Anda di halaman 1dari 16

Sistem Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Catatan Perkembangan Posyandu


April 20, 2009 7 Komentar

Polewali Mandar Sulawesi Barat @arali2008 Posyandu adalah singkatan dari Pos Pelayanan
Terpadu, dikatakan Pos karena hanya merupakan suatu tempat yang aktifitas kegiatannya tidak
dilaksanakan tiap hari, melainkan dilaksanakan tiap satu bulan sekali, sedangkan dikatakan
Pelayanan karena pada pos ini hanya ada pelayanan yang dilakukan oleh pemberi pelayanan dan
mereka yang dilayani dalam bentuk pelayanan gizi dan kesehatan, Sedangkan Terpadu
maksudnya adalah Pelayanan gizi dan Kesehatan yang ada terdiri dari beberapa pelayanan
yaitu :

1. Pelayanan Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita


2. Pelayanan Imunisasi
3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Pelayanan Ibu berupa pelayanan ANC (Antenatal
Care), kunjungan pasca persalianan (Nifas) sementara Pelayanan Anak berupa Deteksi
dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita dengan maksud menemukan secara dini
kelainan-kelainan pada balita dan melakukan intervensi segera.
4. Pecegahahan dan Penanggulangan diare
5. Dan Pelayanan Kesehatan lainnya misalnya KB

Asal mula posyandu ini dimulai dari pengembangan Pos Penimbangan Berat-Badan Balita atau
Pos UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga). Atau Gabungan dari beberapa pos -KB yang
duluan terbentuk, menyusul Pos KIA, Kegiatan PKK dan lain-lainnya Pada Pos
Penimbangan Balita ada ada lima kegiatan atau aktifitas, atau biasa dikenal dengan sistem
pelayanan 5 meja. yaitu

Meja Pertama disebut meja pendaftaran


Meja kdua disebut meja penimbangan balita
Meja Ke tiga adalah meja pengisian KMS
Meja Keempat adalah Penyuluhan Kesehatan
Meja Ke lima adalah Meja pemberian paket pertolongan gizi

Pada tanggal 29 Juni 1983 terbentuklah Posyandu melalui surat keputusan bersama antara
Kepala BKKBN, (dr. Haryono Suyono dengan Menteri Kesehatan RI dr. Soewardjono
Soerjaningrat dalam bidang keterpaduan bidang Kesehatan dan KB

Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos Penimbangan Balita menggunakan indiktor-


indikator SKDN dimana

1. S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu
2. K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai KMS
(Kartu Menujuh Sehat)
3. D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah dan
menimbang berat badannya
4. Dan N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami peningkatan
bebrat badan dibanding bulannya sebelumnya.

Biasanya setelah melakukan kegiatan di posyandu atau di pos penimbangan petugas kesehatan
dan kader Posyandu (Petugas sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisisnya terdiri dari

1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita yang
ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu atau dengan
menggunakan rumus (D/S x 100%), hasilnya minimal harus capai 80 % apabila dibawah
80 % maka dikatakan partisipasi mayarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak
akan terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader posyandu dan memungkinkan balita
ini tidak diketahui pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan berat badannya.
2. Tingkat Liputan Program yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan
Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus
(K/S x 100%), hasil yang ducapai harus 100 %. Alasannya balita-balita yang telah
mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat ) telah mempunyai alat instrumen untuk
memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan lainnya, Apabila tidak
digunakan atau tidak dapat KMS maka pada dasarnya program Posyandu tersebut
mempunyai liputan yang sangat rendah atau biasa juga dikatakan balita yang
seharusnya mempunyai KMS karena memang mereka (Balita) masih dalam fase
pertumbuhan ini telah kehilangan kesempatan untuk mendapat pelayanan sebagaimana
yang terdapat dalam KMS tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini
menggunakan rumus {(S-K)/S x 100%) yaitu jumlah balita yang ada diwilayah posyandu
dikurangi jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita
yang ada, semakin tinggi presentase kehilangan kesempatan maka semakin rendah
kemauan orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KSM sangat baik
untuk memantau pertumbuhan Berat Badan Balita atau juga Pola Pertumbuhan Berat
Badan Balita.
3. Indikator-indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang Naik Berat
Badannya di bandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua
balita yang ditimbang harus memgalami peningkatan berat-badannya.
4. Indikator lainnya dalam SKDN adalah Indikator Drop Out yaitu balita yang sudah
mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak
pernah datang lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan
rumusnya yaitu jumlah balita yang telah mendapat KMS dibagi dengan Jumlah Balita
ditimbang hasilnya dibagi dengan Balita yang punya KMS atau rumusnya adalah (K-
D)/K x 100%.

Dari kesemua indikator tersebut diatas. Indikator yang paling sederhana di posyandu adalah
ANAK SEHAT BERTAMBAH UMUR BERTAMBAH BERAT BADAN. Dan ini juga adalah
yang menjadi ikon dari keberadaan posyandu (pos penimbangan), sekaligus juga berlaku sebagai
output untuk semua kegiatan di posyandu. Contoh salah salah satu kegiatan posyandu adalah
pencegahan dan penanggulangan diare. Dimana penjelasannya adalah anak diare akan terjadi
dehidrasi, kemudian terjadi penurunan berat badan sebaliknya agar anak tidak diare maka anak
tidak akan dehidrasi, anak akan sehat yang ditandai dengan terjadi peningkatan berat
badan. Contoh lainnya KB. Penjelasannya keluarga dengan dua anak pengaturan, pola asuh dan
distrbusi makan akan merata artinya cukup untuk memenuhi kebutuhannya, tentunya anak
tersebut akan sehat yang ditandai dengan bertambah umur bertambah berat badan, coba
sebaliknya 3-4 anak yang jaraknya hanya satu tahun, pola asuh dan distribusi makanan akan
tidak teratur, anak akan tumbuh dengan tidak sehat, pertambahan berat badannya tentunya akan
terganggu kadang-kadang naik, kadang turun dan kadang tetap. Demikian juga dengan imunisasi,
KIA, dan lainnya kesemuanya mempunyai output anak sehat bertambah umur bertambah berat
badan.

Selanjutnya Dalam perkembangannya posyandu atau pos penimbangan mengalami pasang surut,
Pada masa orde baru perkembangan posyandu mengalami peningkatan jumlah maupun mutu
pelayanan, sampai-sampai beberapa negara sahabat menjadikan posyandu sebagai contoh di
negaranya. Namun di Era Reformasi posyandu ini mengalami penurunan jumlah dan juga mutu
pelayanan, sehingga beberapa masalah kesehatan yang dulunya dapat dittanggulangi di tingkat
posyandu sekarang sudah mulai lagi bermunculan. Bahkan beberapa kebijakan pemerintah
daerah dengan pelayanan kesehatan gratis dan juga pemerintah pusat dengan pelayanan
kesehatan keluarga miskin, kemudian diback up dengan peningkatan peran posyandu seakan
tidak bermakna untuk mencegah beberapa penyakit yang dapat ditanggulangi di posyandu
tersebut. Misalnya saja Diare yang kadang pada saat tertentu mengalami peningkatan kasus
kesakitan dan juga kematian bahkan terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa).

Salah satu hal yang sangat menggembirahkan adalah beberapa posyandu secara tersirat dikelola
sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), dan menujukkan perkembangan yang sangat
mengagumkan. Kenyataan ini memang beralasan karena pemerintah sebenarnya telah
menjadikan Posyandu sebagai UKBM yaitu singkatan dari Usaha Kesehatan Berbasis
Masyarakat, namun dalam perkembangannya petugas kesehatan di masyarakat tidak mempunyai
kemampuan untuk mengembangkannya, alasannya kebutuhan dan keinginan masyarakat dengan
petugas kesehatan kadang tidak sejalan dalam mengembangkan posyandu, Karena UKBM ini
pada dasarnya mirip-mirip dengan kegiatan LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat) dengan
Kelompok Swadaya Masyarakatnya. Jadi tepatnya UKBM ini dapat dijadikan KSM Bidang
Kesehatan.

Pertanyaannya adalah mungkinkah ini dapat dikembangkan secara nyata ? semuanya tergantung
dari bagaimana pemerintah dapat berkerja sama dengan LSM. Karena jujur saja bahwa
Pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak semua dapat
dilakukan untuk itu dibutuhkan lembaga non pemerintah untuk dapat menangani kegiatan-
kegiatan yang tidak mampu dilakukan oleh pemerintah.

Perbedaan yang mendasar pada KSM dan UKBM adalah pada KSM perkembangan
keberhasilannya bukan saja dilihat dari capaian kuantitatif dan tetapi juga diliat dari kualitatif.
Pada Capaian kuantitatif yang dilihat adalah tahapan perkembangan mulai dari pratama,
madya, purnama dan mandiri yang setiap tahapannya dilihat dari hasil cakupan (presentase
layanan) tahapan ini merupakan kinerja dari petugas posyandu (kesehatan maupun kader).
Sementara capaian kualitatif dilihat dari tahapan konsolidasi, Pengembangan dan Kemandirian
yaitu pengorganisasian, Administrasi, Pelaksanaan Kegiatan, Pengembangan permodaalam atau
Keuangan, Jaringan Kerja yang terbangun dan lain-lain. Tahapan kualitatif ini belum mampu
dilakukan oleh petugas kesehatan. Pada UKBM perkembangan keberhasilannya hanya dilihat
dari capaian kuantitatifnya saja yaitu dengan tahapan-tahapan posyandu pratama, madya,
purnama dan mandiri, yang semua dilihat cakupan presentase layanannya seperti capaian SKDN
diatas .

KSM Posyandu
Pengalaman penulis dalam melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok swadaya
masyarakat (KSM) dan diintegrasikan dengan kegiatan posyandu, ada lima aspek yang harus
diperhatikan untuk dapat melihat perkembangan posyandu dari sudut pandang KSM. Kelima
aspek yang penulis sebutkan diatas adalah Aspek organisasi, Administrasi, Kegiatan,
permodalan dan jaringan kerja.

1. Aspek orgnisasi yang lihat adalah peta lokasi atau wilayah kerja, nama
organisasi, struktur organisasi, daftar pengurus dan anggota, hak dan kewajiban anggota
dan fungsi AD/ART
2. Aspek administrasi yang dilihat adalah rumusan AD/ART, buku-buku administrasi,
pencatatan dan pelaporan serta berbagai administrasi yang lainnya.
3. Aspek Kegiatan meliputi kegiatan posyandu termasuk kegiatan khususnya, rapat
pengurus, rapat anggota, penyuluhan dan bimbingan, pengelolaan usaha bersama / usaha
produktif, kaderisasi dan beberapa kegiatan lainnya yang dilaksankan harian, bulan atau
triwulan maupun tahunan.
4. Aspek permodalan meliputi : simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan
simpanan lainnya
5. Aspek Jaringan kerja : mengundang rapat, mengirim laporan, konsultasi teknis dan non
tehnis serta mitra kerja

Kalau kelima aspek ini jika dijalankan dengan baik rutin dan konsisten sesuai dengan tahapan
(konsolidasi, pengembangan dan kemandirian) maka kemandirian posyandu dapat diwujudkan.
Kemandirian memang konsep ideal untuk suatu lembaga yang dapat dilihat dari tiga fungsi
yakni

1. fungsi intelektual yang menekankan pada berusaha untuk lepas dari ketergantungan,
2. ekonomi lebih ditekankan pada sumber dana sendiri.
3. dan jaringan sosial lebi ditekankan pada mitra dan jaringan kerja.

Ketiga fungsi ini akan mengarahkan posyandu kepada kelompok swadaya masyarakat (KSM)
yang dapat berfungsi sebagai sosial ekonomi produktif, dilakukan secara partisipatif melibatkan
semua komponen yang ada pada KSM.

Yang terpenting adalah Posyandu ini bukan miliknya pemerintah dalam hal ini kesehatan, tetapi
miliknya masyarakat. Jadi memang !? perlu diakui bahwa perkembangan posyandu di era
reformasi ini agar lebih maju, dapat diarahkan kepada posyandu yang berswadaya
masyarakat. Pemerintah dalam hal ini kesehatan dapat bertindak sebagai mitra atau selama ini
memang hanya bertindak sebagai mitra kerja, karena kesehatan selalu saja mengatakan bahwa
posyandu itu milik masyarakat.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 54 TAHUN 2007

TENTANG

PEDOMAN PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA OPERASIONAL PEMBINAAN POS PELAYANAN


TERPADU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA


ESA

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : bahwa untuk meningkatkan koordinasi, pembinaan, fasilitasi, advokasi, dan


bantuan yang berkaitan dengan fungsi dan kinerja Pos Pelayanan Terpadu, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pembentukan
Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1002 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4548);
4. Peraturan Pemerintah Nomor .72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik indonesia Tahun 2005 Nomor 158. Tambahan Lembaran
Negara Republik lndonesia Nomor 4587);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran
Negara Republik lndonesia Nomor 4588);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik lndonesia tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negam Republik lndonesia Nomor 4593);
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang
Organisasi dan Tata kerja Departemen Dalam Negeri;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN


PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA OPERASIONAL PEMBINAAN POS
PELAYANAN TERPADU.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian
inu dan bayi.
2. Upaya Lesehatan Bersumber Daaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKBM adalah
wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,
dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Pusat
Kesehatan Masyarakat, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.

3. Kelompok Kerja Opersional Pembinaan Pos Pembinaan dan Pelayanan Terpadu yang
selanjutnya disebut Pokjanal Posyandu adalah Kelompok kerja yang tugas dan fungsinya
mempunyai keterkaitan dalam pembinaan penyelenggaraan/pengelolaan Posyandu yang
berkedudukan di Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.
4. Kelompok Kerja Posyandu yang selanjutnya disebut Pokja Posyandu adalah kelompok
kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dalam pembinaan
penyelenggaraan/pengelolaan Posyandu yang berkedudukan di Desa.
5. Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki
waktu untuk mengelola kegiatan Posyandu.

BAB II
KEDUDUKAN

Pasal 2
(1) Pokjanal Posyandu Pusat berkedudukan di Pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan
kecamatan.
(2) Pokja Posyandu berkedudukan di desa/kelurahan.

BAB III
PEMBENTUKAN

Pasal 3
(1) Pokjanal Posyandu Pusat berkedudukan di Pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan
kecamatan.
(2) Pokjanal Posyandu provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dibentuk
dengan Keputusan Gubernur.
(3) Pokjanal Posyandu kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dibentuk
dengan Keputusan Bupati/Walikota.
(4) Pokjanal Posyandu Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dibentuk
dengan Keputusan Camat.
(5) Pokja Posyandu desa/kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dibentuk
dengan Keputusan Desa/Lurah.
Pasal 4
Dalam membentukan Pokjanal /Pokja Posyandu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
memperhatikan prinsip:
a. musyawarah mufakat;
b. struktur organisasi ramping, sedehana, dan kaya fungsi.
c. Kesetaraan;
d. Keanggotaannya fungsional berdasarkan.kompetensi masing-masing unsur, sehingga ada
kejelasan fungsi dan peran masing-masing dalam pengorganisasian Pokjanal/Pokja
Posyandu; dan
e. Mengutamakan prinsip koordinasi dan konsultasi.
f. Memanfaatkan sumberdaya yang ada di masyarakat.

BAB IV

TUGAS DAN FUNGSI

Pasal 5
(1) Pokjanal Pasyandu Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mempunyai
tugas:
a. menyiapkan data dan informasi dalam skala nasional tentang keadaan maupun
perkembangan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan program
Posyandu;
b. menyampaikan berbagai data, informasi dan masalah kepada instansi/lembaga terkait
untuk penyelesaian tindak lanjut;
c. menganalisa masalah dan kebutuhan intervensi program berdasarkan pilihan alternatif
pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan program;
d. menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber
pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu;
e. mengupayakan sumber-sumber pendanaan dalam mendukung operasional Posyandu;
f. melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitasi, advokasi, pemantauan, dan evaluasi
pengelolaan program/kegiatan Posyandu secara rutin dan terjadwal;
g. memfasilitasi penggerakan dan pengembangan partisipasi, gotong royong, dan swadaya
masyarakat dalam mengembangkan Posyandu;
h. mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan; dan
i. melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Menteri Dalam Negeri.
(2) Pokjanal Posyandu Pusat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggungjawab kepada Menteri Dalam Negeri.

Pasal 6

(1) Pokjanal Posyandu provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mempunyai
tugas:
a. menyiapkan data dan informasi dalam skala provinsi tentang keadaan maupun
perkembangan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan program
Posyandu;
b. menyampaikan berbagai data, informasi dan masalah kepada instansi/lembaga terkait
untuk penyelesaian tindak lanjut;
c. menganalisa masalah dan kebutuhan intervensi program berdasarkan pilihan alternatif
pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan lokal;
d. menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber
pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu;
e. melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitasi, advokasi, pemantauan, dan evaluasi
pengelolaan program/kegiatan Posyandu secara rutin dan terjadwal;
f. memfasilitasi penggerakan dan pengembangan partisipasi, gotong royong, dan swadaya
masyarakat dalam mengembangkan Posyandu;
g. mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan; dan
h. melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur dan Ketua Pokjanal
Posyandu Pusat.
(2) Pokjanal Posyandu provinsi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertanggungjawab kepada Gubernur.

Pasal 7

(1) Pokjanal Posyandu kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
mempunyai tugas:

a. menyiapkan data dan informasi dalam skala kabupaten/kota tentang keadaan maupun
perkembangan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan program
Posyandu;
b. menyampaikan berbagai data, informasi dan masalah kepada instansi/lembaga terkait
untuk penyelesaian tindak lanjut;
c. menganalisa masalah dan kebutuhan intervensi program berdasarkan pilihan alternatif
pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan lokal;
d. menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber
pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu;
e. melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitasi, advokasi, pemantauan, dan evaluasi
pengelolaan program/kegiatan Posyandu secara rutin dan terjadwal;
f. memfasilitasi penggerakan dan pengembangan partisipasi, gotong royong, dan
swadaya masyarakat dalam mengembangkan Posyandu;
g. mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan;
h. melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Bupati/Walikota dan Ketua Pokjanal
Posyandu provinsi.
(2) Pokjanal Posyandu kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota.
Pasal 8
(1) Pokjanal Posyandu Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mempunyai
tugas:

a. menyiapkan data dan informasi dalam skala Kecamatan tentang keadaan maupun
perkembangan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kualitas program,
kelembagaan dan SDM/personil pengelola program;
b. menyampaikan berbagai data, informasi dan masalah kepada iunsur terkait tingkat
kecamatan untuk penyelesaian tindak lanjut;
c. menganalisa masalah dan kebutuhan intervensi program berdasarkan pilihan alternatif
pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan lokal;
d. menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber
pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu;
e. melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitasi, advokasi, pemantauan, dan evaluasi
terhadap pengelolaan progam/kegiatan Posyandu secara rutin dan terjadwal;
f. menggerakan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan swadaya
masyarakat dalam mengembangkan Posyandu;
g. mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan;
h. melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Camat dan Ketua Pokjanal
kabupaten/kota.
(2) Pokjanal Posyandu kecamatan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertanggungjawab kepada Camat.

Pasal 9
(1) Pokjanal Posyandu desa/kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
mempunyai tugas:

a. mengelola berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan Posyandu di
desa/kelurahan;
b. menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber
pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu;
c. melakukan analisis masalah pelaksanaan program berdasarkan alternatif pemecahan
masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa/kelurahan;
d. melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitasi, pemantauan, dan evaluasi terhadap
pengelolaan kegiatan dan kinerja kader Posyandu secara berkesinambungan;
e. menggerakan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan swadaya
masyarakat dalam mengembangkan Posyandu;
f. mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan;
g. melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa/Lurah dan Ketua Pokjanal
Posyandu Kecamatan.
(2) Pokja Posyandu dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibantu oleh kader Posyandu.

(3) Pokja Posyandu desa/kelurahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertanggungjawab kepada kepala desa/Lurah.
Pasal 10

Pokjanal/Pokja Posyandu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mempunyai fungsi:

a. penyaluran aspirasi masyarakat dalam pengembangan Posyandu;


b. pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam pembinaan Posyandu;
c. pengordinasian pelaksanaan program yang berkaitan dengan pengembangan Posyandu;
d. peningkatan kualitas pelayanan Posyandu kepad masyarakat; dan
e. pengembangan kemitraan dalam pembinaan Posyandu.

BAB V

HUBUNGAN KERJA

Pasal 11
(1) Hubungan kerja Pokjanal Posyandu Pusat, provinsi, kabupaten/kota, Kecamatan, dan
Pokja Posyandu Desa/kelurahan bersifat konsultatif dan fasilitatif.
(2) Hubungan kerja antar Pokjanal Posyandu provinsi/kabupaten/kota/Kecamatan dengan
Pokjanal Posyandu provinsi/kabupaten/kota/kecamatan lain bersifat koordinatif dan
kemitraan.
(3) Hubungan kerja antar Pokja Posyandu dengan Pokja Posyandu lain bersifat koordinatif
dan kemitraan.
(4) Dokumen bukti pengeluaran anggaran berupa Kwitansi, Kontrak, Surat Perintah Kerja,
Berita Acara Pembayaran, Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Hasil Pengadaan
Barang/Jasa, Bukti Perjalanan Dinas dan/atau yang ditetapkan dalam perundang
undangan

BAB VI
KEPENGURUSAN

Pasal 12
(1) Kepengurusan Pokjanal Posyandu berasal dari instansi/lembaga pemerintah, lembaga
lainnya dan anggota masyarakat.

(2) Lembaga lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain Lembaga Profesi,
Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Dunia Usaha yang mempunyai
keterkaitan dalam penyelenggaraan/pengelola Posyandu.

(3) Kepengurusan Pokja Posyandu terdiri dari kepala desa, perangkat desa, organisasi
kemasyarakatan, organisasi keagamaan, dan anggota masyarakat yang mempunyai
keterkaitan dalam penyelenggaraan/pengelola Posyandu.

Pasal 13

(1) Struktur Kepengurusan Pokjanal Posyandu terdiri atas:

a. pembina;

b. ketua;

c. wakil ketua;
d. sekretaris;
e. bendahara;
f. bidang-bidang sesuai kebutuhan
(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:

a. bidang kelembagaan;
b. bidang pelayanan kesehatan dan keluarga berencana;
c. bidang komunikasi, informasi dan edukatif;
d. bidang sistem informasi Posyandu;
e. bidang sumberdaya manusia; dan
f. bidang bina program.

Pasal 14

(1) Struktur Kepengurusan Pokja Posyandu terdiri atas:

a. ketua;
b. sekretaris;
c. bendahara; dan
d. unit-unit sesuai kebutuhan
(2) Unit-unit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d antara lain:

a. unit pelayanan;
b. unit informasi Posyandu; dan
c. unit kelembagaan.

Pasal 15

(1) Untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Pokjanal Posyandu Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 10 dibentuk Sekretariat Tetap yang berkedudukan di
Direktorat Jenderal Pemberdayaan masyarakat dan Desa.
(2) Untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Pokjanal Posyandu provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 10 dibentuk Sekretariat Tetap yang berkedudukan di
Dinas/Badan/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan desa provinsi.
(3) Untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Pokjanal Posyandu Kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 10 dibentuk Sekretariat Tetap yang
berkedudukan di Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi Pemberdayaan
Masyarakat.
(4) Untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Pokjanal Posyandu Kecamatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 10 dibentuk Sekretariat Tetap yang
berkedudukan di Kantor Kecamatan.
(5) Untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Pokjanal Posyandu desa/kelurahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 dibentuk Sekretariat Tetap yang
berkedudukan di Kantor Kepala Desa/Lurah.

Pasal 16
(1) Sekretariat Pokjanal Posyandu Pusat, provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) mempunyai
tugas:
a. melakukan peran sebagai Satuan Tugas Administrasi Pangkal (SATMINKAL) Pokjanal
Posyandu melalui pengendalian teknis dan administrasi kegiatan pembinaan dan
pengembangan Posyandu;
b. membantu sekretaris dalam melakukan koordinasi pembinaan operasional pengelolaan
program/kegiatan pembinaan dan pengembangan Posyandu.
c. Menampung usul rencana pembinaan dan pengembangan Posyandu sebagaimana
menjadi tugas dan tanggungjawab bidang-bidang pada Pokjanal Posyandu.
d. menyusun rencana pertemuan rutin dan berkala serta mngagendakan pertemuan
insidentil berdasarkan kebutuhan.
e. menyusun dan menyampaikan laporan hasil kegiatan kepada Ketua Pokjanal Posyandu.
(2) Sekretariat Pokjanal Posyandu desa/kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (5) mempunyai tugas:
a. melakukan peran sebagai Satuan Tugas Administrasi Pangkal (SATMINKAL) Pokja
Posyandu melalui pengendalian teknis dan administrasi kegiatan pembinaan dan
pengembangan Posyandu;
b. membantu sekretaris dalam melakukan koordinasi pembinaan operasional pengelolaan
program/kegiatan pembinaan dan pengembangan Posyandu.
f. menampung usul rencana pembinaan dan pengembangan Posyandu sebagaimana
menjadi tugas dan tanggungjawab unit-unit pada Pokjanal Posyandu.
g. menyusun rencana pertemuan rutin dan berkala serta mngagendakan pertemuan
insidentil berdasarkan kebutuhan.
h. Menyusun dan menyampaikan laporan hasil kegiatan kepada Ketua Pokja Posyandu.
(3) Bupati/Walikota mengusulkan SKPD sebagai pelaksana Tugas Pernbantu kepada Menteri
Dalam Negeri.

(4) Persetujuan Menteri Dalam Negeri atas usulan SKPD Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam DIPA Tugas Pembantuan.

BAB VII
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pasal 27
(1) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Pokjanal/Pokja Posyandu dilakukan
secara berjenjang.

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 1
(satu) kali dalam satu tahun.

(3) Evaluasi dapat dilakukan oleh Pokjanal/Pokja Posyandu dan atau lembaga independen
yang berkepentingan dalam pembinaan Posyandu.
(4) Mekanisme pelaporan dari desa sampai ke kabupaten/kota.
(5) Pelaporan dari kabupaten/kota ke provinsi, minimal 4 (empat) bulan sekali.
(6) Pelaporan dari provinsi ke Pusat, minimal 6 (enam) bulan sekali disampaiakan kepada
Diektur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri selaku.

BAB VIII
PEMBINAAN

Pasal 18

(1) Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan kepada Pokjanal Posyandu Pusat.

(2) Gubernur melakukan pembinaan kepada Pokjanal Posyandu provinsi.

(3) Bupati/Walikota melakukan pembinaan kepada Pokjanal Posyandu kabupaten/kota,


kecamatan dan kelurahan.

(4) Kepala Desa melakukan pembinaan kepada Pokja Posyandu desa.

Pasal 19

(1) Pembinaan oleh Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)
antara lain:
a. memberikan pedoman dan standar pelaksanaan kegiatan pembinaan
b. memberikan pedoman pendidikan dan pelatihan

c. memberikan bimbingan sepervisi dan kosultasi.

(2) Pembinaan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) antara lain:
a. memberikan pedoman dan pelaksanaan kegiatan pembinaan
b. memberikan bantuan pembiayaan kepada Pokjanal Posyandu provinsi.
c. melaksanakan pendidikan dan pelatihan
d. memberikan bimbingan sepervisi dan kosultasi
(3) Pembinaan oleh Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) antara
lain:
a. memberikan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan pembinaan
b. memberikan bantuan pembiayaan kepada Pokjanal Posyandu kabupaten/kota.
c. melaksanakan pendidikan dan pelatihan
d. memberikan bimbingan sepervisi dan kosultasi
(4) Pembinaan oleh Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) antara lain:
a. Melakukan fasilitasi pelaksanaan kegiatan pembinaan.
b. memberikan bantuan pembiayaan kepada Pokja Posyandu desa

Pasal 20

Pembinaan oleh Bupati/Wlikota kepada Pokja Posyandu kelurahan sebagaimana dimaksud


pasal 19 ayat (3) dapat didelegasikan kepada Camat.

BAB XI

PENDANAAN

Pasal 21

(1) Pendanaan dalam pelaksanaan tugas Pokjanal Posyandu Pusat bersumber dari
APBN dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.
(2) Pendanaan dalam pelaksanaan tugas Pokjanal Posyandu provinsi bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi dan sumber dana lain
yang sah dan tidak mengikat.
(3) Pendanaan dalam pelaksanaan tugas Pokjanal Posyandu kabupaten/kota,
kecamatan, dan kelurahan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.
(4) Pendanaan dalam pelaksanaan tugas Pokja Posyandu desa bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan sumber dana lain yang sah dan
tidak mengikat.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 22

Pokjanal/Pokja Posyandu yang telah ada tetap melaksanakan tugas dan menyesuaikan dengan
Peraturan Menteri ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Gubernur, Bupati/Walikota, Camat dan Kepala Desa membentuk Pokjanal/Pokja Posyandu


paling lama 6 (enam) bulan sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.

Pasal 34

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 4 Oktober 2007

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd.

H. MARDIYANTO

Anda mungkin juga menyukai