Anda di halaman 1dari 60

MODUL KETERAMPILAN KLINIS

BLOK REPRODUCTIVE SYSTEM

Penyusun

Adril Arsyad Hakim


Ronald Sitohang
Emir Taris Pasaribu
Hasanul Arifin
M. Rusda
M. Fidel Ganis Siregar
Cut Aria Arina
Iqbal Pahlevi Nasution
Hidayat S
Almaycano Ginting
Halomoan Hutagalung
Yoan Carolina P
Deri Edianto
Cut Adeya Adella
Riza Rivanni

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

0
MODUL KETERAMPILAN KLINIS BLOK REPRODUCTIVE SYSTEM

I. PENDAHULUAN

Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan


Clinical Sklills Lab untuk mahasiswa semester 3 dilaksanakan pada Blok Reproductive
System.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai
dengan Standar Kompotensi Dokter Indonesia adalah keterampilan klinik yang akan
diajarkan pada Reproductive System ini. Kepada mahasiswa semester 3 akan diajarkan 8
jenis keterampilan klinis pada blok Reproductive System. Keterampilan klinik yang
akan diajarkan pada mahasiswa adalah keterampilan untuk melakukan :

1. History Taking Obstetri dan ginekologi


2. Pemeriksaan Ibu Hamil Cara Leopold
3. Pemeriksaan Ginekologis
4. History Taking kelainan Payudara
5. Persalinan Normal (kala I dan II)
6. Persalinan Normal (kala III dan IV)
7. Pemeriksaan Paps Smear dan Pemeriksaan Apusan Vagina
8. Pemeriksaan fisik payudara

II. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Reproductive System ini,
mahasiswa dapat terampil melakukan History taking obstetri dan ginekologi,
Pemeriksaan obstetrik, Pemeriksaan ginekologis, History taking kelainan payudara
persalinan normal, Pemeriksaan paps smear dan pemeriksaan apusan vagina,dan
Pemeriksaan fisik payudara.

2. TUJUAN KHUSUS

2.1. Mahasiswa mampu melakukan Anamnesis Obstetri dan ginekologi


2.2. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Obstetrik
2.3. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Ginekologi
2.4 Mahasiswa mampu melakukan history taking kelainan Payudara
2.5. Mahasiswa mampu melakukan Persalinan Normal Kala I s.d IV
2.6 Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Paps mear dan pemeriksaan apusan
vagina
2.7. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan fisik payudara

1
SL.III. RS .1
KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN (HISTORY TAKING) OBSTETRI
& GINEKOLOGI
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adeya Adella, Riza Rivani

I. PENDAHULUAN

PENGERTIAN

Dengan berkomunikasi yang terampil, riwayat pasien yang lengkap sudah harus
didapatkan pada kunjungan pertama pasien. Bersamaan dengan hasil pemeriksaan fisik
komunikasi untuk mendapatkan informasi yang optimal akan memberikan landasan pada
seorang dokter untuk merencanakan pertanyaan prenatal lebih lanjut secara individual
selama kehamilan pada kasus obstetri dan penanganan selanjutnya pada kasus
ginekologis.
Pasien dengan komplikasi kehamilan dan persalinan atau kelainan ginekologis
biasanya juga mengalami gangguan psikis atau ketegangan jiwa, sehingga sulit untuk
berkomunikasi. Pada keadaan seperti ini harus di upayakan untuk segera menciptakan
hubungan atau komunikasi yang positif untuk mengurangi kecemasan pasien sehingga
pasien merasa sangat diperhatikan.
Terkadang pasien akan kesulitan (terutama bila ada unsur kesenjangan) untuk
menjawab atau menjelaskan faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab suatu
komplikasi. Dalam hal ini seorang dokter perlu menjelaskan secara rinci tentang kaitan
informasi yang diinginkan dengan rencana tentang kaitan informasi yang diinginkan
dengan rencana penerangan selanjutnya.
Membina hubungan komunikasi yang baik antara pasien-dokter dengan dilandasi
rasa saling percaya di antara kedua belah pihak akan sangat membantu dalam
mendapatkan informasi yang diharapkan dalam upaya menegakkan diagnosa untuk
merencanakan penatalaksanaan selanjutnya terhadap pasien.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1 TUJUAN UMUM :


Setelah selesai melakukan latihan ini mahasiswa diharapkan mampu menggali
dan bertukar informasi (verbal / non-verbal) dengan pasien / keluarga pasien,
kolega dan profesi lain.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui kerangka history taking keadaan obstetri dan ginekologi baik
fisiologis maupun patologisnya.
2. Menemukan keluhan utama beserta lamanya.
3. Menguraikan perjalanan penyakit (telaah) secara deskriptif dan kronologis.
4. Mendapatkan riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan keluhan.
5. Menelusuri adanya kelainan obstetri dan ginekologi
6. Menerapkan dasar teknik komunikasi dan berperilaku yang sesuai dengan
sosio-budaya pasien dalam hubungan dokter- pasien dan keluarganya.

III. RUJUKAN

1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007

2
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC, Wenstrom
KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw Hill; 2005.
3. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and infertility, 7th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
4. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2005.
5. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku acuan
nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI;
2001.
6. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku panduan praktis
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2002.
7. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed. St. Louis;
1995.

IV. PERALATAN DAN BAHAN

- Meja 1 buah
- Kursi 3 buah
- Alat tulis
- Pasien simulasi yang diperankan oleh mahasiswa
- Naskah Skenario (diminta)

V. TEKNIK PELAKSANAAN

A. HISTORY TAKING OBSTETRI

I. Perkenalan

1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan


2. Mempersilahkan pasien duduk/berbaring
3. Secara rutin ditanyakan identitas ibu hamil dan suami berupa nama, umur,
agama, pekerjaan, pendidikan, suku/bangsa, pendapatan tiap bulan dan alamat.

II. Mengevaluasi Keluhan Utama


- Apakah keluhan ibu saat ini ? (sudah berapa lama ?)
Apakah saat ini ibu mengalami :
Mual-mual
Muntah
Pusing
Sering Meludah (hipersalivasi)
Apakah ibu ada masalah tentang :
Nafsu makan
Tidur
Miksi
Defekasi
Trauma Abdomen
- Riwayat Hamil Muda
Apakah ibu saat hamil muda mengalami :
Mual-mual
Muntah
Pusing
Sering meludah (hipersalivasi)
Rawat inap karena hiperemesis

3
III. Menelusuri Riwayat Obstetri
1. Menanyakan tentang Riwayat Penyakit Umum
Apakah ibu pernah menderita Asma (sesak nafas)?
Apakah ibu pernah menderita penyakit Jantung dan hipertensi, kejang-kejang?
Apakah ibu pernah menderita penyakit diabetes atau kencing manis?
Apakah ibu pernah menderita penyakit berat lainnya
2. Sudah berapa lama menikah dan ini pernikahan yang ke berapa ?
3. Apakah ada menggunakan kontrasepsi dalam 3 bulan
terakhir ?
Sebutkan jenis kontrasepsi yang digunakan (pil, suntik, implan, spiral, dll).
4. Menanyakan tentang riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya :
Ini hamil keberapa ?
Pernah melahirkan berapa kali? Jika pernah tanyakan proses kelahiran
sebelumnya, ditolong oleh siapa, berat badan bayi, dan kesehatan anak saat
ini.
Pernah keguguran, berapa kali ?
Bila pernah keguguran tanyakan apakah dikuret atau tidak dan apakah ada
penanganan lebih lanjut (pemeriksaan laboratorium, patologi anatomi dan
terapi lanjutan)
5. Kapankah hari pertama dari haid terakhir ibu ?
Nb : HPHT adalah hari pertama (tanggal dan bulan) ibu mendapat haid pada
siklus haid yang terakhir
Apakah haid ibu teratur ? (21-35 hari)

IV. Dokumentasi

B. HISTORY TAKING GINEKOLOGI

I. Perkenalan
1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan
2. Mempersilahkan pasien duduk/berbaring
3. Secara rutin ditanyakan identitas ibu dan suami berupa nama, umur, agama,
pekerjaan, pendidikan, suku/bangsa, pendapatan tiap bulan, alamat dan sudah
menikah atau belum.

II. KELUHAN UTAMA PENDERITA


1. Perdarahan
Perlu ditanyakan apakah perdarahan itu ada
hubungannya dengan siklus haid ?
Banyaknya perdarahan ?
Lamanya perdarahan ?
Adakah sebelum perdarahan, pasien tidak mendapa haid ?
Adakah perdarahan ini disertai keluarnya jaringan ?
Adakah perdarahan ini disertai rasa nyeri perut ?
Adakah perdarahan terjadi setelah koitus ?

2. Rasa Nyeri
Dimanakah rasa nyeri dirasakan : perut, panggul, pinggang atau alat kelamin luar.
Tentukan waktu timbulnya rasa nyeri
Apakah nyeri hilang timbul / terus menerus
Apakah rasa nyeri ini timbul tiba-tiba /telah berlangsung lama?
Apakah nyeri timbul pada saat haid ?
Apakah nyeri timbul pada saat koitus ?

4
Apakah rasa nyeri ini sampai menganggu aktifitas sosial / pekerjaan sehari-hari ?
Adakah pasien meminum obat untuk menghilangkan nyeri?

3. Benjolan
Sudah berapa lamakah benjolan dirasakan ?
Apakah benjolan semakin membesar ?
Disertai rasa nyeri atau tidak ?

4. Tidak Haid
Menanyakan berapa lama tidak haid
Menanyakan apakah sudah pernah haid sebelumnya
Jika sudah pernah haid, usia berapa pertama kali haid
Apakah ada pertumbuhan payudara, rambut kemaluan dan aksila

5. Keputihan
Sudah berapa lamakah keluhan keputihan dirasakan?
Apakah sifatnya terus menerus atau pada waktu tertentu ?
Banyaknya keputihan ?
Bagaimana warna dari cairan keputihan yang keluar dari kemaluan ?
Baunya bagaimana ?
Adakah disertai rasa gatal dan/atau nyeri ?
6. Miksi
Mengetahui adanya rasa nyeri waktu buang air kecil
Seberapa seringnya buang air kecil ?
Apakah buang air kecil tidak lancar atau tertahan

7. Defekasi
Adakah kesulitan dalam buang air besar ?
Apakah buang air besar disetai rasa nyeri ?
Apakah kotorannya encer, bercampur lendir, nanah atau darah ?
Adakah keluarnya kotoran juga melalui kemaluan ?

8. Status gizi
Apakah ibu mangalami gangguan nafsu makan?
Jika ya, apakah disertai dengan berat badan yang menurun?

III. Menelusuri Riwayat Penyakit Umum, Obstetri dan Ginekologi

1. Riwayat Penyakit Umum


Perlu ditanyakan apakah penderita pernah menderita penyakit berat, TBC,
jantung, ginjal, penyakit darah & DM
Riwayat operasi non ginekologi, misalnya : strumektomi, appendektomi, dll
Riwayat pemakaian obat?
2. Riwayat Obstetri/ Menanyakan paritas
Perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya :
Apakah berakhir dengan keguguran, telah berapa kali keguguran dan apakah
dikuretase ?
Apakah persalinannya normal atau dengan tindakan?
3. Riwayat Ginekologi
Riwayat operasi ginekologi, apakah pasien pernah menderita penyakit kista,
mioma ?
Riwayat pemakaian obat (berkaitan dengan penyakit kista atau mioma)

5
4. Riwayat Haid
Apakah sudah pernah haid? Jika ya :
Menarche pada umur berapa?
Siklus haid teratur atau tidak ?
Banyaknya darah yang keluar sewaktu haid, berapa kali ganti doek, apakah ada
gumpalan darah ? (normal: 60 cc/hari)
Lamanya haid (normal 120 jam)
Bagaimana warna darah haidnya? (merah kecoklatan)
Disertai rasa nyeri atau tidak?
Haid terakhir tanggal berapa, 3 bulan terakhir ?
Bila menopause, ditanyakan sudah berapa lama berhenti haidnya
5. Riwayat KB (bila ada)
Apa jenis KB yang dipakai
Lama pemakaian
Keluhan selama pemakaian
6. Riwayat Koitus (bila pasien infertil)
Frekuensi koitus
Nyeri saat koitus

IV. Dokumentasi

V. A LEMBAR PENGAMATAN HISTORY TAKING OBSTETRI

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. Perkenalan
1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan

2. Mempersilahkan pasien duduk/berbaring

3. Menanyakan identitas ibu hamil dan suami berupa nama, umur,


agama, pekerjaan, pendidikan, suku/bangsa, pendapatan tiap
bulan dan alamat
II. Mengevaluasi Keluhan Utama
1. Menanyakan keluhan ibu saat ini (sudah berapa lama ?)
Apakah saat ini ibu mengalami :
Mual-mual
Muntah
Pusing
Sering meludah (hipersalivasi)
Apakah ibu ada masalah tentang :
Nafsu makan
Tidur
Miksi
Defekasi
Trauma abdomen
2. Menanyakan riwayat hamil muda
Apakah ibu saat hamil muda mengalami :
Mual-mual
Muntah
Pusing
Sering meludah (hipersalivasi)

6
Rawat inap karena hiperemesis
III. MENELUSURI RIWAYAT OBSTETRI
1. Menanyakan tentang riwayat penyakit umum :
Apakah ibu pernah menderita Asma (sesak nafas)?
Apakah ibu pernah menderita penyakit Jantung dan hipertensi,
kejang-kejang?
Apakah ibu pernah menderita penyakit diabetes ataukencing
manis?
Apakah ibu pernah menderita penyakit berat lainnya
2. Menanyakan berapa lama sudah menikah dan ini pernikahan
yang ke berapa
3. Menanyakan penggunakan kontrasepsi dalam 3 bulan terakhir
dan jenis kontrasepsi yang digunakan (pil, suntik, implan, spiral,
dll)
4. Menanyakan tentang riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya :
Ini hamil keberapa ?
Pernah melahirkan berapa kali, jika ada tanyakan proses
kelahiran sebelumnya, ditolong oleh siapa, berat badan bayi,
dan kesehatan anak saat ini.
Pernah keguguran, berapa kali ?
Bila pernah keguguran tanyakan apakah dikuret atau tidak dan
apakah ada penanganan lebih lanjut (pemeriksaan laboratorium,
patologi anatomi dan terapi lanjutan)
5. Menanyakan hari pertama dari haid terakhir ibu
Nb : HPHT adalah hari pertama (tanggal dan bulan) ibu
mendapat haid pada siklus haid yang terakhir
Apakah haid ibu teratur ? (21-35 hari)
IV. Dokumentasi
1. Mencatat hasil komunikasi dalam formulir history taking
2. Menjelaskan anjuran selanjutnya.

Note : Ya = mahasiswa melakukan


Tidak = mahasiswa tidak melakukan

7
B. HISTORY TAKING GINEKOLOGI

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. Perkenalan
1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan
2. Mempersilahkan pasien duduk/berbaring
3. Menanyakan ibu dan suami berupa nama, umur, agama, pekerjaan,
pendidikan, suku/bangsa, pendapatan tiap bulan, alamat dan sudah
menikah atau belum.

II. KELUHAN UTAMA PENDERITA

1. Perdarahan
Menanyakan adanya perdarahan dan hubungannya dengan
siklus haid ?
Banyaknya perdarahan ?
Lamanya perdarahan ?
Adakah sebelum perdarahan, pasien tidak mendapa haid ?
Adakah perdarahan ini disertai keluarnya jaringan?
Adakah perdarahan ini disertai rasa nyeri perut ?
Adakah perdarahan terjadi setelah koitus ?
2. Rasa Nyeri
Menanyakan dimana rasa nyeri dirasakan : perut, panggul,
pinggang atau alat kelamin luar.
Tentukan waktu timbulnya rasa nyeri
Apakah nyeri hilang timbul / terus menerus
Apakah rasa nyeri ini timbul tiba-tiba /telah berlangsung
lama?
Apakah nyeri timbul pada saat haid ?
Apakah nyeri timbul pada saat koitus ?
Apakah rasa nyeri ini sampai menganggu aktifitas sosial /
pekerjaan sehari-hari ?
Adakah pasien meminum obat untuk menghilangkan nyeri?
3. Benjolan
Menanyakan sudah berapa lama benjolan dirasakan
Apakah benjolan semakin membesar ?
Disertai rasa nyeri atau tidak ?
4. Tidak Haid
Menanyakan berapa lama tidak haid
Menanyakan apakah sudah pernah haid sebelumnya
Jika sudah pernah haid, usia berapa pertama kali haid
Apakah ada pertumbuhan payudara, rambut kemaluan dan
aksila

5. Keputihan
Menanyakan sudah berapa lama keluhan keputihan
dirasakan
Apakah sifatnya terus menerus atau pada waktu tertentu ?
Banyaknya keputihan ?
Bagaimana warna dari cairan keputihan yang keluar dari
kemaluan ?
Baunya bagaimana ?
Adakah disertai rasa gatal dan/atau nyeri ?

8
6. Miksi
Menanyakan adanya rasa nyeri waktu buang air kecil
Seberapa seringnya buang air kecil ?
Apakah buang air kecil tidak lancar atau tertahan
7. Defekasi
Menanyakan apakah ada kesulitan dalam buang air besar .
Apakah buang air besar disetai rasa nyeri ?
Apakah kotorannya encer, bercampur lendir, nanah atau
darah ?
Adakah keluarnya kotoran juga melalui kemaluan ?
8. Status gizi
Menanyakan apakah ada gangguan nafsu makan
Jika ya, apakah disertai dengan berat badan yang menurun.

III. Menelusuri Riwayat Penyakit Umum, Obstetri dan


Ginekologi
1. Riwayat Penyakit Umum
Menanyakan apakah pernah menderita penyakit berat,
TBC, jantung, ginjal, penyakit darah & DM
Menanyakan riwayat operasi non ginekologi, misalnya :
strumektomi, appendektomi, dll
Menanyakan riwayat pemakaian obat
2. Riwayat Obstetri/ Menanyakan paritas
Menanyakan apakah pernah keguguran, telah berapa kali
dan apakah dikuretase?
Menanyakan persalinan normal atau dengan tindakan.
3. Riwayat Ginekologi
Menanyakan riwayat operasi ginekologi, apakah pasien
pernah menderita penyakit kista, mioma ?
Menanyakan riwayat pemakaian obat (berkaitan dengan
penyakit kista atau mioma)
4. Riwayat Haid
Menanyakan apakah sudah pernah haid? Jika ya :
Menarche pada umur berapa?
Siklus haid teratur atau tidak ?
Banyaknya darah yang keluar sewaktu haid, berapa kali
ganti doek, apakah ada gumpalan darah ? (normal: 60
cc/hari)
Lamanya haid (normal 120 jam)
Bagaimana warna darah haidnya? (merah kecoklatan)
Disertai rasa nyeri atau tidak?
Haid terakhir tanggal berapa, 3 bulan terakhir ?
Bila menopause, ditanyakan sudah berapa lama berhenti
haidnya
5. Riwayat KB (bila ada)
Menanyakan jenis KB yang dipakai
Lama pemakaian
Keluhan selama pemakaian
6. Riwayat Koitus (bila pasien infertil)
Menanyakan frekuensi koitus
Menanyakan nyeri saat koitus
IV. Dokumentasi
1. Mencatat hasil komunikasi dalam formulir history taking
2. Menjelaskan anjuran selanjutnya.

9
C. STATUS OBSTETRI

D. STATUS GINEKOLOGI

IDENTITAS
Nama :...............................................................................................
Umur :................................................................................................
Agama :...............................................................................................
Pekerjaan : ..............................................................................................
Pendidikan : .............................................................................................
Suku/Bangsa : ...............................................................................................
Pendapatan/Bln : ...............................................................................................
Alamat : ..............................................................................................
Status : Menikah / Belum Menikah / Janda

ANAMNESA
A. KELUHAN UTAMA :
Telaah I. A. PERDARAHAN
- Banyaknya : .......... doek/hari - Disertai Jaringan/daging :Ya /Tidak
- Lamanya : .................. hari - Disertai rasa nyeri : + / -
- Warna : ............................. - Perdarahan setelah koitus : + / -
B. NYERI
- Nyeri di bagian mana : ............... - Apakah nyeri timbul pada saat
haid : Ya / Tidak
- Sifat nyeri : ................................. - Nyeri timbul pada saat koitus :
Ya / Tidak
- Nyeri timbul : tiba-tiba / telah
berlangsung lama
C. BENJOLAN
- Sudah berapa lama : ...hr/bln/thn - Nyeri : + / -
- Benjolan cepat membesar : - Riwayat Penurunan Berat Badan :
Ya / Tidak +/-
D. KEPUTIHAN
- Lamanya : .................. hari - Warnanya : ...........................
- Kapan : terus menerus / waktu - Bau : + / -
tertentu (jelaskan waktunya - Gatal : + / -
berdasarkan waktu haid) - Nyeri : + / -
II. MIKSI / BUANG AIR KECIL
- Nyeri : + / - , saat : sebelum / pada saat / sesudah BAK
- Frekuensi : .................. x / hari - Volume : sedikit / banyak
III. DEFEKASI
- Sulit BAB : + / - - Nyeri : + / -
- Konsistensi : encer / padat ; bercampur : lendir / nanah / darah

10
B. RIWAYAT PENYAKIT UMUM
TBC : + / - Jantung : + / - Ginjal : + / - DM : + / -
Riwayat Operasi : Ya / Tidak, bila ya sebutkan operasi apa : ..........................

C. RIWAYAT OBSTETRI
JENIS KELAHIRAN UMUR DITOLONG KETERANGAN
Aterm/Prematur/Abortus SEKARANG OLEH

D. RIWAYAT HAID
- Menarche : ................. - Nyeri : + / -
- Siklus Haid : teratur / tidak teratur - Haid terakhir : tgl...../ bln......./ thn..........
- Banyaknya : ................ doek / hari - (Bila menopause) sudah berapa lama tidak
- Lamanya : ................... hari dapat haid :............ tahun

E. RIWAYAT KB (Bila ada)


- Jenis KB : ..................... - Lama pemakaian : ......................

F. RIWAYAT PERNIKAHAN
- Kawin : ........................... kali Umur kawin I : .................... tahun
II : ................... tahun
III : ... tahun

G. Riwayat Gizi : - Baik


- Kurang

11
12
13
SL.III.RS.2
KETERAMPILAN KLINIS
PEMERIKSAAN IBU HAMIL CARA LEOPOLD
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adeya Adella, Riza Rivani

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan dasar obstetri pada umumnya adalah pemeriksaan /


perawatan prenatal, pemeriksaan panggul, palpasi dan auskultasi.
Pemeriksaan prenatal berfokus pada hal-hal penting yang harus segera
dikenali dan perubahan kondisi sesuai bertambahnya usia kehamilan.
Pemeriksaan panggul bertujuan untuk mengetahui luas pintu atas panggul
(PAP) dan penggolongan jenis panggul. Sedangkan palpasi dan auskultasi
bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan, letak, presentasi, jumlah bayi,
kondisi bayi dan kesesuaian dengan jalan lahir.
Pemeriksaan palpasi yang dilakukan untuk seorang ibu hamil adalah
pemeriksan dengan cara Leopold. Dengan pemeriksaan palpasi pada ibu
hamil di atas usia kehamilan 20 minggu secara leopold ini dapat kita
tentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU).

Konsep pelayanan kesehatan prakehamilan telah ditegakkan, dan idealnya,


perawatan prenatal harus merupakan lanjutan dari misalnya program
pengawasan dokter untuk wanita.

Akses keperawatan prenatal sangat penting. Kebanyakan layanan perawatan


prenatal dilakukan diluar rumah sakit. Pembuatan mata rantai antara tempat
praktek dokter pribadi, klinik masyarakat, dan rumah sakit penting untuk
memungkinkan akses pelayanan tambahan untuk pasien yang berisiko
tinggi. Pertalian ini juga diperlukan untuk transfer tepat waktu mengenai
informasi antenatal dan status risiko pasien untuk memastikan ketepatan
waktu melahirkan dan perawatan neonatus.

Leopold I : - Pemeriksa menghadap ke


Arah muka ibu hamil
- Menentukan tinggi fundus
uteri
- Konsistensi uterus

Gambar 1. Leopold I

14
Leopold II : - Menentukan batas samping
rahim kanan-kiri.
- Menentukan letak punggung
janin
- Pada letak lintang. Tentukan
dimana kepala janin.

Gambar 2. Leopold II

Leopold III : - Menentukan bagian terbawah


janin.
- Apakah bagaian
terbawah sudah masuk
atau masih bisa
digoyang

Gambar 3. Leopold III

Leopold IV : - Pemeriksa menghadap ke


kaki ibu hamil
- Menentukan bagian
terbawah apa dan berapa
jauh sudah memasuki PAP
- Menentukan seberapa jauh
kepala atau terbawah janin
masuk PAP, dengan
perlimaan (5) jari.
Pemeriksaan ini bukan dari
leopold tapi dari partogram

Gambar 4. Leopold IV

15
II. TUJUAN

II.1 TUJUAN UMUM:

Setelah selesai melakukan latihan pemeriksaan obstetrik ini


mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Leopold dan menentukan
usia kehamilan (dalam minggu).

II. 2 TUJUAN KHUSUS :


Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan obstetri, yaitu :
1. Menentukan tinggi fundus uteri (Leopold I) dan usia
kehamilan
2. Menentukan letak punggung janin (Leopold II)
3. Menentukan bagian terbawah janin (Leopold III)
4. Menentukan berapa jauh bagian terbawah janin sudah
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) (Leopold IV)

Mengukur tinggi fundus uteri


- Dilakukan pada usia kehamilan di atas 20 minggu.
- Pastikan tidak terjadi kontraksi selama penilaian
- Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur
- Mulai dari tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga ke puncak
fundus uteri mengikuti aksis atau linea medialis pada abdomen
- Pita pengukur harus menempel pada kulit abdomen.
- Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah
tinggi fundus.
- Untuk kehamilan 20 hingga 32 minggu ekivalen dengan pengukuran
dalam centimeter (misal: hasil pengukuran 28 cm ekivalen dengan
usia kehamilan 28 minggu

II. RUJUKAN
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw
Hill; 2005.
2. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and
infertility, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005.
4. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku
acuan nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: JNPKKR-POGI; 2001.
5. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.

16
6. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed.
St. Louis; 1995.
7. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi
dan ginekologi, edisi pertama. Jakarta: Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2006.
8. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
9. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kandungan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
10.Rock JA, Jones III HW. Te Lindes operative gynecology, 10th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
11.Berek JS. Bereks and Novak gynecology. 14th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2007.
12.Disaia PJ, Creasman WT. Clinical gynecologic oncology, 7th ed. New
York: Mosby Elsevier; 2007.
13.Hankins GDV, Clark SL, Cunningham FG, Gilstrap III LC.
Operative obstetrics. Norwalk: Appleton & Lange; 1995.
14.Baziad A. Endokrinologi ginekologi, edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius; 2008.
15.DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current diagnosis
& treatment obstetrics & gynecology. New York: McGraw Hill; 2007

IV. PERALATAN DAN BAHAN


1. Meja 1 buah + alat tulis
2. Kursi 3 buah
3. Manikin
4. Pita pengukur (centimeter)
5. Tempat cuci tangan, air, sabun, alat pengering tangan
6. Meja periksa / tempat tidur pasien
7. Kain penutup untuk ibu

V. TEKNIK PELAKSANAAN

Pemeriksaan ibu hamil cara Leopold :

A. Mempersiapkan Ibu Hamil

1. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil


2. Meminta izin kepada ibu hamil untuk memulai pemeriksaan
3. Ibu hamil berbaring telentang, kepala dan bahu ditinggikan sedikit
dengan menggunakan bantal dan lutut ditekuk.

17
B. Melakukan Pemeriksaan Palpasi dengan Cara Leopold I

1. Pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil


2. Kedua tangan pemeriksa mencari letak fundus uteri mulai dari
bagian atas benjolan.
3. Tentukan tinggi fundus uteri tersebut dengan pita pengukur yang
diletakkan menempel dinding abdomen mulai dari tepi atas simfisis
pubis ke puncak fundus uteri melewati linea medialis.
4. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah
tinggi fundus (cm)
5. Tentukanlah bagian janin yang teraba di daerah fundus uteri tersebut
Apakah bagian yang teraba keras dan melenting (kepala)
Apakah bagian yang teraba lunak (bokong)
Tidak ada bagian yang teraba (letak lintang)
6. Tentukanlah konsistensi uterus
Lunak / keras
Adakah kontraksi dirasakan
Catatan :
Dilakukan pada usia kehamilan 20-32 minggu.
Pastikan tidak terjadi kontraksi selama pemeriksaan tinggi fundus
uteri.

C. Melakukan Pemeriksaan Palpasi dengan Cara Leopold II

1. Posisi pemeriksa tidak berubah, tetap menghadap muka pasien


2. Posisi kedua tangan berpindah ke kanan dan kiri uterus
3. Tentukanlah letak punggung janin dengan cara :
Merasakan bagian uterus yang lebih tegang
Merasakan bagian-bagian kecil janin
Merasakan gerakan janin

D. Melakukan Pemeriksaan Palpasi dengan Cara Leopold III

1. Posisi pemeriksa kini menghadap ke perut ibu hamil


2. Tangan kanan diletakkan di atas simfisis dengan posisi mencengkeram
dengan halus.
3. Tentukan bagian terbawah janin :
Apakah bagian yang teraba keras dan melenting (kepala)
Apakah bagian yang teraba lunak (bokong)
Tidak ada bagian yang teraba (letak lintang)
4. Tentukan apakah bagian terbawah janin sudah memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP) dengan memegang sisi kiri dan kanan bagian terbawah
janin (dicengkeram dengan halus), dicoba untuk digoyangkan ke kiri
dan ke kanan. Bila tidak dapat digoyang berarti bagian terbawah telah
memasuki PAP.

18
E. Melakukan Pemeriksaan Palpasi dengan Cara Leopold IV

1. Posisi pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil


2. Dengan posisi telapak tangan berada di kiri dan kanan bagian
terbawah janin (konvergen/divergen) untuk menentukan sudah berapa
jauh bagian terbawah masuk ke PAP (cara partogram) :
Bila keseluruhan kepala dianggap ukurannya adalah 5 jari
Tinggal berapa jari yang tersisa yang dapat diraba diatas simfisis
Bila 5 jari yang tersisa 5/5
Bila 4 jari yang tersisa 4/5
Bila 3 jari yang tersisa 3/5
Bila 2 jari yang tersisa 2/5
Bila 1 jari yang tersisa 1/5
Catatan : - Leopold IV hanya dapat dilakukan pada usia
kehamilan > 37 minggu

V. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN IBU HAMILCARA


LEOPOLD

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. MEMPERSIAPKAN IBU HAMIL
1. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil
2. Meminta izin kepada ibu hamil untuk memulai
pemeriksaan
3. Meminta Ibu hamil berbaring telentang, kepala dan bahu
ditinggikan sedikit dengan menggunakan bantal dan
lutut ditekuk.
II. MELAKUKAN PEMERIKSAAN PALPASI DENGAN CARA
LEOPOLD I
1. Pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil
2. Mencari letak fundus uteri mulai dari prosesus
xipoideus dengan kedua tangan
3. Menentukan tinggi fundus uteri dengan pita pengukur
yang diletakkan menempel dinding abdomen mulai dari
tepi atas simfisis pubis ke puncak fundus uteri melewati
linea medialis (dalam cm)
4. Menentukanlah bagian janin yang teraba di daerah
fundus uteri :
Bagian yang teraba keras dan melenting (kepala)
Bagian yang teraba lunak (bokong)
5. Menentukan konsistensi uterus
Lunak / keras
Adakah kontraksi dirasakan
III. MELAKUKAN PEMERIKSAAN PALPASI DENGAN CARA
LEOPOLD II

19
1. Posisi pemeriksa tidak berubah, tetap menghadap muka
pasien
2. Memindahkan kedua tangan ke kanan dan kiri uterus
3. Menentukan letak punggung janin dengan cara :
Merasakan bagian uterus yang lebih tegang
Merasakan bagian-bagian kecil janin
Merasakan gerakan janin
IV. MELAKUKAN PEMERIKSAAN PALPASI DENGAN CARA
LEOPOLD III
1. Pemeriksa menghadap ke perut ibu hamil

2. Meletakkan tangan kanan di atas simfisis dengan posisi


mencengkeram dengan halus.
3. Menentukan bagian terbawah janin :
Bagian yang teraba keras, melenting dan bulat
(kepala)
Bagian yang teraba lunak (bokong)
4. Menentukan apakah bagian terbawah janin sudah
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) dengan memegang
sisi kiri dan kanan bagian terbawah janin (dicengkeram
dengan halus), dicoba untuk digoyangkan ke kiri dan ke
kanan. Bila tidak dapat digoyang berarti bagian terbawah
telah memasuki PAP.
V. MELAKUKAN PEMERIKSAAN PALPASI DENGAN CARA
LEOPOLD IV
1. Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil
2. Memosisikan telapak tangan di kiri dan kanan bagian
terbawah janin (konvergen / divergen) untuk
menentukan sudah berapa jauh bagian terbawah masuk
ke PAP (cara partogram) :
Bila keseluruhan kepala dianggap ukurannya
adalah 5 jari
Tinggal berapa jari yang tersisa yang dapat diraba
diatas simfisis
VI. MENDOKUMENTASIKAN HASIL
PEMERIKSAAN :

1. Tinggi fundus uteri


2. Usia kehamilan
3. Letak punggung janin
4. Bagian terbawah janin
5.Berapa jauh bagian terbawah janin sudah memasuki
(PAP)
Note : Ya = mahasiswa melakukan
Tidak = mahasiswa tidak melakukan

20
21
SL.III. RS. 3
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adella, Riza Rivani

I. PENDAHULUAN

Sikap penderita wanita yang datang pada dokter agak berbeda dengan sikap
penderita pria, lebih-lebih apabila ia datang untuk keluhan ginekologik.
Seorang wanita yang mengajukan hal-hal yang berhubungan dengan alat
kelaminnya, cenderung menunjukkan gejala-gejala kecemasan, kegelisahan,
rasa takut dan rasa malu.

Dalam menghadapi seorang penderita ginekologik, terutama pada


pemeriksaan pertama kali, dari sang dokter sangat diperlukan pengertian
(sympathy), kesabaran, dan sikap yang menimbulkan kepercayaan. Waktu
dilakukan pemeriksaan, dokter hendaknya didampingi oleh seorang
pembantu wanita, misalnya seorang suster. Gadis muda belia dan anak kecil
perlu didampingi oleh ibunya atau keluarga terdekatnya.

Simptomatologi penyakit-penyakit ginekologik untuk bagian terbesar


berkisar antara 3 gejala pokok, yaitu perdarahan, rasa nyeri dan
pembengkakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pemeriksaan
ginekologik yang dilakukan adalah dalam upaya menemukan dan
menegakkan diagnosis kelainan ginekologis dari penderita tertentu.

II. TUJUAN KEGIATAN


II. 1 TUJUAN UMUM:
Setelah selesai melakukan latihan pemeriksaan ginekologi ini
mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan ginekologis.

II. 2 TUJUAN KHUSUS:


Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ginekologi yaitu :
1. Pemeriksaan abdomen bagian bawah dan lipat paha (groin)
2. Pemeriksaan genitalia luar
3. Pemeriksaan genitalia dalam dengan spekulum
4. Pemeriksaan bimanual
5. Pemeriksaan rektovaginal

III. RUJUKAN

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw
Hill; 2005.
2. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and
infertility, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.

22
3. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005.
4. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku
acuan nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: JNPKKR-POGI; 2001.
5. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
6. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed.
St. Louis; 1995.
7. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi
dan ginekologi, edisi pertama. Jakarta: Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2006.
8. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
9. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kandungan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
10.Rock JA, Jones III HW. Te Lindes operative gynecology, 10th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
11.Berek JS. Bereks and Novak gynecology. 14th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2007.
12.Disaia PJ, Creasman WT. Clinical gynecologic oncology, 7th ed. New
York: Mosby Elsevier; 2007.
13.Hankins GDV, Clark SL, Cunningham FG, Gilstrap III LC.
Operative obstetrics. Norwalk: Appleton & Lange; 1995.
14.Baziad A. Endokrinologi ginekologi, edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius; 2008.
15.DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current diagnosis
& treatment obstetrics & gynecology. New York: McGraw Hill; 2007

IV. PERALATAN DAN BAHAN


1. Meja 1 buah + alat tulis
2. Kursi 3 buah
3. Manikin
4. Sarung tangan
5. Tempat cuci tangan, air, sabun, alat pengering tangan
6. Meja periksa / tempat tidur pasien
7. Lampu sorot
8. Doek kain pentup untuk ibu
9. Spekulum bivalve
10. Jelly

23
V. TEKNIK PELAKSANAAN

I. PERSIAPAN

1. Menyapa, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan pemeriksaan dan


meminta kesediaan pasien.
2. Meminta ibu untuk BAK dan membilas daerah abdomen dan
genitalnya
3. Meminta ibu untuk melepaskan pakaian dan membantu naik ke meja
pemeriksaan
4. Melakukan cuci tangan rutin.

II. PEMERIKSAAN ABDOMEN BAGIAN BAWAH DAN LIPAT


PAHA (GROIN)

1. Meminta ibu untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan kedua


lengan di samping
2. Pemeriksa berada di sebelah kanan ibu.
3. Memperhatikan seluruh abdomen bagian bawah
4. Perhatikan apakah ada benjolan serta letak dan bentuk pusar
(umbilikus)
5. Perhatikan apakah terdapat warna yang tak biasa, parut (skar), guratan
(strecth mark) atau ruam dan lesi.
6. Palpasi semua area abdomen dengan menggunakan permukaan jari-
jari tangan secara lembut.
7. Mengidentifikasi adanya massa, daerah yang nyeri atau resistensi
otot.
8. Bila ada massa palpasi lebih dalam, tentukan ukuran, bentuk,
konsistensi, nyeri (tenderness), mobilitas massa.
9. Jika terdapat nyeri, tentukan apakah ada nyeri lepas (rebound
tenderness).
10. Jika ada borok (ulkus) pemeriksa menggunakan sarung tangan

III. PEMERIKSAAN GENITALIA LUAR

1. Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada dudukan (stirrups).


Jika tidak ada dudukan, ibu dibantu menaruh kedua kakinya di tepi
luar ujung meja.
2. Tutupi bagian perut ibu dengan kain penutup (drape).
3. Pemeriksa berdiri menghadap ke arah genital penderita.
4. Menyalakan lampu/senter dan mengarahkannya ke daerah genital.
5. Pemeriksa kembali mencuci tangan secara rutin dan menggunakan
sarung tangan.
6. Menyentuh paha sebelah dalam sebelum menyentuh daerah genital
ibu untuk mencegah ibu terkejut.

24
7. Memperhatikan labia mayora, klitoris dan perineum.
8. Pisahkan labia mayora dengan dua jari, perhatikan labia minora,
klitoris, orifisium uretra dan introitus vagina.
9. Raba labia minora dengan menggunakan jempol dan telunjuk tangan
kanan tentukan apakah ada benjolan, discharge, nyeri (tenderness),
ulkus dan fistula. Rasakan apakah ada ketidakteraturan atau nodul.
10. Memeriksa kelenjar Skene (Skenes gland) untuk melihat adanya
keputihan dan nyeri. Caranya : dengan telapak tangan menghadap ke
atas, masukkan jari telunjuk ke dalam vagina lalu dengan lembut
mendorong ke atas mengenai uretra dan memerah kelenjar pada
kedua sisinya. Jika ada discharge, ambil hapusan (smear) untuk
pewarnaan Gram, tes gonorrhea dan chlamydia.
11. Memeriksa kelenjar Bartholin untuk melihat apakah ada discharge
dan nyeri. Caranya : dengan telapak tangan menghadap ke bawah
masukkan jari telunjuk ke dalam vagina di sisi bawah introitus
vagina dan meraba dasar masing-masing labia mayora. Dengan
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari, palpasi setiap sisi untuk
mencari apakah ada benjolan atau nyeri. Jika ada discharge, ambil
hapusan (smear) untuk pewarnaan Gram dan tes gonorrhea dan
chlamydia.
12. Periksa apakah terdapat benjolan pada dinding anterior dan posterior
vagina dengan cara meminta ibu mengedan dan pemeriksa menahan
labia dalam posisi terbuka.
13. Periksa perineum untuk melihat adanya parut (scarring), lesi,
inflamasi, atau retakan kulit.

IV. PEMERIKSAAN GENITALIA INTERNA DENGAN SPEKULUM

1. Mengambil spekulum bivalve (cocor bebek), menunjukkan dan


menjelaskan apa yang akan dilakukan kepada ibu.
2. Pisahkan labia mayora dengan dua jari tangan kiri
3. Dengan tangan kanan masukkan spekulum sepenuhnya secara miring
(gagang dilateral kanan pemeriksa ) lalu putar gagang ke arah bawah
dan buka.
4. Lihat dinding vagina dan perhatikan apakah ada inflamasi, ulkus atau
luka lecet dan discharge.
5. Melihat serviks dan mulut rahim lalu perhatikan warna, posisi,
kehalusan permukaan, atau discharge. Jika serviks mudah berdarah
atau terdapat mucopus, ambil spesimen untuk pewarnaan Gram, tes
gonorrhea dan chlamydia.
6. Melepas spekulum dengan terlebih dahulu menutupnya lalu memutar
gagang ke lateral kanan dan menarik keluar.
7. Menaruh spekulum dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi

25
V. PEMERIKSAAN BIMANUAL

1. Basahkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan yang akan
dimasukkan ke dalam vagina (pelvic hand) dengan air bersih.
2. Pisahkan labia dengan dua jari (jempol dan telunjuk) tangan kiri
(abdominal hand)
3. Sentuh dan tekan pintu vagina ke arah bawah sampai otot perineum
menjadi relaks/lemas, lalu masukkan ujung jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan (pelvic hand) ke dalam vagina dengan posisi
jari telunjuk di atas menyelusuri dasar vagina sampai menyentuh
serviks.
4. Rasakan panjang, ukuran dan bentuk serviks. Perhatikan posisi dan
konsistensinya
5. Menggerakkan serviks dengan lembut dari sisi satu ke sisi lain
diantara kedua jari. Perhatikan apakah ibu merasa sakit.
6. Dengan telapak menghadap ke atas, letakkan kedua jari di rongga
belakang serviks untuk meraba rahim.
7. Meletakkan tangan yang lain pada abdomen, di tengah antara pusar
dan tulang pubis.
8. Perlahan-lahan menggeser tangan pada abdomen ke arah simfisis
pubis dengan menekan ke bawah dan ke depan dengan telapak jari-
jari tangan. Pada saat yang sama, tekan ke atas dengan kedua jari
tangan yang berada dalam vagina, berusaha memerangkap rahim
diantara kedua tangan. Jika rahim tidak teraba, periksa apakah rahim
dalam posisi retrofleksi.
9. Mempalpasi uterus dan memeriksa :
- ukuran
- bentuk
- letak
- konsistensi
- mobilitas
- nyeri
10.Mencari ovarium dengan meletakkan jari-jari tangan yang ada dalam
vagina dengan ujung jari pada forniks lateral.
11.Menggerakkan tangan yang berada pada abdomen ke sisi yang sama
dan lateral terhadap rahim. Tekan dengan tangan yang di abdomen
dan menekan keatas dengan jari tangan yang berada di dalam.
Dengan lembut menggerakkan jari-jari kedua tangan dan
menggerakkan jari-jari ke arah simfisis pubis.
12.Menentukan ukuran, konsistensi, mobilitas ovarium.
13.Ulangi prosedur di atas untuk ovarium sisi lainnya.
14.Memeriksa ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas dan nyeri dari
massa yang ada dalam adneksa.

26
VI. PEMERIKSAAN REKTOVAGINA
1. Menjelaskan kepada ibu tentang apa yang akan dilakukan.
2. Jika perlu mengganti sarung tangan, celupkan kedua tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, lalu
lepaskan dengan membalik sisi dalam keluar. Jika akan dibuang,
masukkan ke dalam kantung plastik. Jika akan dipakai ulang,
dekontaminasi dengan merendam dalam larutan klorin 0,5%.
3. Perlahan-lahan masukkan jari tengah ke dalam rektum dan jari
telunjuk ke dalam vagina. Meminta ibu untuk menghembuskan nafas
agar lebih santai.
4. Tekan dengan kencang dan dalam dengan tangan yang berada di atas
tulang pubis sementara jari-jari yang berada dalam vagina dan rektum
menekan serviks secara anterior.
5. Meraba permukaan rahim untuk mengetahui apakah terasa halus
6. Memeriksa apakah terasa nyeri atau ada massa diantara rahim dan
rektum
7. Setelah selesai memeriksa, keluarkan kedua jari secara perlahan.
8. Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5%, melepas sarung tangan dengan membalik
sisi dalam keluar dan menaruh ke dalam kantung plastik

VII. SELESAI MELAKUKAN PEMERIKSAAN


1. Jika sarung tangan akan dibuang, letakkan dalam kantung plastik
2. Cuci kedua tangan dengan air sabun sampai bersih, lalu dikeringkan
dengan kain bersih dan kering, atau dianginkan
3. Membantu ibu duduk di meja periksa dan meminta ibu berpakaian
4. Setelah ibu berpakaian, diskusikan temuan yang tak normal dan hal-
hal perlu dilakukan, jika ada. Jika hasil pemeriksaan normal, katakan
padanya bahwa semuanya dalam keadaan normal dan sehat.

V. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. PERSIAPAN
1. Menjelaskan mengapa pemeriksaan dilakukan.
2. Meminta ibu untuk BAK dan membilas daerah
abdomen dan genitalnya.
3. Meminta ibu melepas pakaian, memakai baju
pasien dan membantunya naik ke meja periksa.
4. Mencuci tangan dengan air sabun sampai benar-
benar bersih dan dikeringkan dengan kain bersih
dan kering atau dianginkan.
II. PEMERIKSAAN ABDOMEN BAGIAN BAWAH DAN GROIN
5. Meminta ibu untuk berbaring di meja periksa
dengan kedua lengan di samping

27
6. Memapar seluruh abdomen
7. Perhatikan apakah ada benjolan pada abdomen.
Perhatikan letak dan bentuk pusar (umbilikal)
8. Memeriksa abdomen untuk melihat apakah
terdapat warna yang tak biasa, parut (skar), guratan
(strecth mark) atau ruam dan lesi.
9. Menekan dengan ringan menggunakan permukaan
jari-jari tangan, mempalpasi semua area abdomen.
Mengidentifikasi adanya massa, daerah yang nyeri
atau resistensi otot. Mencatat temuan.
10.Dengan menekan lebih dalam, tentukan ukuran,
bentuk, konsistensi, kenyerian (tenderness),
mobilitas dan pergerakan massa. Mencatat massa
dan area nyeri yang ditemukan.
11.Mengidentifikasi area yang terasa nyeri (tender
area). Jika terdapat nyeri, periksa apakah terjadi
rebound tenderness.
12.Jika ada luka terbuka pada abdomen bagian bawah
(groin), memakai sepasang sarung tangan periksa
sebelum memeriksa groin. Mempalpasi kedua area
abdomen bawah apakah terdapat benjolan.
III. PEMERIKSAAN GENITALIA LUAR
13.Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada
dudukan (stirrups). Jika tidak ada dudukan,
membantu ibu menaruh kedua kakinya di tepi luar
ujung meja. Tutupi ibu dengan duk/drape.
14.Mencuci tangan dengan air sabun sampai bersih
dan dikeringkan dengan kain bersih dan kering,
atau dianginkan.
15.Menyalakan lampu/senter dan mengarahkan ke
daerah genital.
16.Memakai sepasang sarung tangan periksa
17.Menyentuh paha sebelah dalam sebelum
menyentuh daerah genital ibu untuk mencegah ibu
terkejut.
18.Memperhatikan labia, klitoris dan perineum
19.Dengan memisahkan labia majora dengan dua jari,
memeriksa labia minora, klitoris, mulut uretra dan
mulut vagina
20.Mempalpasi labia minora. Lihat apakah terdapat
benjolan, discharge, nyeri (tenderness), ulcer dan
fistula. Rasakan apakah ada ketidakberaturan atau
nodules.
21. Memeriksa kelenjar skene (skenes gland) untuk
melihat adanya keputihan dan nyeri. Dengan
telapak tangan menghadap ke atas, masukkan jari
telunjuk ke dalam vagina lalu dengan lembut

28
mendorong ke atas mengenai uretra dan memerah
kelenjar pada kedua sisi kemudian langsung ke
uretra. (Jika ada discharge, ambil hapusan (smear)
untuk pewarnaan Gram dan tes apakah ada
gonorrhea dan chlamydia, jika fasilitas
laboratorium tersedia)
22. Memeriksa kelenjar Bartholini untuk melihat
apakah ada discharge dan nyeri. Masukkan jari
telunjuk ke dalam vagina di sisi bawah mulut
vagina dan meraba dasar masing-masing labia
majora. Dengan menggunakan jari dan ibu jari,
mempalpasi setiap sisi untuk mencari apakah ada
benjolan atau nyeri. (Jika ada discharge, ambil
hapusan (smear) untuk pewarnaan Gram dan tes
apakah ada gonorrhea dan chlamydia, jika fasilitas
laboratorium tersedia)
23.Meminta ibu untuk mengedan ketika menahan
labia dalam posisi terbuka. Periksa apakah terdapat
benjolan pada dinding anterior atau posterior
vagina.
24.Melihat perineum. Memeriksa apakah terdapat
parut (scarring), lesi, inflamasi, atau retakan kulit.
IV. PEMERIKSAAN DENGAN SPEKULUM
25. Mengambil spekulum bivalve (spekulum cocor
bebek) dan menunjukkannya kepada ibu.
Menjelaskan apa yang akan dilakukan
26. Memasukkan spekulum sepenuhnya dan buka
cocor bebek. Melihat dinding vagina dan
perhatikan apakah terjadi inflamasi, ulcer atau
sores. Periksa apakah terdapat discharge
27.Melihat serviks dan os lalu perhatikan warna,
posisi, kehalusan permukaan, atau discharge. Jika
serviks mudah berdarah atau terdapat mucopus,
ambil spesimen untuk pewarnaan Gram dan tes
apakah terdapat gonorrhea dan chlamydia, jika
fasilitas laboratorium tersedia.
28.Melepas spekulum
29.Menaruh spekulum dalam larutan klorin 0,5 %
untuk dekontaminasi
V. PEMERIKSAAN BIMANUAL
30.Basahkan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang
akan dimasukkan ke dalam vagina (pelvic hand)
dengan air bersih atau sekresi vagina.
31.Memisahkan labia dengan dua jari tangan
abdomen (abdominal hand) lalu masukkan ujung
jari telunjuk dan jari tengah tangan pelvis (pelvic
hand) ke dalam vagina

29
32. Ketika memberi tekanan ke bawah, tunggu sampai
otot perineum menjadi relaks/lemas. Secara
bertahap masukkan kedua jari sepenuhnya
menyelusuri vagina posterior sampai menyentuh
serviks.
33.Rasakan panjang, ukuran dan bentuk serviks.
Perhatikan posisi dan konsistensinya
34. Menggerakkan serviks dengan lembut dari sisi satu
ke sisi lain diantara kedua jari. Perhatikan apakah
ibu merasa sakit.
35.Dengan telapak menghadap ke atas, letakkan
kedua jari di rongga belakang serviks untuk
meraba rahim
36.Meletakkan tangan yang lain pada abdomen, di
tengah antara pusar dan tulang pubis.
37.Perlahan-lahan menggeser tangan pada abdomen
ke arah simfisis pubis dengan menekan ke bawah
dan ke depan dengan telapak jari-jari tangan. Pada
saat yang sama, tekan ke atas dengan kedua jari
tangan yang berada dalam vagina, berusaha
memerangkap rahim diantara kedua tangan. Jika
rahim tidak teraba, periksa apakah rahim dalam
posisi retroverted.
38.Mempalpasi uterus dan memeriksa :
Ukuran
Bentuk
Letak
Konsistensi
Mobilitas
Nyeri
39.Mencari ovarium dengan meletakkan jari-jari
tangan yang ada dalam vagina dengan ujung jari
pada lateral forniks. Menggerakkan tangan yang
berada pada abdomen ke sisi yang sama dan lateral
terhadap rahim. Tekan dengan tangan yang di
abdomen dan menekan keatas dengan jari tangan
yang berada dalam. Dengan lembut menggerakkan
jari-jari kedua tangan dan menggerakkan jari-jari
ke arah simfisis pubis.
40. Menentukan ukuran, konsistensi, mobilitas
ovarium jika teraba.(Normalnya: kedua
ovarium/adneksa tidak teraba)
41.Ulangi prosedur di atas untuk ovarium sisi lainnya
42.Memeriksa ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas
dan nyeri dari massa yang ada dalam adneksa.
VI. PEMERIKSAAN REKTOVAGINA
43.Menjelaskan kepada ibu tentang apa yang akan

30
dilakukan
44.Jika perlu mengganti sarung tangan, celupkan
kedua tangan yang masih memakai sarung tangan
ke dalam larutan klorin 0,5 %, lalu lepaskan
dengan membalik sisi dalam keluar. Jika akan
dibuang, masukkan ke dalam kantung plastik. Jika
akan dipakai ulang, dekontaminasi dengan
merendam dalam larutan klorin 0,5%.
45.Perlahan-lahan masukkan jari tengah ke dalam
rektum dan jari telunjuk ke dalam vagina. Meminta
ibu untuk menghembuskan nafas agar lebih santai.
46.Tekan dengan kencang dan dalam dengan tangan
yang berada di atas tulang pubis sementara jari-jari
yang berada dalam vagina dan rektum menekan
servisk secara anterior.
47.Meraba permukaan rahim untuk mengetahui
apakah terasa halus
48.Memeriksa apakah terasa nyeri atau ada massa
diantara rahim dan rektum
49.Setelah selesai memeriksa, keluarkan kedua jari
secara perlahan.
50.Masukkan kedua tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
melepas sarung tangan dengan membalik sisi
dalam keluar dan menaruh ke dalam kantung
plastik
VII. SELESAI MELAKUKAN PEMERIKSAAN
51.Jika sarung tangan akan dibuang, letakkan dalam
kantung plastik
52.Cuci kedua tangan dengan air sabun sampai bersih,
lalu dikeringkan dengan kain bersih dan kering,
atau dianginkan.
53.Membantu ibu duduk di meja periksa dan meminta
ibu berpakaian
54.Setelah ibu berpakaian, diskusikan temuan yang
tak normal dan hal-hal perlu dilakukan, jika ada.
Jika hasil pemeriksaan normal, katakan padanya
bahwa semuanya dalam keadaan normal dan sehat.

Note : Ya = mahasiswa melakukan.


Tidak = mahasiswa tidak melakukan.

SL.III. RS. 4

31
KETERAMPILAN KLINIK
HISTORY TAKING KELAINAN PAYUDARA
Emir Taris Pasaribu

I. PENDAHULUAN

Kelainan pada payudara sebagian besar disebabkan oleh lesi jinak 90 %, hanya
sebagian kecil kelainan tersebut yang disebabkan oleh kanker dan sebagian besar
penderita datang dengan keluhan berupa benjolan dengan atau tanpa rasa nyeri. Kelainan
pada payudara dapat berupa kelainan bawaan, infeksi, trauma dan neoplasma.
Untuk melakukan history taking yang benar pada kelainan payudara hal yang
perlu diperhatikan adalah keluhan utama dan usia penderita, di mana pada usia tertentu
akan ditemukan jenis kelainan tertentu pula misalnya pada wanita berusia < 30 tahun
sangat jarang ditemukan kanker payudara.
Dari keluhan utama dokter selanjutnya melakukan penjajakan menurut sistem
OLD CARDS/OPQRST. Kemudian menjajaki apakah ada keluhan tambahan pada
penderita, terutama di sekitar payudara yang dapat berupa nyeri, ulkus, kelainan pada
kulit seperti kulit tertarik, penebalan kulit, perubahan warna atau berupa eksema.
Selanjutnya ditanyakan apa ada perubahan pada puting susu misalnya tertarik ke
dalam, keluar cairan bening, bercampur darah, seperti susu atau kuning kehijauan dan
berbau.
Kemudian ditelusuri apakah ada timbul benjolan di daerah aksila dan leher di
mana bila ditemukan dapat sebagai pertanda telah terjadi metastase pada kelenjar limf
regional.
Penjajakan lanjutan ditujukan untuk mengetahui apakah telah terjadi metastase
jauh dengan menanyakan kepada penderita apa ada sesak nafas/batuk dan nyeri pada
tulang belakang yang merupakan lokasi metastase tersering yaitu paru dan tulang. Tidak
bisa diabaikan pada history taking adalah penyakit-penyakit yang pernah diderita, obat-
obatan yang digunakan dan pengobatan yang pernah didapat.
Pada penderita yang dicurigai mengidap kanker payudara di dalam history taking
perlu ditanyakan faktor-faktor risiko berupa pengaruh estrogen antara lain : usia
menarche, usia kehamilan pertama kali / melahirkan anak pertama, jumlah anak,
menyusui, usia menopause, penggunaan obat kontrasepsi dan penggunaan hormon
pengganti estrogen. Adanya riwayat keluarga menderita kanker payudara, pernah
menderita kanker payudara, pernah operasi tumor jinak pada payudara dan pernah
mendapat radiasi di daerah payudara juga merupakan faktor-faktor risiko.

II. TUJUAN KEGIATAN

I. 1. TUJUAN UMUM
Setelah selesai melakukan latihan komunikasi dokter-pasien (history taking) ini
mahasiswa diharapkan mampu melakukan teknik komunikasi yang benar pada
penderita kelainan payudara.

II. 2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui kerangka komunikasi dokter-pasien pada penderita kelainan
payudara.
2. Menemukan keluhan utama beserta lamanya.
3. Menguraikan perjalanan penyakit secara kronologis dan deskriptif.
4. Mendapatkan riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan.
5. Mengetahui adanya faktor-faktor risiko kanker payudara.
6. Menerapkan teknik komunikasi dan berperilaku yang sesuai dengan sosio-
budaya pasien dalam hubungan dokter- pasien.

32
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu (menit) Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari Narasumber


45 mahasiswa)

10 menit Demonstrasi pada kelas besar oleh nara Narasumber


sumber dengan simulasi pasien.
Nara sumber memperlihatkan tata cara
history taking yang benar.
Tahap I.
Perkenalan pada pasien & history taking
Pribadi Pasien.
Tahap II.
Keluhan Utama, diuraikannya sesuai
OLD CARTS / OPQRST.
Keluhan tambahan saat ini yang
berhubungan dengan penyakit yang
diderita.
Menanyakan penyakit terdahulu .
Faktor risiko yang berhubungan dengan
penyakit yang diduga.

20 - 30 menit Coaching : Mahasiswa melakukan Instruktur /


simulasi secara bergantian (2-3 orang) Mahasiswa
dengan dibimbing oleh instruktur.
Instruktur memperlihatkan tata cara
history taking pada simulasi pasien.

90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan Mahasiswa


sendiri secara bergantian.
Sehingga total waktu yang dibutuhkan
90 menit (tergantung jumlah mahasiswa)

IV. RUJUKAN

1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins ; 2007
2. Dixon JM, ABC of Breast Diseases, International Student Edition, 3 rd ed.
BMJ Publishing group; 2006.

V. PERALATAN DAN BAHAN

1. meja 1 buah
2. kursi 3 buah
3. alat tulis
4. pasien simulasi.

VI. SKENARIO KASUS

33
Seorang wanita umur 45 tahun, guru, menikah ,datang ke dokter dengan keluhan utama
ada benjolan pada payudara kiri sudah sejak 6 bulan yang lalu dan tidak nyeri. Akhir-
akhir ini sering batuk-batuk dan puting payudara kiri tertarik ke dalam. Haid teratur
sejak usia 15 tahun. Anak 1 orang, melahirkan pada usia 35 tahun, disusui selama 3
bulan. Kakak penderita pernah operasi payudara pada usia 40 tahun dan sudah
meninggal. Pada usia 28 tahun penderita pernah operasi tumor jinak pada payudara kiri.

VII. TEKNIK PELAKSANAAN

A. PERKENALAN
1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan
2. Mempersilahkan pasien duduk
3. Menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat status perkawinan.

B. MENANYAKAN KELUHAN
1. Menanyakan keluhan utama yang dirasakan pasien, dan mengurai menurut
OPQRST / OLD CARDS
2. Menanyakan keluhan tambahan :
a. adanya rasa nyeri
b. kelainan pada kulit payudara, kemerahan, ulkus.
c. kelainan pada puting, tertarik, keluar cairan
3. Menanyakan apa telah terjadi penyebaran pada kelenjar limf regional, seperti :
a. timbul benjolan di aksila
b. benjolan di leher dan di tempat lain.
4. Menanyakan apa ada gejala metastase, seperti:
a. sesak nafas / batuk.
b. nyeri pada tulang belakang.
5. Menanyakan penyakit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan dan jenis
pengobatan yang didapat.
6. Menanyakan faktor-faktor risiko kanker payudara:
Pengaruh estrogen :
1. usia menarhe
2. usia melahirkan anak pertama
3. jumlah anak
4. menyusui, lamanya
5. penggunaan obat kontrasepsi
6. usia menopause
7. penggunaan hormon estrogen pengganti

Lain-lain :
1. riwayat keluarga menderita kanker payudara.
2. pola hidup, merokok, alkohol, banyak makan berlemak.
3. pernah operasi tumor jinak di payudara.
4. pernah menderita kanker payudara.
5. pernah mendapat radiasi.

7. Dokumentasi
1. Hal yang ditemukan
2. Jelaskan pemeriksaan selanjutnya yang akan dilakukan.

VII. LEMBAR PENGAMATAN HISTORY TAKING YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KELAINAN PAYUDARA

34
LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
I.PERKENALAN Ya Tidak
1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan
2. Mempersilahkan pasien duduk
3. Menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat status
perkawinan.
II. MENANYAKAN KELUHAN
4. Menanyakan keluhan utama yang dirasakan pasien,
dan mengurai menurut OPQRST / OLD CARDS
5. Menanyakan keluhan tambahan :
a. adanya rasa nyeri
b. kelainan pada kulit payudara, kemerahan, ulkus.
c. Kelainan pada puting, tertarik, keluar cairan.
6. Menanyakan apa telah terjadi penyebaran pada kelenjar
limpe regional, seperti :
a. timbul benjolan di aksila
b. benjolan dileher dan ditempat lain.
7. Menanyakan apa ada gejala metastase, seperti:
a. sesak nafas / batuk.
b. nyeri pada tulang belakang.
8. Menanyakan penyakit yang pernah diderita, obat-obat
yang digunakan dan jenis pengobatan yang didapat.
9. Menanyakan faktor-faktor risiko kanker payudara:
Pengaruh estrogen :
1. usia menarhe
2. usia melahirkan anak pertama
3. jumlah anak
4. menyusui, lamanya
5. penggunaan obat kontrasepsi
6. usia menopause
7.penggunaan hormon estrogen pengganti
Lain-lain
1. riwayat keluarga menderita kanker payudara.
2. pola hidup, merokok, alkohol, banyak makan
berlemak.
3. pernah operasi tumor jinak di payudara.
4. pernah menderita kanker payudara.
5. pernah mendapat radiasi.
10. Mendokumentasi : hal yang ditemukan

2.Menjelaskan pemeriksaan selanjutnya yang akan


dilakukan.

Note : Ya = mahasiswa melakukan.


Tidak = mahasiswa tidak melakukan.

SL.III. RS. 5
KETERAMPILAN KLINIK

35
PERSALINAN NORMAL (KALA I dan II)
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adeya Della, Riza Rivani

I. PENDAHULUAN

Bagian ini menjelaskan kala dua persalinan dan asuhan bagi ibu selama
waktu tersebut. Di sini dijelaskan pula tanda dan gejala serta
penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan yang normal.

II. TUJUAN
II. 1 TUJUAN UMUM :
Setelah selesai melakukan latihan persalinan normal ini mahasiswa
diharapkan mampu melakukan pertolongan persalinan normal.

II.2 TUJUAN KHUSUS


1. Menjelaskan batasan dan mendiagnosis kala dua persalinan.
2. Membuat persiapan untuk pertolongan kala dua persalinan
(termasuk mempersiapkan tempat persalinan, perlengkapan,
bahan-bahan dan mempersiapkan ibu serta keluarganya)
3. Menjelaskan posisi mengedan dan cara membimbing ibu untuk
mengedan
4. Menilai kemajuan kala dua persalinan
5. Menilai kondisi janin selama kala dua persalinan
6. Menilai kondisi ibu selama kala dua persalinan
7. Memperagakan manuver tangan saat membantu melahirkan
kepala, bahu dan tubuh bayi.

III. RUJUKAN
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw
Hill; 2005.
2. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and
infertility, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005.
4. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku
acuan nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: JNPKKR-POGI; 2001.
5. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
6. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed.
St. Louis; 1995.
7. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi
dan ginekologi, edisi pertama. Jakarta: Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2006.

36
8. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
9. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kandungan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
10.Rock JA, Jones III HW. Te Lindes operative gynecology, 10th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
11.Berek JS. Bereks and Novak gynecology. 14th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2007.
12.Disaia PJ, Creasman WT. Clinical gynecologic oncology, 7th ed. New
York: Mosby Elsevier; 2007.
13.Hankins GDV, Clark SL, Cunningham FG, Gilstrap III LC.
Operative obstetrics. Norwalk: Appleton & Lange; 1995.
14.Baziad A. Endokrinologi ginekologi, edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius; 2008.
15.DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current diagnosis
& treatment obstetrics & gynecology. New York: McGraw Hill; 2007

IV. PERALATAN DAN BAHAN

1.Meja 1 buah + alat tulis, kertas (ceklis)


2.Kursi 2 buah
3.Manikin
4.Sarung tangan 2 pasang
5.Tempat cuci tangan, air, sabun, alat pengering tangan
6.Meja periksa / tempat tidur pasien
7.Lampu sorot
8.Doek kain pentup untuk ibu
9.Partus set yang terdiri atas:celemek, klem tali pusat 2 buah, gunting
tali pusat, pengikat tali pusat, kocher.
10. Alat hecting
11. Larutan khlorin 0,5%
12. Kantung plastik sampah

V. TEKNIK PELAKSANAAN

I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA


1. Memastikan adanya tanda persalinan Kala Dua
Ibu mempunyai dorongan kuat untuk mengedan
Ibu merasa adanya tekanan pada anus
Perineum menonjol
Vulva dan anus membuka
Bertambahnya lendir bercampur darah

II. MENYIAPKAN PERALATAN

37
1. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik
sekali pakai 21/2 ml ke dalam wadah partus set

III.MENYIAPKAN DIRI UNTUK MEMBERIKAN


PERTOLONGAN PERSALINAN

1. Memakai Celemek plastik, tutup kepala, masker, pelindung mata.


Memastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir
2. Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam

IV. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN


JANIN BAIK
1. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas basah
dengan gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah perineum
dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar, bersihkan
daerah tersebut dari kotoran)
2. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
3. Bila selaput ketuban belum pecah : lakukan pemecahan selaput
ketuban
Pastikan kepala sudah masuk, tidak teraba bagian kecil janin
atau tali pusat
Masukkan kocher yang dipegang tangan kiri dengan
bimbingan telunjuk dan jari tengah tangan kanan hingga
menyentuh selaput ketuban
Saat his berkurang kekuatannya, gerakkan ujung jari tangan
kanan membimbing ujung kocher menggores selaput
ketuban hingga ketuban pecah
Keluarkan kocher dari vagina ibu dengan tangan kiri,
pertahankan jari-jari tangan kanan tetap dalam vagina sehingga
yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat setelah
selaput ketuban dipecahkan.
Keluarkan jari-jari tangan kanan dari vagina dan membuka
sarung tangan dalam keadaan terbalik
4. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai
pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)

V. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU


PROSES PIMPINAN MENGEDAN

38
1. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk mengedan saat ada his bila ia sudah
merasa ingin mengedan
2. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
mengedan. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

VI. PIMPINAN MENGEDAN

1. Penolong kembali memakai sarung tangan DTT


2. Melakukan pimpinan mengedan saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk mengedan :
Memimpin ibu untuk mengedan pada saat timbul his,
menyesuaikan pimpinan mengedan dengan kecepatan lahirnya
kepala
Memberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada his (diantara
his)
Mempertimbangkan perlu tidaknya episiotomi berdasarkan
elastisitas dari perineum

VII. MENOLONG KELAHIRAN BAYI


Lahirnya Kepala
1. Saat sub-occiput tampak di bawah simfisis, tangan kanan
melindungi perineum (ibu jari pada satu sisi dan empat jari yang
lain pada perineum) dengan dialas lipatan kain di bawah bokong
ibu, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak
terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir (minta ibu untuk
tidak mengedan dengan bernafas pendek-pendek)
(Bila didapatkan mekonium ada air ketuban, segera setelah kepala
lahir lakukan penghisapan pada mulut dan hidung janin
menggunakan penghisap lendir De Lee)
2. Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin
dari lendir dan darah
3. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
4. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi
luar secara spontan
Lahirnya bahu
5. Setelah kepala janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak
tangan biparietal kepala janin, tarik (menekan) secara hati-hati ke
arah bawah sampai bahu anterior/depan lahir, kemudian tarik secara
hati-hati ke atas sampai bahu posterior/belakang lahir
(Bila terdapat lilitan tali pusat yang terlalu erat hingga
menghambat putaran paksi luar atau lahirnya bahu, minta ibu
berhenti mengedan, dengan perlindungan tangan kiri, pasang klem
di dua tempat pada tali pusat dan potong tali pusat di antara 2
klem tersebut)

39
Lahirnya badan dan tungkai
6. Setelah bahu lahir, tangan menyangga daerah posterior bahu
(menyangga kepala), leher dan bahu janin bagian posterior dengan
posisi ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan ke empat jari
pada bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan kiri
memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan
lengan lahir
7. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke
arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara ke dua lutut
janin)

VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


1. Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan
kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah penolong.
Nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek,
letakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
2. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian tali pusat
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama
4. Periksa uterus apakah ada bayi yang lain
5. Memegang tali pusat di antara 2 klem menggunakan tangan kiri,
dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat
diantara kedua klem
6. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih,
membungkus bayi hingga kepala
7. Meletakkan bayi telungkup di dada ibu dekat dengan puting susu,
biarkan bayi mencari puting susu dan mulai menghisap

VI. LEMBAR PENGAMATAN PERSALINAN NORMAL KALA I & II

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA

1. Memastikan adanya tanda persalinan Kala Dua


Ibu mempunyai dorongan kuat untuk mengedan
Ibu merasa adanya tekanan pada anus
Perineum menonjol
Vulva dan anus membuka
Bertambahnya lendir bercampur darah

40
II. MENYIAPKAN PERALATAN
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan
persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin
dan memasukkan 1 buah alat suntik sekali pakai
21/2 ml ke dalam wadah partus set
III. MENYIAPKAN DIRI UNTUK MEMBERIKAN PERTOLONGAN
PERSALINAN
3. Memakai Celemek plastik, tutup kepala, masker,
pelindung mata. Memastikan lengan/tangan tidak
memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir
4. Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan
yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam
IV. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN
JANIN BAIK
5. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan
kapas basah dengan gerakan dari vulva ke perineum
(bila daerah perineum dan sekitarnya kotor karena
kotoran ibu yang keluar, bersihkan daerah tersebut
dari kotoran)
6. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan
pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah.
Bila selaput ketuban belum pecah : lakukan
pemecahan selaput ketuban
Pastikan kepala sudah masuk, tidak teraba bagian
kecil janin atau tali pusat
Masukkan kocher yang dipegang tangan kiri
dengan bimbingan telunjuk dan jari tengah tangan
kanan hingga menyentuh selaput ketuban
Saat his berkurang kekuatannya, gerakkan ujung
jari tangan kanan membimbing ujung kocher
menggores selaput ketuban hingga ketuban pecah
Keluarkan kocher dari vagina ibu dengan tangan
kiri, pertahankan jari-jari tangan kanan tetap dalam
vagina sehingga yakin bahwa kepala turun dan
tidak teraba tali pusat setelah selaput ketuban
dipecahkan.
Keluarkan jari-jari tangan kanan dari vagina dan
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik
7. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi
uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal
(120-160 x/menit)
V. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
PIMPINAN MENGEDAN
8. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik, meminta ibu untuk mengedan

41
saat ada his bila ia sudah merasa ingin mengedan
9. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi
ibu untuk mengedan. (pada saat ada his, bantu ibu
dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman).
VI. PIMPINAN MENGEDAN
Penolong kembali memakai sarung tangan DTT
10.Melakukan pimpinan mengedan saat ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk mengedan :
Memimpin ibu untuk mengedan pada saat timbul
his, menyesuaikan pimpinan mengedan dengan
kecepatan lahirnya kepala
Memberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada
his (diantara his)
Mempertimbangkan perlu tidaknya episiotomi
berdasarkan elastisitas dari perineum
VII. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
11.Saat sub-occiput tampak di bawah simfisis, tangan
kanan melindungi perineum (ibu jari pada satu sisi
dan empat jari yang lain pada perineum) dengan
dialas lipatan kain di bawah bokong ibu, sementara
tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak
terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir
(minta ibu untuk tidak mengedan dengan bernafas
pendek-pendek)
Bila didapatkan mekonium ada air ketuban, segera setelah kepala lahir
lakukan penghisapan pada mulut dan hidung janin menggunakan penghisap
lendir De Lee
12.Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan
muka janin dari lendir dan darah
13.Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
14.Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan
putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
15.Setelah kepala janin menghadap paha ibu,
tempatkan kedua telapak tangan biparietal kepala
janin, tarik (menekan) secara hati-hati ke arah
bawah sampai bahu anterior/depan lahir, kemudian
tarik secara hati-hati ke atas sampai bahu
posterior/belakang lahir
Bila terdapat lilitan tali pusat yang terlalu erat hingga menghambat putaran
paksi luar atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti mengedan, dengan
perlindungan tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan
potong tali pusat di antara 2 klem tersebut
Lahirnya badan dan tungkai
16. Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga daerah

42
posterior bahu (menyangga kepala), leher dan bahu
janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada
leher (bagian bawah kepala) dan ke empat jari pada
bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan
kiri memegang lengan dan bahu janin bagian
anterior saat badan dan lengan lahir
17.Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri
menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara ke dua
lutut janin)
VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
18.Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi
bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa
sehingga bayi menghadap ke arah penolong. Nilai
bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila
tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat
yang memungkinkan).
19.Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan
badan bayi kecuali bagian tali pusat
20.Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3
cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali
pusat ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama
Periksa uterus apakah ada bayi yang lain
21.Memegang tali pusat di antara 2 klem menggunakan
tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan
kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem
22.Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering
dan bersih, membungkus bayi hingga kepala
23.Meletakkan bayi telungkup di dada ibu dekat
dengan puting susu, biarkan bayi mencari puting
susu dan mulai menghisap

Note : Ya = mahasiswa melakukan.


Tidak = mahasiswa tidak melakukan

SL.III. RS. 6
KETERAMPILAN KLINIK

43
PERSALINAN NORMAL (KALA III dan IV)
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adeya Della, Riza Rivani

I. PENDAHULUAN

Bagian ini menjelaskan kala tiga dan emapat persalinan dan asuhan bagi
ibu selama waktu tersebut. Di sini dijelaskan pula tanda dan gejala serta
penatalaksanaan setelah ibu melahirkan pada persalinan yang normal.

II. TUJUAN KEGIATAN


II. 1 TUJUAN UMUM :
Setelah selesai melakukan latihan persalinan normal kala III dan IV
ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan pertolongan persalinan
kala III dan IV secara normal.

II.2 TUJUAN KHUSUS


1. Mahasiswa mampu melakukan persalinan kala III
2. Mahasiswa mampu melakukan persalinan kala IV
3. Mahasiswa mampu memantau ibu pasca melahirkan.

III. RUJUKAN
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw
Hill; 2005.
4. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and
infertility, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
5. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005.
6. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku
acuan nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: JNPKKR-POGI; 2001.
7. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
8. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed.
St. Louis; 1995.
9. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi
dan ginekologi, edisi pertama. Jakarta: Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2006.
10.Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
11.Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kandungan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
12. Rock JA, Jones III HW. Te Lindes operative gynecology, 10th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
16.Berek JS. Bereks and Novak gynecology. 14th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2007.

44
IV. PERALATAN DAN BAHAN

1.Meja 1 buah + alat tulis, kertas (ceklis)


2.Kursi 2 buah
3.Manikin
4.Sarung tangan 2 pasang
5.Tempat cuci tangan, air, sabun, alat pengering tangan
6.Meja periksa / tempat tidur pasien
7.Lampu sorot
8.Doek kain pentup untuk ibu
9.Partus set yang terdiri atas:celemek, klem tali pusat 2 buah, gunting
tali pusat, pengikat tali pusat, kocher.
10. Alat hecting
11. Larutan khlorin 0,5%
12. Kantung plastik sampa

V. TEKNIK PELAKSANAAN
PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA TIGA
I. PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI

1. Berikan suntikan oksitosin 10 IU IM


2. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva
3. Meletakkan tangan kiri di atas simfisis menahan bagian bawah
uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan
klem atau kain kasa dengan jarak 5-10 cm dari vulva
4. Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah
dorsokranial
Bila uterus tidak segera kontraksi, minta ibu/keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu

II. MENGELUARKAN PLASENTA

1. Jika dengan penegangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat


bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu
untuk mengedan sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat
sejajar lantai sesuai dengan sumbu jalan lahir hingga plasenta
tampak pada vulva. Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta
belum lahir, pindahkan kembali klem hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva
2. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

45
III. MASASE UTERUS

1. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri


secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

IV. PASCA TINDAKAN

1. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan


pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik
2. Nilai kelengkapan plasenta dan selaput ketuban

V. MENGIKAT TALI PUSAT

1. Ikat tali pusat 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati


2. Ikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk keuda kalinya
3. Lepaskan klem pada tali pusat
4. Membungkus kembali bayi
5. Berikan bayi kepada ibu untuk disusui

VI. Evaluasi
1. Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan
pervaginam dan tanda vital ibu
2. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa/merasakan uterus
yang memiliki kontraksi baik dan mengajarkan untuk melakukan
masase uterus apabila konraksi uterus tidak baik
3. Bila ada robekan jalan lahir dilakukan penjahitan
4. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi
5. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan khlorin 0,5%
6. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
7. Beritahu kepada ibu & keluarga persalinan sudah selesai, dan setelah
selesai 2 jam kala IV ibu akan dipindahkan ke ruang rawat inap.

VI. LEMBAR PENGAMATAN PERSALINAN KALA III dan IV

46
PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS
YA TIDAK
PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA TIGA
I. Penegangan Tali Pusat Terkendali
2. Berikan suntikan oksitosin 10 IU IM
3. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak
5-10 cm dari vulva
4. Meletakkan tangan kiri di atas simfisis menahan
bagian bawah uterus, sementara tangan kanan
memegang tali pusat menggunakan klem atau kain
kasa dengan jarak 5-10 cm dari vulva
5. Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat
dengan tangan kanan sementara tangan kiri
menekan uterus dengan hati-hati ke arah
dorsokranial.
Bila uterus tidak segera kontraksi, minta ibu/keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu
I. Mengeluarkan Plasenta
6. Jika dengan penegangan tali pusat terkendali tali
pusat terlihat bertambah panjang dan terasa adanya
pelepasan plasenta, minta ibu untuk mengedan
sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat
sejajar lantai sesuai dengan sumbu jalan lahir
hingga plasenta tampak pada vulva.
Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta
belum lahir, pindahkan kembali klem hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva
7. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan
melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu
(terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua
tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban.
II. MASASE UTERUS
8. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase
pada fundus uteri secara sirkuler menggunakan
bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
III. PASCA TINDAKAN
9. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya
perdarahan pervaginam, pastikan kontraksi uterus
baik.
10.Nilai kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
IV. MENGIKAT TALI PUSAT

47
11.Mengikat tali pusat 1 cm dari umbilikus dengan
simpul mati
12. Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk
keuda kalinya
13. Melepaskan klem pada tali pusat
14. Membungkus kembali bayi
15. Berikan bayi kepada ibu untuk disusui
V. EVALUASI
16. Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus,
tanda perdarahan pervaginam dan tanda vital ibu
17. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk
memeriksa/merasakan uterus yang memiliki
kontraksi baik dan mengajarkan untuk melakukan
masase uterus apabila konraksi uterus tidak baik
18. Bila ada robekan jalan lahir dilakukan penjahitan

19. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi


20. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik
dan rendam dalam larutan khlorin 0,5%
21. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
22. Beritahu kepada ibu & keluarga persalinan sudah
selesai, dan setelah selesai 2 jam kala IV ibu akan
dipindahkan ke ruang rawat inap.

Note : Ya = mahasiswa melakukan.


Tidak = mahasiswa tidak melakukan.

SL.III. RS. 7
KETERAMPILAN KLINIK

48
PEMERIKSAAN PAPS SMEAR DAN PEMERIKSAAN APUSAN
VAGINA
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adeya Della, Riza Rivani

I. PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks uteri (kanalis


servikalis dan /atau porsio). Kanker serviks merupakan kanker ginekologi
yang tersering. Perubahan dari sel normal menjadi kanker memerlukan
waktu yang cukup lama, sehingga kita mempunyai waktu untuk melakukan
deteksi dini. Namun sayang, umumnya penderita datang dalam stadium
lanjut. Metode skrining yang masih dipercaya hingga saat ini adalah pap
smear. Pap smear merupakan metode skrining yang sudah dikenal luas.
Sensitivitas pap smear bila dikerjakan setiap tahun mencapai 90%, setiap 2
tahun 87%, setiap 3 tahun 78% dan bila setiap 5 tahun mencapai 68%
sebelum terjadinya Kanker Serviks.

II. TUJUAN KEGIATAN


II.1 TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
Paps smear dan pemeriksaan apusan vagina.

II.2 TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Membuat sediaan Paps smear untuk pemeriksaan sitologi.
2. Melakukan pengambilan spesimen dari dinding vagina untuk
pemeriksaan mikrobiologi.

III. RUJUKAN

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw
Hill; 2005.
2. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and
infertility, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005.
4. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku
acuan nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: JNPKKR-POGI; 2001.
5. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
6. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed.
St. Louis; 1995.

49
7. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi
dan ginekologi, edisi pertama. Jakarta: Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2006.
8. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
9. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kandungan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
10. Rock JA, Jones III HW. Te Lindes operative gynecology, 10th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
17.Berek JS. Bereks and Novak gynecology. 14th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2007.

IV. PERALATAN DAN BAHAN

a. Kursi 2 buah
b. Manikin
c. Sarung tangan
d. Tempat cuci tangan, air, sabun, alat pengering tangan
e. Meja periksa / tempat tidur pasien
f. Lampu sorot
g. Kain penutup untuk ibu
h. Spekulum bivalve (cocor bebek)
i. Spatula Ayre
j. Alkohol 96 %
k. Kaca objek (Object glass)
l. Kapas lidi steril
m. Tabung reaksi steril.
n. Formulir pemeriksaan sitologi
o. Formulir pemeriksaan mikrobilogi

V. TEKNIK PELAKSANAAN

A.PERKENALAN
1. Perkenalkan diri dan menyapa ibu dengan sopan dan ramah
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan secara
rinci
3. Pastikan ibu tidak sedang menstruasi, tidak senggama dan tidak
menggunakan obat vagina 3 hari sebelumnya (72 jam).
4. Pastikan ibu tidak melakukan pembilasan vagina dalam 3 hari
sebelumnya (72 jam)
5. Meminta persetujuan untuk dilakukan prosedur pemeriksaan.

B.PERSIAPAN
1. Periksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia
2. Pastikan lampu tersedia dan siap digunakan
3. Tanyakan apakah ibu telah BAK, membersihkan dan

50
membilas daerah genital luarnya (vulva)
4. Meminta ibu untuk melepas pakaian celana dalam
5. Bantu ibu naik ke meja periksa dan beri kain penutup
6. Cuci kedua tangan dengan air sabun sampai benar- benar bersih lalu
keringkan dengan kain bersih kering atau dianginkan. Mempalpasi
abdomen
7. Pakai sarung tangan periksa yang masih baru atau sarung tangan
bedah yang telah di-DTT.
8. Susun alat dan bahan pada wadah yang telah di- DTT.

C. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAPS SMEAR


1. Periksa genitalia luar dan lubang uretra apakah terdapat keputihan
2. Palpasi Skenes glands dan Bartholins glands
3. Pasang spekulum cocor bebek , lalu dibuka untuk melihat serviks
4. Arahkan lampu/senter sehingga serviks terlihat jelas
5. Perhatikan serviks apakah normal atau tidak
6. Ambil spatule Ayre, masukkan tonjolannya ke dalam endoserviks,
dimulai dari arah jam 12 diputar searah jarum jam 3600
7. Oleskan sediaan lendir serviks ke atas kaca objek yang tersedia
dengan membentuk sudut 450 satu kali sapuan.
8. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 96% selama 10 menit.

D. PELAKSANANA PENGAMBILAN APUSAN VAGINA

1. Spekulum masih dalam posisi semula.


2. Lakukan usapan kapas lidi pada dinding vagina sebelah lateral kanan
atau kiri dari arah dalam keluar.
3. Masukkan kapas lidi ke dalam tabung steril dan langsung kirim ke
laboratorium Mikrobiologi.

E. DOKUMENTASI
Dokumentasikan tanggal pemeriksaan, tanggal pengiriman dan hasil
pengamatan yang dilakukan.

VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN PAPS SMEAR DAN


APUSAN VAGINA

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
II. PERKENALAN
1. Menyapa ibu dengan sopan dan ramah
2. Memastikan bahwa ibu sudah memahami
mengapa dianjurkan menjalani tes Paps smear
dan menjelaskan prosedurnya
3. Memastikan ibu tidak sedang menstruasi, tidak
senggama, dan tidak menggunakan obat vagina

51
3 hari sebelumnya (72 jam). Ibu tidak
melakukan pembilasan vagina.
4. Memastikan bahwa ibu sudah memahami temuan
seperti apa yang mungkin dihasilkan dan tindak
lanjut atau pengobatan apa yang mungkin perlu
dilakukan
II. PERSIAPAN
1. Memeriksa apakah peralatan dan bahan sudah
tersedia
2. Memastikan lampu tersedia dan siap digunakan
3. Menanyakan apakah ibu telah BAK dan
membersihkan serta membilas daerah genitalnya
(vulva)
4. Meminta ibu untuk melepas pakaian celana dalam
5. Membantu ibu naik ke meja periksa dan memberi
kain Penutup
6. Mencuci kedua tangan dengan air sabun sampai
benar- benar bersih lalu dikeringkan dengan kain
bersih dan kering atau dianginkan. Mempalpasi
abdomen
7. Memakai sepasang sarung tangan periksa yang
masih baru atau sarung tangan bedah yang telah
di-DTT.
8. Menyusun alat dan bahan pada wadah yang telah
di- DTT, jika belum dilakukan
PEMERIKSAAN PAPS SMEAR
9. Memeriksa genitalia luar dan lubang uretra apakah
terdapat keputihan
10.Mempalpasi Skenes dan Bartholins glands
11. Memasang cocor bebek spekulum dalam posisi
tertutup, kemudian dibuka dan dikunci sehingga
spekulum tetap berada di tempatnya agar serviks
dapat terlihat.
12.Mengarahkan lampu/senter sehingga dapat
melihat serviks dengan jelas
13.Memeriksa serviks apakah normal atau tidak
14.Ambil spatule Ayre, tonjolan spatula Ayre
dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari
arah jam 12 diputar searah jarum jam 3600
15.Sediaan lendir serviks dioleskan di atas kaca
objek yang tersedia dengan membentuk sudut 450
satu kali sapuan.
16. Kemudian kaca objek dicelupkan ke dalam
larutan alkohol 96% selama 10 menit.
17.Sediaan dimasukkan ke dalam amplop dan
dikirim ke ahli patologi anatomi dengan

52
melampirkan formulir pemeriksaan sitologi yang
telah diisi dengan lengkap.

PENGAMBILAN APUSAN VAGINA UNTUK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI


LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN
PEMERIKSAAN APUSAN VAGINA Ya Tidak
1. Memasang spekulum dan menyesuaikannya seperti
pada prosedur sebelumnya.
2. Dengan memakai kapas lidi dilakukan usapan pada
dinding vagina sebelah lateral kanan atau kiri dari
arah dalam keluar.
3. Kapas lidi dimasukkan ke dalam tabung steril dan
langsung dikirim ke Laboratorium mikrobiologi.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan.


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan.

SL.III. RS. 8
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA
Emir Taris Pasaribu

53
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik pada payudara merupakan rangkaian pemeriksaan yang harus
dilakukan oleh seorang dokter untuk menegakkan diagnosa, dilakukan setelah anamnesa,
yang terdiri inspeksi dan palpasi, sedangkan perkusi dan auskultasi jarang digunakan.
Pemeriksaan fisik payudara bertujuan untuk melihat adanya kelainan pada daerah
payudara yang terdiri dari 5 regional yaitu lateral atas, medial atas, medial bawah, lateral
bawah dan subareola dengan batas atas adalah klavikula, medial garis parasternal, bawah
setentang prosesus xypoid dan lateral linea aksilaris anterior. Pada saat yang bersamaan
pemeriksaan dilakukan di daerah aksila, infra dan supra klavikula.
Kelainan pada payudara dapat berupa kelainan bawaan, peradangan trauma dan
neoplasma.
Inspeksi, pengamatan dilakukan pada saat penderita duduk, setelah melepas seluruh
pakaian bagian atas yang dibantu oleh seorang paramedis pada 3 posisi, yaitu kedua
lengan disisi tubuh, mengangkat lengan keatas kepala dan kacak pinggang.

Hal-hal yang perlu diamati adalah,


- ukuran dan bentuk kedua payudara (size and shape).
- kelainan pada kulit antara lain benjolan, perubahan warna kulit (erythema), tarikan
pada kulit (dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk (peau de orange), nodul
satelit.
- adanya kelainan pada areola dan putting, putting susu tertarik (nipple retraction),
eksema dan keluar cairan dari putting.
- benjolan pada aksila/tanda-tanda radang.
- benjolan infra/supra klafikula.

Palpasi, perabaan dilakukan dengan menggunakan kedua tangan bagian volar


distal jari 2,3 & 4, dimana penderita dalam posisi berbaring dengan pundak diganjal
bantal kecil dan lengan berada di atas kepala masih didampingi seorang paramedis.
Pemeriksa berdiri disisi kanan penderita dan menghadap penderita. Pertama perabaan
ditujukan pada payudara yang tanpa keluhan, payudara yang sakit, mulai pada payudara.
Areola dan puting payudara.
Palpasi pada kelenjar payudara harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral
atas dan subareola, karena merupakan tempat lesi tersering. Cara palpasi dapat dengan 3
cara, sirkular , radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola dan meraba
seluruh bagian payudara bertahap.
Hal yang harus diamati bila didapati benjolan adalah :
- lokasi 5 regio payudara, aksila, infra/supra klavikula.

54
- konsistensi, keras, kenyal, lunak/fluktuasi.
- permukaan: licin rata, berbenjol-benjol .
- mobilitas, dapat digerakkan, terfikser jaringan sekitarnya, kulit/dinding dada.
- batas: tegas/tidak tegas.
- nyeri: ada/tidak ada.
- ukuran dinyatakan diameter terbesar dalam mm dengan menggunakan jangka
sorong.

Pada saat palpasi daerah subareola diamati apakah ada keluar sekret dari puting
payudara dan diperhatikan warna, berbau, kekentalan. Cairan yang keluar dari puting
dapat berupa, air susu, cairan jernih, bercampur darah dan pus. Untuk palpasi puting
menggunakan 2 jari, yaitu bagian volar distal ibu jari dan jari telunjuk.

Palpasi, kelenjar aksila, untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan
dengan benjolan pada payudara didapati juga benjolan pada kelenjar getah bening
aksila yang merupakan singgahan pertama bila tejadi penyebaran limfogen pada kanker
payudara. Posisi penderita sebaiknya duduk, pemeriksa berdiri didepan penderita, bila
hendak memeriksa aksila kanan lengan kanan penderita ditopang lengan kanan
pemeriksa, diabduksikan dan pemeriksa melakukan palpasi pada daerah aksila dengan
lembut dan cermat. Hal yang sama dilakukan untuk aksila sebelah kiri.

Palpasi infra dan supra klevikula, pasien dalam posisi duduk, pemerisa berdiri
dibelakang penderita dan melakukan palpasi dengan mengunakan kedua tangan secara
bersamaan.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM

55
Setelah selesai melakukan latihan pemeriksaaan fisik payudara pada blok sitem
repruduksi diharapkan mahasiswa terampil dan mampu melakukan pemeriksaan
kelainan pada payudara secara benar dan sistematis.

II. 2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kelainan payudara, antara lain:
kelainan bawaan payudara.
1. radang pada payudara.
2. tumor jinak payudara.
3. tumor ganas payudara.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari Narasumber


45 mahasiswa)

10 menit Demonstrasi pada kelas besar oleh nara Narasumber


sumber dengan manikin
Nara sumber memperlihatkan tata cara
pemeriksaan fisik payudara yang benar.
20 - 30 menit Coaching : Mahasiswa melakukan Instruktur /
simulasi secara bergantian (2-3 orang) Mahasiswa
dengan dibimbing oleh instruktur.
Instruktur memperlihatkan tata cara
pemeriksaan fisik payudara.
90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan Mahasiswa
sendiri secara bergantian.
Sehingga total waktu yang dibutuhkan
90 menit (tergantung jumlah mahasiswa)

IV. RUJUKAN

1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
2. Dixon JM, ABC of breast diseases, international student edition, 3 rd edition
BMJ Publishing group, 2006.

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Meja 1 buah
2. Kursi 3 buah
3. Jangka sorong
4. Manekin payudara

56
VI. TEKNIK PELAKSANAAN

A. TAHAP PERKENALAN
1. Menyapa dan memprkenalkan diri dengan pasien/keluarga pasien.
2. Menanyakan identitas penderita
3. Informed Consent (meminta persetujuan pasien)

B. TAHAP PELAKSANAAN
1. Mohon ijin untuk dilakukan pemeriksaan
2. Pasien dibawa kekamar periksa
3. Bersama seorang paramedis.
4. Membuka seluruh pakaian bagian atas.
5. Berada diatas tempat tidur pemeriksaan

C. INSPEKSI
1. Pasien dalam posisi duduk
2. Pemeriksa berdiri didepan pasien
3. Pengamatan payudara dilakukan saat posisi kedua lengan disamping penderita,
diangkat diatas kepala dan saat kacak pinggang.
4. Hal hal yang diamati :
a. ukuran dan bentuk kedua payudara
b. warna kulit payudara / luka
c. adanya benjolan
d. pemekaran pembuluh darah
e. tarikan pada kulit
f. peau de orange
g. tarikan pada puting
h. ekzema pada puting / areola
i. benjolan / tanda-tanda radang di aksila
j. benjolan di infra / supra klavikula.

D. PALPASI
A. Payudara
1. Posisi pasien berbaring dan pundak diganjal bantal kecil dengan kedua lengan
berada diatas kepala.
2. Pemeriksa berada disisi kanan pasien dan didampingi seorang paramedis.
3. Palpasi menggunakan kedua tangan bagian volar, distal digiti 2,3 & 4.
4. Palpasi harus mencakup 5 regio payudara, dapat sirkular, radial dan bertahap.
5. Yang diperhatikan, adanya massa / benjolan :

57
- lokasi, konsistensi, permukaan ,batas / margin, pergerakan / mobilitas, adanya
nyeri dan ukuran diameter terpanjang dalam mm dengan menggunakan jangka
sorong.
6. Pada daerah subareola perlu diamati apa ada keluar cairan dari puting , warna
dan bau.

B. Kelenjar aksila.
1. Posisi pasien duduk.
2. Pemeriksa berdiri didepan pasien
3. Lengan kanan pemeriksa menopang lengan kakan pasien dan tangan kiri
pemeriksa melakukan palpasi pada aksila kiri, demikian sebaliknya.
4. Hal yang diamati, adanya pembesaran kelenjar getah bening , satu atau lebih,
konglumerasi, nyeri.

C. Infra / supra klavikula.


1. Pasien dalam posisi duduk.
2. Pemeriksa berdiri dibelakang
3. Mengunakan kedua tangan pada daerah yang berbeda.
4. Hal yang diamati apa ada teraba pembesaran kelenjar getah bening.

E. DOKUMENTASI
1. Catat hal-hal yang ditemukan,
2. Menyimpulkan dan menjelaskan kemungkinan penyakit pasien dan anjuran
selanjutnya.

VII. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN PAYUDARA

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. TAHAP PERKENALAN
1.Menyapa dan memprkenalkan diri dengan
pasien/keluarga pasien.
2. Menanyakan identitas penderita
3. Informed Consent
II. TAHAP PELAKSANAAN
1. Mohon ijin untuk dilakukan pemeriksaan
2. Pasien dibawa kekamar periksa
3. Bersama seorang paramedis.
4. Membuka seluruh pakaian bagian atas.
5. Berada diatas tempat tidur pemeriksaan
Inspeksi
1. pasien dalam posisi duduk
2. pemeriksa berdiri didepan pasien
3. pengamatan payudara dilakukan saat posisi kedua lengan
disamping penderita, diangkat diatas kepala dan saat
kacak pinggang.
4. hal hal yang diamati :
a. ukuran dan bentuk kedua payudara
b. warna kulit payudara / luka
c. adanya benjolan
d. pemekaran pembuluh darah
e. tarikan pada kulit
f. peau de orange

58
g. tarikan pada puting
h. ekzema pada puting / areola
i. benjolan / tanda-tanda radang di aksila
j. benjolan di infra / supra klavikula.
Palpasi
A. Payudara
1. Posisi pasien berbaring dan pundak diganjal bantal kecil
dengan kedua lengan berada diatas kepala.
2. Pemeriksa berada disisi kanan pasien dan didampingi
seorang paramedis.
3. Palpasi menggunakan kedua tangan bagian volar, distal
digiti 2,3 & 4.
4. Palpasi harus mencakup 5 regio payudara, dapat sirkular,
radial dan bertahap.
5. Yang diperhatikan, adanya massa / benjolan :
- lokasi, konsistensi, permukaan ,batas / margin,
pergerakan / mobilitas, adanya nyeri dan ukuran
diameter terpanjang dalam mm dengan menggunakan
jangka sorong.
6. Pada daerah subareola perlu diamati apa ada keluar
cairan dari puting , warna dan bau.
B. Kelenjar aksila.
1. Posisi pasien duduk.
2. Pemeriksa berdiri didepan pasien
3. Lengan kanan pemeriksa menopang lengan kakan
pasien dan tangan kiri pemeriksa melakukan palpasi
pada aksila kiri, demikian sebaliknya.
4. Hal yang diamati, adanya pembesaran
kelenjar getah bening , satu atau lebih, konglumerasi,
nyeri.
C. Infra / supra klavikula.
a. Pasien dalam posisi duduk.
b. Pemeriksa berdiri dibelakang
c. Mengunakan kedua tangan pada daerah yang berbeda.
d. Hal yang diamati apa ada teraba pembesaran kelenjar
getah bening.
IV. DOKUMENTASI
1. Catat hal-hal yang ditemukan
2. Menyimpulkan dan menjelaskan kemungkinan
penyakit pasien
3. Tindakan dan anjuran selanjutnya.
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa Tidak melakukan

59

Anda mungkin juga menyukai