Anda di halaman 1dari 18

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

MODUL: PUCAT

TALASEMIA

TINGKAT KEMAMPUAN SKDI 2006: 3B

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


2011

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 188


MODUL HEMATOLOGI: ANEMIA HEMOLITIK (TALASEMIA)

Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Khusus Metoda Sarana dan Prasarana
Umum
Mahasiswa Mahasiswa diharapkan dapat: BST Nara sumber :
diharapkan dapat Menjelaskan definisi CRS Nina Surtiretna, dr, Sp:A, Mkes
menjelaskan definisi, hemolitik dan anemia CSS
etiologi, anemia hemolitik pada anak Sumber Pustaka :
hemolitik, patogenesis Menjelaskan etiologi, 1. Segel GB. Definitions and classification of hemolytic
dan patofisiologi patogenesis dan anemias. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
menegakkan diagnosis patofisiologi anemia penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18.
anemia hemolitik hemolitik khususnya Philadelphia: WB Saunders Company; 2007. hlm. 2018-20.
berdasarkan talasemia
anamnesis, 2. DeBaun MR, Vichinsky E. Hemoglobinopathies. Dalam:
Menjelaskan manifestasi
pemeriksaan fisik, dan Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
gejala talasemia
pemeriksaan Menganalisis kelainan pada Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia:
penunjang, diagnosis anamnesis, pemeriksaan WB Saunders Company; 2007. hlm. 2025-38.
banding, komplikasi, fisik dan laboratorium pada 3. Permono B, Ugrasena IDG. Talasemia. Dalam: Permono
penatalaksanaan, serta talasemia B, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M,
prognosisnya pada Membuat diagnosis banding penyunting. Buku ajar hermatologi-onkologi anak. Edisi
anak dengan anemia pada talasemia
hemolitik (Talasemia) ke-1. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2005. hlm. 64-84.
Memprediksi komplikasi
talasemia Ruangan :
Menjelaskan pengobatan Rawat inap
dan indikasi splenektomi
Poliklinik Anak
Memprediksi prognosis
pada anak dengan talasemia

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 189


PANDUAN PRESEPTOR
ANEMIA HEMOLITIK

Definisi
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel-sel darah
merah sebelum waktunya yang berlebihan melebihi kapasitas produksi sumsum
tulang, dapat terjadi karena kelainan herediter atau didapat.
Masa hidup eritrosit yang normal berkisar antara 110-120 hari, setiap
harinya sekitar 1% eritrosit dihancurkan dan diganti oleh eritrosit-eritrosit baru
yang diproduksi sumsum tulang sehingga jumlah eritrosit dalam keadaan konstan.
Masa hidup eritrosit pada bayi prematur lebih pendek. Hemolisis artinya
penghancuran (lisis) eritrosit.
Klasifikasi anemia hemolitik:
A. Defek selular (intrinsik/intrakorpuskular)
- defek membran
- defek enzim
- abnormalitas hemoglobin
B. Defek ekstraselular (ekstrinsik/ekstrakorpuskular)
- otoimun
- hemolisis fragmentasi
- hipersplenism
- faktor plasma

Gambaran Klinis
Manifestasi klinis utama anemia hemolitik adalah anemia, ikterus, splenomegali
(tergantung derajat hemolitik yang terjadi). Gejala lain yang dapat ditemukan
sesuai dengan jenis anemia hemolitiknya seperti kejadian krisis, kolelitiasis,
dapat terjadi ulkus kaki dan abnormalitas tulang.
Ikterus terjadi karena penghancuran eritrosit akan menghasilkan bilirubin
indirek (unconjugated bilirubin). Makin hebat proses hemolitik maka makin
banyak dihasilkan bilirubin indirek.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 190


Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia, peningkatan jumlah
retikulosit (menggambarkan peningkatan penghancuran eritrosit dan upaya
kompensasi untuk meningkatkan produksi eritrosit) dan gambaran proses
hemolitik pada pemeriksaan apus darah tepi. Pemeriksaan laboratorium
selanjutnya dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis, seperti tes Coomb (direk
dan indirek), elektroforesis Hemoglobin, tes fragilitas osmotik, kadar enzim
tertentu.

Sindrom Talasemia
Talasemia merupakan kelainan genetik yang disebabkan oleh mutasi gen tunggal
terbanyak di dunia. Tidak kurang dari 300 juta penduduk dunia merupakan
pembawa gen talasemia dan tidak kurang dari 300.000 orang bayi dengan
kelainan talasemia berat dilahirkan setiap tahunnya.
Talasemia ditemukan di berbagai tempat, insidensnya tergantung dari
jenisnya. Insidens talasemia tersebar luas di seluruh daerah Mediterannia,
Timur Tengah, di negara-negara sekitar Laut Tengah (seperti Italia, Cyprys,
Yunani), India, Pakistan sampai Asia Tenggara, bagian selatan bekas Uni Soviet
dan RRC, namun jarang ditemukan di Afrika, sedangkan talasemia tersebar di
seluruh Afrika, Timur Tengah dan Asia Tenggara. Kata talasemia dimaksudkan
untuk mengkaitkan penyakit tersebut dengan penduduk Mediterania, dalam
bahasa Yunani Thalasa berarti laut.
WHO (1993) memperkirakan bahwa pada tahun 2000 frekuensi gen
talasemia di dunia mencapai 7%. Frekuensi gen talasemia di Indonesia
diperkirakan berkisar antara 3-8%. Penderita talasemia berat akan memerlukan
transfusi darah seumur hidupnya dengan segala konsekuensinya.

Definisi Talasemia
Talasemia merupakan salah satu bentuk kelainan hemoglobin. Kelainan
hemoglobin dibagi atas 3 kelompok, yaitu :
- Abnormalitas struktural (sering disebut sebagai hemoglobinopati) yang
disebabkan karena adanya perubahan rantai asam amino pembentuk
globin.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 191


- Defek kuantitatif (disebut talasemia) yang disebabkan karena
berkurangnya satu atau lebih rantai globin bahkan seluruh rantai globin
(pada bentuk yang berat).
- Hereditary Persistence of Fetal Hemoglobin (HPFH) syndome yang
ditandai oleh tingginya kadar HbF hingga masa dewasa.
Sindrom talasemia merupakan sekelompok kelainan herediter yang ditandai
oleh anemia hemolitik hipokromik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis satu
atau lebih polipeptida rantai globin serta kelainan pada organ lain. Karena
melibatkan berbagai rantai polipeptida yang berbeda-beda, terdapat bermacam-
macam jenis talasemia dengan manifestasi klinis dan biokimia yang berbeda.

Etiologi dan Klasifikasi Talasemia


Etiologi sindrom talasemia adalah karena adanya defek genetik pada gen globin :
- talasemia : karena mutasi pada kromosom 11
- talasemia : karena delesi (sebagian besar) pada satu atau lebih gen
globin pada kromosom 16
hal ini akan menyebabkan defek/abnormalitas pada sintesis rantai globin.
Klasifikasi :
- menurut tipe rantai globin yang kurang (talasemia ,,,)
- secara genetik: homozigot, heterozigot ; -,-, -, E sesuai dengan
rantai globin yang berkurang produksinya ; , , +, +
- secara klinis bisa dibagi menjadi 3 grup :
Talasemia mayor sangat tergantung pada transfusi
Talasemia minor/karier tanpa gejala
Talasemia intermedia

Klasifikasi di atas berkorelasi satu sama lain dan memiliki implikasi klinis
diagnosis dan penatalaksanaan. Talasemia diturunkan berdasarkan hukum
Mendel. Heterozigot dapat tanpa gejala atau gejalanya ringan saja, homozigot
atau gabungan heterozigot gejalanya lebih berat.
Bila talasemia timbul pada populasi dimana terdapat variasi Hb struktural
seringkali diturunkan gen talasemia dari satu orang tua dan gen varian Hb dari
orangtua lainnya. Dengan demikian, dapat terjadi talasemia dan secara

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 192


bersamaan. Interaksi dari beberapa gen ini menghasilkan gambaran klinis yang
bervariasi mulai dari yang sangat ringan sampai kematian dalam rahim.

Patogenesis dan Patofisiogi


Talasemia adalah kelainan sintesis hemoglobin yang diturunkan. Diperlukan
pemahaman pengaturan sintesis hemoglobin secara genetik. Untuk memahami
patogenesis sindrom talasemia perlu diingat kembali mengenai struktur Hb dan
perkembangannya sejak intrauterin hingga masa dewasa serta pengaturan sintesis
Hb secara genetik.

Hemoglobin merupakan kompleks protein yang terdiri dari kelompok heme


(yang mengandung besi) dan globin. Interaksi dinamis antara heme dan globin
menyebabkan sifat untuk Hb dalam transpor oksigen yang reversibel.
Molekul hemoglobin yang merupakan suatu tetramer yang terdiri dari 2
pasang rantai polipeptida/globin (yang masing-masing terikat dengan heme). Ada
beberapa jenis Hb yang disesuaikan dengan kebutuhan oksigen selama masa
pertumbuhan, mulai masa embrio, fetus sampai dewasa. Rantai polipeptida tiap
jenis Hb ini berbeda sifat kimianya. Hb utama pada orang dewasa normal adalah
HbA (Hb adult), terdiri dari sepasang dan , ditulis sebagai 22. Hb utama
pada fetus adalah Hb F (Hb fetus), terdiri dari sepasang rantai dan sepasang
rantai (22). Rantai-rantai globin tadi berbeda baik dalam jumlah maupun
susunan asam aminonya dan sintesisnya diatur oleh 2 gen globin yang berbeda.
Gen globin mirip berlokasi di kromosom 16. Dua pasang alel menyediakan
informasi genetik untuk struktur rantai . Gen globin mirip (untuk rantai , ,
) berada di kromosom 11.
Mobilitas elektrofoetik dari Hb berbeda sesuai struktur kimianya, sehingga
komposisi Hb dapat dianalisis dengan menggunakan metoda elektroforesis.
Dengan demikian analisis Hb (elektroforesa Hb) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis talasemia maupun hemoglobinopati.
Selama perkembangan eritrosit mulai dari embrio, fetus, anak dan dewasa
terdapat 6 jenis Hb, yaitu Hb embrio (Gower1, Gower2, dan Portland); Hb fetus
(HbF), dan Hb dewasa (HbA dan HbA2 yang jumlahnya sekitar 2,5% dari Hb
total).

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 193


Perkembangan dari embrio, fetus dan dewasa mengubah produksi Hb
sesuai dengan organ hemopoesis saat itu. Regulasi dari perubahan tersebut masih
belum diketahui, hal ini diduga diatur oleh suatu switch mechanism yang secara
bergantian mempengaruhi , , , dan juga pada waktu yang berbeda sesuai
masa pertumbuhan yang dikendalikan oleh mekanisme pengaturan genetik. Bila
terdapat defek pada gen maka akan terjadi defek pada proses perkembangan di
Hb.

Patofisiologi
Meskipun dasarnya ketidakseimbangan produksi rantai globin, konsekuensi
kelebihan rantai dan pada talasemia dan berbeda. Kelebihan rantai pada
talasemia tak dapat membentuk tetramer dan mengendap pada prekursor
eritrosit. Sedangkan kelebihan rantai dan mampu membentuk tetramer yang
viable dan membentuk HbBart (4) dan HbH (4). Perbedaan ini mempengaruhi
patologi selular kelainan ini.
Mekanisme dasar tejadinya proses hemolitik pada talasemia adalah akibat
ketidakseimbangan sintesis rantai globin. Untuk memahami patofisiologi
talasemia diperlukan pemahaman mengenai patologi molekular bagaimana
ketidakseimbangan rantai globin mempengaruhi kegagalan eritropoesis dan
kecepatan pengrusakan eritrosit.

Talasemia
Pada talasemia terjadi gangguan simetris rantai sehingga jumlai rantai
berkurang bahkan tidak terbentuk. Berkurangnya rantai akan menyebabkan
kelebihan rantai . Rantai yang tidak berpasangan (kelebihan rantai ) akan
mengendap pada membran sel eritrosit dan prekursornya. Presipitasi ini
menyebabkan eritrosit menjadi tidak stabil, akibatnya terjadi pengrusakan
prekursor eritrosit intramedular yang hebat, kemungkinan melalui proses
pembelahannya atau proses oksidasi pada membran sel prekursor. Eritrosit yang
mencapai darah tepi memiliki badan inklusi yang menyebabkan pengrusakan di
limpa dan oksidasi membran sel akibat pelepasan heme dan denaturasi Hb dan

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 194


penumpukan besi pada eritrosit. Dengan demikian anemia pada talasemia
disebabkan oleh berkurangnya produksi dan pemendekan umur eritrosit.
Penimbunan limpa oleh eritrosit abnormal mengakibatkan aktivitas limpa
akan sangat berlebihan (overwork) yang akan menyebabkan pembesaran limpa.
Lebih jauh lagi, dapat diikuti dengan terperangkapnya eritrosit, leukosit dan
trombosit di dalam limpa sehingga menimbulkan gambaran hipersplenisme.
Sebagian kecil prekursor eritrosit tetap memiliki kemampuan membuat
rantai , menghasilkan HbF ekstrauterin. Pada talasemia sel ini sangat
terseleksi dan kelebihan rantai lebih kecil karena sebagian bergabung rantai
membentuk HbF, sehingga pada talasemia HbF meningkat. Seleksi selular ini
terjadi selama masa fetus yang kaya HbF. Beberapa faktor genetik
mempengaruhi respons pembentukan HbF. Kombinasi faktor-faktor ini
mengakibatkan peningkatan HbF pada talasemia , produksi rantai tidak
terpengaruh pada talasemia sehingga HbA2 meningkat pada heterozigot.
Kombinasi anemia pada talasemia dan eritrosit yang kaya HbF dengan
afinitas oksigen yang tinggi menyebabkan hipoksia berat yang menstimulasi
produksi eritropoitin. Hal ini mengakibatkan peningkatan masa eritroid yang
tidak efektif dengan perubahan tulang, peningkatan absorpsi besi, metabolisme
rate yang tinggi, wasting, gout (karena hipeurikemia) dan defisiensi folat serta
gambaran klinis talasemia mayor.
Beberapa gejala di atas dapat dihilangkan dengan transfusi yang bisa
menekan eritropoisis. Namun transfusi yang berulang dan disertai peningkatan
absorpsi besi akan menyebabkan penumpukan besi di seluruh jaringan tubuh
(kulit, organ endokrin, hati, jantung, otak) yang mengakibatkan kerusakan dan
gangguan fungsi organ, di organ endokrin menyebabkan diabetes melitus,
hipertiroid, hipoparatitroid, hati (sirosis), jantung (gagal jantung), hingga
kematian.

Talasemia
Dengan adanya HbH dan Hb Bart (tetramer) mengakibatkan eritropoisis yang
kurang efektif. Tetramer HbH cenderung mengendap seiring dengan penuaan sel

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 195


dan menghasilkan badan inklusi. Proses hemolitik merupakan gambaran utama
kelainan ini.
Patologi molekular dan genetik pada talasemia lebih kompleks dari
talasemia , karena adanya 2 gen globin pada tiap pasang kromosom 16. Genotif
normal globin digambarkan /. Talasemia o disebabkan delesi pada 2 gen
tersebut. Homozigot dan heterozigot digambarkan beberapa delesi pada 2 gen
tersebut. Homozigot dan heterozigot digambarkan -/- dan -/.
Bentuk lain talasemia adalah yang disebabkan oleh mutasi mirip
talasemia . Beberapa disebabkan oleh mutasi pada bagian awal dan pemisahan
yang menghasilkan rantai yang sangat tidak stabil dan tidak bisa membentuk
tetramer.
Patofisiologi talasemia sebanding dengan jumlah gen yang terkena. Pada
homozigot, tak ada rantai yang diproduksi. Penderitanya memiliki Hb Bart
yang tinggi dengan Hb embrionik. Meskipun kada Hbnya cukup, karena hampir
semua merupakan Hb Bart, fetus tersebut akan sangat hipoksik. Sebagian besar
penderita lahir mati dengan tanda-tanda hipoksia intrauterin (hydrops fetalis).
Bentuk heterozigot o dan - menghasilkan ketidakseimbangan jumlah
rantai tapi penderita mampu bertahan dengan penyakit HbH. Kelainan ini
ditandai dengan adanya anemia hemolitik, adaptasi terhadap anemianya sering
tidak baik karena HbH tidak bisa berfungsi sebagai pembawa oksigen. Bentuk
heterozigot talasemia o dan delesi homozigot talasemia + berhubungan dengan
anemia hipokromik ringan.

Manifestasi Klinis dan Laboratoris


Talasemia mayor
Hampir semua anak dengan talasemia homozigot dan sebagian heterozigot
memperlihatkan gejala klinis sejak lahir, gagal tumbuh, infeksi berulang dan
kelemahan umum. Pada saat lahir sering penderita masih tampak sehat, anemia
muncul pada beberapa bulan pertama kehidupan atau kurang dari 6 bulan dan
secara progresif memburuk dan kadang saat pertama kali terdiagnosis kadar Hb
<5g/dl. Bayi nampak pucat dan didapatkan splenomegali. Pada saat ini diagnosis
dibuat berdasarkan adanya kelainan hematologi.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 196


Gambaran klinis talasemia dapat dibagi menjadi 2, yaitu yang mendapat
cukup transfusi dan yang dengan anemia kronis sejak anak-anak. Bila
mendapatkan transfusi berulang dan adekuat, pertumbuhannya biasanya normal
sampai pubertas, sebaliknya bila tak mendapat cukup transfusi tanda klinis khas
talasemia mayor mulai timbul, pertumbuhan badan akan terhambat, terdapat
penonjolan tulang tengkorak, pertumbuhan berlebih dari daerah maksila dan
muka seperti mongoloid/ facies Cooley yang pada pemeriksaan radiologis tulang
tengkorak menimbulkan gambaran khas hair on end appearance .
Didapatkan gambaran hipermetabolisme berupa demam, badan kurus dan
kadang-kadang hiperurikemia. Selanjutnya karena splenomegali yang hebat
dapat terjadi leukopenia dan trombositopenia sehingga terjadi infeksi dan
pendarahan. Bila tidak mendapat terapi kelasi besi tanda-tanda kelebihan zat besi
mulai nampak. Efeknya mulai nampak pada akhir dekade pertama. Adolescent
growth spurt tak akan tercapai, komplikasi hati, endokrin (seperti diabetes,
hipertiroid, hipoparatiroid, keterlambatan tanda-tanda seks sekunder), jantung
akibat kelebihan besi mulai nampak.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia hipokrom hebat dan
mikrositik, pada apus darah tepi ditemukan gambaran hemolitik seperti
poikilositosis, polikromasi, tear drops cell dan sel target. Retikulositosis berkisar
antara 2-8%. Pada pemeriksaan sumsum tulang tampak hiperselular. Pada
pemeriksaan analisis Hb didapatkan peningkatan kadar HbF (> 90%), kadar
HbA2 normal atau meninggi. Pada talasemia o tidak didapatkan HbA.

Talasemia intermedia
Sindrom talasemia memiliki spektrum manifestasi klinis yang luas mulai dari
talasemia mayor dengan gejala klinis yang berat hingga talasemia minor yang
asimtomatik. Hal ini sesuai dengan derajat beratnya defek. Di antara kedua
bentuk yang ekstrim tadi terdapat bentuk antara keduanya yang dikenal dengan
talasemia intermedia.
Gejala klinik talasemia intermedia lebih ringan dibanding talasemia
mayor namun lebih berat dibanding talasemia minor. Biasanya gejala baru

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 197


muncul pada saat umur 2-4 tahun. Bentuk ringan talasemia intermedia dapat
tetap asimtomatik sampai dewasa dengan kadar Hb 10-12 g/dl/
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan gambaran yang hampir sama
dengan talasemia mayor yang derajatnya bervariasi tergantung beratnya kelainan.

Talasemia minor
Talasemia minor merupakan bentuk heterozigot. Penderita tidak menampakkan
gejala klinis, sering ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin. Nilai
Hb pada penderita ini berkisar antara 9-11 g/dl yang disertai hipokrom
mikrositer. Kadar HbA2 meningkat >3,5% sedangkan kadar HbF 1-3% dan
biasanya tak lebih dari 5 g/dl.

Talasemia
Talasemia homozigot ( Sindrom hidrops fetalis dengan Hb Bart )
Di Asia Tenggara keadaan ini sering menjadi penyebab bayi lahir mati. Bayi
yang menderita kelainan ini lahir mati antara umur 34-40 minggu atau lahir
hidup namun meninggal beberapa jam kemudian. Penderita lahir dengan tanda-
tanda pucat, edema, hepatosplenomegali dan ditemukan hematopoisis
ekstramedular yang masif dan plasenta yang sangat besar.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan gambaran darah tepi berupa
hemolitik berat, pada analisis Hb didapatkan kadar HbBart yang tinggi. Pada
kasus yang berat tidak ditemukan baik HbA maupun HbF.

Penyakit HbH
Gejala klinik menyerupai penderita talasemia mayor walaupun sering lebih
ringan. Penderita ini mengalami anemia sepanjang hidupnya dengan
splenomegali yang besarnya bervariasi dan didapatkan perubahan tulang. HbA
masih dalam jumlah terbanyak, namun jumlah HbH bervariasi 5-30%.
Pada pemeriksaan darah tepi diperoleh gambaran hipokrom dan
anisopoikilositosis, retikulosit meningkat sampai 5% dan pada pewarnaan
brilliant cresyl blue menunjukkan badan inklusi pada seluruh sel.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 198


Talasemia trait
Sering ditemukan pada orangtua yang anaknya menderita hidrops fetalus atau
penyakit HbH sementara gejala klinis tak ada. Diagnosis sering sulit dan
diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan analisis DNA.

Diagnosis Banding
Gejala klinik dan laboratorium pada talasemia berat/homozigot dan penyakit
HbH sangat khas, sehingga diagnosis mudah dilakukan.
Pada kasus yang lebih ringan harus dibedakan dengan keadaan-keadaan
yang menyebabkan anemia dengan mikrositosis dan hipokromik seperti
hemoglobinopati, anemia defisiensi besi, anemia diseritropoitik kongenital.

Penatalaksanaan Talasemia
Prinsip penatalaksanaan penderita talasemia adalah mempertahankan kadar Hb
fisiologik dengan transfusi darah, mencegah dan mengeluarkan penimbunan
zat besi hingga mencapai kadar optimal, splenektomi bila terjadi hipersplenisme
dan pendekatan terapi lain yang saat ini sedang dalam taraf uji coba yang belum
dipergunakan secara rutin.
Terapi umum: makanan gizi seimbang, hidarkan makanan yang banyak
mengandung zat besi dan pemantauan tumbuh kembang.
Terapi khusus: transfusi darah. Transfusi eritrosit (Pack Red Cell/PRC): 10-
15 ml/kgBB untuk mempertahankan kadar Hb sekitar 9,5 g/dl. Pemberian
transfusi akan mengatasi anemianya sehingga keadaan penderita tetap dalam
keadaan baik, dapat tumbuh kembang optimal dan untuk menghindarkan
konsekuensi akibat eritropoisis yang tidak efektif.
Terapi kelasi besi untuk mengatasi kelebihan zat besi baik karena transfusi
maupun karena penyakitnya diberikan iron chelator agent/ zat pengkelat besi.
Sampai saat ini obat yang sering dipakai adalah Desferioksamin (DFO): dosis
40-50 mg/kgBB, diberikan secara subkutan (memakai pompa khusus) dalam 10-
12 jam/hari, selama 5-6 hari dalam seminggu. DFO juga dapat diberikan secara
intravena. DFO akan mengikat zat besi dan akan dikeluarkan lewat urin dan
feses. Kapan waktu mulai diberikannya DFO masih terdapat beberapa pendapat.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 199


Sebagian ahli merekomendasikan DFO harus sudah diberikan saat usia 4-5 tahun
atau bila kadar feritin >1.000 ng/ml dan saturasi transferin >50%. Untuk
mempertahankan ekskresi besi yang baik ditambahkan asam askorbat 50-100
mg/hari. Pemberian DFO dapat menimbulkan efek samping seperti ototoksisitas
(gangguan pendengaran), perubahan retina dan displasia tulang.
Saat ini sudah tersedia zat pengkelat besi peroral yaitu deferiprone (L1)
yang mulai digunakan secara luas, meskipun masih terdapat kontroversi terhadap
efektifitas dan efek sampingnya berupa agranulositosis dan neutropenia.
Splenektomi diindikasikan pada penderita talasemia yang sudah
menunjukkan gejala hipersplenisme seperti kebutuhan transfusi yang semakin
meningkat (ditandai dengan jarak transfusi yang makin pendek), kebutuhan
transfusi PRC >250 ml/kgBB/tahun, adanya leukopenia dan trombositopenia,
ukuran limpa yang sudah sangat besar sehingga penderita mengalami gangguan
mekanis.
Tindakan splenektomi harus dilakukan dengan pertimbangan yang matang,
karena dengan tindakan ini penderita dihadapkan pada resiko infeksi sehingga
prosedur ini dianjurkan pada saat umur >5 tahun. Sebelum tindakan penderita
diberi imunisasi untuk mencegah infeksi pneumokokus dan Haemophillus
influenza tipe B, kemudian sesudahnya diberikan penisilin profilaksis jangka
lama.
Terapi lain sedang dikembangkan jenis seperti transplantasi sumsum tulang
(TST), transfusi dengan neosit, terapi farmakologis dengan menggunakan obat-
obat yang dapat meningkatkan sintesis HbF dan terapi gen. TST telah berhasil
mengobati banyak penderita talasemia. Untuk keberhasilannya TST dilakukan
pada penderita berusia < 15 tahun tanpa kelebihan besi dan hepatomegali yang
berat serta memiliki saudara denga HLA yang cocok sebagai donornya. Saat ini
sumber sel stem yang banyak dipergunakan berasal dari darah tali pusat.
Pemberian transfusi neosit akan menurunkan kebutuhan darah sehingga
menurunkan risiko penimbunan besi. Namun karena prosedurnya membutuhkan
alat khusus, biaya yang diperlukan jauh lebih tinggi sehingga jarang dilakukan.
Obat-obat yang dapat meningkatkan produksi HbF diberikan dengan tujuan
meningkatkan jumlah rantai sehingga dapat meningkatkan pengikatan rantai

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 200


yang berlebih. Obat yang diberikan adalah obat sitotoksik seperti hidroksiurea
sehingga pemakaiannya harus hati-hati sehubungan dengan efek sampingnya.
Cara yang dianggap paling prospektif adalah dengan meniru gen globin normal
pada sel yang terkena defek sehingga defek dapat diperbaiki.
Konseling merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam penatalaksanaan
penderita talasemia. Diinformasikan kepada orangtua mengenai penyakitnya
yang bersifat herediter, kebutuhan akan transfusi yang teratur dan
penatalaksanaan lain yang optimal.

Penatalaksanaan Talasemia
Meliputi transfusi darah untuk mengatasi anemianya, suplementasi asam folat,
mungkin diperlukan splenektomi.

Komplikasi Talasemia
Talasemia merupakan penyakit kronis. Penderita talasemia mayor memerlukan
transfusi seumur hidupnya untuk mempertahankan kadar Hb yang normal yang
diperlukan untuk kehidupan dan tumbuh kembangnya. Mereka yang menghadapi
risiko penyulit, baik dari transfusinya (hemosiderosis dan risiko infeksi yang
ditularkan lewat transfusi), maupun dari penyakitnya sendiri (lihat patofisiologi).
Hemosiderosis yaitu penumpukan besi di jaringan dapat terjadi di hati
(menyebabkan fibrosis dan sirosis), sel pankreas (menyebabkan diabetes
mellitus), endokrin (pituitary, testis, ovarium), jantung (aritmia, kardiomiopati,
gagal jantung).
Secara umum prognosis talasemia mayor buruk. Prognosis tergantung
dari terapi yang optimal berupa transfusi yang adekuat dan pemberian kelasi besi.
Tanpa transfusi sama sekali mereka umumnya hanya dapat bertahan sampai usia
2 tahun. Bila selama masih kecil kadar Hb sering rendah mereka meninggal
karena infeksi berulang. Bila berhasil mencapai pubertas mereka akan
mengalami komplikasi akibat penimbunan zat besi, sama dengan penderita yang
cukup mendapat transfusi tetapi terapi keasi tak adekuat.
Kematian penderita sebagian besar disebabkan oleh gangguan jantung
(gagal jantung) yang dicetuskan oleh infeksi atau aritmia yang timbul di akhir

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 201


dekade kedua atau awal dekade ketiga dan gagal hati. Penyebab kematian lain
adalah infeksi pasca splenektomi. Penderita yang mendapat terapi optimal dapat
mencapai masa dewasa dengan kualitas hidup yang relatif baik.

Komplikasi infeksi

Virus hepatitis

Penyakit ini dilaporkan sebagai penyebab kematian tersering pada pasien


talasemia di atas 15 tahun. Kerusakan hepar yang disebabkan besi, yang
berhubungan dengan komplikasi sekunder dari transfusi dan infeksi virus hepatitis
C merupakan penyebab tersering hepatitis pada anak dengan talasemia. Angka
kejadian yang tinggi dari kegagalan hati dan karsinoma hepatoseluler, pada pasien
terinfeksi virus setelah transfusi mendukung penggunaan terapi antivirus pada
pasien talasemia. Hasil percobaan dengan interferon pada pasien talasemia yang
terinfekai hepatitis C, menunjukkan respons klinis dan patologis pada gen ini yang
dapat berbanding terbalik dengan beban besi tubuh.

Infeksi Yersinia

Strain patogen dari Yersinia enterokolitika jarang tumbuh pada individu normal
karena mikroorganisme ini tidak memproduksi siderophores, suatu molekul
pembersih besi (iron scavenger molecules). Peningkatan kadar besi tubuh maupun
peningkatan kemampuan siderophores dari mikroba lain, dapat digunakan untuk
pertumbuhan Yersinia enterocolitica. Faktor risiko dari infeksi ini adalah
peningkatan beban besi tubuh dan terapi pengikat deferoksamin (deferioksamin).
Infeksi oleh Yersinia enterokolitika pertama kali ditemukan pada 2 anak dengan
talasemia pada tahun 1970, hingga saat ini telah dilaporkan lebih dari 80 kasus
infeksi ini. Infeksi harus dicurigai pada pasien kelebihan besi yang menderita
panas tinggi dan fokus infeksi tidak ditemukan, seringkali disertai dengan diare.
Meskipun kultur darah tidak ditemukan adanya kuman Yersenia enterokolitika,
pada gambaran klinis ini seperti terapi gentramisin intravena dan oral
trimethoprim-sulfamethoxazole sebaiknya diberikan segera dan diteruskan
sedikitnya 8 hari.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 202


Sindrom talasemia dan retardasi mental

Sindrom ATR-16 ditandai dengan retardasi mental sedang dan penyakit HbH
ringan atau gambaran darah yang menyerupai karier talasemia . Pasien dengan
kelainan ini harus menjalani pemeriksaan sitogenetik untuk keperluan konseling
genetik bagi kehamilan berikut. Pada beberapa kasus didapatkan translokasi
kromosom. Sindrom ATR-X ditandai retardasi mental berat, kejang, tampilan
wajah khas dengan hidung datar, kelainan urogenital dan kelainan kongenital lain.
Gambaran darah memperlihatkan penyakit HbH ringan atau karier talasemia ,
inklusi HbH biasanya bisa didapatkan.

Skrining dan pencegahan

Ada 2 pendekatan untuk menghindari talasemia :

1. Karena karier talasemia bisa diketahui dengan mudah, skrining populasi dan
konseling tentang pasangan bisa dilakukan. Bila heterozigot menikah, 1 dari 4
anak mereka bisa menjadi homozigot atau gabungan heterozigot.

2. Bila ibu heterozigot sudah diketahui sebelum lahir, pasangannya bisa diperiksa
dan bila temasuk karier, pasangan tersebut ditawari diagnosis parental dan
terminasi kehamilan pada fetus dengan talasemia berat.

Skrining

Bila populasi tersebut menghendaki pemilihan pasangan, dilakukan skrining


premarital yang bisa dilakukan di sekolah anak. Penting menyediakan program
konseling verbal maupun tertulis mengenai hasil skrining.

Alternatif lain adalah memeriksa setiap wanita hamil muda berdasar ras.
Skrining yang efektif adalah melalui ukuran eritrosit. Bila MCV dan MCH sesuai
gambaran talasemia, perkiraan kadar HbA2 harus diukur, biasanya meningkat
pada talasemia . Bila kadarnya normal, pasien dikirim ke pusat yang bisa
menganalisis gen rantai . Penting untuk membedakan talasemia ao (-/) dan
talasemia + (-/), pada kasus pasien tidak memiliki risiko mendapatkan

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 203


keturunan talasemia o homozigot. Pada kasus jarang dimana gambaran darah
memperlihatkan talasemia heterozigot dengan HbA2 normal. Kedua hal ini
dibedakan dengan sintesis rantai globin dan analisis DNA. Penting untuk
memeriksa Hb elektroforesa pada kasus-kasus ini untuk mencari kemungkinan
variasi struktural Hb.

Diagnosis prenatal

Diagnosis perinatal dari berbagai bentuk talasemia, dapat dilakukan dengan


berbagai cara. Dapat dibuat dengan penelitian sintesis rantai globin pada sampel
darah jarum dengan menggunakan fetoscopi saat kehamilan 18-20 minggu,
meskipun sekarang pemeriksaan ini sudah banyak digantikan dengan analisis
DNA janin. DNA diambil dari sampel villi chorion (CVS = chorion villus
sampling), pada kehamilan 9-12 minggu. Tindakan ini berisiko rendah untuk
menimbulkan kematian dan kelainan janin.

Teknik diagnosis yang digunakan untuk analisis DNA setelah teknik CVS,
mengalami perubahan dengan cepat beberapa tahun ini. Diagnosis yang pertama
digunakan oleh Southern Blotting dari DNA janin menggunakan restriction
fragment length polymorphism (RELPs), digunakan dengan analisis linkage atau
deteksi langsung dari mutasi. Yang lebih baru, perkembangan dari polymerase
chain reaction (PCR) untuk mengidentifikasi mutasi talasemia pada DNA janin.
Sebagai contoh, PCR dapat digunakan untuk deteksi cepat mutasi yang merubah
lokasi pemutusan oleh enzim restriksi. Saat ini sudah dimungkinkan untuk
mendeteksi mutasi individual, mendeteksi berbagai bentuk dan dari talasemia
secara analisis dengan analisis DNA janin. Perkembangan PCR dikombinasikan
dengan kemampuan oligonukleotida untuk medeteksi mutasi individual, membuka
jalan berbagai macam pendekatan baru untuk memperbaiki akurasi dan kecepatan
deteksi karier dan diagnosis prenatal. Contohnya diagnosis menggunakan
32
hibridisasi dari ujung oligonukleotida yang diberi label P spesifik untuk
memperbesar region gen globin melalui membran nilon. Sejak sekuensi dari gen
globin dapat diperbesar lebih dari 108 kali, waktu hibridisasi dapat dibatasi
sampai 1 jam dan seluruh prosedur diselesaikan dalam waktu 2 jam.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 204


Terdapat berbagai macam variasi pendekatan PCR pada diagnosis perinatal.
Contohnya, tehnik ARMS (Amplification refractory mutation system) berdasarkan
pengamatan bahwa pada beberapa kasus oligonukleotida.

Angka kesalahan dari berbagai pendekatan laboratorium saat ini kurang dari
1%. Sumber kesalahan antara lain, kontaminasi ibu pada DNA janin, non-
paterniti, dan rekombinasi genetik jika menggunakan RELP linkage analysis.

Sumber Pustaka
1. Segel GB. Definitions and classification of hemolytic anemias. Dalam:
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of
pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders Company; 2007. hlm.
2018-20.
2. DeBaun MR, Vichinsky E. Hemoglobinopathies. Dalam: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics.
Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders Company; 2007. hlm. 2025-38.
3. Permono B, Ugrasena IDG. Talasemia. Dalam: Permono B, Sutaryo,
Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar
hermatologi-onkologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2005.
hlm. 64-84.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA 205

Anda mungkin juga menyukai