Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Uraian Pendahuluan
1. Latar Belakang Sumberdaya pesisir dan lautan , merupakan salah satu
modal dasar pembangunan saat ini, disamping sumberdaya
alam darat. Tetapi sumberdaya alam darat seperti minyak
dan gas bumi beserta mineral mineral tertentu, semakin
berkurang akibat eksploitasi yang berkurang sejak lama.
Melihat keterbatasan sumberdaya alam darat, sudah
saatnya melirik dan memanfaatkan potensi sumberdaya
lautan. Di dalam lautan terkandung sumber pangan yang
sangat besar yaitu ikan dan rumput laut. Sumberdaya laut
lainnya adalah bahan tambang lepas pantai yang berperan
penting untuk menyuplai energi, serta masih banyak lagi
potensi sumberdaya hayati dan non hayati laut lain
sehingga peranan sumber daya pesisir dan laut semakin
penting untuk memicu pertumbuhan ekonomi dan
kebutuhan masyarakat.
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara
berbagai sektor yang signifikan terhadap usaha
perekonomian yang ada di wilayah tersebut, karena
ketergantungan yang tinggi dari aktivitas ekonomi
masyarakat dengan sumberdaya ekologis tersebut. Jika
sifat kerentanan wilayah tidak diperhatikan maka akan
muncul konflik antara kepentingan memanfaatkan
sumberdaya pesisir untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan
pembangunan ekonomi dalam jangka pendek dengan
kebutuhan generasi yang akan datang terhadap sumberdaya
pesisir.
Dalam banyak kasus, pendekatan pembangunan ekonomi
yang parsial, tidak kondusif dalam mendorong pengelolaan
wilayah pesisir secara terpadu. Kegiatan yang parsial hanya
memperhatikan kepentingan sektornya dan mengabaikan
akibat yang timbul dari atau terhadap sektor lain, sehingga
berkembang konflik pemanfaatan dan kewenangan. Dari
berbagai studi, terdapat kecenderungan bahwa hampir
semua kawasan pesisir Indonesia mengalami konflik
tersebut. Jika konflik ini dibiarkanberlangsung terus akan
mengurangi keinginan pihak yang bertikai untuk
melestarikan sumberdayanya. Fenomena degradasi biofisik
lingkungan akibat pemanfaatan yang tidak berkelanjutan
semakin mengkhawatirkan terutama degradasi ekosistem
pesisir (mangrove dan terumbu karang),
pencemaran,maupun perubahan garis pantai yang
menyebabkan instrusi air laut dan kerusakan infrastruktur
pembangunan. Berdasarkan kondisi tersebut sehingga
diperlukan kemampuan pemerintah daerah dalam
mengkoordinasikan dan menata berbagai perencanaan
sektor melalui pendekatan secara komprehensif agar
pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil
dapat terintegrasi, bersifat lestari dan tidak merusak
ekosistem.
7. Data Dasar Kota Singkawang Dalam Angka, 2017 dan Laporan Kinerja setiap
sektor dalam Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Singkawang.
8. Standart Teknis Standart teknis pelaporan pekerjaan ini adalah Sistem pelaporan
yang telah ditentukan oleh pemberi kerja.
9. Studi-studi Pelaporan Dinas atau SKPD kota dalam wilayah administrasi Kota
Terdahulu Pontianak.
10. Refrensi Hukum Perundang undangan dan peraturan lainnya yang dijadikan
landasan dalam penyusunan Rencana Penataan Pengembangan
Kawasan Pesisir Kota Singkawang:
1. Undang undang No. 27 Tahun 2007 tentang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
2. Undang Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional,
3. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah sebagaimana telah dirubah
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008,
4. Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang,
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan;
6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi;
7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009;
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
11. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah daerah
Kabupaten/Kota
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
14. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.16/ MEN/2008 tentang Perencanaan Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan
15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.17/MEN/ 2008 tentang Kawasan Konservasi di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
16. Keputusan Dirjen. Perikanan BudidayaNomor :
KEP.45/DJ-PB/2009
17. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :
KEP. 41/MEN/2009 tentang penetapan lokasi
minapolitan
18. Keputusan Menteri Kelautan dan perikanan Republik
Indonesia No.KEP.18/MEN/2011 tentang Pedoman
Umum Minapolitan.
Ruang Lingkup
12. Keluaran Keluaran atau output yang akan dihasilkan dari penyusunan
Penataan Pengembangan Kawasan Pesisir adalah suatu
laporan Penataan Pengembangan untuk pesisir yang memuat
Identifikasi potensi ekonomi di wilayah pesisir Kota
Singkawang,Identifikasi sarana dan prasarana pendukung
kegiatan ekonomi Pesisir,Menyusun rencana pengembangan
kegiatan ekonomi wilayah pesisir, dan Identifikasi program-
program peningkatan ekonomi wilayah pesisir. Penataan
pengembangan kawasan pesisir yang disusun ini merupakan
arahan dalam penyusunan rencana-rencana lebih detail pada
sektor zonasi dari kawasan pesisir.
13. Peralatan, 1) Peralatan dan material tidak ada
Material, 2) Personil tidak ada
Personil dan 3) Surat menyurat kepada instansi terkait dalam rangka
Fasilitas dari pengumpulan data dan survey;
Pejabat
Pembuat
Komitmen
20. Laporan Antara Laporan Antara ini berisi tentang hasil survey lapangan dan kajian
data serta pengembangan yang dilengkapi dengan rekomendasi
akhir pekerjaan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 45 hari kerja /
bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (Sepuluh) buku
laporan
21. Laporan Akhir Laporan Akhir merupakan hasil penyempurnaan konsep Laporan
akhir yang diperoleh melalui pembahasan dengan pemberi
pekerjaan dan tim tekhnis yang ditunjuk serta pihak terkait.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 90 hari kerja /
bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (Sepuluh) buku
laporan dan cakram padat (Compact Disc) sebanyak 5 (Lima)
Keping
Hal-hal Lain
22. Produksi dalam Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus
Negeri dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali
ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan pertimbangan
keterbatasan kompetensi dalam negeri.
23. Persyaratan Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan
Kerjasama untuk pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan
berikut harus dipatuhi : _______________________
24. Pedoman Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan, yaitu
Pengumpulan memperoleh ijin dari pihak terkait dan membawa surat referensi
Data Lapangan dari PA/KPA/PPK;