Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit katup jantung dahulu di anggap sebagai penyakit yang hampir
pasti di sebabkan oleh reumatik. Demam reumatik hanya timbul bila terjadi
respon anti bodi atau imunologi yang bermakna terhadap infeksi streptokok
sebelumnya. Sekitar 3% infeksi streptokok pada faring dalam waktu 2-4 minggu
akan di ikuti oleh serangan demam reumatik.serangan awalnya sering di temukan
pada masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Insiden infeksi streptokok yang
menyebabkan demam reumatik, di anggap sebagai faktor predisposisi yang
memiliki hubungan langsung dengan perkembangan dan transmisi infeksi; faktor
predisposisi utama lainnya adalah faktor sosio ekonomi, seperti situasi kehidupan
dan kemungkinan untuk mendapatkan perawatan, medis dan antibiotik.
Insiden tertinggi penyakit katup adalah pada katup mitralis di ikuti katup
aorta. Kecenderungan menyerang katup-katup jantung kiri di kaitkan dengan
tekanan hemodinamik yang relatif lebih besar pada katup-katup ini. Dikatakan
bahwa tekanan hemodinamik akan meningkatkan derajat perubahan bentuk yang
dialami oleh katup tersebut. Insiden penyakit trikuspidalis lebih rendah, penyakit
katup pulmonalis jarang terjadi. Penyakit pada katup trikuspidalis atau pulmonalis
biasanya disertai lesi pada katup lainnya, sedangkan pada katup aorta atau mitralis
sering di dapatkan sebagai lesi tersendiri.
Lesi-lesi katup tertentu dapat menunjukkan keadaan apa yang menjadi
penyebabnya. Misalnya, stenosis mitralis tunggal biasanya karena reumatik,
sedangkan stenosis aorta murni biasanya akibat kalsivikasi premature dan
degenerasi dari katup bikuspid kongenital. Lesi katup pulmonalis atau
trikuspidalis tunggal hampir pasti disebabkan oleh cacat kongenital. Lesi katup
gabungan disebabkan oleh reumatik.
Dari berbagai paparan di atas, bahwa pada penyakit katup jantung
merupakan komponen miokard penyakit katup jantung, sampai saat ini,
merupakan penyebab utama mortalitas, perbaikan atau penggantian dini katup
pada pasien resiko rendah telah menghasilkan preservasi fungsi miokard dengan
tingkat ketahanan hidup jangka panjang yang lebih baik. Maka kami dalam

1
penyusunan makalah ini mengambil judul Kelainan Katup Jantung dan
Penatalaksanaannya . Dan diharapkan agar hal tersebut di cegah atau di
minimalisir sejak dini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari katup jantung?
2. Apa sajakah jenis-jenis kelainan katup jantung?
3. Apa sajakah yang berhubungan dengan sindrom prolaps katup mitral?
4. Apa sajakah yang berhubungan dengan regurgitasi mitralis?
5. Apa sajakah yang berhubungan dengan stenosis mitralis?
6. Apa sajakah yang berhubungan dengan stenosis aorta?
7. Apa sajakah yang berhubungan dengan regurgitasi aorta?
8. Apa sajakah yang berhubungan dengan penyakit katup trikuspidalis?
9. Apa sajakah yang berhubungan dengan penyakit katup pulmonalis?
10. Bagaimakah tindakan pengobatan pada kelainan katup jantung?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari katup jantung.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kelainan katup jantung.
3. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan
sindrom prolaps katup mitral.
4. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan
regurgitasi mitralis.
5. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan
stenosis mitralis.
6. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan
stenosis aorta.
7. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan
regurgitasi aorta.
8. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan
penyakit katup trikuspidalis.
9. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan
penyakit katup pulmonalis.
10. Untuk mengetahui tindakan pengobatan pada kelainan katup jantung.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Katup Jantung
Jantung memiliki empat ruangan, 2 ruangan kecil di atas (atrium) dan 2
ruangan besar di bawah (ventrikel). Setiap ventrikel memiliki satu katup masuk
searah dan satu katup keluar searah. Katup jantung bekerja mengatur aliran darah
melalui jantung ke arteria pulmonal dan aorta dengan cara membuka dan menutup
pada saat yang tepat ketika jantung berkontraksi dan berelaksasi selama siklus
jantung.
Katup trikuspidalis membuka dari atrium kanan ke dalam ventrikel kanan,
dan katup pulmonalis membuka dari ventrikel kanan ke dalam arteri pulmonalis.
Katup mitral membuka dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri, dan katup aorta
membuka dari ventrikel kiri ke dalam aorta.
Katub artrioventrikuler memisahkan atrium dan ventrikel, terdiri atas
katup trikuspidalis yag membagi atrium kanan dan ventrikel kanan, serta katup
mitral atau bikuspidalis yang membagi atrium kiri dan ventrikel kiri.
Katup semilunaris terletak antara ventrikel dan arteri yang bersangkutan.
Katup pulmonal terletak antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal, sedang katup
aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Bila salah satu katup tidak terbuka atau tertutup dengan baik maka akan
mempengaruhi aliran darah, bila katup tidak dapat membuka secara sempurna
(biasanya karena stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup tersebut akan
berkurang. Bila katup tidak dapat menutup secara sempurna darah akan
mengalami kebocoran sebagai proses yang disebut regurgitasi atau infusiensi.
2. 2 Jenis kelainan katup jantung
Adapun beberapa jenis kelainan katup jantung:
Syndrome Prolaps Katup Mitral
Regurgitasi Mitralis
Stenosis Mitral
Stenosis Katup Aorta
Regurgitasi Aorta
Penyakit Trikuspidalis

3
Penyakit Pulmonalis
2.3 Sindrom prolaps katup mitral
- Definisi
Prolaps katup mitral (PKM) adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan
oleh berbaliknya satu atau lebih apparatus katup mitral, daun katup, korda
tendinea, muskulus papilaris, dan anulus katup dengan atau tanpa regurgitasi
mitral (RM). Nama lain dari Prolaps Katup Mitral adalah sindrom murmur klik
sistolik, sindrom Barlow, katup mitral miksomatosa, billowing mitral cusp
syndrome, dan redundant cusp syndrome.
- Patofisiologi
Sindrom prolaps katup mitral adalah disfungsi bilah-bilah katup mitral
yang tidak menutup dengan sempurna dan mengakibatkan regurgitasi katup,
sehingga darah merembes dari ventrikel kiri ke atrium kiri. Sindrom ini kadang
tidak menimbulkan gejala atau juga dapat berkembang cepat dan menyebabkan
kematian mendadak. Pada tahun-tahun belakangan sindrom ini semakin banyak
dijumpai, mungkin karena metode diagnostic yang semakin maju.
2.4 Regurgitasi Mitralis
- Definisi
Regurgitasi Katup Mitral (Inkompetensia Mitral, Insufisiensi Mitral),
(Mitral Regurgitation) adalah kebocoran aliran balik melalui katup mitral setiap
kali ventrikel kiri berkontraksi. Pada saat ventrikel kiri memompa darah dari
jantung menuju ke aorta, sebagian darah mengalir kembali ke dalam atrium kiri
dan menyebabkan meningkatnya volume dan tekanan di atrium kiri. Terjadi
peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh yang berasal dari paru-paru, yang
mengakibatkan penimbunan cairan (kongesti) di dalam paru-paru.
- Patofisiologi
Infusiensi mitral terjadi bila bilah-bilah katup mitral tidak dapat menutup
selama systole. Chordae tendineae memendek, sehingga bilah katup tidak dapat
menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah regurgitasi atau aliran balik dari
ventrikel kiri ke atrium kiri.
Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral
mengakibatkan penutupan lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel kiri dengan

4
kuat mendorong darah ke aorta, sehingga setiap denyut, ventrikel kiri akan
mendorong sebagian darah kembali ke atrium kiri. Aliran balik darah ini ditambah
dengan darah yang masuk dari paru, menyebabkan atrium kiri mengalami
pelebaran dan hipertrofi. Aliran darah balik dari ventrikel akan menyebabkan
darah yang mengalir dari paru ke atrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru
mengalami kongesti, yang pada gilirannya menambah beban ke ventrikel kanan.
Maka meskipun kebocoran mitral hanya kecil, namun selalu berakibat terhadap
kedua paru dan ventrikel kanan.
2.5 Stenosis Mitral
- Definisi
Stenosis katup mitral merupakan penyempitan pada lubang katup mitral
yang akan menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri. Kelainan struktur mitral ini menyebabkan gangguan pembukaan
sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri saat diastole.
- Patofisiologi
Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah-bilah
katup mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresif
aliran darah.
Secara normal pembukaan katup mitral adalah selebar tiga jari. Pada kasus
stenosis berat terjadi penyempitan lumen sampai selebar pensil. Ventrikel tidak
terpengaruh , namun atrium kiri mengalami kesulitan dalam mengosongkan darah
melalui lumen yag sempit ke ventrikel kiri. Akibatnya atrium akan melebar dan
mengalami hipertrofi. Karena tidak ada katup yang melindungi vena pulmonal
terhadap aliran balik dari atrium maka sirkulasi pulmonal mengalami kongesti.
Akibatnya ventrikel kanan harus menanggung beban tekanan arteri pulmonal yang
tinggi dan mengalami peregangan berlebihan, yang berakhir dengan gagal
jantung.
2.6 Stenosis Katup Aorta
- Definisi
Stenosis katup Aorta adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang
menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke
aorta.

5
- Patofisiologi
Bilah-bilah katup aorta saling menempel dan menutup sebagian lumen
diantara jantung dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan
berkontraksi lebih lambat tapi dengan energy yang lebih besar dari normal,
mendorong darah melalui lumen yang sangat sempit. Mekanisme kompensasi
jantung mulai gagal dan muncullah tanda-tanda klinis.
Obstruksi jalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan ke
ventrikel kiri, yang mengakibatkan penebalan dinding otot. Otot jantung menebal
sebagai respon terhadap besarnya obstruksi, terjadilah gagal jantung bila
obstruksinya terlalu berat.
2.7 Regurgitasi Aorta
- Definisi
Regugitasi Katup Aorta (Inkompetensia Aorta, Insufisiensi Aorta) adalah
kebocoran pada katup aorta yang terjadi setiap kali ventrikel mengalami relaksasi.
- Patofisiologi
Insufisiensi aorta di sebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk
bilah katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta
dengan rapat selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari
aorta ke ventrikel kiri. Karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebgaian
darah dalam aorta, yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel
kiri, sehingga ventrikel kiri harus mengatasi keduanya yaitu mengirim darah yang
secara normal diterima atrium kiri ke ventrikel melalui lumen ventrikel maupun
darah yang kembali ke aorta. System kardiovaskuler berusaha mengkompensasi
melalui refleks dilatasi pembuluh darah: arteri perifer melemas, sehingga tahanan
perifer turun dan tekanan diastolic turun drastis.
2.8 Penyakit Trikuspidalis
Stenosis katup Trikuspidalis akan menghambat aliran darah dari atrium
kanan ke ventrikel kanan selama diastolik. Kerusakan ini biasanya menyertai
penyakit pada katup mitrlis dan aorta sekunder dari penyakit rematik jantung yang
berat. Stenosis trikuspidalis meningkatkan beban kerja atrium kanan, memaksa
pembentukan tekanan yang lebih besar untuk mempertahankan aliran melalui
katup yang tersumbat. Kemampuan kompensasi atrium kanan terbatas, karena itu

6
atrium mengalami dilatasi secara cepat. Peningkatan volume dan tekanan atrium
kanan mengakibatkan penimbunan darah pada vena sistemik dan peningkatan
tekanan.
Regurgitasi Trikuspidalis yang murni biasanya disebabkan gagal jantung
kiri yang sudah lanjut atau hipertensi pulmonalis yang berat, sehingga terjadi
kemunduran fungsi ventrikel kanan. Sewaktu ventrikel kanan gagal dan
membesar, terjadilah regurgitasi fungsional dari katup trikuspidalis.
2.9 Penyakit Katup Pulmonalis.
Insidens penyakit katup pulmonalis sangat rendah. Stenosis pulmonalis
biasanya kongenital dan bukan merupakan akibat penyakit rematik jantung.
Stenosis katup pulmonalis meningkatkan beban kerja ventrikel kanan,
mengakibatkan hipertrofi ventrikel kanan. Gejala-gejala baru timbul bila terjadi
gagal ventrikel kanan, menimbulkan pelebaran vena sistemik dan segala sekuele
klinisnya.
Regurgitasi fungsional pulmonalis dapat terjadi sebagai sekuele disfungsi
katup sebelah kiri dengan hipertensi pulmonalis kronik dan dilatasi orifisium
katup pulmonalis. Tetapi lesi ini jarang terjadi.
2.10 Tindakan Pengobatan
1. Terapi Medis
- Penyakit katup mitral.
a. Diuretik: Untuk mengurangi kongesti.
b. Digoksin: Meningkatkan daya kontraksi bila terdapat regurgitasi mitral,
atau mengurangi respon ventrikel pada fibrilsai atrium.
c. Antiaritmia: Jika terjadi fibrilsai atrium.
d. Terapi vasodilator: bila ada regurgitasi mitral untuk mengurangi afterload,
dengan demikian mengurangi mengurangi aliran balik dan menmabah
aliran ke depan.
e. Antikoagulan: jika ada embolisasi sistemik.
2. Terapi Bedah
- Penyakit katup mitral.
a. Valvulotomi mitral: Membuka katup mitral dengan pendekatan perkutan
atau transventrikuler. Tindakan operasi transventrikuler memisahkan daun

7
katup tepat pada tempat di mana daun-daun tersebut menyatu di sepanjang
komisura. Di lakukan dengan memasukkan sebuah dilator melaui apeks
ventrikel kiri, dituntun oleh jari menembus ke atrium kiri melaui orifisium
mitralis. Komisura-komisura kemudian dipisahkan dengan memakai
tekanan benda tumpul. Prosedur ini akan memisahkan daun-daun katup
yang menyatu dan mendilatasi orifisium mitralis.
- Penyakit katup aorta.
Penggantian katup merupakan terapi yang di anjurkan pada kelainan aorta
karena kalsifikasi. Valvulotomi aorta perkutan dapat dipertimbangkan
pada stenosis aorta yang beresiko tinggi yang berusia tua, atau penderita
yang lebih muda dengan stenosis aorta yang tidak mengalami kalsifikasi.
- Valvuloplasti balon transluminal per kutan.
Teknik ini sebagai pengobatan paliatif bagi stenosis katup yaitu dengan
memasukkan ke dalam jantung sebuah balon di ujung kateter. Balon
dimasukkan melalui pembuluh darah perifer, di bawah tuntunan
fluroskopi, hingga balon menetap pada orifisium katup. Mekanisme
bagaimana dilatasi dapat mengurangi derajat obstruksi adalah dengan
pemisahan komisura yang menyatu, dilatasi anulus katup. Komplikasi
yang potensial termasuk embolisasi berkapur dan regurgitasi katup.
Valvuloplasti mitralis lebih umum.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
A. Syndrome Prolaps Katup Mitral :
Ada bunyi jantung tambahan (mitral click). Adanya klik merupakan tanda
awal bahwa jaringan katup menggelembung ke atrium kiri dan telah terjadi
gangguan aliran darah.
Mitral klik dapat berubah menjadi murmur seiring dengan tidak
berfungsinya bilah-bilah katup. Dengan berkembangnya proses penyakit,
bunyi murmur menjadi tanda terjadinya regurgitasi mitral (aliran balik
darah).
B. Regurgitasi Mitralis.
Palpitasi jantung (berdebar).
Nafas pendek saat latihan.
Batuk akibat kongesti paru pasif kronis.
Denyut nadi mungkin kadang tidak teratur akibat ekstra systole atau
fibrilasi atrium yang bisa menetap selamanya.
Pada pemeriksaan auskultasi : bising sepanjang fase systole.
Pada pemeriksaan Elektrokardiogram: pembesaran atrium kiri ( P mitrale)
bila irama sinus normal, fibrilasi atrium hipertrofi atrium kiri.
Pada pemeriksaan radiogram dada : pembesaran atrium kiri, pembesaran
ventrikel kiri, kongesti vascular paru-paru dalam berbagai derajat.
C. Stenosis Mitral.
Kelelahan sebagai akibat curah jantung yang rendah.
Batuk darah (hemoptisis).
Kesulitan bernafas (dispnea) saat latihan akibat hipertensi vena pulmonal.
Batuk dan infeksi saluran nafas berulang.
Denyut nadi lemah dan sering tidak teratur, karena fibrilasi atrial yang
terjadi akibat dari dilatasi dan hipertrofi atrium. Akibat perubahan tersebut
atrium menjadi tidak stabil secara elektris, akibatnya terjadi disritmia
atrium permanen. Alat bantu diagnostic bagi kardiologis adalah

9
elektrokardiografi, ekokardiografi dan kateterisasi jantung dan angiografi
untuk menentukan beratnya stenosis mitral.
Pada pemeriksaan auskultasi : bising diastolik dan bunyi jantung pertama.
Pada pemeriksaan Elektrokardiogram: pembesaran atrium kiri ( P mitrale)
bila irama sinus normal, hipertrofi ventrikel kanan; fibrilasi atrium.
Pada pemeriksaan radiogram dada : pembesaran atrium kiri, pembesaran
ventrikel kanan, kongesti vena pulmonalis; edema paru-paru intertisial;
retribusi vaskuler paru-paru ke lobus atas; kalsifikasi katup mitralis.
Temuan hemodinamik : peningkatan selisih tekanan pada kedua sisi katup
mitralis; peningkatan tekanan atrium kiri dan tekanan baji kapiler
pulmonalis dengan gelombang a yang prominen; peningkatan tekanan
arteria paru-paru: curah jantung rendah; peningkatan tekanan jantung
sebelah kanan dan tekanan vena jugularis, dengan gelombang v yang
bermakna dibagian atrium kanan atau vena jugularis jika ada regurgitasi
trikuspidalis.
D. Stenosis Katup Aorta.
Dispnea saat latihan, yang merupakan manifestasi dekompensasi ventrikel
kiri terhadap kongesti paru.
Tanda lainnya berupa pusing dan pingsan karena berkurangnya volume
darah yang mengalir ke otak.
Angina pectoris merupakan gejala yang sering timbul karena
meningkatnya kebutuhan oksigen akibat meningkatnya beban kerja
ventrikel kiri dan hipertrofi miokardium. Tekanan darah dapat turun tapi
dapat juga normal, terkadang terjadi tekanan nadi yang rendah (kurang
dari 30mmHg) karena berkurangnya aliran darah.
E. Regurgitasi Aorta.
Pasien merasakan debar jantung yang bertambah kuat.
Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik) biasanya
melebar pada pasien ini.
Sesak nafas, terutama malam hari (ortopnu,paroksimal nocturnal dispnu)
dan hal tersebut terjadi disertai regurgitasi sedang sampai berat.

10
Salah satu tanda khusus pada penyakit ini adalah denyut nadi yang terasa
di jari pada saat palpasi, terjadi secara cepat dan tajam dan tiba-tiba kolaps
(denyut water-hummer).
F. Penyakit Trikuspidalis
Stenosis trikuspidalis :
a) Auskultasi: Bising diastolik.
b) EKG: pembesaran atrium kanan (gelombang P yang runcing dan
tinggi, dikenal sebagai P pulmonale).
c) Radiogram dada: pembesaran atrium kanan.
d) Temuan Hemodinamik : perbadaan tekanan pada kedua sisi katup
trikuspidalis dan peningkatan tekanan atrium kanan dan tekanan
vena sentral dengan gelombang a yang besar.
Regurgitasi Trikuspidalis:
a) Auskultasi: bising sepanjang sistole.
b) EKG: pembesaran atrium kanan (gelombang P tinggi dan sempit
dikenal sebagai P pulmonale) bila irama sinus normal, fibrilasi atrium,
hipertrofi ventrikel kanan.
c) Radiogram dada: pembesaran ventrikel dan atrium kanan.
d) Temuan Hemodinamik: peningkatan tekanan atrium kanan dengan
gelombang v yang nyata.
Bunyi Jantung akibat kelainan katup:
1. Murmur pada Stenosis mitral.
Bunyi yang terdengar lemah dengan frekusensi sangat rendah sehingga
sebagian besar spectrum suara berada di bawah frekuensi terendah dari
pendengaran manusia karena pada kasus ini, darah
mengalir dengan susah payah melalui katup mitral yang mengalami
stenosis dari atrium kiri ke ventrikel kiri, dan tekanan dalam atrium kiri
jarnag meningkat di atas 30 mmHg.
2. Murmur pada regurgitasi mitral.
Terdengar suaraseperti tiupan berfrekuensi tinggi dan mendesis
karena pada kasus ini, darah mengalir balik melalui katup mitral ke
dalam atrium kiri selama sistol dan di hantarkan dengan keras. Suara

11
terdengar paling baik di daerah apeks jantung karena dihantarkan ke
dinding dada melaui ventrikel kiri.
3. Murmur pada stenosis aorta.
Suara yang terdengar kasar dan pada stenosis berat kadang-kadang dapat
terdengar pada jarak beberapa kaki dari pasien. Selain itungetaran suara
dapat teraba di dada bagian atas dan leher bagian bawah yang disebut
thrill pada kasus ini, darah disemburkan dari ventrikel kiri
melaui sebuah lubang yang sempir di katub aorta, sehingga dapat
meningkatkan tekanan ventrikel kiri sampai 300 mmHg, dan tekanan di
aorta menetap. Jadi selama sistol, dengan darah yang disemburkan pada
kecepatan sangat tinggi menyebabkan turbulensi hebat pada darah di
pangkal aorta.
4. Murmur pada regurgitasi aorta.
Yang terdengar seperti suara meniup yang relative bernada tinggi dan
mendesis pada kasus ini, darah mengalir balik dari aorta ke
ventrikel kiri mengakibatkan darah turbulen yang menyembur balik dan
bertemu dengan darah yang telah berada dalam ventrikel kiri.
Diagnosa Keperawatan yang muncul:
1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan.
2. Penurunan curah jantung b/d peningkatan tekanan atrium, aliran keluar
ventrikel kiri terhambat.
3. Intoleransi aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung.
Intervensi keperawatan.
Dx.1;
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam oksigenasi adekuat
terhadap jaringan.
KH:
1. Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi pada jaringan, ditunjukkan
oleh GDA dalam batas normal:
pH : 7, 35-7, 45 TCO2 : 23-27 mmol/L
PCO2 : 35-45 mmHg BE : 0 2 mEq/L

12
PO2 : 80-100 mmHg saturasi O2 : 95 % atau lebih
HCO3 : 22-26 mEq/L
2. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan.
Tindakan:
a. Auskultasi bunyi nafas.
R/: Menyatakan adanya kongesti apa tidak/pengumpulan secret.
b. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam.
R/: Memudahkan aliran oksigen.
c. Anjurkan klien berubah posisi sesering mungkin.
R/: Mencegah atelektasis.
d. Pertahankan duduk di kursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur
setinggi 20-30o, posisi semi fowler.
R/: Menurunkan konsumsi oksigen.
e. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
R/: Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat menurunkan
hipoksemia jaringan.
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, missal: Diuretik
(furosemid), Bronkodilator (Aminofilin).
R/: Diuretik: Meningkatkan pertukaran gas.
Bronkodilator: Meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan
nafas.
Dx.2
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, penurunan curah
jantung dapat diminimalkan.
KH:
1. Melaporkan penurunan dispnea, nyeri dada.
2. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan beban kerja jantung.
3. Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas.
4. Mengidentifikasi tanda dini dan kapan mencari bantuan.
Tindakan:
1. Pantau TD, Nadi perifer, nadi apical.
R/: Indikator dari keadekuatan curah jantung.

13
2. Pantau irama jantung sesuai indikasi.
R/: Disritmia paling umum pada penyakit katup, karena berkenaan dengan
tekanan dan volume atrium.
3. Atur posisi klien dengan tirah baring 450.
R/: Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung, menurunkan
dispneu.
4. Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi, mis: berjalan.
R/: Aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadangan
jantung.
5. Diskusikan manajemen stress.
R/: Reduksi ansietas dapat menurunkan stimulasi jantung simpatis dan
beban kerja jantung.
6. Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi.
R/: Upaya untuk mengkompensasi peningkatan kebutuhan oksigen.
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, misal: Diuretik,
vasodilator.
R/: Diuretik (Menurunkan sirkulasi , yang menurunkan TD lewat katup
yang tidak berfungsi), Vasodilator ( Menurunkan hipertensi dengan
menurunkan tahanan vaskuler sistemik).

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Jantung memiliki empat ruangan, 2 ruangan kecil di atas (atrium) dan 2
ruangan besar di bawah (ventrikel). Setiap ventrikel memiliki satu katup masuk
searah dan satu katup keluar searah. Katup jantung bekerja mengatur aliran darah
melalui jantung ke arteria pulmonal dan aorta dengan cara membuka dan menutup
pada saat yang tepat ketika jantung berkontraksi dan berelaksasi selama siklus
jantung.
Bila salah satu katup tidak terbuka atau tertutup dengan baik maka akan
mempengaruhi aliran darah, bila katup tidak dapat membuka secara sempurna
(biasanya karena stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup tersebut akan
berkurang. Bila katup tidak dapat menutup secara sempurna darah akan
mengalami kebocoran sebagai proses yang disebut regurgitasi atau infusiensi.
Adapun beberapa jenis kelainan katup jantung:
Syndrome Prolaps Katup Mitral
Regurgitasi Mitralis
Stenosis Mitral
Stenosis Katup Aorta
Regurgitasi Aorta
Penyakit Trikuspidalis
Penyakit Pulmonalis

15
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. 1999. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN, Ed.3.
Jakarta: EGC.

Gray, H. Huon, Dawkins, D.Keith,dkk. 2003. LECTURE NOTES:


KARDIOLOGI, Alih Bahasa: Azwar Agoes. Jakarta: Erlangga.

Guyton dan Hall. 1997. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN, Edisi 9.


Jakarta: EGC.

Hudak dan Gaho. 1997. KEPERAWATAN KRITIS: PENDEKATAN


HOLISTIK, Alih Bahasa: Betty Susanto, dkk. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN, Jilid 1 Edisi 3.


Jakarta: Media Aesculapius.

Price, Sylvia Anderson. 1994. PATOFISIOLOGI: KONSEP KLINIS PROSES-


PROSES PENYAKIT, Buku 1 Ed.4. Jakarta: EGC.

Suzanne, C. Smeltzer. 2001. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDICAL


BEDAH, Ed.8 Vol.2. Jakarta: EGC.

Wilkinson, M. Judith. 2006. BUKU SAKU KEPERAWATAN DIAGNOSIS


KEPERAWATAN DENGAN INTERVERNSI NIC DAN KRITERIA HASIL
NOC, Alih Bahasa: Widyawati. Jakarta: EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai