Anda di halaman 1dari 16

PEMBUATAN KOMPOS

Laporan Tetap ini dibuat sebagai Persyaratan untuk Mengikuti Ujian Akhir
Semester (UAS) Semester IV Praktikum Pengendalian Pencemaran

Disusun Oleh:

Alifah Rizky Hefyani 061540411905


Arananda Dwi Putri 061540411570
Dedek Aguspina 061540411573
Fatimi Umaira 061540411576
Herlin Linia 061540411912
Lili Wijayanti 061540411580
Muhammad Sadikin 061540411919
Nyayu Laras Islami 061540411586
Tri Abiyyah Ulfa 061540411589
Wahyu Herdi Ramadhani 061540411590
Kelompok 2
Kelas : 4 EG B

Dosen Pembimbing : Hilwatullisan, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2017
PEMBUATAN KOMPOS

I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa dapat :
- Membuat pupuk organik/kompos dengan EM4

II. ALAT DAN BAHAN

2.1 ALAT YANG DIGUNAKAN

Polibag
Termometer 1000C
Batang pengaduk
Pipet ukur 25 ml
Bola karet
Gelas kimia 500 ml
Baskom
Cawan
Oven
Neraca analitik
Pisau
Timbangan

2.2 BAHAN YANG DIGUNAKAN


EM4
Serbuk gergaji/serbuk kayu
Sayur mayor
Pupuk kandang
III. DASAR TEORI
Pengomposan dapat didefinisikan sebagai degradasi biokimia bahan
organik menjadi humus. Bentuk sederhana pengomposan dilakukan secara
anaerobic yang sering menimbulkan gas seperti indol, skatol, dan merkaptan
pada suhu rendah. Proses pengomposan secara anaerobic membutuhkan
oksigen yang cukup dan tidak menghasilkan gas yang berbahaya seperti pada
anaerobic (Gumbira, E, 1992).
Proses pengomposan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
ukuran, bahan, kadar air, aerasi, pH, suhu, dan perbandingan C dan N.
Ukuran partikel penting karena bakteri dan jamur akan lebih mudah hidup
pada ukuran partikel yang lebih kecil.
Kadar air yang optimum penting untuk menghasilkan kompos yang
baik karena semua organisme membutuhkan air bagi kelangsungan
hidupnya. Air adalah bahan penting protoplasma sel yang berfungsi sebagai
pelarut makanan. Kadar air dibawah 20% mengakibatkan proses
metabolisme terhambat dan berjalan lambat jika kadar air diatas 60%.
Ketersediaan oksigen pada proses pengomposan secara aerobic
merupakan hal yang penting. Proses yang dilakukan secara aerobic lebih
efisien daripada anaerobic dalam menguraikan bahan organic.
Mikroorganisme sensitive terhadap perubahan suhu proses.
Mikroorganisme mesofilik hidup pada 8-450C dan termofilik tumbuh dan
aktif di bawah 650C, tetapi aktivitas biologisnya dapat berlangsung sampai
65-900C.
Aktivitas mikroorgabisme dipertinggi dengan adanya nutrient yaitu
karbon (C) sebagai sumber energy dan nitrogen (N) sebagai zat pembentuk
protoplasma. Energy dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak daripada
zat pembentuk protoplasma sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan
daripada nitrogen. Perbandingan C dengan N yang efektif untuk
pengomposan yaitu 25 : 35.
Pengertian Kompos dan Proses Pengomposan
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab,
dan aerobik atau anaerobik.
Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba
yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami
tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Manfaat Kompos
Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang
bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos.
Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari
tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman
menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal:
hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :


Aspek Ekonomi
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman :
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Dasar-Dasar Pengomposan
Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan,
misalnya : limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik
pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian,
limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah
pabrik kelapa sawit, dll.
Proses Pengomposan
Memahami dengan baik proses pengomposan sangat penting untuk dapat
membuat kompos dengan kualitas baik. Proses pengomposan akan segera
berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan
secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa
yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik.
Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan
diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas
50o 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu
mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi
dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba
di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan
organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah
terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat
ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek
liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume
maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari
volume/bobot awal bahan.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan
oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan
sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen
dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga
terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun,
proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan
dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik
(asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S
Proses pengomposan tergantung pada :
1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan

Faktor yang mempengaruhi proses Pengomposan


Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi
lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka
dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat
organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme
tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan
kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan
keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
Teknologi Pengomposan
Metode atau teknologi pengomposan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok berdasarkan tingkat teknologi yang dibutuhkan, yaitu :
- Pengomposan dengan Teknologi Rendah
Teknik pengomposan yang termasuk kelompok ini adalah Windrow
Composting. Kompos ditumpuk dalam barisan tumpukan yang disusun
sejajar. Tumpukan secara berkala dibolak-balik untuk meningkatkan
aerasi, menurunkan suhu apabila suhu terlalu tinggi, dan menurunkan
kelembaban kompos. Teknik ini sesuai untuk pengomposan skala yang
besar. Lama pengomposan berkisar antara 3 hingga 6 bulan, yang
tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan.
- Pengomposan dengan Teknologi Sedang
Pengomposan dengan teknologi sedang antara lain adalah :
a. Aerated static pile : gundukan kompos diaerasi statis
Tumpukan/gundukan kompos (seperti windrow system) diberi aerasi
dengan menggunakan blower mekanik. Tumpukan kompos ditutup
dengan terpal plastik. Teknik ini dapat mempersingkat waktu
pengomposan hingga 3-5 minggu.
b. Aerated compost bins : bak/kotak kompos dengan aerasi
Pengomposan dilakukan di dalam bak-bak yang di bawahnya diberi
aerasi. Aerasi juga dilakukan dengan menggunakan blower/pompa
udara. Seringkali ditambahkan pula cacing (vermikompos). Lama
pengomposan kurang lebih 2-3 minggu dan kompos akan matang
dalam waktu 2 bulan.
- Pengomposan dengan Teknologi Tinggi
Pengomposan dengan menggunakan peralatan yang dibuat khusus untuk
mempercepat proses pengomposan. Terdapat panel-panel untuk mengatur
kondisi pengomposan dan lebih banyak dilakukan secara mekanis.
Contoh-contoh pengomposan dengan teknologi tinggi antara lain :
a. Rotary Drum Composter
Pengomposan dilakukan di dalam drum berputar yang dirancang
khusus untuk proses pengomposan. Bahan-bahan mentah
dihaluskan dan dicampur pada saat dimasukkan ke dalam drum.
Drum akan berputar untuk mengaduk dan memberi aearasi pada
kompos.
b. Box/Tunnel Composting System
Pengomposan dilakukan dalam kotak-kotak/bak skala besar.
Bahan-bahan mentah akan dihaluskan dan dicampur secara
mekanik. Tahap-tahap pengomposan berjalan di dalam beberapa
bak/kotak sebelum akhirnya menjadi produk kompos yang telah
matang.
Sebagian dikontrol dengan menggunakan komputer. Bak
pengomposan dibagi menjadi dua zona, zona pertama untuk
bahan yang masih mentah dan selanjutnya diaduk secara mekanik
dan diberi aerasi. Kompos akan masuk ke bak zona ke dua dan
proses pematangan kompos dilanjutkan.
c. Mechanical Compost Bins
Sebuah drum khusus dibuat untuk pengomposan limbah rumah
tangga.

Syarat mutu kompos dari sampah organic domestic SNI 19-


7030-2004
No. Jenis uji Satuan Persyaratan

1 Kadar air % 50

0
2 Suhu C Suhu air tanah
3 Warna Kehitaman

4 Bau Berbau tanah

5 Ukuran partikel Mm 0,55 25

6 Kemampuan % 58
ikat air
7 pH 6,80 7,49

8 Bahan asing % 1,5*

9 Bahan organic % 27 58

10 Nitrogen % 0,40

11 Karbon % 9,80 32

12 C/N rasio 0,10

13 Fosfor (P2O5) % 10 20

14 Kalium (K2O) % 0,20*

15 Arsen mg kg-1 13*

16 Kadmium mg kg-1 3*

17 Kobal mg kg-1 34*

18 Kromium mg kg-1 210*

19 Tembaga mg kg-1 100*

20 Merkuri mg kg-1 0,8*

21 Nikel mg kg-1 62*

22 Timbal mg kg-1 150*


23 Selenium mg kg-1 2*

24 Seng mg kg-1 500*

25 Kalsium % 25,50*

26 Magnesium % 0,60*

27 Besi % 2,00*

28 Aluminium % 2,20*

29 Mangan %MPN 0,10*

30 Bakteri fecal g-1 1.000


coli
31 Salmonella sp. MPN 4 g-1 3

* Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari


maksimum.
Sumber: Deptan, 2005

IV. PROSEDUR KERJA


Pembuatan kompos
1. Mencampurkan 5 ml EM4 dan 5 ml tetes tebu/molase. Lalu mengaduk
sampai homogeny dan meletakkannya kedalam botol semprot
2. Menyiapkan bahan-bahan pembuat kompos berupa sayuran,
memotongnya sampai ukuran kecil kemudian mencampur rata dengan
serbuk gergaji dan pupuk kandang dengan komposisi sebagai berikut:

Bahan kompos : serbuk gergaji : pupuk


kandang
3 : 2
: 1
3. menyemprotkan larutan yang sudah dibuat tadi ke dalam campuran
bahan kompos lalu mengaduk hingga merata
4. memasukkan kedalam 2 buah polibag dengan komposisi yang sama
5. mengukur suhu, pH, dan kadar air pada campuran bahan kompos tadi
6. setiap 3 hari sekali selama satu minggu kompos diaduk untuk menjaga
kelembaban dan menghindari adanya belatung
7. setelah 1 minggu kompos sudah jadi dan dilakukan analisa
pengukuran suhu, pH, dan kadar airnya
8. kompos siap manfaatkan

Prosedur Analisa
- Kadar Air
1. Menimbang cawan (C1)
2. Menimbang sampel kompos 5 gram (So) dan meletakkan ke dalam
cawan tadi
3. Mengeringkan sampel kedalam oven selama 1 jam pada suhu
105oC
4. Mendinginkan cawan berisi sampel kedalam desikator setelah itu
menimbangnya (C2)
5. Menghitung kadar air dengan rumus:
(C2C1)
Kadar air = x 100%

- Nilai pH
1. Mengencerkan contoh kompos dalam aquadest dengan
perbandingan 1:2,5
2. Melakukan pengadukan selama 30 menit
3. Mengukur pH menggunakan kertas lakmus

V. DATA PENGAMATAN
No. Objek Keterangan suhu pH Kadar Air
1. Kompos Sebelum 28 4,7 87,48%
2. Kompos sesudah 28 8 46,093%

VI. PERHITUNGAN
- Analisa awal
Dik : Berat cawan+kompos (C2) setelam dioven = 52,1583 g
Berat cawan (C1) = 47,7804 g
Berat kompos (So) = 5,0040g
Dit : Kadar air (%).?
Jawab :
C1 C 2
Kadar air = 100 %
So
52,1583 47,7804
= x 100 %
5,0040

= 87,48 %

- Analisa akhir
Dik : Berat cawan+kompos (C2) setelam dioven = 50,1023 g
Berat cawan (C1) = 47,7776 g
Berat kompos (So) = 5,0435 g
Dit : Kadar air (%).?
Jawab :
C1 C 2
Kadar air = 100 %
So
50,1023 47,7776
= x 100 %
5,0435

= 46,093 %
VII. ANALISA DATA
Tumbuhan akan tumbuh dengan baik apabila ditanam pada lahan yang
subur dan ditambahkan pupuk kompos yang dapat membantu mempercepat
pertumbuhan, oleh karena itu pada praktikum kali ini dilakukan percobaan
pembuatan kompos menggunakan sayur mayur.
Suyur mayur yang digunakan untuk pembuatan kompos dipotong potong
menjadi kecil untuk membantu mempercepat proses penguraian oleh larutan
EM4+glukosa. Saat pemberian EM4 pun harus disesuaikan dengan banyaknya
sayur mayur yang digunakan (tidak boleh terlalu lembab dan tidak boleh terlalu
kering) karena akan berpengaruh terhadap bakteri yang akan mengurai sayuran.
Apabila terlalu sedikit disemprotkan maka bakteri tidak mampu menguraikan
semua sayur mayur yang menjadi bahan pembuat kompos dan sebaliknya jika
terlalu banyak maka akan menyebabkan sayuran malah membusuk bukannya jadi
kompos.
Digunakan waktu yang lama untuk membuat kompos yang siap digunakan,
dalam praktikum kali ini waktu yang dibutuhkan adalah 1 minggu dan setiap 3 hari
sekali dilakukan pengadukan agar EM4 + glukosanya tercampur merata dan dapat
mengurangi kelembaban pada kompos.
Dilakukan pengukuran terhadap 3 parameter penting dalam kompos yaitu
suhu, pH, dan kadar air (%). Dan pada praktikum kali ini pengukuran dilakukan
terhadap kompos yang belum jadi (analisa awal) dan kompos yang sudah jadi
(analisa akhir).
Suhu didapatkan 28oC pada analisa awal maupun pada analisa akhir, dan
berdasarakan SNI 19-7030-2004 persyaratan untuk suhu kompos berkisar 30
sampai 60OC sehingga kompos yang dibuat dapat terkategori memenuhi
persyaratan.
Selanjutnya pH, dimana pH menunjukkan tingkat keasaman suatu bahan
uang dalam hal ini adalah kompos. Menurut SNI 19-7030-2004 pH kompos harus
berkisar antara 6,80 7,49, pH kompos yang dihasilkan dari praktek (analisa
akhir) adalah 8 namun masih mendekati angka 7,49 sehingga masih dapat
dikategorikan dalam jangkauan persyaratan. Sedangkan untuk analisa awal pH
yang terukur adalah 4,7 hal ini dapat dikarenakan bahan-bahan belum tercampur
sepenuhnya dan belum menyesuaikan terhadap kondisi dengan komponen
penyusun pembuatan kompos.
Dan yang terakhir adalah kadar air, menurut SNI 19-7030-2004 kadar air
yang baik untuk kompos adalah 50%. Untuk kadar air pada analisa awal
didapatkan angka sebesar 87,48% angka ini menunjukkan kadar air yang sangat
tinggi dikarenakan pengaruh penambahan EM4+glukosa yang dalam bentuk
fisiknya berupa cairan pada bahan kompos. Sedangkan untuk hasil analisa akhir
kadar air didapatkan sebesar 46,093% dan dapat dilihat bahwa kadar airnya
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Dari uraian analisa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kompos yang
dihasilkan pada praktikum kali ini berhasil dan dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya.

VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum dapat disimpulkan bahwa :
- Kompos sangat membantu dalam proses pertumbuhan tanaman
- Digunakan larutan EM4 + glukosa sebagai pengurai antara sayuran serbuk
gergaji pupuk kandang
- Perbandingan bahan pembuat kompos
Sayuran : Serbuk gergaji : Pupuk kandang
3 : 2 : 1
- Parameter yang diukur terhadap kompos
1. Suhu = 28OC
2. pH =8
3. Kadar Air = 46,093 %
DAFTAR PUSTAKA

Anzar,Erniati.2015.Petunjuk Praktikum pengendalian pencemaran.


Palembang : POLSRI

Eltoro,zoro. 04-06-2010. Tersedia:


http://trojanpsycho.blogspot.com/2010/06/manfaat-kompos.html
GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Termometer

Bola karet Polibag

Cawan Penguapan

Anda mungkin juga menyukai