Anda di halaman 1dari 13

Makalah Alkohol dan Eter

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah senyawa karbon itu sangat banyak, sehingga untuk memudahkannya senyawa-
senyawa tersebut dikelompokkan berdasarkan sifat khas yang dimiliki oleh senyawa-senyawa
tersebut. Misalnya saja senyawa karbon alkohol dan eter. Cara pengelompokkan itu dapat dilihat
dari sudut pandang tentang ketatanamaan senyawa karbon tersebut atau dilihat juga dari sifatnya,
baik sifat secara fisik maupun kimia.
Kimia senyawa karbon tersebut sebenarnya meliputi hampir setiap aspek kehidupan kita.
Misalnya saja dalam dunia medis, makanan, bahkan bahan bakar pun banyak yang terbuat dari
senyawa-senyawa karbon tersebut. Sehingga banyak manusia yang tidak memperhatikan dan
menyadari akan adanya senyawa-senyawa karbon tersebut.

B. Identifikasi
Dari uraian latar belakang di atas, maka timbullah berbagai masalah yang dapat di
identifikasi, yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan alkohol?
2. Bagaimana struktur, rumus umum, serta ketatanamaan dari alkohol?
3. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh alkohol?
4. Bagaimana pembuatan alkohol?
5. Apa kegunaan senyawa karbon alkohol bagi kehidupan?
6. Apa yang dimaksud dengan eter?
7. Bagaimana struktur, rumus umum, serta ketatanamaan dari eter?
8. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh eter?
9. Bagaimana pembuatan eter?
10. Apa kegunaan senyawa karbon eter bagi kehidupan?

C. Pembatasan
Setelah mengidentifikasi yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini dibatasi hanya
pada pengertian dan pemahaman mengenai alkohol dan eter.

D. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang alkohol.
2. Untuk mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari alkohol.
3. Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh alkohol.
4. Untuk mengetahui cara pembuatan alkohol.
5. Untuk mengetahui kegunaan alkohol bagi kehidupan manusia.
6. Untuk mengetahui tentang eter
7. Untuk mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari eter.
8. Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh eter.
9. Untuk mengetahui cara pembuatan eter.
10. Untuk mengetahui kegunaan eter bagi kehidupan manusia.

E. Manfaat
1. Kita dapat mengetahui tentang alkohol.
2. Kita dapat mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari alkohol.
3. Kita dapat mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh alkohol.
4. Kita dapat mengetahui cara pembuatan alkohol.
5. Kita dapat mengetahui kegunaan alkohol bagi kehidupan manusia.
6. Kita dapat mengetahui tentang eter
7. Kita dapat mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari eter.
8. Kita dapat mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh eter.
9. Kita dapat mengetahui cara pembuatan eter.
10. Kita dapat mengetahui kegunaan eter bagi kehidupan manusia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ALKOHOL
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebutgrain alcohol; dan
kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol
yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol
lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang
dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang
lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuksenyawa organik apa
pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat
pada atom hidrogen dan/atau atomkarbon lain.

1. STRUKTUR
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3.
Ada tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada
jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH. Alkohol primer paling sederhana adalah metanol.
Alkohol sekunder yang paling sederhana adalah 2-propanol, dan alkohol tersier paling sederhana
adalah 2-metil-2-propanol.

2. RUMUS KIMIA UMUM


Rumus kimia umum alkohol adalah CnH2n+1-OH'

3. NAMA-NAMA UNTUK ALKOHOL


a. Nama Sistematik
Dalam sistem tatanama IUPAC, nama-nama senyawa alkana kehilangan akhiran "e" dan
diganti dengan "ol", contohnya metana menjadimetanol dan etana menjadi etanol. Ketika
dibutuhkan, posisi dari gugus hidroksil dapat diketahui dari nomor diantara nama alkana dan
"ol": 1-propanol untuk CH3CH2CH2OH, 2-propanol untuk CH3CH(OH)CH3. Jika ada gugus
fungsi yang lebih tinggi (seperti aldehida, keton, atau asam karboksilat, maka awalannya adalah
"hidroksi",[1] contohnya: 1-hidroksi-2-propanon (CH3COCH2OH).[2]

Beberapa contoh senyawa alkohol dan bagaimana menamainya

Penggunaan tatanama IUPAC dipakai di publikasi-publikasi ilmiah dan diperlukan


identifikasi detail terhadap substansi tersebut. Pada konteks lainnya, alkohol biasanya disebut
dengan gugus alkil ditambah dengan kata "alkohol",
misalnya metil alkohol, etil alkohol. Propil alkohol dapat disebutn-propil alkohol atau isopropil
alkohol, tergantung dari dimana gugus fungsinya berikatan, berikatan pada karbon pertama atau
kedua pada rantaipropana.
Alkohol dapat dikelompokkan menjadi alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol
tersier, tergantung dari berapa banyak atom karbon lain yang berikatan dengan atom karbon
yang juga mengikat gugus hidroksil. Alkohol primer mempunyai rumus umum RCH2OH;
alkohol sekunder rumus umumnya RR'CHOH; dan alkohol tersier rumus umumnya RR'R"COH,
dimana R, R', dan R" melambangkan gugus alkil. Etanol dan n-propil alkohol adalah contoh
alkohol primer; isopropil alkohol adalah contoh alkohol sekunder. Penggunaan awalan sek-
(atau s-) dan tert- (atau t-), biasanya ditulis dalam huruf miring, dapat digunakan sebelum nama
gugus alkil untuk membedakan alkohol sekunder dan alkohol tersier dari alkohol primer.
Contohnya, isopropil alkohol juga dapat disebut sek-propil alkohol, dan alkohol tersier
(CH3)3COH, atau 2-metil-2-propanol juga dapat disebut dengan tert-butil alkohol atau tert-
butanol.

b. Nama Umum/Trivial/Perdagangan
Rumus kimia Nama IUPAC Nama umum
Alkohol monohidrik
CH3OH Metanol Alkohol kayu
C2H5OH Etanol Alkohol gandum
C3H7OH Isopropil alkohol Alkohol gosok
C5H11OH Pentanol Amil alkohol
C16H33OH 1-Heksadekanol Cetil alkohol
Alkohol polihidrik
C2H4(OH)2 1,2-etadienol Etilen glikol
C3H5(OH)3 1,2,3-propatrienol Gliserol
C4H6(OH)4 1,2,3,4-butatetraenol Eritritol
C5H7(OH)5 1,2,3,4,5-pentapentanol Xylitol
C6H8(OH)6 1,2,3,4,5,6-heksaheksanol Mannitol, Sorbitol
C7H9(OH)7 1,2,3,4,5,6,7-heptaheptanol Volemitol
Alkohol alifatik tidak tersaturasi
C3H5OH Prop-2-ene-1-ol Alil alkohol
C10H17OH 3,7-Dimethylocta-2,6-dien-1-ol Geraniol
C3H3OH Prop-2-in-1-ol Propargil alkohol
Alkohol alisiklik
C6H6(OH)6 Cyclohexane-1,2,3,4,5,6-geksol Inositol
C10H19OH 2 - (2-propyl)-5-methyl-cyclohexane-1-ol Mentol

4. KEASAMAN
Alkohol adalah asam lemah, karena perbedaan keelektronegatifanantara Oksigen dan
Hidrogen pada gugus hidroksil, yang memampukan Hidrogen lepas dengan mudah. Bila di dekat
Karbon Hidroksi terdapatgugus penarik elektron seperti fenil atau halogen, maka keasaman
meningkat. Sebaliknya, semakin banyak gugus pendorong elektron seperti rantai alkana,
keasaman menurun.

5. METANOL DAN ETANOL


Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil alkohol
dan etil alkohol) yang strukturnya sebagai berikut:
H H H
| | |
H-C-O-H H-C-C-O-H
| | |
H H H
metanol etanol
Dalam peristilahan umum, "alkohol" biasanya adalah etanol ataugrain alcohol. Etanol
dapat dibuat dari fermentasi buah atau gandumdengan ragi. Etanol sangat umum digunakan, dan
telah dibuat oleh manusia selama ribuan tahun. Etanol adalah salah satu obat rekreasi (obat yang
digunakan untuk bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia.
Dengan meminum alkohol cukup banyak, orang bisamabuk. Semua alkohol bersifat toksik
(beracun), tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat.
isopropil alkohol (sec-propil alcohol, propan-2-ol, 2-propanol) H3C-CH(OH)-CH3, atau
alkohol gosok
etilena glikol (etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan komponen utama
dalam antifreeze
gliserin (atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH yang terikat dalam
minyak dan lemak alami, yaitutrigliserida (triasilgliserol)
Fenol adalah alkohol yang gugus hidroksilnya terikat padacincin benzena
Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi,pelarut, dan bahan
bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat sebagai
spirtus. Awalnya alkohol digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah
penyalahgunaannya untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut didenaturasi.
denaturated alcohol disebut juga methylated spirit, karena itulah maka alkohol tersebut dikenal
dengan nama spirtus.

6. SIFAT-SIFAT ALKOHOL
A. Sifat Fisik
a. Tiga suku pertama alkohol (metanol, etanol, dan propanol) mudah larut dalam air dengan semua
perbandingan. Alkohol merupakan cairan tidak berwarna (jernih) dan berbau khas.
b. Titik cair dan titik didihnya meningkat sesuai dengan bertambahnya Mr alkanol.

B. Sifat Kimia
a. Ikatan Hidrogen
Antarmolekul hidrogen terdapat ikatan hidrogen.
b. Kepolaran
Alkohol bersifat polar karena memiliki gugus OH. Kepolaran alkohol akan makin kecil jika
suhunya makin tinggi.
c. Reaksi Dengan Logam
Alkohol kering dapat bereaksi dengan logam K dan Na.
d. Oksidasi
Alkohol primer dan sekunder dapat dioksidasi dengan menggunakan oksidator, tetapi alkohol
tersier tidak.

7. PENGGUNAAN
a. Pengawet
Alkohol juga dapat digunakan sebagai pengawet untuk hewan koleksi (yang ukurannya
kecil).
b. Otomotif
Alkohol dapat digunakan sebagai bahan bakar otomotif. Etanol danmetanol dapat dibuat
untuk membakar lebih bersih dibanding bensin ataudiesel. Alkohol dapat digunakan
sebagai antibeku pada radiator. Untuk menambah penampilan mesin pembakaran dalam, metanol
dapat disuntikan kedalam mesin Turbocharger dan Supercharger. Ini akan mendinginkan
masuknya udara kedalam pipa masuk, menyediakan masuknya udara yang lebih padat.
B. ETER
Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus ROR', dengan R dapat
berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum
adalah pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat umum
ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung
pada senyawakarbohidrat dan lignin.
Struktur dan ikatan
Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110 dan jarak C-O sekitar 140
pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen
pada senyawa eter adalah sp3.
Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada posisi
alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa hidrokarbon. Walau
demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa hidrogen keton.
Struktur Serupa
Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang mempunyai stuktur
serupa - R-O-R.
Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian daripada sistem
aromatik.
Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen terikat dengan
oksigen, nitrogen, atau sulfur:
o Ester R-C(=O)-O-R
o Asetal R-CH(-O-R)-O-R
o Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
o Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
Sifat-sifat fisika
Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya, sehingga
mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah dibandingkan
dengan alkohol.
Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O
tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar
alkohol, ester, ataupun amida. walau demikian, keberadaan dua pasangan elektron menyendiri
pada atom oksigen eter, memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul air.Eter dapat
dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena atom
oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-eter alifatik lainnya.

Beberapa alkil eter


Eter Struktur Titik Titidk Kelarutan Momen
lebur didih dalam 1 L dipol
(C) (C) H2 O (D)
Dimetil eter CH3-O- -138,5 -23,0 70 g 1,30
CH3
Dietil eter CH3CH2- -116,3 34,4 69 g 1,14
O-CH2CH3
Tetrahidrofuran O(CH2)4 -108,4 66,0 Larut pada 1,74
semua
perbandingan
Dioksana O(C2H4)2O 11,8 101,3 Larut pada 0,45
semua
perbandingan
Reaksi
Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih reaktif
daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai berikut.[2]
Pembelahan eter
Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam mineral seperi
asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter dengan sangat lambat. Metil
eter umumnya akan menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr CH3Br + ROH
Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br-.
Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron tribomida (dalam
beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan alkil bromida.
Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah menggunakan berbagai jenis reagen
seperti basa kuat.
Pembentukan peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen (ataupun
udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan
dapat meledak. Oleh karena ini, diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan
sebagai pelarut.
Sebagai basa Lewis
Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat dapat
memprotonasi oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya, dietil eter dapat membentuk
kompleks dengan boron trifluorida, yaitu dietil eterat (BF3.OEt2). Eter juga berkooridasi dengan
Mg(II) dalamreagen Grignard. Polieter (misalnya eter mahkoya) dapat mengikat logam dengan
sangat kuat.
Sintesis
Eter dapat disintesis melalui beberapa cara:
Dehidrasi alkohol
Dehidrasi senyawa alkohol dapat menghasilkan eter:
2 R-OH R-O-R + H2O
Reaksi ini memerlukan temperatur yang tinggi (sekitar 125 C). Reaksi ini dikatalisis oleh asam,
biasanya asam sulfat. Metode ini efektif untukn menghasilkan eter simetris, namun tidak dapat
digunakan untuk menghasilkan eter tak simetris. Dietil eter dihasilkan dari etanol menggunakan
metode ini. Eter siklik dapat pula dihasilkan menggunakan metode ini.
Sintesis eter Williamson
Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida olehalkoksida
R-ONa + R'-X R-O-R' + NaX
Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson. Reaksi ini melibatkan
penggunaan alkohol dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh adisi pada
senyawa alifatik terkait yang memiliki gugus lepas(R-X). Gugus lepas tersebut dapat
berupa iodida, bromida, maupunsulfonat. Metode ini biasanya tidak bekerja dengan baik dengan
aril halida (misalnya bromobenzena). Reaksi ini menghasilkan rendemen reaksi yang tinggi
untuk halida primer. Halida sekunder dan tersier sangat rawan menjalani reaksi eliminasi E2
seketika berpaparan dengan anion alkoksida yang sangat basa.
Dalam reaksi lainnya yang terkait, alkil halida menjalani substitusi nukleofilik oleh fenoksida. R-
X tidak dapat digunakan untuk bereaksi dengan alkohol. Namun, fenol dapat digunakan untuk
menggantikan alkohol. Oleh karena fenol bersifat asam, ia dapat bereaksi dengan basa kuat
seperti natrium hidroksida, membentuk ion fenoksida. Ion fenoksida ini kemudian mensubstitusi
gugus -X pada alkil halida, menghasilkan eter dengan gugus aril yang melekat padanya melalui
mekanisme reaksi SN2.
C6H5OH + OH- C6H5-O- + H2O
C6H5-O- + R-X C6H5OR
Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya adalah aril
halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.
Adisi elektrofilik alkohol ke alkena
Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara elektrofilik.
R2C=CR2 + R-OH R2CH-C(-O-R)-R2
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri trifluoroasetat
(Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.
Pembuatan epoksida
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang paling penting dalam
industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan oksigen. Epoksida
lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:
Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta-kloroperoksibenzoat (m-
CPBA).
Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin.
Beberapa eter penting
Etilena oksida Eter siklik yang paling sederhana.

Dimetil eter Merupakan propelan pada aerosol.


Merupakan bahan bakar alternatif yang
potensial untuk mesin diesel karena
mempunyai bilangan cetan sebesar 56-57.
Dietil eter Merupakan pelarut umum pada suhu rendah
(b.p. 34.6C), dan dulunya merupakan
zatanestetik. Digunakan sebagai cairan
starter kontak pada mesin diesel.
Dimetoksimetana(DME) Pelarut pada suhu tinggi (b.p. 85C):
Dioksana Merupakan eter siklik dan pelarut pada suhu
tinggi (b.p. 101.1C).

Tetrahidrofuran(THF) Eter siklik, salah satu eter yang bersifat


paling polar yang digunakan sebagai
pelarut.

Anisol(metoksibenzena) Merupakan eter aril dan komponen


utama minyak esensial pada biji adas manis.

Eter mahkota Polieter siklik yang digunakan


sebagai katalis transfer fase.

Polietilen glikol(PEG) Merupakan polieter linear, digunakan


padakosmetik dan farmasi.

BAB III
METODOLOGI

A. Tempat Dan Waktu

1. Tempat diskusi
Diskusi dilakukan di kampung sukawayana RT 07/02 Desa. Cikakak Kec.
Cikakak Kab. Sukabumi tepatnya di rumah Agita Safitri Putri.

2. Waktu diskusi
Diskusi dilakukan pada hari Minggu dan Senin, 22-23 November 2012.

B. Metode Diskusi
Metode yang kami gunakan dalam diskusi ini adalah studi pustaka.
C. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang kami gunakan dalam diskusi ini, antara lain buku dan situs internet.

D. Cara Kerja
Cara kerja yang kami lakukan adalah dengan mengunjungi perpustakaan dan situs
internet sebagai bahan penunjang pembahasan yang kami diskusikan.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. ALKOHOL
1. Rumus Umum
Alkohol mempunyai rumus umum R-OH. Dengan gugus fungsi OH.
Contoh:
CH3-CH2-OH
2. Tata Nama
a. Penamaan secara IUPAC, yaitu dengan mengganti akhiran a pada alkana dengan
akhiran ol (alkana menjadi alkanol).
b. Penamaan secara trivial, yaitu dimulai dengan menyebut nama gugus alkil yang
terikat pada gugus OH kemudian diikuti kata alkohol.
Contoh:
CH3-CH2-OH Etanol (IUPAC)
Etil Alkohol (TRIVIAL)
3. Jenis-jenis Alkohol
a. Alkohol Primer
Alkohol Primer, yaitu alkohol yang gugus fungsinya (-OH) terikat pada atom C primer.
Contoh:
CH3-CH2-OH
b. Alkohol Sekunder
Alkohol sekunder, yaitu alkohol yang gugus fungsinya (-OH) terikat pada atom C sekunder.
Contoh:
CH3-CH3-CH-OH

CH3
c. Alkohol Tersier
Alkohol tersier, yaitu alkohol yang gugus fungsinya (-OH) terikat pada atom C tersier.
Contoh:
CH3
CH3-CH3-C-OH
CH3
4. Sifat-Sifat
a. Sifat Fisik
- Tiga suku pertama alkohol (metanol, etanol, dan propanol) mudah larut dalam air dengan
semua perbandingan. Alkohol merupakan cairan tidak berwarna (jernih) dan berbau khas.
- Titik cair dan titik didihnya meningkat sesuai dengan bertambahnya Mr alkohol.
b. Sifat Kimia
REAKSI
IKATAN KEPOLARAN DENGAN OKSIDASI
HIDROGEN LOGAM
Antarmolekul Alkohol bersifat polar karena Alkohol kering Alkohol primer dan
hidrogen terdapat memiliki gugus OH. dapat bereaksi sekunder dapat
ikatan hidrogen. Kepolaran alkohol akan dengan logam K dioksidasi dengan
makin kecil jika suhunya dan Na. menggunakan
makin tinggi. oksidator, tetapi
alkohol tersier tidak.

5. Alkohol Utama dan Kegunaan


a. Metanol
Metanol merupakan zat cair tidak berwarna, berbau khas alkohol, bersifat racun karena dosis
sedikit saja mata dapat menjadi buta bahkan kematian. Penggunaan metanol antara lain sebagai
pelarut, membuat pernis, dan membuat formalin.
b. Etanol
Etanol merupakan senyawa alkanol dan diperoleh melalui reaksi peragian (fermentasi) dengan
bantuan enzim yang dihasilkan mikroorganisme dan biasa disebut sebagai ragi. Dalam industri
etanol diperoleh dengan cara industri gas etena dengan katalis asam sulfat atau phospat.

c. Alkanol Poliven
GLIKOL GLISEROL
Glikol dibuat melalui oksidasi etena dengan Gliserol merupakan cairan tidak berwarna,
katalis perak, etilen oksida yang dihasilkan kental, dan rasanya manis. Gliserol dihasilkan
kemudian dihidrolisis pada suasana asam dari hidrolisis lemak/minyak. Gliserol
menjadi glikol. Fungsi utamanya adalah digunakan untuk pelarut obat-obatan seperti
sebagai cairan anti beku, bahan industri obat batuk, body lotion, juga sebagai bahan
plastik, serat poliester, dan etilen glikol baku pembuat bahan peledak/dinamit
digunakan sebagai bahan baku serat sintetik (trinitrogliserin).
poliester (tetoron), atau cairan tambahan pada
radiator mobil agar tahan terhadap over
heating.
B. ETER

1. Rumus Umum
Eter mempunyai rumus umum R-O-R. Dengan gugus fungsi O- dapat sama dan dapat berbeda.
Contoh:
CH3-0-CH3

2. Tata Nama
Ada 2 cara pemberian nama eter, yaitu:
a. Penamaan secara trivial dimulai dengan menyebut nama alkil yang terikat pada
gugus O- kemudian diikuti oleh kata eter.
b. Penamaan berdasarkan IUPAC, yaitu dengan mengganti akhiran anapada alkana
asal dengan akhiran oksi.
Contoh:
CH3-O-CH3 Metoksi Metana (IUPAC)
Dimetil Eter (TRIVIAL)

3. Sifat-Sifat
a. Eter mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun.
b. Bereaksi dengan HBr atau HI.
c. Eter tidak membentuk ikatan hidrogen di antara molekul-molekulnya, sehingga
titik didihnya lebih rendah jika dibandingkan dengan titik didih alkohol yang massa
molekul relatifnya sama. Titik didih eter sebanding dengan titik didih alkana.
4. Pembuatan
Eter dapat dibuat dengan jalan mereaksikan alkohol primer dengan asam sulfat pada suhu
140 0C.
2CH3-CH2-OH CH3-CH2-O-CH2-CH3+H2O
5. Kegunaan
a. Eter dalam laboratorium digunakan sebagai pelarut yang baik untuk senyawa
kovalen dan sedikit larut dalam air.
b. Dalam bidang kesehatan, eter banyak digunakan untuk obat pembius atau
anestetik.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. ALKOHOL
Menurut ketatanamaannya alkohol dibagi menjadi 2 cara, yaitu cara IUPAC dan cara
trivial. Dalam cara IUPAC, nama alkohol diturunkan dari nama alkana, dengan kahiran a
diganti dengan ol. Sedangkan, dalam cara trivial nama alkohol selalu diawali dengan nama alkil
diikuti kata alkohol. Gugus fungsi alkohol adalah OH dengan menambahkan alkil pada
rantainya maka terbentuklah rumus umum alkohol yaitu R-OH. Alkohol memiliki 2 sifat yaitu
sifat fisik dan sifat kimia. Alkohol dapat digunakan sebagai bahan pelarut, disinfektan, dan bahan
bakar.
2. ETER
Menurut ketatanamaannya eter dibagi menjadi 2 cara, yaitu cara IUPAC dan cara trivial.
Tata nama menurut IUPAC dilakukan dengan menetapkan alkil yang lebih kecil sebagai alkoksi
dan alkil yang lebih besar sebagai alkana. Sedangkan, dalam tata nama dengan nama trivial
dilakukan dengan menyebutkan nama alkil sesuai urutan abjad dan diakhiri eter. Jika kedua alkil
sama digunakan awalan di. Gugus fungsi eter adalah -O- dengan menambahkan alkil pada
rantainya maka terbentuklah rumus umum eter yaitu R-O-R. Eter memiliki 2 sifat yaitu sifat
fisik dan sifat kimia. Eter dapat digunakan sebagai pelarut dan pengganti TEL.

B. Saran
Laporan hasil diskusi ini masih belum mencapai sempurna, sehingga pembaca dapat
menambahkan atau menghapus bagian yang kurang

Anda mungkin juga menyukai