Anda di halaman 1dari 38

SUPLEMENTASI NIASIN YANG BERBEDA STRUKTUR KIMIA

TERHADAP PRODUKTIVITAS SAPI PERAH LAKTASI:


META-ANALISIS IN VIVO DAN KAJIAN IN VITRO

ROSSY ENDAH AYU ANGGREINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Suplementasi Niasin yang
Berbeda Struktur Kimia Terhadap Produktivitas Sapi Perah Laktasi: Meta-
Analisis In Vivo dan dan Kajian In Vitro adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015

Rossy Endah Ayu Anggreini


NIM D251124041
RINGKASAN

ROSSY ENDAH AYU ANGGREINI. Suplementasi Niasin yang Berbeda


Struktur Kimia Terhadap Produktivitas Sapi Perah Laktasi: Meta-Analisis In Vivo
dan Kajian In Vitro. Dibimbing oleh ERIKA B. LACONI dan ANURAGA
JAYANEGARA.

Suplementasi niasin dapat menghambat keseimbangan energi negatif pada


sapi perah, karena niasin dapat meningkatkan sintesis protein mikroba, koenzim
pembentuk adenosine tri phosphate (ATP) dan anti-lipolysis yang dapat
menghambat ketosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil optimum
suplementasi niasin, mengkaji efektivitas niasin terhadap keseimbangan energi,
menganalisis pengaruh niasin terproteksi terhadap peforma, produktivitas sapi
perah laktasi (metode meta-analisis).
Pada penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap yang pertama adalah studi
meta-analisis dan tahap kedua adalah penelitian in vitro. Meta-analisis
menggunakan 51 artikel dengan 30 perlakuan yang berkaitan dengan suplementasi
niasin yang terindeks scopus. Penelitian meta-analisis menggunakan data yang
berhubungan dengan tingkat konsumsi pakan, kecernaan nutrien dan profil darah
yang dilakukan secara in vivo. Data meta-analisis yang diperoleh dianalisis
menggunakan SAS 9.1 dan menghasilkan level optimum suplementasi niasin
sebesar 400 ppm.
Penelitian in vitro menggunakan cairan rumen fistula sapi perah Fresian
Holstein (FH) yang didapatkan di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Ransum
penelitian yang digunakan 60% hijauan (rumput gajah) dan 40% konsentrat yang
disuplementasi dengan niasin sebanyak 400 ppm. Niasin yang digunakan ada dua,
yaitu niasin tidak terproteksi yang berbentuk (nicotinic acid) NA, (nicotinamide)
NM, niasin terproteksi lipid dan niasin yang terproteksi buffer agent. Semua
sampel niaisn yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari salah satu
produsen niasin. Data in vitro dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA)
untuk mengetahui pengaruh percobaan terhadap peubah yang diamati, dan uji
ortogonal kontras untuk melihat perbedaan antar perlakuan.
Hasil meta-analisis menunjukkan pengaruh suplementasi niasin yang
berbeda struktur kimia dapat meningkatkan kecernaan acid detergent fiber (ADF)
dan kecernaan neutral detergent fiber (NDF), menurunkan produksi beta-
hidroxybutiric acid (BHBA) dan meningkatkan produksi susu. Hasil penelitian in
vitro suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi tidak dapat
mempengaruhi kecernaan bahan kering (KCBK),kecernaan bahan organik
(KCBO), konsentrasi amonia, konsentrasi volatile fatty acid (VFA) (asetat,
propionat, butirat). Penelitian in vitro memiliki kecenderungan dapat
meningkatkan konsentrasi propionat dan meningkatkan secara signifikan
konsentrasi N-valerat.
Kesimpulan dari penelitian meta-analisis adalah level suplementasi niasin
terproteksi dan tidak terproteksi optimum pada level 400 ppm hari-1 yang dapat
menurunkan BHBA, meningkatkan produksi susu. Hal ini yang menyebabkan
keseimbangan energy negative pada sapi perah laktasi dapat dihambat. Sedangkan
pada penelitian in vitro suplementasi niasin tidak berpengaruh pada kecernaan,
konsentrasi amonia, konsentrasi VFA (asetat, propionat, butirat), tetapi dapat
meningkatkan konsentrasi N-valerat karena kualitas ransum yang tidak sesuai
standar.Pemberian suplementasi niasin efektif apabila kualitas ransum memenuhi
standar kebutuhan sapi perah laktasi.

Kata kunci: sapi perah, meta-analysis, niasin


SUMMARY
ROSSY ENDAH AYU ANGGREINI. Influence of Different Supplemental
Niacin Forms on Productivity of Lactating Dairy Cows: In VivoMeta-Analysis
Study and In Vitro. Supervised by ERIKA B. LACONI dan ANURAGA
JAYANEGARA.

Niacin supplementation can inhibit the negative energy balance in dairy cows
because niacin can increase microbial protein synthesis, forming an essential
component of adenosine tri phosphate (ATP) and anti-lipolysis which can prevent
ketosis. The present study was aimed to determine the optimum supplementation
niacin, examines the effectiveness of niacin for energy balance, analyzing the effect
of niacin protected against performance, productivity of lactating dairy cows
(methods of meta-analysis).
In this study consisted of two phases, the first phase is a study of meta-
analysis and the second phase is the in vitro study. Meta-analysis using 51 articles
with 30 treatment associated with supplementation of niacin which detected with
scopus index. A meta-analysis using data related to the level of feed intake, nutrient
digestibility and blood profiles were performed in vivo. Meta-analysis of data
obtained were analyzed using SAS 9.1 and supplementation niacin in in vitro
optimum at 400 ppm (resulted by meta-analysis).
The in vitro study used rumen fluid from a fistulated Holstein Fresian cow
obtained from Indonesian Animal Research Center, Ciawi, Bogor. The basal ration
was consisted of 60% forage (grass) and 40% concentrate supplemented with niacin
400 ppm in the different chemical form of nicotinic acid (NA), niacinamide (NM),
niacin protected with lipid and niacin protected with buffer agent. All samples niacin
used in this study was obtained from one of the manufacturers of niacin. In vitro data
analyzed using analysis of variance (ANOVA) and orthogonal contrast test to see the
differences among treatments.
The results of the meta-analysis showed the effect of niacin supplementation
in different chemical structure can improve the digestibility of acid detergent fiber
(ADF) and neutral detergent fiber digestibility (NDF), decrease the production of
beta-hidroxybutyric acid (BHBA) and increase milk production. The results of in
vitro study of niacin supplementation protected and not protected can not affect dry
matter digestibility (DMD), organic matter digestibility (OMD), ammonia
concentration, concentration of volatile fatty acids (VFA) (acetate, propionate,
butyrate). In vitro study has a tendency may increase propionate concentrations and
significantly increase the concentration of N-valerate.
The conclusion of the study meta-analysis is the level of niacin
supplementation protected and not protected at the optimum level in 400 ppm day-1
which can reduce BHBA, increases milk production. This causes the negative energy
balance in lactating dairy cows can prevented. In others hand, in vitro studies of
niacin supplementation had no effect on digestibility, ammonia concentration, the
concentration of VFA (acetic, propionic, butyric), but can improve the concentration
of N-valerate because quality of ration not correspond standar. Niacin
supplementation effective if given appropriate quality standard ration.

Keywords:: dairy cow, meta-analysis, niacin


Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
1

SUPLEMENTASI NIASIN YANG BERBEDA STRUKTUR KIMIA


TERHADAP PRODUKTIVITAS SAPI PERAH LAKTASI:
META-ANALISIS IN VIVO DAN KAJIAN IN VITRO

ROSSY ENDAH AYU ANGGREINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.ScAgr
3

Judul Tesis : Suplementasi Niasin Yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap


Produktivitas Sapi Perah Laktasi: Meta-Analisis In Vivo Dan Kajian
In Vitro
Nama : Rossy Endah Ayu Anggreini
NIM : D251124041

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Erika B. Laconi, MS DrAnuraga Jayanegara, SPt MSc


Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Ilmu Nutrisi dan Pakan

Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:


4

PRAKATA
Alhamdulillahirabbilallamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi yang berjudul suplementasi niasin yang berbeda
struktur kimia terhadap produktivitas sapi perah laktasi: meta-analisis in vivo
dan kajian meta analisis in vitro. Judul penelitian ini sudah diseminarkan
pada acara International Workshop on Tropical Bio-resources for
Sustainable Development di Bogor dan Asian-Australsian Animal
Production di Jogja. Tesis ini disusun berdasarkan penelitian yang Penulis
lakukan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Kebutuhan susu masyarakat Indonesia meningkat dari tahun ke tahun,
namun produksi susu dalam negeri masih belum memenuhi sehingga impor
susu dari luar negeri masih tinggi. Hal ini disebabkan kompleksnya
permasalahan sapi perah di Indonesia, yaitu jumlah populasi sapi perah yang
sedikit dan masalah penyakit ketosis pada sapi perah.Ketosis disebabkan
tingginya beta-hidroxybutyric acid (BHBA) yang merupakan hasil samping
mobilisasi lemak tubuh pada sapi perah. Mobilisasi lemak tubuh disebabkan
karena kurangnya energi yang tersedia dalam tubuh untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok dan produksi susu.
Niasin merupakan vitamin B3 yang mempunyai fungsi sebagai
prekursor nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) dan nicotinamide
adenine dinucleotide (NADP) yang dapat membentuk adenosin tri
phosphate (ATP) pada level optimimal 400 ppm hari-1, sehingga energi
untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu cukup tersedia. Penelitian
di luar negeri tentang niasin sudah banyak dilakukan, namun belum ada
penelitian yang dapat menyimpulkan level dan jenis niasin yang optimum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil optimum suplementasi
niasin, mengkaji efektivitas niasin terhadap keseimbangan energi,
menganalisis pengaruh niasin terproteksi terhadap peforma, produktivitas
sapi perah laktasi (metode meta-analisis).
Penulisan tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar
magister sains pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan di Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan penulisan tesis ini, sehingga diharapkan
penjelasan dan informasi dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia
peternakan pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih terhadap semua pihak
yang turut membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, semoga
Allah Yang Maha pengasih membalas semua kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis.

Bogor, Desember 2015

Rossy Endah Ayu Anggreini


5

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 3
METODE 3
Waktu dan Lokasi 3
Materi 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda 8
Struktur Kimia Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Nutrien
Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda 9
Struktur Kimia Terhadap Komposisi Plasma Darah
Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda 10
Terhadap Produksi dan Komposisi Susu
Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda 11
Struktur Kimia Terhadap Fermentasi Rumen
Pengaruh Suplementasi Niasin Terproteksi dan Tidak Terproteksi 12
Terhadap KCBK dan KCBO
Pengaruh Suplementasi Niasin Terproteksi dan Tidak Terproteksi 12
Terhadap Konsentrasi Amonia
Pengaruh Suplementasi Niasin Terproteksi Dan Tidak Terproteksi 13
Terhadap Proporsi VFA
SIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 24
6

DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrien ransum penelitian berdasarkan bahan kering 4
2 Table 2 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur 8
kimia terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien
3 Table 3 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur 9
kimia terhadap komposisi plasma darah
4 Table 4 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk terhadap 10
produksi dan komposisi susu
5 Tabel 5 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur 11
kimia terhadap fermentasi rumen
6 Tabel 6 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi 12
terhadap KCBK dan KCBO
7 Tabel 7 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi 13
terhadap konsentrasi amonia
8 Tabel 8 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi 13
terhadap proporsi VFA

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara metabolisme lemak di jaringan tubuh, hati dan 1


kelenjar susu
2 Proses pembentukan NA dan NM 2
3 Struktur kimia niasin NA dan NM 2
4 Gas chromatografi (GC-14B, Simadzu DC 8A) 5
5 Cawan Conway 6
7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar Jurnal Meta-Analisis 17


2 Suplementasi niasin berbeda struktur kimia 18
3 Lampiran 3 Sidik Ragam Konsentrasi Amonia 20
4 Lampiran 4 Sidik Ragam Konsentrasi Asetat 21
5 Lampiran 5 Sidik Ragam Konsentrasi Propionat 21
6 Lampiran 6 Sidik Ragam Konsentrasi Isobutirat 21
7 Lampiran 7 Sidik Ragam Konsentrasi Butirat 22
8 Lampiran 8 Sidik Ragam Konsentrasi Isovalerat 22
9 Lampiran 9 Sidik Ragam Konsentrasi N-valerat 22
10 Lampiran 10 Sidik Ragam Kecernaan Bahan Kering (KCBK) 23
11 Lampiran 11 Sidik Ragam Kecernaan Bahan Organik (KCBO) 23
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada tahun 2012 konsumsi susu masyarakat Indonesia 11,09 liter kapita-1
-1
tahun , namun pasokan susu dalam negeri hanya memenuhi 20 persen dari
kebutuhan total (Ditjenak 2012). Kebutuhan susu di Indonesia sebaiknya diikuti
dengan produktivitas susu yang memadai, namun sampai saat ini program
pemerintah tersebut belum terpenuhi secara optimal. Pengembangan sapi perah di
Indonesia banyak mengalami masalah, terutama adanya keseimbangan energi
negatif yang biasa terjadi pada dua minggu pasca melahirkan (awal laktasi). Hal
ini disebabkan karena produksi susu yang terlalu tinggi namun tidak diiringi
dengan produksi energi yang cukup. Sapi perah yang kekurangan energi akan
memobilisasi lemak dalam tubuhnya untuk digunakan sebagai energi, hal ini
menyebabkan tingkat beta-hidroxybutyricacid(BHBA) tinggisehingga dapat
mengakibatkan ketosis (Gambar 1).

Gambar 1 Hubungan antara metabolisme lemak di jaringan tubuh, hati dan kelenjar susu
(Drackley 1999)

Niasin diproduksi oleh mikroorganisme rumen dalam jumlah mikro, tetapi


belum dapat mencukupi kebutuhan ternak, sehingga suplementasi niasin sangat
diperlukan. Kebutuhan niasin pada sapi perah yang digunakan untuk jaringan
tubuh sekitar 256 mg hari-1 dan kebutuhan untuk produksi susu sekitar 33 mg hari-
1
(Niehoff et al. 2009). Suplementasi niasin dapat mengatasi keseimbangan energi
negatif pada sapi perah, karena niasin dapat mempengaruhi fungsi rumen dengan
meningkatkan sintesis protein mikroba meyebabkan proporsi propionat meningkat
yang diikuti dengan meningkatnya volatile fatty acid (VFA) (McDonald
2002).Niasin yang dibantu dengan asam amino tryptopan merupakan komponen
esensial pembentuk nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) dan nicotinamide
adenine dinucleotide phosphate (NADP) (Gambar 2) yang kemudian dapat
meningkatkan proses pembentukan adenosin tri phosphate(ATP). Selain itu niasin
2

merupakan anti lipolisis, yaitu menghambat mobilisasi lemak dalam tubuh,


sehingga BHBA tidak terbentuk dan ketosis tidak terjadi.

Gambar 2 Proses pembentukan NA dan NM (Kirkland 2009)

Niasin pada pakan yang masuk ke dalam rumen dapat didegradasi oleh
mikroorganisme, hal ini menyebabkan jumlah niasin yang diserap tubuh sedikit.
Oleh karena itu strategi memproteksi niasin dari degradasi rumen diharapkan
dapat mem-by pass niasin agar diserap di dalam usus dan menuju target organ
untuk melakukan perannya. Pada umumnya terdapat beberapa bentuk proteksi
niasin, yaitu dengan ikatan kovalen menjadi kompleks karbohidrat yang disebut
niacytin; proteksi niasin yang diikat dengan peptida, disebut niacinogens, proteksi
niasin dengan lipid dan proteksi niasin dengan buffer agent.
Niasin merupakan vitamin B3 yang terdiri dari dua bentuk, yaitu asam
nikotinat atau nicotinic acid (NA) dan nicotinamide atau niacinamide (NAM)
(Gambar 2).Niasin merupakan bagian yang sangat penting untuk pembentukan
koenzim NAD dan NADP.

Gambar 3 Struktur kimia niasin NA dan NM (Gropper et al. 2009)

Penelitian menggunakan niasin telah banyak dilakukan di luar negeri,


sehingga menghasilkan data primer. Penelitian niasin tersebut memperlihatkan
banyak level konsentrasi dan bentuk suplementasi niasin yang berbeda, sehingga
menghasilkan data yang berbeda setiap penelitian. Meta-analisis merupakan suatu
metode yang dapat menemukan suatu kesimpulan dari beberapa data yang sudah
ada untuk mencapai hasil optimal (Sauvant et al. 2008). Pada penelitian in
3

vivodigunakan niasin 400 ppm atau 6 gr hari-1, hal ini sesuai dengan hasil meta-
analisis. Sedangkan jenis suplementasi niasin yang digunakan adalah niasin
terproteksi lipid dan buffer agent, niasin tidak terproteksi dalam bentuk NA dan
NM yang didapatkan dari salah satu produsen penghasil niasin.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil optimum suplementasi


niasin, mengkaji efektivitas niasin terhadap keseimbangan energi, menganalisis
pengaruh niasin terproteksi terhadap peforma, produktivitas sapi perah laktasi
(metode meta-analisis).

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi bagi


peternak sapi perah terhadap pentingnya suplementasi niasin, memberikan
informasi dosis optimal dan jenis niasin yang tepat untuk mencegah
keseimbangan energi negatif pada sapi perah laktasi dan meningkatkan produksi
susu nasional sehingga impor susu dapat berkurang

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan melalui dua tahap, tahap pertamain vivoadalah meta-


analisis, dilakukan untuk mengetahui dosis suplementasi niaisn yang tepat untuk
penelitian in vitro. Setelah itu dilanjutkan penelitian in vitro yang dilakukan di
laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Pakan,Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap yang pertama adalah penelitian
meta-analisis menggunakan 51 artikel dengan 30 perlakuan yang berkaitan dengan
suplementasi niasin terindeks scopus. Meta-analisis menggunakan jurnal terkait
dengan suplementasi niasin pada sapi perah laktasi yang dilakukan secara in
vivo.Penelitian meta-analisis menggunakan data yang berhubungan dengan tingkat
konsumsi pakan, kecernaan nutrien dan profil darah.Salah satu hasil meta-analisis
adalah mendapatkan dosis suplementasi yang optimal untuk penelitian in vitro,
yaitu sebesar 400 ppm atau 6 gr hari-1.
Penelitian selanjutnya adalah in vitro dengan menggunakan cairan rumen
fistula sapi perah Fresian Holstein (FH) yang didapatkan di Balai Penelitian
4

Ternak Ciawi, Bogor. Ransum penelitian yang digunakan 60% hijauan (rumput
gajah) dan 40% konsentrat yang disuplementasi dengan niasin yang berbentuk
(nicotinic acid) NA, (nicotinamide) NM, niasin terproteksi lipid dan niasin yang
terproteksi buffer agentyang didapatkan dari salah satu produsen penghasil niasin.

Tabel 1.Tabel komposisi 60% hijauan+40% berdasarkan bahan kering


Pakan Abu LK PK SK BETN TDN
-----------------------------------------------%---------------------------------
Hijauan 8.19 1.59 8.99 25.40 55.83 54.32
Konsentrat 12.96 5.19 9.53 9.70 62.62 79.28
Keterangan:
1) Analisa proksimat Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati & Bioteknologi Bogor (2014)
2) Perhitungan TDN dengan rumus Hartadi (1980): TDN= 92.464-(3.338 x SK) (6.945 x LK)
(0.762 x Beta-N) + (1.115 x PK) + (0.031 x SK2) (0.133 x LK2) + (0.036 x SK x Beta-N) +
(0.207 x LK x Beta-N) + (0.1 x LK xPK) (0.022 x LK x PK)

Metode

Studi Meta-analisis In vivo


Kajian meta-analisis in vivo menggunakan publikasi artikel yang terkait
dengan suplementasi niasin pada sapi perah laktasi.Semua data mengenai
konsumsi pakan, kecernaan nutrien, produksi susu, komposisi susu, fermentasi
rumen dan profil darah dari artikel diseleksi menurut jenis pakan sapi perah,
struktur kimia niasin dan level niasin. Setelah itu data dikumpulkan dalam suatu
database.Peubah yang berbeda unit dikonversi menjadi unit yang seragam dengan
menggunakan informasi yang terdapat pada masing-masing artikel. Data yang
terkumpul dianalisis secara statistik menggunakan mixed model methodology,
dengan suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia sebagai fixed effect
danparameter lain sebagai random effect menggunakan software SAS versi 9.1
(SAS Institute Inc 2008).

Studi In vitro
Penelitian ini menggunakan rumen sapi perahFresian Holstein (FH)
fistula. Cairan rumen diambil melalui lubang fistula sapi, kemudian diperas
menggunakan kain kasa. Termos yang akan dipakai untuk menyimpan rumen
sebelumnya sudah diisi air panas agar suhu termos mencapai 39C, kemudian air
panas dalam termos dibuang dan rumen yang sudah diperas dimasukkan ke dalam
termos. Setelah itu termos harus segera ditutup rapat dan dialiri gas CO2 sebelum
digunakan.
Pembuatan larutan 6 liter larutan McDougal, sebanyak 5 liter aquades
dimasukkan ke dalam labu takar yang bervolume 6 liter kemudian dimasukkan
bahan kimia sebagai berikut: NaHCO3 (58,8 gram), Na2HPO4.7H2O (42 gram),
KCl (3,42 gram), NaCl (2,82 gram), MgSO4.7H2O (0,72 gram) dan CaCl2 (0,24
5

gram). Semua bahan tersebut dilarutkan kecuali CaCl2, setelah semua bahan larut
ditambahkan CaCl2 dan dialiri gas CO2 secara perlahan-lahan.
Tabung fermentor yang telah diisi dengan 500 mg sampel ransum, yang
telah ditambahkan suplementasi niasin (0 ppm, 400 ppm NA, 400 ppm NM, 400
ppm niasin terproteksi lipid, 400 ppm niasin terproteksibuffer agent). Sampel
perlakuan ditambahkan 10 ml cairan rumen dan 40 ml larutan McDougal. Tabung
fermentor dikocok dengan cara mengaliri gas CO2 selama 30 detik (pH 6.5-6.9)
dan ditutup dengan karet berventilasi. Tabung dimasukkan ke dalam shaker water
bath dengan suhu 39C (Tilley dan Terry 1963) dilakuan fermentasi selama 4 jam
untuk sampel volatile fatty acid (VFA), ammonia (NH3), fermentasi 48 jam untuk
pengukuran kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik
(KCBO). Setelah itu tutup karet berventilasi dibuka dan ditetesi 2 tetes HgCl2
untuk menghentikan fermentasi.

Analisis VFA Parsial (Gas Kromatografi)


Pengukuran volatile fatty acid (VFA) parsial dideteksi dengan
menggunakan gas kromatografi (GC-14B, Simadzu DC 8A) yang mempunyai
suhu kolom 150C, dengan panjang kolom 1 m dan diameter 3 mm, sedangkan
suhu injector-detektor 240C. Gas yang digunakan untuk mendorong sampel
adalah gas nitrogen dengan tekanan 12 kg/cm2.

Gambar 4 Gas kromatografi (GC-14B, Simadzu DC 8A)

Sampel yang disuntikkan sebanyak 0,5 ml dengan menggunakan syringe


kedalam injector. Data ditampilkan dalam bentuk kromatogram. Garis kurva yang
terbentuk diukur minimal 1,565 menit untuk C2 (asetat); 2,24 menit untuk C3
(propionat); 2,832 untuk IC4 (iso-butirat); 3,24 menit untuk nC4 (butirat); IC5 (iso-
valerat); 5,855 untuk NC5 (valerat). Rumus yang digunakan dalam perhitungan
VFA parsial adalah:
mM= Area Contoh x 10 mM
Area Standar
6

Analisis Konsentrasi Amonia Berdasarkan Metode Difusi Mikro Conway


(Conway 1957)
Analisis amonia menggunakan metode difusi mikro Conway. Bibir pada
bagian tutup dan bawah cawan Conway diolesi dengan vaselin, supernatan
sebanyak 1,0 ml ditempatkan pada salah satu ujung alur cawan Conway. Larutan
Na2CO3 jenuh sebanyak 1,0 ml ditempatkan pada ujung cawan Conway yang
bersebelahan dengan supernatan. Larutan asam borat berindikator merah metil dan
hijau kresol bromo sebanyak 1,0 ml dipipet dan dimasukkan ke dalam bagian
cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway. Cawan Conway lalu ditutup
rapat hingga kedap udara. Larutan Na2CO3 dicampur dengan supernatan hingga
merata dengan cara menggoyanggoyangkan dan memiringkan cawan tersebut.

Gambar 5 Cawan Conway

Setelah 24 jam dalam suhu kamar, cawan Conway dibuka, asam borat
berindikator dititrasi dengan larutan H2SO4 0,005 N sampai terjadi perubahan
warna dari biru menjadi merah jambu. Konsentrasi amonia dihitung berdasarkan
rumus berikut : (volume H2SO4 x 0,005 N H2SO4 x 1000/1)/(Berat pakan x % BK
pakan).

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik (Tilley dan Terry 1963)
Sebanyak 2.8 gram pepsin dilarutkan dalam 850 ml aquadest, kemudian
ditambahkan 17.8 ml HCl pekat dan campuran dimasukkan ke dalam labu takar.
Air ditambahkan hingga permukaan mencapai tanda tera 1000 ml. Setelah itu,
sampel dalam tabung fermentor yang sudah diinkubasi selama 48 jam dan ditetesi
HgCl2, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit.
Supernatan dan endapan dipisahkan, kemudian endapan yang terbentuk
ditambah 50 ml larutan pepsin-HCl. Campuran tersebut diinkubasi selama 48 jam
tanpa tutup karet. Setelah 48 jam campuran endapan-pepsin disaring dengan
menggunakan kertas saring Whatman No.41 dengan bantuan pompa vakum. Hasil
saringan merupakan residu yang digunakan untuk mengukur KCBK dan KCBO.
Residu kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah diketahui
bobotnya dan dikeringkan dalam oven 105C selama 24 jam untuk mengetahui
BK. Sampel yang telah diketahui bobotnya kemudian diabukan dalam tanur 600C
selama 6 jam. Prosedur ini dilakukan untuk menentukan kadar abu dan BO residu.
Nilai KCBK dapat dihitung dengan rumus :[(BK sampel awal - (BK residu - BK
7

blanko))/BK sampel] x 100%. Rumus yang sama digunakan untuk menghitung


KCBO, dengan cara mengganti BK dengan BO.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data


Rancangan Percobaan yang digunakan untuk perlakuan in vitro adalah
rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari lima perlakuan dengan tiga
kelompok. Parameter yang diukur adalah konsentrasi VFA total, konsentrasi NH3
pada akhir inkubasi in vitro (4 jam), KCBK, KCBO ransum perlakuan. Beberapa
perlakuan meliputi: kontrol (K): Ransum sapi perah tanpa suplementasi niasin,
Nicotinic acid (NA) 400: K + 400 ppm NA, Nicotinamide (NM) 400 : K + 400
ppm NM, Niasin terproteksi lipid (NTL) 400 : K + 400 ppm NTL , Niasin
terproteksi buffer agent (NTBA) 400 : K + 400 ppm NTBA. Model matematika
yang digunakan adalah:

Yijk = + i + j + ijk
keterangan:
Yijk = Efek pemberian niasin ke-i dan kelompok ke-j
= Rataan umum
i = Efek pemberian perbedaan struktur kimia suplementasi niasin ke-i
j = Efek kelompok ke-j
ijk = Galat pemberian bentuk niasin ke-i dan kelompok ke-j

Data pada pengamatan VFA, Ammonia, KCBK dan KCBO dianalisis


menggunakan sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh percobaan
terhadap peubah yang diamati, dan uji ortogonal kontras untuk melihat perbedaan
antar perlakuan (Steel dan Torrie 1991).
Studi meta-analisis mengunakan pendekatan meta-analisis menurut
Sauvant et al. (2008) dengan menggunakan prosedur mixed model SAS versi 9.1
(SAS Institute Inc 2008). Prosedur mixed model digunakan untuk menggabungkan
metode fixed effect dan random effect. Suplementasi niasin yang berbeda struktur
kimia digunakan sebagai fixed effect dan perbedaan antar studi atau eksperimen
dijadikan sebagai random effect. Peubah yang diamati pada beberapa artikel
adalah konsumsi pakan, kecernaan nutrien, fermentasi rumen, profil plasma darah
dan produksi susu. Model matematika yang digunakan dalam metode meta-
analisis ini adalah:

Yij = + si + j + sij + eij


keterangan:
Yij = Variabel terikat
= Rataan umum
si = Pengaruh acak penelitian ke-i
j = Pengaruh tetap tingkat penelitian ke-j
sij = Interaksi acak antara studi ke-i dan tingkat ke-j pada faktor ke-
eij = Error penelitian secara keseluruhan
8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Struktur


Kimia Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Nutrien

Tidak ada perbedaan suplementasi niasin bentuk NA dan NM terhadap


kontrol pada konsumsi bahan kering (BK), KCBK, KCBO dan kecernaan protein
kasar (PK) (Tabel 2).
Suplementasi niasin NM dapat meningkatkan kecernaan NDF dan
kecernaan ADF dibanding kontrol (P<0.05), sedangkan suplementasi niasin
bentuk NA tidak berpengaruh.Menurut Niehoff et al (2009) suplementasi NM
secara signifikan dapat meningkatkan KCBK dan KCBO karena NM memiliki
daya larut di saluran pencernaan yang lebih stabil dibandingkan NA.Kelarutan
NM yang stabil dapat dimanfaatkan mikroba rumen untuk sintesis protein
mikroba yang digunakan sebagai sumber energi untuk mendegradasi dinding sel
pakan. Dinding sel pakan yang mudah dicerna oleh mikroba rumen merupakan
sumber nutrien untuk sapi perah yang dimanfaatkan untuk aktivitas dan produksi
susu.
Hal ini sesuai dengan Horner et al (1988) menyatakan bahwa pemberian
suplementasi niasin NM diduga dapat meningkatkan populasi bakteri pencerna
serat yang dapat mendegradasi dinding sel pakan hijauan.Hal ini disebabkan
suplementasi niasin dapat menstimulasi aktivitas mikroba rumen, sehingga
pencernaan dinding sel tanaman dapat meningkat

Table 2 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur kimia


terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien
ResponseParameter Unit N Kontrol NA NM P-value

Konsumsi BK kg/d 82 21.0 20.9 21.8 0.389


KCBK % 22 64.71 64.5 64.06 0.918
KCBO % 13 67.1 66.2 65.7 0.447
Kecernaan PK % 15 57.9 58.09 60.0 0.728
Kecernaan NDF % 30 46.6a 46.8a 54.3b 0.018
Kecernaan ADF % 30 44.3a 44.8ab 54.8b 0.007
Keterangan: BK= bahan kering, KCBK= kecernaan bahan kering, KCBO= kecernaan bahan
organik, PK= protein kasar, NDF= neutral detergent fiber, ADF= acid detergent fiber,
n= jumlah data, NA= nicotinic acid, NM= nicotinamide, superskrip dengan huruf
kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)
9

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Struktur


Kimia Terhadap Komposisi Plasma Darah

Sehubungan dengan profil plasma darah, suplementasi NA atau NM secara


signifikan menurunkan konsentrasi beta-hidroxybutiric acid (BHBA) (P <0.05),
tetapi tidak mempengaruhi konsentrasi non-esterified fatty acids (NEFA), glukosa,
trigliserida, urea dan insulin dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3).

Table 3 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur kimia


terhadap komposisi plasma darah
Response Parameter Unit n Kontrol NA NM P-value

NEFA ueq/l 28 253.5 228.8 na 0.176


BHBA mg/l 43 116.9b 97.9a 102.7a 0.032
Glucose mg/l 62 594.5 603.4 545.6 0.664
Urea mg/l 26 164.4 154.9 na 0.478
Insulin uU/ml 16 17.3 17.9 na 0.563
Keterangan: NEFA= non-esterified fatty acids, BHBA= beta-hidroxybutiric acid, n= jumlah data,
na= data not avalaible, NA= nicotinic acid, NM= nicotinamide, superskrip dengan
huruf kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Konsentrasi BHBA dalam plasma darah merupakan indikator kecukupan


energi, ketika konsentrasi BHBA dalam plasma darah tinggi menunjukkan
bahwasapi perah mengalami keseimbangan energi negatif. Keseimbangan energi
negatif terjadi karena produksi energi sapi perah lebih rendah dari kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan ambing, produksi susu dan sintesis jaringan ambing
(Sahinduran et al. 2010).
Keseimbangan energi negatif pada awal laktasi terjadi sekitar dua minggu
setelah postpartum. Pasokan energi yang tidak cukup menyebabkan mobilisasi
lemak tubuh yang diubah menjadi FFA (free fatty acid) yang kemudian
dimanfaatkan oleh seluruh tubuh. Mobilisasi lemak tubuh menghasilkan produk
sampingan aseton, acetoacetat dan BHBA yang tinggi dalam plasma darah,
sehingga ketosis terjadi. Suplementasi niasin pada tingkat tertentu dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan lemak, karbohidrat dan protein dalam pakan
untuk menghasilkan energi secara efisien, sehingga mengurangi produksi BHBA
(Hutjens et al. 2010).
Selain itu, niasin juga dapat mengikat G-protein yang merupakan reseptor
GPR109A, yang dapat menghambat aktivitas adenyl cyclase dan dapat
menurunkan intracellular cyclic AMP (cAMP) sehingga dapat menghambat
lipolisis (Wise et al. 2003).Pada penelitian ini pemberian suplementasi niasin NA
menghasilkan konsentrasi BHBA yang lebih rendah dibandingkan dengan
suplementasi niasin NM dan kontrol.Hal ini disebabkan bentuk niasin NM
memiliki afinitas yang lebih rendah terhadap GPR109A dibandingkan NA (Gille
et al. 2008), oleh karena itu suplementasi niasin yang bentuk NA lebih efektif
dibandingkan NM.
10

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Terhadap


Produksi dan Komposisi Susu

Suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia tidak mengubah


komposisi susu (protein, lemak, total solid, solid non fat dan lactose).
Suplementasi niasin bentuk NM dapat menurunkan produksi susu dibandingkan
dengan kontrol (P<0.05), tetapi tidak berpengaruh terhadap 4% fat-corrected milk
(FCM) (Tabel 4).

Table 4 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk terhadap produksi dan
komposisi susu
Respon Parameter Unit n Kontrol NA NM P-value
Produksi susu kg/d 107 30.1b 30.5b 27.8a 0.036
4% FCM kg/d 67 29.4 29.2 27.4 0.581
Protein % 78 3.15 3.07 2.89 0.226
Lemak % 97 3.70 3.66 3.87 0.156
Total solid % 22 11.8 11.7 na 0.776
Solid non fat % 43 8.06 8.12 7.95 0.259
Laktosa % 27 7.18 7.22 na 0.471
Keterangan: FCM= fat-corrected milk, n= number of data, na= data not avalaible, NA=
nicotinic acid, NM= nicotinamide, superskrip dengan huruf kecil
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Suplementasi niasin dapat meningkatkan produksi susu dan komposisi


susu karena niasin dapat meningkatkan populasi mikroba rumen untuk
mendegradasi pakan dengan baik. Tetapi pada penelitian ini, suplementasi niasin
hanya berpengaruh terhadap peningkatan produksi susu. Berbeda dengan
penelitian ini menurut Riddell et al. (1981) komposisi susu dapat meningkat
karena populasi mikroba tinggi dari biasanya, sehingga degradasi selulosa dalam
rumen lebih tinggi daripada tanpa suplementasi niasin.
Perbedaan respon dari suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia
disebabkan perbedaan waktu suplementasi niasin (minggu laktasi), rancangan
penelitian yang digunakan, efek daristres panas yang mempengaruhi penelitian
sapi perah, jenis lemak yang terkandung dalam pakan, sumber dan jumlah protein
bahan pakan, jumlah protein kasar yang terdegradasi dan yang tidak terdegradasi
dalam pakan, jumlah karbohidrat dalam bahan pakan (Zimbelman et al.2013).
Menurut Jaster et al. (1983) bahwa produksi susu dapat meningkat dengan
pemberian suplementasi niasin, terutama pada awal laktasi (10 sampai 15 minggu).
Pada penelitian meta-analisis ini, periode laktasi pada masing-masing penelitian
tidak dibedakan, hal ini dapat menyebabkan suplementasi niasin bentuk NA dan
NM tidak berpengaruh pada 4% FCM.
Suplementasi niasin NA pada tingkat tertentu dapat merangsang mikroba
rumen dalam produksi enzim NAD dan NADP yang berguna untuk metabolisme
VFA dan menambah nafsu makan, sehingga meningkatkan kadar gula darah yang
berguna untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu (Hutjens et al. 1984).
Suplementasi niasin NA mempunyai kemampuan memproduksi energi yang lebih
11

cepat dan lebih tinggi dibandingkan dengan suplementasi niasin NM.Niasin dalam
bentuk NM mempunyai kemampuan yang lebih rendah dalam pembentukkan
energi dibandingkan dengan NA.Hal ini menyebabkan energi yang diproduksi
oleh NM lebih sedikit jika dibandingkan NA, sehingga energi untuk kebutuhan
hidup pokok dan produksi susu lebih rendah jika dibandingkan dengan
suplementasi NA.

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Struktur


Kimia Terhadap Fermentasi Rumen

Suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia pada meta-analisis ini


tidak berpengaruh terhadap pH, VFA total, C2, C3, C2/C3 dan konsentrasi amonia
(Tabel 5).

Tabel 5 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur kimia


terhadap fermentasi rumen
Response Unit n Kontrol NA NM P-value
Parameter
VFA Total mM 34 86.8 91.2 85.3 0.706
C2 % 39 45.6 46.2 44.7 0.313
C3 % 39 14.9 15.4 16.0 0.103
C2/C3 % 39 3.12 3.06 2.94 0.280
NH3 % 39 151.9 163.4 153.3 0.226
Keterangan: VFA= volatile fatty acid, C2= asetat, C3= propionat, C2/C3= rasio asetat dan
propionat, NH3= konsentrasi amonia, n=jumlah data, na= data not avalaible= NA=
nicotinic acid, NM= nicotinamide

Suplementasi niasin biasanya dapat meningkatkan populasi bakteri,


terutama bakteri amilolitik sehingga produksi propionat meningkat. Menurut
Campbell et al. (1994) konsentrasirata-rata VFA parsial setelah suplementasi
niasin adalah 62.2 mM asetat, 19.8 mM propionat, 14,2 mM butirat, 1,8 mM
isovalerat dan 1,9 mM valerat, sedangkan kisaran total VFA antara 152,5 mM-
182,2 mM. Hasil meta-analisis produksi VFA total dan parsial lebih rendah jika
dibandingkan dengan penelitian tersebut.
Perbedaan pengaruh suplementasi niasin terhadap konsentrasi VFA total dan
parsial disebabkan perbedaan pengaruh total produksi VFA dapat disebabkan oleh
perbedaan VFA waktu pengukuran (sebelum atau sesudah makan) di setiap studi,
rasio antara hijauan dan konsentrat pakan yang diberikan. Pengukuran total VFA
setelah makan menghasilkan nilai yang lebih tinggi daripada pengukuran setelah
menyusui. Produksi asetat dipengaruhi oleh pemberian hijauan yang tinggi,
propionat dipengaruhi oleh pemberian tinggi konsentrat, sedangkan butirat
dipengaruhi oleh ration pemberian pakan hijauan dan konsentrat.
12

Pengaruh Suplementasi Niasin Terproteksi dan Tidak Terproteksi


Terhadap KCBK dan KCBO

Suplementasi niasin terpoteksi dan tidak terproteksi tidak memiliki


pengaruh terhadap kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik
(KCBO) (Tabel 6).

Tabel 6 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi terhadap


KCBK dan KCBO
Niasin Terproteksi Niasin TidakTerproteksi P-Value
Parameter Kontrol Agent
Lipid NM NA
buffer
-----------------------------------------%----------------------------------------
KCBK 61.762.15 59.832.35 63.312.15 66.052.34 64.122.83 0.13
KCBO 61.472.15 59.462.79 62.552.60 65.301.45 63.992.76 0.09
Keterangan: NM= Nicotinamide, NA= Nicotinic Acid, KCBK= kecernaan bahan kering, KCBO=
kecernaan bahan organik

Penambahan niasin terproteksi dan tidak terproteksi secara in vitro tidak


mempengaruhi kecernaan KCBK dan KCBO pakan di rumen, padahal dalam meta
analisis pemberian suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia mempunyai
pengaruh terhadap kecernaan acid detergent fiber(ADF) dan neutral detergent
fiber (NDF) pakan. Hal ini dapat disebabkan kurangnya suplementasi niasin,
sehingga kemampuan niasin untuk mendegradasi pakan tidak optimal.
Menurut Brent et al. (1984) suplementasi niasin pada sapi perah yang baru
melahirkan sebaiknya diberikan 200 ppm ekor-1hari-1 dan untuk mencegah ketosis
suplementasi niasin dapat diberikan lebih dari 400 ppm ekor-1hari-1. Pada in vitro
ini suplementasi tepat diberikan 400 ppm ekor-1 hari-1, hal ini tidak dapat
meningkatkan populasi bakteri, sehingga tidak ada pengaruh terhadap kecernaan
KCBK dan KCBO. Menurut penelitian Brent et al. (1984) suplementasi niasin
baik diberikan pada kisaran 0.75 g ekor-1hari-1 sampai 3.75 g ekor-1hari-1, apabila
diberikan melebihi 7.5 g ekor-1hari-1 akan menimbulkan efek negatif pada sapi
perah. Pada penelitian meta-analisis suplementasi niasin rata-rata diberikan 5 g
ekor-1hari-1, suplementasi ini melebihi kisaran normal tetapi tidak melebihi batas
suplementasi niasin yang dapat menimbulkan keracunan.

Pengaruh Suplementasi Niasin Terproteksi dan Tidak Terproteksi Terhadap


Konsentrasi Amonia

Konsentrasi amonia optimum untuk menunjang sintesis protein mikroba 6-


21 mM (McDonald et al. 2002).Pada penelitian ini konsentrasi amonia berada
pada kisaran rata-rata, namun tidak ada pengaruh suplementasi niasin terproteksi
dan tidak terproteksi (P>0.05) (Tabel 7).
Hal ini dapat disebabkan suplementasi niasin terproteksi dan tidak
terproteksi tidak dapat meningkatkan populasi bakteri proteolitik, sehingga
produksi amonia pada penelitian ini tidak meningkat.Selain itu kualitas ransum
13

yang diberikan pada penelitian ini memiliki nilai protein kasar (PK) yang rendah,
sehingga suplementasi niasin tidak berpengaruh secara maksimal. Menurut NRC
(2001) sapi perah yang memproduksi susu 20 kg hari-1 harus diberikan PK ransum
mencapai 15.5%-17.8% untuk mencapai target produksi, namun pada penelitian
ini PK ransum yang diberikan hanya 9.20%. Kualitas ransum yang rendah tidak
akan menghasilkan hasil yang optimal, sehingga pemberian ransum pada sapi
perah harus diperhatikan agar suplementasi niasin dapat memperoleh hasil yang
optimal.

Tabel 7 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi terhadap


konsentrasi amonia
Niasin Terproteksi Niasin Tidak Terproteksi P-Value
Parameter Kontrol Agent
Lipid NM NA
buffer
-----------------------------------------mM--------------------------
Ammonia 8.252.63 6.573.07 7.822.05 8.653.25 6.060.63 0.23
Keterangan: NA= nicotinic acid, NM= nicotinamide

Pengaruh Suplementasi Niasin Terproteksi Dan Tidak Terproteksi Terhadap


Proporsi VFA

Suplementasi niasin pada pakan tidak memiliki pengaruh terhadap


produksi VFA parsial asetat, isobutirat, butirat, isovalerat, dan total VFA
(P>0.05),tetapi memiliki pengaruh nyata terhadap produksi VFA parsial N-valerat
(P<0.05) dan memiliki sedikit pengaruh terhadap produksi VFA parsial propionat
(Tabel 8).

Tabel 8 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi terhadap


proporsi VFA

Niasin Terproteksi Niasin Tidak Terproteksi P-


Kontrol Rataan
VFA Agent buffer Lipid NM NA Value

---------------------------------------%------------------------------------------
Asetat 60.901.77 60.301.50 56.831.67 57.443.53 56.733.61 56.339.36 0.49
Propionat 23.661.68 23.981.26 23.531.33 23.872.47 22.862.93 22.653.76 0.15
Isobutirat 3.930.16 4.030.25 4.460.26 4.851.26 3.900.35 4.060.86 0.39
Butirat 8.890.42 9.190.03 10.510.92 9.921.96 9.180.56 9.101.45 0.81
Isovalerat 1.840.10 1.880.12 3.330.27 1.521.57 2.350.25 2.070.88 0.62
N-valerat 0.13a0.10 0.18b0.20 1.23a0.61 1.95a0.69 0.13b0.06 0.710.86 0.04
Total 99.3524.48 99.5623.08 99.8921.28 99.5522.85 95.1522.58 94.9121.4
Keterangan: Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan sangat nyata (P<0.01),
superskrip dengan huruf kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi cenderung dapat


meningkatkan produksi propionat karena meningkatnya populasi protozoa
14

pencerna pati Entodina (family Ophryoscolecidae). Protozoa mempunyai


kemampuan mencerna pati dengan baik.Tingginya degradasi pati yang dihasilkan
protozoa menstimulasi meningkatnya populasi bakteri amilolitik. Bakteri
amilolitik memiliki fungsi pencerna pati, hal ini menyebabkan produksi propionat
tinggi. Produksi propionat distimulasi oleh tingginya pati yang terkandung dalam
bahan pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan McDonald et al. (2002) bahwa
suplementasi niasin dapat meningkatkan produksi propionat.
Pada penelitian ini produksi N-valerat sangat signifikan meningkat, hal ini
disebabkan kebutuhan protein untuk sintesis protein mikroba tinggi.Hal ini sesuai
dengan penelitian Puastuti (2009) yang menyatakan bahwa rantai cabang N-
valerat digunakan sebagai donor kerangka karbon dalam pembentukkan asam
amino. N-valerat dibentuk dari asam amino bercabang branched chain amino acid
(valin, leusin dan isoleusin) yang mengalami dekarboksilasi dan deaminasi
menghasilkan branched chain fatty acid. Asam amino bercabang yang
membentuk asam lemak bercabang berasal dari protein pakan (Andries et al.
1987).
Bakteri yang banyak menggunakan rantai cabang dari N-valerat adalah
bakteri selulolitik (Fibrobacter succinogenes, Ruminoccocus albus,
Ruminoccocus flavefacius) dan amilolitik (Succinimonas amylolytica ruminicola,
Butyrivibrio fibrosolvens, Selenomonas ruminantium dan Succinimonas
amylolytica), hal ini yang menyebabkan kecernaan dinding sel meningkat
(Baldwin dan Allison 1983).

SIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian meta-analisis adalah level suplementasi niasin


terproteksi dan tidak terproteksi optimum pada level 400 ppm hari-1 yang dapat
menurunkan BHBA dan meningkatkan produksi susu. Hal ini yang menyebabkan
keseimbangan energi negatif pada sapi perah laktasi dapat dihambat. Sedangkan
pada penelitian in vitro suplementasi niasin tidak berpengaruh pada kecernaan,
konsentrasi amonia, konsentrasi VFA (asetat, propionat, butirat), tetapi dapat
meningkatkan konsentrasi N-valerat karena kualitas ransum yang tidak sesuai
standar. Pemberian suplementasi niasin efektif apabila kualitas ransum memenuhi
standar kebutuhan sapi perah laktasi.
15

DAFTAR PUSTAKA

Andries JL, FX Buysse, DL De Brabander, BG Cottyn. 1987. Isoacids in ruminant


nutrition: Their role in ruminal and intermediary metabolism and possible
influenced on performance. A Review. Anim. Feed Sci. Tech. 18: 169
180.
Baldwin RL. dan MJ Allison. 1983. Rumen metabolism. J. Anim. Sci. 57: 2209
2215.
Brent BE., EE Bartley. 1984. Thiamin and niacin in the rumen. J. Anim. Sci 59:
813-822.
Conway EJ. 1957. Microdiffusion of analysis of association official analitycal
Chemist. Georgia: Georgia Press.
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. bersama membangun
persusuan Indonesia.[Internet]. [diunduh 2014 Okt 8]. Tersedia pada:
http://ditjennak.pertanian.go.id/berita-337-bersama-membangunpersusuan-
nasional.html.
Drackley JK. Biology of Dairy Cows During the Transition Period: the Final
Frontier?.1999. J Dairy Sci 82: 22592273
Gille A., ET Bodor., K Ahmed., S Offermanns. 2008. Nicotinic acid:
pharmacological effects and mechanisms of action. Annu. Rev. Pharm. Tox.
48:79-106.
Gropper SS., L Smith, SL Groff. 2009. Advanced nutrition and human
metabolism. Wadsworth, Amerika Serikat.
Horner JL., LM Windle., CE Coppock., JM Labore., JK Lanham., DH Nave. 1998.
Effects of whole cottonseed, niacin, and niacinamide on in vitro rumen
fermentation and on lactating holstein cows. J Dairy Sci. 71:33343344
Hutjens MF. 2010. Feed additives for dairy cattle. University of Illinois,
Urbana.Retrieved from: www.extension. org/pages/11774.
Hartadi H., Reksohdiprodjo S., Lebdosukojo., Tillman AD. 1980. Tabel
komposisi pakan untuk indonesia. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University Press.
Jaster EH., GF Hartnell., MF Hutjens. 1983. Feeding supplemental niacin for
milk production in six dairy herds. J Dairy Sci 66:10461051.
Jaster EH., NE Ward. 1990. Supplemental nicotinic acid or nicotinamide for
lactating dairy cows. J Dairy Sci. 73: 2880-2887.
Kirkland, JB. 2009. Niacin Status Impacts Chromatin Structure13. J Nutr. 139:
23972401.
McDonald P., Edwards RA., Greenhalgh JFD., Morgan CA. 2002. Animal
nutrition 6th Ed. Harlow (GB): Pearson Education.
National Research Council. 2001. Nutrient requirements of dairy cattle.7th.
Washington, D.C. National Academy Press.
Niehoff ID., L Huther., P Lebzien. 2009. Review Artikel: Niacin for dairy cattle.
Brit J of Nutrit. 101: 519
Puastuti, W. 2009.Manipulasi Bioproses Dalam Rumen untuk Meningkatkan
Penggunaan Pakan Berserat.Wartazoa 19:4.
16

Sahinduran S., K Sezer., T Buyukoglu., MK Albay., MC Karakurum. 2010.


Evaluation of some haematological and biochemical parameters before
and after treatment in cows with ketosis and comparison of different
treatment methods. J. Anim. Vet. Adv. 9: 266-271.
SAS Instititute Inc. 2008.SAS / STAT Software, version 9.2.SAS Institute Inc.,
Cary, USA.
Sauvant D., Schmidely P., JJ Daudin., NR St-Piere. 2008. Meta-analysis of
experemental dat in animal nutrition. J. of Anim. Cons. 1203-1214.
Steel RG., JH Torrie. 1993. Prinsip dan prosedur statistika: Suatu Pendekatan
Biometrik. Penerjemah: M. Syah. Edisi Ketiga. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Tilley JMA., Terry RA. 1963. A two-stage technique for in vitro digestion forage
crops. J. Br. Grassland Soc. 18:104-111.
Wise A., SM Foord., NJ Fraser., AA Barnes., N Elshourbagy., M Eilert., DM
Ignar., PR Murdock., K Steplewski., A Green., AJ Brown., SJ Dowell., PG
Szekeres., DG Hassall., FH Marshall., S Wilson., NB Pike. 2003.
Molecular identification of high and low affinity receptors for nicotinic
acid. J. Biol. Chem. 278:98699874.
Zimbelman RB., RJ Collier., TR Bilby. 2013. Effects of utilizing rumen protected
niacin on core body temperature as well as milk production and
composition in lactating dairy cows during heat stress. J. Anim. Feed. Sci.
180; 26 33.
17

LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Jurnal Meta-Analisis

Al-Abbasy, E. G. H. 2013.Effect of adding two levels of niacin in milk production


and controlling indicators of ketosis in friesian cows postpartum. J. Dairy
Sci. 3(1): 1-4.
Belibasakisay, N. G. and D. Tsirgogianni. 1996. Effects of niacin on milk yield,
milk composition, and blood components of dairy cows in hot weather. J.
Anim. Feed Sci. Tech. 64: 53-59.
Brent BE, EE Bartley. 1984. Thiamin and niacin in the rumen. J. Anim. Sci (59)
813-822.
Christensen RA, TR Overton, JH Clar, JK Drackley, DR Nelson, SA Blum. 1996.
Effects of dietary fat with or without nicotinic acid on nutrient flow to the
duodenum of dairy cows. J Dairy Sci.79:141&1424.
Dufva GS, EE Bartley, AD Dayton, DO Riddell. 1983. Effect of niacin
supplementation on milk production and ketosis of dairy cattle. J Dairy Sci.
66:2329-2336.
Erickson PS, AHNM Trusk, Michael RM. 1990. Effects of niacin source on
epinephrine stimulation of plasma nonesterified fatty acid and glucose
concentrations, on diet digestibility and on rumen protozoal numbers in
lactating dairy cows.J. Nutr. 120:1648-1653.
Erickson PS, MR Murphy, JH Clark. 1992. Supplementation of dairy cow diets
with calcium salts of long-chain fatty acids and nicotinic acid in early
lactation. J Dairy Sci 75:1078-1089.
Ghorbani B, N Vahdani, S Zarehdaran. 2008. Niacin on milk production and
blood parameters in early lactation of dairy cows. Pak. J. Biol. Sci. 11
(12): 1582-1587.
Horner JL, LM Windle, CE Coppock, JM Labore, JK Lanham, DH Nave. 1986.
Effects of whole cottonseed, niacin, and niacinamide on in vitro rumen
fermentation and on lactating holstein cows. J Dairy Sci. 71:33343344.
Horner JL, CE Coppock, GT Schelling, JM Labore, DH Nave. 1988. Influence of
Niacin and Whole Cottonseed on Intake, Milk Yield and Composition, and
Systemic Responses of Dairy Cows. J. Dairy Sci 69:3087-3093.
Jaster EH, GF Hartnell, MF Hutjens. 1983. Feeding supplemental niacin for milk
production in six dairy herds. J Dairy Sci. 66:10461051.
Jaster EH, DF Bell, TA McPherron. 1983. Nicotinic acid and serum metabolite
concentrations of lactating dairy cows fed supplemental niacin. J Dairy
Sci.66:1039-1045.
Jaster EH, NE Ward. 1990. Supplemental nicotinic acid or nicotinamide for
lactating dairy cows. J Dairy Sci. 73: 2880-2887.
Karkoodi, K and K. Tamizrad. 2009.Effect of niacin supplementation on
performance and blood parameters of Holstein cows. S. Afr. J. Anim. Sci.
239 (4)
Kung L, JRK Gubert, JT Huber. 1980. Supplemental niacin for lactating cows fed
diets of natural protein or nonprotein nitrogen. J Dairy Sci. 63:2020-2025.
18

Lanham JK, CE Coppock, KN Brooks, DL Wilks, JL Horner. 1992. Effects of


whole cottonseed or niacin or both on casein synthesis by lactating
holstein cows. J Dairy Sci. 75: 184-192.
Minor DJ, SL Trower, BD Strang, RD Shaver, RR Grummer. 1997. Effects of
nonfiber carbohydrate and niacin on periparturient metabolic status and
lactation of dairy cows. J Dairy Sci. 81:189200.
Morey SD, LK Mamedova, DE Anderson, CK Armendariz, EC Titgemeyer, BJ
Bradford. Effects of encapsulated niacin on metabolism and productionof
periparturient dairy cows.J Anim Sci.94 :50905104.
Muller, L. D., A. J. Heinrichs, J. B. Cooper, and Y. H. Atkin. 1986. Supplemental
Niacin for Lactating Cows During Summer Feeding. J Dairy Sei 69:1416-
1420.
Ottou, J. F., M. Doreau, and Y. Chilliard. 1995. Duodenal Infusion of Rapeseed
all In Midlactation Cows. 6. Interaction with Niacin on Dairy Performance
and Nutritional Balance. J Dairy Sci 78:1345-1352.
Rebecca J, Madison-Anderson, David J. Schingoethe, Micheal JB, Robert JB,
Matthew RL 1997. Response of lactating cows to supplemental
unsaturated fat and niacin. J Dairy Sci 80: 13291338.
Riddell DO, EE. Bartley, AD Dayton. 1981. Effect of nicotinic acid on microbial
protein synthesis in vitro and on dairy cattle growth and milk production. J.
Dairy Sci. 64: 782-791.
Skaar TC, RR Grummer, MR Dentine, RH Stauffacher. 1989. Seasonal effects of
prepartum and postpartum fat and niacin feeding on lactation performance
and lipid metabolism. J Dairy Sci. 72: 2028-2038.
Wrinkle SR, PH Robinson, JE Garrett. 2012. Niacin delivery to the intestinal
absorptive site impacts heat stress and productivity responses of high
producing dairy cows during hot conditions. J. Anim. Feed Sci. and Tech.
175: 33 47.
Yuan KRD, Shaver SJ Bertics, M Espineira, RR Grummer. 2012. Effect of
rumen-protected niacin on lipid metabolism, oxidative stress, and
performance of transition dairy cows. J. Dairy Sci.95 :26732679.
Zimmermanf CA, AH Rakes, TE Daniel, A Hopkins. 1992. Influence of Dietary
Protein and Supplemental Niacin on Lactational Performance of Cows Fed
Normal and Low Fiber Diets. J. Anim. Sci. 75: 1965-1978.
Zimbelman RB, LH Baumgard, RJ Collier. 2010. Effects of encapsulated niacin
on evaporative heat loss and body temperature in moderately heat-stressed
lactating Holstein cows. J. Dairy Sci. 93: 23872394.
Zimbelman RB, RJ Collier and TR Bilby. 2013. Effects of utilizing rumen
protected niacin on core body temperature as well as milk production and
composition in lactating dairy cows during heat stress. Anim. Feed. Sci.
180: 26 33.
19

Lampiran 2. Suplementasi niasin berbeda struktur kimia

No Referensi Studi n Ration Pakan Suplementasi


niasin
(g/d)
1 Al-Abbasy 1 12 Hay, alfalfa, konsentrat 0, 6, 12
(2013)
2 Belibasakisay 2 10 konsentrat:silase jagung 0, 10
(1996)
3 Brent (1984) 3 4 Hijauan:konsentrat 0,12
4 Christensen 4 4 Hay slfalfa:silase jagung: konsentrat 0, 12
(1996)
5 Dufva (1983) 5 10 Hay alfalfa:konsentrat 0, 12
6 Dufva (1983) 6 10 Hay alfalfa:konsentrat 0, 3, 6, 12
7 Erickson (1990) 7 6 Silase jagung: hay rumput:konsentrat 0, 12
8 Erickson (1992) 8 10 Alfalfa-hay rumput: silase jagung: 0, 12
konsentrat
9 Ghorbani (2008) 9 7 Hay alfalfa hay: silase jagung: 0, 6, 12
konsentrat
10 Horner (1986) 10 7 Hay bermudagrass: silase jagung: 0, 6
konsentrat
11 Horner (1986) 11 7 Hay bermudagrass: silase jagung: 0, 6
bungkil kapuk: konsentrat
12 Horner (1988) 12 4 Bermudagrass hay:corn 0, 6
silage:concentrate (10:47.5:42.5 w/w)
13 Horner (1988) 13 4 Hay bermudagrass: silase jagung: 0, 6
konsentrat
14 Horner (1988b) 14 7 Hay bermudagrass: silase jagung: 0, 3, 6, 12
bungkil kapuk: konsentrat
15 Jaster (1983) 15 20 Hijauan: konsentrat 0, 6
16 Jaster (1983) 16 19 Hijauan: konsentrat 0, 6
17 Jaster (1983) 17 29 Hijauan: konsentrat 0, 6
18 Jaster (1983) 18 34 Hijauan: konsentrat 0, 6
19 Jaster (1983) 19 25 Hijauan: konsentrat 0, 6
20 Jaster (1983) 20 34 Hijauan: konsentrat 0, 6
21 Jaster (1983b) 21 7 Hay alfalfa haylage:konsentrat 0, 12
22 Jaster (1990) 22 10 Silase jagung: konsentrat 0, 6
23 Jaster (1990b) 23 3 Silase jagung: konsentrat 0, 12
24 Karkoodi (2009) 24 3 Hay Lucerne: silase jagung: konsentrat 0, 12, 14, 16
25 Kung (1980) 25 8 Silase jagung: hay alfalfa: konsentrat 0, 6
26 Kung (1980) 26 8 Silase jagung 0, 6
27 Lanham (1990) 27 10 Konsentrat: WCS: silase jagung: Hay 0, 6
bermudagrass
28 Lanham (1990) 28 10 Konsentrat: Silase jagung: 0, 6
Haybermudagrass hay
29 Rebecca (1997) 29 4 Hay alfalfa hay: silase jagung: 0, 12
konsentrat
30 Minor (1998) 30 10 Hijauan: Konsentrat 0, 12
31 Minor (1998) 31 10 Hijauan: Konsentrat 0, 12
32 Morey (2011) 32 9 Alfalfa: silase jagung: konsentrat 0, 24
33 Morey (2011) 33 13 Alfalfa: silase jagung: konsentrat 0, 24
34 Muller (1986) 34 121 Silase jagung: silase rumput: konsentrat 0, 6
20

No Referensi Studi n Ration Pakan Suplementasi


niasin
(g/d)
35 Ottou (1995) 35 4 Silase jagung: hay: konsentrat: soybean 0, 6
meal
36 Riddell (1981) 36 13 Alfalfla: Hay brome 0, 3, 6
37 Riddell (1981) 37 12 Hay praire: silase jagung: grain 0, 6
38 Riddell (1981) 38 8 Hay alflafla: grain 0, 5
39 Riddell (1981) 39 7 Hay alflafla: grain 0, 5
40 Riddell (1981) 40 14 Hay alfalfa 0, 5
41 Riddell (1981) 41 14 Hay alfalfa: grain 0, 5
42 Skaarr (1989) 42 10 Alflafla: silase jagung: konsentrat 0, 12
43 Wrinkle (2012) 43 180 TMR (Total Mix Ration) 0, 15
44 Wrinkle (2012) 44 180 TMR (Total Mix Ration) 0, 15
45 Yuan (2012) 45 30 Hay alfalfa: silase jagung 0, 12
46 Zimbermanf 46 23 Alfafla: konsentrat: soybean meal 0, 12
(1992)
47 Zimbermanf 47 24 Alfafla: konsentrat: soybean meal 0, 12
(1992)
48 Zimbelman 48 6 Hay alfalfla: steam flaked corn 0, 12
(2010)
49 Zimbelman 49 213 Alflafla: rumput: jagung: gandum 0, 12
(2010)
50 Zimbelman 50 213 \ Alflafla: rumput: jagung: gandum 0, 12
(2010)
51 Zimbelman 51 213 Alflafla: rumput: jagung: gandum 0,12
(2013)

Lampiran 3. Sidik Ragam Konsentrasi Amonia

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 14.79 7.39 1.52 3.86 8.022


Kelompok 2 14.32 7.16 1.48 3.86 8.022
Galat 10 48.53 4.85
Total 14 77.64
Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang
diperoleh dari hasil pengolahan data , F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% ( = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 1% ( = 0.01)
21

Lampiran 4. Sidik Ragam Konsentrasi Asetat

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 416.25 208.12 0.01 3.86 6.99


Kelompok 2 133.70 66.85 0.01 3.86 6.99
Galat 10 190521.81 19052.18
Total 14 191071.76
Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang
diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% ( = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 1% ( = 0.01)

Lampiran 5. Sidik Ragam Konsentrasi Propionat

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 55.786 27.89 0.01 3.86 6.99


Kelompok 2 92.70 46.35 0.01 3.86 6.99
Galat 10 31089.76 3108.98
Total 14 31238.24
Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang
diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% ( = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 1% ( = 0.01)

Lampiran 6. Sidik Ragam Konsentrasi Isobutirat

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 2.66 1.33 0.02 3.86 6.99


Kelompok 2 169.80 84.90 0.02 3.86 6.99
Galat 10 831.21 83.12
Total 14 1003.67
Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang
diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% ( = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 1% ( = 0.01)
22

Lampiran 7. Sidik Ragam Konsentrasi Butirat

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 4.02 2.01 0.004 3.86 6.99


Kelompok 2 835.55 417.77 1.01 3.86 6.99
Galat 10 4150.80 415.08
Total 14 4990.37
Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang
diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% ( = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 1% ( = 0.01)

Lampiran 8. Sidik Ragam Konsentrasi Isovalerat

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 2.75 1.38 0.07 3.86 6.99


Kelompok 2 42.86 21.43 1.02 3.86 6.99
Galat 10 211.05 21.11
Total 14 256.67
Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang
diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% ( = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 1% ( = 0.01)

Lampiran 9. Sidik Ragam Konsentrasi N-valerat

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 7.99 3.99 2.12 3.86 6.99


Kelompok 2 5.94 2.97 1.58 3.86 6.99
Galat 10 18.82 1.88
Total 14 32.75
Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang
diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% ( = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 1% ( = 0.01)
23

Lampiran 10. Sidik Ragam Kecernaan Bahan Kering (KCBK)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 66.80 33.40 0.0014 3.86 6.99


Kelompok 2 3.12 1.56 0.0001 3.86 6.99
Galat 10 238202.65 2382.27
Total 14 238272.57
Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang
diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% ( = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 1% ( = 0.01)

Lampiran 11. Sidik Ragam Kecernaan Bahan Organik (KCBO)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 61.14 30.57 0.0013 3.86 6.99


Kelompok 2 4.40 2.20 0.0001 3.86 6.99
Galat 10 234743.44 23474.34
Total 14 234808.98
Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang
diperoleh dari hasil pengolahan data, 0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 5% ( = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf
kesalahan sebesar 1% ( = 0.01)
24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 13Mei 1990 di Lamongan, Jawa Timur.


Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, orang tua bernama Fachrur
Rozzi dan Endang Sri Mulyowati. Penulis mengawali pendidikan di Taman
Kanak-Kanak (TK) Kartika, Sekolah Dasar Negeri Jetis IV Lamongan, Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1Lamongan, Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Lamongan, Jawa Timur. Pada tahun 2008 penulis meneruskan studi di Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan hingga memperoleh gelar Sarjana Peternakan (SPt) pada
tahun 2012. Setelah itu penulis melanjutkan Program Pascasarjana pada mayor
Ilmu Nutrisi dan Pakan melalui beasiswa Fresh Graduate. Saat ini penulis sudah
bekerja di PT. Trouw Nutrition Indonesia (Nutreco Company).

Anda mungkin juga menyukai