edi Suryono telah dibebaskan pada 1 Oktober 2016. Kemudian, pada 12

Desember 2016, dua ABK TB Charles 001 yaitu Muhammad Nasir dan Muhammad

Robin Piter juga telah dibebaskan. Sementara pada 3 Agustus 2016, dilaporkan kasus

penyanderaan yang terjadi terhadap seorang WNI bernama Herman Manggak yang

merupakan kapten kapal nelayan penangkap udang Malaysia di wilayah Kinabatangan,

Sabah, Malaysia.14 Pada 22 September 2016, Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan

Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal

meyampaikan bahwa Herman Manggak telah dibebaskan kelompok Abu Sayyaf.15

Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, telah menempatkan isu

perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) sebagai prioritas utama dalam agenda

kerjanya sebagai bagian dari implementasi sembilan agenda kerja Presiden Joko

Widodo (Nawacita).16 Dalam pelaksanaannya, perlindungan WNI telah dilakukan

13
Menlu membenarkan tiga WNI diculik di perairan Sabah, Malaysia,
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/07/160711_indonesia_penculikan_wni.shtml,
diakses pada tanggal 24 maret 2017.
14
Lutfy Mairizal Putra, Ini 7 Peristiwa Penyanderaan WNI Sepanjang Tahun Ini, Loc. Cit.
15
Muhaimin, Sebulan Lebih Disandera Abu Sayyaf, Herman Dipulihkan dari Trauma,
http://international.sindonews.com/read/1141552/40/sebulan-lebih-disandera-abu-sayyaf-herman-
dipulihkan-dari-trauma-1474569324, diakses pada tanggal 24 maret 2017.
16
Nawa Cita merupakan istilah untuk rancangan sembilan program kepemimpinan Pemerintahan
Presiden Jokowi-JK yang mana merupakan janji dari pasangan Jokowi-JK jika terpilih sebagai presiden

8
secara terkoordinir dengan kementerian atau lembaga terkait. Indonesia

mengedepankan soft power dengan negosiasi minim korban jiwa dan biaya. Dalam hal

ini, sebagai sesama negara ASEAN, pendekatan politik sejak mula telah dikedepankan

Pemerintah Indonesia dengan melakukan koordinasi dengan Filipina dan Malaysia.17

Terkait dengan maraknya peristiwa penyanderaan ABK asal Indonesia oleh

kelompok Abu Sayyaf tersebut, KBRI di Manila mempunyai fungsi sebagai

Perwakilan RI yang bertugas untuk melindungi WNI dan Badan Hukum Indonesia

(BHI) di Filipina.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu :

Bagaimana Upaya Pemerintah Republik Indonesia Melalui KBRI di Manila

Dalam Penyelamatan WNI yang diSandera Oleh Pihak Abu Sayyaf ?.

C. Kerangka Teori

Di dalam pembahasan ini, kerangka teori yang digunakan adalah Teori Negosiasi.

Pengertian negosiasi dalam konteks Hubungan Internasional adalah pembicaraan antar wakil

negara untuk menyelesaikan masalah/ topik tertentu secara damai. Seorang diplomat harus

mampu mengadakan perundingan dengan pihak negara penerima atas segala masalah yang ada

dan wakil presiden. Program tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan
menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian
dalam kebudayaan, lihat pada
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.Prioritas.Jokowi-JK,
diakses pada tanggal 24 maret 2017.
17
Adirini Pujayanti, Loc. Cit.

9
dalam lingkup fungsinya, tanpa harus selalu melibatkan pejabat-pejabat dalam negeri negara

pengirim secara langsung. Pada permasalahan yang sangat penting dan krusial, fungsi

negosiasi ini hanya diwujudkan dalam bentuk penyediaan sarana dan perancangan naskah

perundingan, karena pembicaraan final perundingan tersebut dilakukan oleh pejabat dalam

negeri negara pengirim yang dikirim khusus ke negara penerima, misalnya kepala negara atau

menteri luar negeri atau oleh misi khusus.18 Definisi negosiasi dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) yaitu penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak

yang bersengketa.19

Dalam studi kasus KBRI di Manila terkait hal upaya pembebasan sandera ABK

Indonesia diperlukan kecermatan dan kehati-hatian karena pelakunya merupakan kombinasi

antara perompak dan kelompok teroris. Negosiasi yang intensif antara Pemerintah Indonesia

dengan Filipina dapat dilakukan untuk pembebasan sandera. Aksi terorisme maritim Abu

Sayyaf, selain bermotif finansial juga berlandaskan perlawanan yang sifatnya politik idiologis,

sehingga membutuhkan penanganan yang hati-hati.20 Menteri Luar Negeri Retno Marsudi

mengatakan upaya pembebasan yang melibatkan semua pihak bukan hanya antar pemerintah

Indonesia dan Filipina saja, namun merupakan bentuk diplomasi total. Diplomasi total

dimaksudkan tidak hanya fokus pada Government to Government tetapi melibatkan jaringan

informal lainnya dimana semua komunikasi, semua jaringan dan semua opsi dibuka dengan

tujuan mengupayakan keselamatan WNI korban penyanderaan.21

18
Widodo, Hukum Diplomatik Dan Konsuler Pada Era Globalisasi, LaksBang Justitia, Surabaya, 2009,
hal. 56.
19
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), http://kbbi.web.id/negosiasi, diakses pada tanggal 8 Maret
2017.
20
Adirini Pujayanti, Loc. Cit.
21
Presiden: Pembebasan 10 WNI Dari Abu Sayyaf Hasil Kerja Sama Banyak Pihak,
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/05/160501_indonesia_wni_sandera_bebsa,
diakses pada tanggal 24 maret 2017.

10
Proses umum negosiasi terjadi dalam beberapa tahap yaitu :

1. Tahap persiapan

2. Tahap pembahasan

3. Tahap persetujuan

4. Tahap implementasi.

Dalam proses negosiasi, salah satu faktor penentu keberhasilannya adalah tahap

persiapan yang baik. Pada upaya pembebasan sandera Abu Sayyaf, dalam tahap persiapan

KBRI Manila telah membentuk sebuah Tim yang disebut dengan Tim Badoewi. Tim ini terdiri

dari unsur diplomat, TNI dan intelijen, serta lembaga internasional lainnya. Tim Badoewi yang

berada dalam bagian negosiator kemudian membuat sebuah proposal pembebasan. Proposal

pembebasan itu kemudian dijalankan untuk melakukan negosiasi pembebasan sandera ABK

WNI.

Pada proses selanjutnya perlu digunakan strategi negosiasi agar hasil negosiasi yang

dicapai sesuai dengan yang diinginkan. Terkait upaya pembebasan ABK Indonesia dari

penyanderaan Abu Sayyaf, pihak Indonesia menggunakan strategi pada gambit awal yaitu

melakukan flinch terhadap permintaan yang diajukan oleh penyandera dengan tidak mengikuti

kemauan penyandera untuk menyediakan uang tebusan yang diminta penyandera.

Selanjutnya pada tahap berikutnya, negosiasi dilakukan dengan menggunakan strategi

gambit negosiasi tengah yaitu dengan taktik menghadapi orang yang tidak memiliki wewenang

memutuskan. Upaya pembebasan ABK Indonesia dari penyanderaan Abu Sayyaf negosiasi

dilakukan dengan langkah Negosiasi satu pintu. Menurut Inspektur Jenderal Polisi

Purnawirawan, Benny Joshua Mamoto mengatakan dengan diplomasi satu pintu berguna agar

tidak ada pihak yang jalan sendiri-sendiri dalam upaya pembebasan. Karena, jika demikian,

11
pelaku leluasa memutuskan pihak mana yang dianggap lebih menguntungkan untuk

kelompoknya sendiri. Negosiasi satu pintu juga lebih memungkinkan negosiator melakukan

pendekatan dan mengarahkan penyandera. Selain itu, isu solidaritas seagama juga dapat

digunakan untuk membujuk penyandera melepaskan sandera tanpa tebusan.22

Pada tahap akhir, proses negosiasi dalam upaya pembebasan sandera ABK Indonesia

ini dilakukan dengan menggunakan strategi gambit negosiasi akhir yaitu dengan cara

meruncingkan konsesi terhadap pihak penyandera dan juga menggunakan taktik positioning

for easy acceptance. Upaya pembebasan sandera ini dilakukan berulang kali dengan

melibatkan berbagai pihak. Pihak Indonesia pada awalnya melakukan perundingan atau

negosiasi dengan pihak Pemerintah Filipina untuk mencari solusi pembebasan sandera.

Selanjutnya, KBRI Manila membentuk sebuah tim yang terdiri dari unsur diplomat, TNI dan

intelijen, serta lembaga internasional lainnya yang disebut dengan Tim Badoewi. Tim Badoewi

yang berada dalam bagian negosiator kemudian membuat sebuah proposal. Proposal

pembebasan itu yang dijalankan untuk melakukan negosiasi pembebasan sandera ABK WNI.

Upaya pembebasan sandera ABK WNI telah dilakukan sejak 23 April 2016.

Uraian diatas menjelaskan bahwa KBRI Manila telah menjalankan perannya sebagai

perwakilan Diplomatik di luar negeri dalam upaya pembebasan ABK Indonesia dari sandera

Abu Sayyaf melalui salah satu fungsinya yaitu Negosiasi.

22
Fabian Januarius Kuwado, Mantan Negosiator Sarankan Komunikasi Satu Pintu dengan Abu
Sayyaf,
http://nasional.kompas.com/read/2016/07/12/13060241/mantan.negosiator.sarankan.komunikasi.satu.p
intu.dengan.abu.sayyaf, diakses pada tanggal 24 maret 2017.

12
PEMBAHASAN

Pada saat Perwakilan RI mengetahui adanya WNI yang bermasalah dalam

kasus pidana di luar negeri, maka Perwakilan RI di negara setempat langsung

melaporkan hal tersebut kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia dan selanjutnya

mencarikan advokat atau pengacara untuk WNI terpidana tersebut. Dalam hal

diperlukannya bantuan penasehat hukum bagi WNI yang memerlukan perlindungan,

Kementerian Luar Negeri Indonesia dan Perwakilan RI di luar negeri berkoordinasi

dengan penasihat hukum yang ditunjuk untuk mendampingi dan menjamin hak-hak

WNI terkait selama dalam pemeriksaan secara hukum baik di dalam maupun di luar

negeri.

Dalam hal ini, peningkatan kualitas pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI di

KBRI Manila menjadi prioritas utama. KBRI Manila di Filipina secara konsisten melaksanakan

prinsip-prinsip dasar pelayanan publik yang mengedepankan sistem pelayanan yang ramah,

murah, cepat dan transparan serta perlindungan WNI yang berpegang pada prinsip kepedulian

dan keberpihakan

Pengaruh globalisasi menyebabkan pergerakan warga negara Indonesia (WNI)

ke luar negeri khususnya ke Filipina semakin meningkat. Tujuan warga negara

Indonesia ke Filipina untuk mencapai kepentingan yang berbeda-beda. Berbagai

macam kepentingan WNI tersebut memicu timbulnya beragam permasalahan yang

dihadapi oleh para WNI. Salah satu profesi WNI yang rentan bermasalah di Filipina

adalah sebagai awak kapal. Mengingat perariran Indonesia berbatasan langsung dengan

wilayah Filipina, maka tidak diherankan lagi rentannya kasus penculikan terhadap

13
WNI diperairan menuju Filipina. Selama tahun 2016 telah terjadi sebanyak tujuh kali

penculikan WNI di wiliayah Filipina oleh kelompok Abu Sayyaf. Kompleksitas

permasalahan ini menjadikan tugas Perwakilan RI, salah satunya KBRI Manila dalam

memberikan perlindungan dan pelayanan WNI sebagai prioritas utama.

KBRI Manila sebagai salah satu Perwakilan RI di luar negeri memiliki

sejumlah peran strategis dalam hal memperjuangkan kepentingan Pemerintah dan

warga negara Indonesia. Profil warga negara Indonesia di Filipina yang terlibat

masalah selama tahun 2016 terbagi dalam berbagai macam, salah satunya yaitu sebagai

awak kapal diantaranya adalah nahkoda dan Anak Buah Kapal (ABK). Selama tahun

2016, kasus penculikan yang menimpa warga negara Indonesia di Filipina sangat

meningkat. Kasus ini terkait dengan aksi penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok

Abu Sayyaf di wilayah Filipina Selatan.

Hal ini memerlukan tugas utama dari KBRI Manila untuk dapat membebaskan

sandera awak kapal asal Indonesia dari kelompok Abu Sayyaf.

Terkait aksi penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf terhadap

awak kapal asal Indonesia pada tahun 2016, dengan jumlah total awak kapal WNI yang

menjadi korban penyanderaan yaitu sebanyak 29 orang. Dalam upaya pembebasan

tersebut, KBRI Manila mengupayakan berbagai strategi.

KBRI Manila menggunakan strategi melalui jalur diplomasi. Jalur diplomasi

tersebut dilakukan dengan cara negosiasi dengan pemerintah Filipina dengan tujuan

menentukan opsi dalam upaya pembebasan sandera awak kapal WNI dari kelompok

Abu Sayyaf.

14
Berbagai langkah pembebasan para awak kapal yang disandera kelompok Abu

Sayyaf yang dapat ditempuh Pemerintah Indonesia meliputi upaya fungsional dan

teknis melalui beberapa pendekatan yang melibatkan kerja sama regional. Hal ini

mengingat keterbatasan kewenangan yurisdiksi teritorial dan hukum dari tiap negara

untuk memastikan tercapainya tujuan, manfaat, dan kepentingan bersama. Langkah

tersebut diantaranya:23

1) Pertama, Indonesia harus mampu mengefektifkan kerja sama trilateral yang sudah

berjalan dengan Pemerintah Filipina dan Pemerintah Malaysia, baik secara

diplomatik maupun pada level teknis, dengan melibatkan kekuatan negara Indonesia

dari unsur aparat pemerintah sipil (Kementerian Luar Negeri Indonesia, Imigrasi,

Bea dan Cukai), militer, dan kepolisian.

2) Kedua, harus ada inisiasi Indonesia membuat nota kesepahaman (MOU) untuk

sewaktu-waktu menggelar kerja sama operasi pembebasan sandera di wilayah

Filipina yang dilakukan langsung oleh TNI dan tentara Filipina, ketika terjadi

insiden penyanderaan WNI.

3) Ketiga, upaya pendekatan kultural dan intelijen, yang didukung efektivitas

diplomasi Kementerian Luar Negeri Indonesia, KBRI Manila, dan Konjen RI di

Davao di tingkat kerja sama bilateral Indonesia dan Filipina. Dalam pembebasan

sandera perlu melibatkan para pihak yang memiliki kedekatan kultural dengan

pihak-pihak yang terkait langsung ataupun tidak langsung dengan pelaku

penyanderaan.

23
Bambang Usadi, Penculikan WNI, Harian Kompas, 30 Agustus 2016.

15
4) Keempat, menggelar pasukan TNI di dekat perbatasan terluar Indonesia yang paling

dekat dengan wilayah Filipina untuk menimbulkan efek pencegahan, sebagai bagian

integral dalam upaya mengefektifkan upaya-upaya diplomasi dan pendekatan

kultural ketika terjadi insiden penyanderaan.

5) Kelima, menjadikan wilayah perairan rawan penculikan sebagai daerah latihan

gabungan. Ini sebagai bentuk kerja sama antarkekuatan penjaga laut Indonesia dan

Filipina.

6) Keenam, mengamankan perjalanan kapal dengan menggunakan teknologi

informasi, dengan memasang teknologi pelacak pada badan kapal, didukung

fungsionalisasi alat penginderaan MRC stationer dan citra satelit yang secara efektif

berdaya jangkau sampai wilayah pembajakan.

7) Ketujuh, jaminan keamanan pihak Filipina, Indonesia, dan Malaysia dengan

melakukan patroli keamanan dan pengawalan bersama di wilayah perairan tiap

negara secara terkoordinasi.

8) Kedelapan, pengamanan dan pengawalan melekat secara fisik dari TNI AL serta

tentara Filipina dan Malaysia, dengan menempatkan satuan tugas personel di kapal

yang diamankan dengan dilengkapi sistem persenjataan yang memberikan efek

pencegahan sepanjang perjalanan pada wilayah perairan masing-masing.

9) Kesembilan, mengefektifkan kerja sama Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan (PPATK) dengan Philippine-AMLC (Anti Money Laudering Council)

dan lembaga sejenis negara-negara lain untuk mendeteksi transaksi perbankan dan

finansial mencurigakan terkait tindak kejahatan penculikan dan penyanderaan.

16
Langkah ini dilakukan bertujuan untuk membatasi ruang gerak penculikan

dengan motif tebusan. Dengan demikian, diharapkan pada masa mendatang apabila

upaya-upaya tersebut berjalan efektif melalui komitmen bersama dan kebijakan politik

yang kuat dari pemerintahan tiap negara, baik terjadi insiden penyanderaan secara

langsung maupun disebabkan motif lain dapat segera diambil langkah cepat dan tepat.

Sejak 26 Maret, pemerintah Indonesia langsung berkoordinasi dengan

pemerintah Filipina dalam upaya pembebasan sandera. Dalam pertemuan dengan

presiden Filipina maupun pertemuan terpisah dengan Menteri Luar Negeri Filipina dan

panglima angkatan bersenjata Filipina tampak jelas komitmen kuat pemerintah Filipina

untuk melakukan upaya terbaik dalam usaha pelepasan sandera WNI. Terdapat dua

opsi yang digunakan yaitu diplomasi atau penggunaan kekuatan militer sebagai pilihan

terakhir. Selama proses negosiasi dilakukan, Indonesia juga sempat menawarkan pihak

Filipina untuk meminta izin menggunakan kekuatan militer dalam upaya pembebasan

WNI. Pasukan TNI juga telah disiapkan di sekitar wilayah Kalimantan menunggu

perintah melaksanakan kekuatan militer. Namun tawaran tersebut ditolak oleh pihak

Filipina. Hasil dari negosiasi dengan pihak Filipina, terdapat 4 poin yang diperoleh,

antara lain: Pertama, mengintensifkan komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah

Filipina dalam upaya pembebasan sandera WNI. Kedua, menekankan kembali

mengenai pentingnya keselamatan WNI. Ketiga, menyampaikan apresiasi atas

kerjasama yang sejauh ini telah diberikan oleh otoritas Filipina dalam rangka

17
koordinasi pelepasan sandera, dan keempat, melakukan komunikasi dengan pihak-

pihak terkait lainnya.24

Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mendesak anggota kelompok

pemberontak Abu Sayyaf menyerah dengan mengancam kelompok separatis tersebut

agar segera membebaskan sandera. Desakan ini dilakukan oleh Pemerintah Filipina

dengan mengerahkan pasukan militer Filipina untuk melakukan penyerangan markas

kelompok Abu Sayyaf. Militer Filipina pada 11 Juni 2016 telah melakukan penyerbuan

terhadap kelompok Abu Sayyaf atas perintah dari Presiden Filipina. Pertempuran

tersebut terjadi di Pulau Basilan dan Sulu. Menteri Pertahanan Filipina mengatakan

bahwa penyerbuan kepada kelompok Abu Sayyaf merupakan prioritas utamanya dalam

upaya pembebasan sandera.25

Setelah dilaporkan terjadinya penyanderaan WNI, seluruh staf KBRI di Manila

berupaya melakukan kontak langsung dengan pihak penyandera. KBRI Manila

berupaya membentuk sebuah tim yang disebut dengan Tim Badoewi. Tim ini terdiri

dari unsur diplomat, TNI dan intelijen, serta lembaga internasional lainnya. Tim

Badoewi yang berada dalam bagian negosiator kemudian membuat sebuah proposal

yang akan digunakan untuk melakukan negosiasi atau dialog langsung dalam upaya

pembebasan sandera. Proposal tersebut dapat dijadikan alat agar negosiasi berjalan

24
Muhammad Taufiqqurahman, Pembebasan 10 Sandera WNI di Filipina: Diplomasi Tanpa Bedil,
http://news.detik.com/berita/3201168/pembebasan-10-sandera-wni-di-filipina-diplomasi-tanpa-
bedil?mpnews, diakses pada tanggal 25 maret 2017.

25
Marsda Pur Prayitno Ramelan, Langkah Strategis dan Taktis Menghadapi Gangguan Abu Sayyaf,
http://ramalanintelijen.net/langkah-strategis-dan-taktis-menghadapi-gangguan-abu-sayyaf/, diakses
pada tanggal 25 Maret 2017.

18
lancar karena Eddy dan tim Badoewi sudah melakukan riset dan penelitian soal tentang

tentang motivation and root causes of terrorism di wilayah Filipina sejak 2012 silam.

Pada akhirnya dapat terjun langsung dalam tim negosiator dan membantu pemerintah

Indonesia sejak kabar penyanderaan Abu Sayyaf diterima.

Dalam menjalankan negosiasi melalui pendekatan pendidikan tersebut, Tim

Badoewi juga melibatkan Tim Kemanusiaan Surya Paloh bersama dengan Yayasan

Sukma (Sekolah Sukma Bangsa di Aceh) di gerakkan oleh Ahmad Baedowi dan

Samsul Rizal Panggabean dalam proses pembebasan ini. Eddy Mulya meyakini bahwa

adanya keterkaitan antara proposal yang dibuatnya dengan peran Yayasan Sukma yang

akan dilakukan dalam proses negosiasi tersebut. Yayasan ini telah diketahui terlibat

dengan berbagai kerja sama pendidikan, termasuk dengan pesantren-pesantren di Moro

Selatan, Filipina. Sehingga, pendekatan pendidikan dipilih sebagai alat untuk

melakukan negosiasi pembebasan karena adanya kerjasama pendidikan antara Yayasan

Sukma dan pemerintah otonomi Moro Selatan.26

Jaringan Yayasan Sukma di bawah koordinasi Pemerintah Indonesia terlibat

negosiasi dan dialog langsung dengan sejumlah tokoh, lembaga swadaya masyarakat

dan lembaga kemanusian di daerah Sulu Filipina yang memilik akses kepada pihak

kelompok Abu Sayyaf. Proses pembebasan berlangsung dinamis dan lancar karena

Yayasan Sukma menggunakan pendekatan pendidikan yang sebelumnya terlibat

kerjasama dengan pemerintah otonomi Moro Selatan.

26
Muhammad Taufiqqurahman, KBRI Manila: Ini Kerja Sama Diplomat, TNI, Intel Dan Lembaga
Internasional, http://news.detik.com/berita/d-3201120/kbri-manila-ini-kerja-sama-diplomat-tni-intel-
dan-lembaga-internasional/komentar, diakses pada tanggal 25 Maret 2017.

19
KESIMPULAN

Upaya Pemerintah Republik Indonesia Melalui KBRI di Manila Dalam Penyelamatan

WNI yang diSandera Oleh Pihak Abu Sayyaf diperlukan kecermatan dan kehati-hatian karena

pelakunya merupakan kombinasi antara perompak dan kelompok teroris. Negosiasi yang

intensif antara Pemerintah Indonesia dengan Filipina dilakukan untuk pembebasan sandera.

Aksi terorisme maritim Abu Sayyaf, selain bermotif finansial juga berlandaskan perlawanan

yang sifatnya politik idiologis, sehingga sangat membutuhkan penanganan yang hati-hati oleh

Pemerintah Republik Indonesia dan Filipina. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan

upaya pembebasan yang melibatkan semua pihak bukan hanya antar pemerintah Indonesia dan

Filipina saja, namun merupakan bentuk diplomasi total. Diplomasi total dimaksudkan tidak

hanya fokus pada Government to Government tetapi melibatkan jaringan informal lainnya

seperti Tim Kemanusiaan Surya Paloh bersama dengan Yayasan Sukma (Sekolah

Sukma Bangsa di Aceh) serta Tim Badoewi bentukan KBRI di Manila dimana semua

komunikasi, semua jaringan dan semua opsi dibuka dengan tujuan mengupayakan keselamatan

WNI korban penyanderaan.

Pada upaya pembebasan sandera Abu Sayyaf, dalam tahap persiapan KBRI Manila

tmembentuk sebuah Tim yang disebut dengan Tim Badoewi. Tim ini terdiri dari unsur

diplomat, TNI dan intelijen, serta lembaga internasional lainnya. Tim Badoewi yang berada

dalam bagian negosiator kemudian membuat sebuah proposal pembebasan. Proposal

pembebasan itu kemudian dijalankan untuk melakukan negosiasi pembebasan sandera ABK

WNI. Proposal itu dibuat dengan bantuan dari Tim Kemanusiaan Surya Paloh bersama dengan

Yayasan Sukma (Sekolah Sukma Bangsa di Aceh)

20
Pada proses selanjutnya digunakan strategi negosiasi agar hasil negosiasi yang dicapai

sesuai dengan yang diinginkan. Terkait upaya pembebasan ABK Indonesia dari penyanderaan

Abu Sayyaf, pihak Indonesia menggunakan strategi pada gambit awal yaitu melakukan flinch

terhadap permintaan yang diajukan oleh penyandera dengan tidak mengikuti kemauan

penyandera untuk menyediakan uang tebusan yang diminta penyandera.

Selanjutnya pada tahap berikutnya, negosiasi dilakukan dengan menggunakan strategi

gambit negosiasi tengah yaitu dengan taktik menghadapi orang yang tidak memiliki wewenang

memutuskan. Upaya pembebasan ABK Indonesia dari penyanderaan Abu Sayyaf negosiasi

dilakukan dengan langkah Negosiasi satu pintu. Negosiasi satu pintu memungkinkan

negosiator melakukan pendekatan dan mengarahkan penyandera. Selain itu, isu solidaritas

seagama serta bantuan pendidikan juga digunakan untuk membujuk penyandera melepaskan

sandera tanpa tebusan.

Pada tahap akhir, proses negosiasi dalam upaya pembebasan sandera ABK Indonesia

ini dilakukan dengan menggunakan strategi gambit negosiasi akhir yaitu dengan cara

meruncingkan konsesi terhadap pihak penyandera dan juga menggunakan taktik positioning

for easy acceptance. Upaya pembebasan sandera ini dilakukan berulang kali dengan

melibatkan berbagai pihak. Pihak Indonesia pada awalnya melakukan perundingan atau

negosiasi dengan pihak Pemerintah Filipina untuk mencari solusi pembebasan sandera.

Selanjutnya, KBRI Manila membentuk sebuah tim yang terdiri dari unsur diplomat, TNI dan

intelijen, serta lembaga internasional lainnya yang disebut dengan Tim Badoewi. Tim Badoewi

yang berada dalam bagian negosiator kemudian membuat sebuah proposal. Proposal

pembebasan itu yang dijalankan untuk melakukan negosiasi pembebasan sandera ABK WNI.

Upaya pembebasan sandera ABK WNI telah dilakukan sejak 23 April 2016 dan telah

menyelamatkan 25 WNI yang disandera oleh Abu Sayyaf.

21
22

Anda mungkin juga menyukai