Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

Modul 2
Aspal

I.1. Pengertian

Menurut ASTM D8 Aspal adalah suatu bahan atau bentuk padat atau
setengah padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat yang
akan melembek dan meleleh bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian
besar bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah
padat dari alam atau dari hasil pemurnian minyak bumi atau merupakan
campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya.
Menurut The Asphalt Institute ( bitumen ) adalah suatu campuran dari
senyawa-senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses
pemanasan atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai
dengan derivatnya yang bersifat non logam yang dapat bersifat gas, cairan,
setengah padat atau padat yang campuran itu dapat larut dalam
karbondisulfida ( CS2 ).
Jadi aspal dapat didefinisikan sebagai campuran yang terdiri dari
bitumen yang terdiri dari bitumen dan mineral, yang banyak digunakan pada
konstruksi lapisan perkerasan lentur ( flexible pavement ), jalan raya, yang
berfungsi sebagai campuran bahan pengikat agregat karena mempunyai daya
lekat yang kuat, sifat adhesive, kedap air dan mudah dikerjakan.

1.1. 1 Didapatnya Aspal

Bahan Bangunan : Asphalt 1


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

Aspal digunakan sejak ribuan tahun yang lalu di Mesopotamia, Siria


dan Mesir. Jenis aspal yang dipakai itu dari jenis yang langsung terdapat di
alam berupa batuan aspal atau dari minyak bumi yang keluar di permukaan
lalu menguap minyaknya dan mengeras.
Disamping endapan-endapan yang terdapat dipermukaan bumi itu
terdapat juga endapan aspal yang ada dalam batuan, biasanya batuan kapur
yang disebut batu aspal. Penggunaan batu aspal ini dapat secara langsung
dengan menghamparkan batuan itu di atas jalan lalu digilas. Jenis ini di
Indonesia terdapat di Pulau Buton dan disebut dengan aspal buton dengan
kadar bitumen murni 10% - 35% sisanya adalah butiran halus yang sebagian
besar adalah partikel batu kapur.
Aspal alam ( Asbuton ) banyak digunakan untuk pelapisan konstruksi
perkerasan, dimana yang sudah banyak digunakan adalah Lasbutag (lapisan
asbuton agregat) dan Latasbum (lapisan asbuton murni).
Aspal yang banyak pada saat ini adalah sebagian besar merupakan
bahan hasil tambang dari penyulingan minyak bumi. Minyak mentah yang
dikeluarkan dari bumi ini dipanaskan pada suhu 290C, kemudian
didinginkan secara bertingkat didapat beberapa jenis minyak, sisa
endapannya disebut Residu contohnya aspal. Aspal hasil penyulingan
minyak bumi yang kadar paraffinnya rendah disebut dengan Paraffin base
crude oil. Minyak bumi banyak mengadung gugusan aromat dan alklis
sehingga kadar aspalnya tinggi dan kadar paraffinnya rendah. Aspal buatan
terdiri dari berbagai bentuk yaitu, bentuk padat, cair dan emulsi.

I.2. Pembagian Jenis atau Klasifikasi Aspal


1.2.1. Blown Asphalt
Blown asphalt adalah aspal yang dibuat dengan cara menghembuskan
udara kedalam bejana yang berisi aspal panas dengan suhu 260C, akibat

Bahan Bangunan : Asphalt 2


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

dari itu terjadi peristiwa polimerisasi sehingga akan menghasilkan jenis aspal
yang lebih keras.
Aspal ini lebih tahan terhadap pengaruh perubahan suhu dan
pemakaiannya untuk tujuan yang tertentu (tidak untuk aspal jalan) pada
umumnya jenis ini biasanya dipakai untuk penutup atap atau bahan genteng
aspal, kotak baterai, atau sebagai bahan perapat air. Disamping itu dipakai
juga secara luas sebagai pengisi celah sambunga pada jalan beton.
Jenis yang diproses dengan katalis, biasanya bersifat lebih kenyal
hamper seperti karet dan biasanya dipakai sebagai pelapis saluran air.
1.2.2. Semen Aspal ( Asphalt cement )
Semen aspal, biasanya disingkat dengan tanda AC, adalah jenis aspal
yang cocok untuk dipakai sebagai bahan pelapis jalan (pasing asphalt). Jenis
ini biasanya memiliki angka penetrasi antara 40 s.d 300 (harga penetrasi
maksimum), oleh karena itu dalam perdagangan, aspal jenis ini diberi tanda
dengan AC (asphalt Cement) diikuti dengan angka yang menujukkan
penetrasinya, yaitu misalnya AC 70 berarti asphalt cement dengan angka
penetrasi unit (unit penetrasi = 0,1 mm masuknya jarum penetrasi pada suhu
25C).
1.2.3. Aspal Cair
Aspal cair adalah aspal keras yang dibuat dari asphalt cement yang
dicampur lagi pelarut, bahan pencair dari minyak bumi juga yang mudah
menguap, sehingga bila diudara terbuka aspal ini akan mengeras karena
menguapnya bahan pelarutnya. Karena itu jenis aspal ini disebut juga CUT-
BACK Asphalt. Jenis aspal ini tergantung dari jenis pengencer yang
digunakan untuk mencampur aspal keras tersebut. Jenis jenis aspal cair
antara lain :
Aspal RC (Rapid Curing)

Bahan Bangunan : Asphalt 3


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

Merupakan aspal cair yang cepat mengeras yang merupakan jenis


aspal yang akan dengan cepat mengendap, merupakan aspal keras
yang dicampur dengan kerosin (bensin).
Aspal MC (Medium Curing)
Merupakan jenis aspal yang akan mengendap dalam waktu sedang,
merupakan aspal keras yang dicampur dengan mineral diesel.
Aspal SC (Slow Curing Asphalt)
Merupakan jenis aspal yang akan dengan lambat mengendap,
merupakan aspal keras yang dicampur dengan residu dari
pengilangan pertama. Jenis SC ini disebut juga sebagai Road Oil, sebab
bentuknya menyerupai minyak berat dan mengeringnyaa juga lambat.
Penandaan pada jenis aspal CUTBACK ini, dengan huruf singkatan
dari jenisnya, diikuti dengan angka viskositet kinematiknya, yaitu
misalnya jenis aspal Rapid Curing, dengan didahului huruf RC, diikuti
angka viskositet misalnya 3000, menjadi RC-3000 yang artinya, rapid
curing asphalt dengan viskositet kinematik 3000.
Penentuan viskositas kinematik ini ditentukan dengan tabung gelas
yang disebut Zeitfuchc cross-arm viscometer pada suhu 275F atau
kurang lebih 135C. Untuk jenis RC, MC dan SC, terdapat angkan
viskositas yang sama, yang berarti bahwa kekentalan dari jenis yang
sama angkanya itu pada suhu tersebutn harus sama. Meskipun
angkan viskositasnya sama, tidak berarti bahwa bahan tersebut dibuat
dari asphalt cement yang sama.
Untuk membuat SC, dapat dari bahan-bahan tersebut diatas, tetapi
minyak pelarutnya dari jenis yang mudah menguap.

Aspal cair yang digunakan untuk mempermudah pelaksanaan


pekerjaan dan mempersingkat waktu pelaksanaan karena dengan

Bahan Bangunan : Asphalt 4


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

kecairannya aspal akan lebih mudah mengalir diantara batuan dan


menyelimutinya untuk menghasilkan ikatan antara batu-aspal. Aspal cair
dapat digunakan seperti halnya aspal padat.

1.2.4. Aspal Emulsi


Aspal emulsi merupakan aspal cair yang lebih cair dari aspal cair
umumnya dan mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus dalam
batuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal cair biasa. Aspal emulsi terdiri dari
butir-butir aspal halus dalam air yang diberikan muatan listrik, sehingga
butir-butir aspal tersebut tidak bersatu dan tetap berada pada jarak yang
sama. Karena adanya perbedaan muatan listrik yang diberikan, maka aspal
emulsi dapat digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu :
Aspal emulsi anionik : aspal emulsi yang diberikan muatan listrik
negatif, terdiri dari MC (labil), MS (agak labil), dan MC (stabil).
Aspal emulsi kationik : aspal emulsi yang bermuatan listrik positif
sehingga baik untuk digunakan melapisi batuan netral dan alam
seperti batuan andesit. Terdiri dari, MCK (bekerja cepat), MSK
(bekerja kurang cepat), MLK (bekerja lambat).
Aspal emulsi nonionik : aspal emulsi yang tidak bermuatan listrik,
karena tidak mengalami proses ionisasi.
Aspal emulsi dapat digunakan pada hampir semua kegunaan dari
aspal padat bahkan lebih luas dan dapat digunakan dimana tidak dapat
digunakan aspal padat. Secara umum aspal emulsi direncanakan untuk
penggunaan spesifikasi, seperti :
Aspal emulsi RS (rapid setting) : direncanakan untuk
bereaksi secar cepat dengan agregat dan berubahnya emulsi ke
aspal.
Aspal emulsi MS (medium setting) : direncanakan untuk
pencampuran dengan agregat kasar, karena jenis ini tidak akan

Bahan Bangunan : Asphalt 5


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

memecah jika berhubungan dengan agregat sehingga


campuran ini tetap dapat dihamparkan dalam beberapa menit.
Aspal emulsi SS (Slow setting) : direncanakan untuk
pencampuran dengan stabilitas maksimum. Digunakan dengan
agregat bergradasi padat dan mengandung kadar agregat halus
yang tinggi.

I.3. Ter Untuk Konstruksi Jalan


Ter untuk jalan dibuat dari hasil penyulingan ter kasar yang didapat
dari hasil pembuatan kokas atau penyulingan batu bara. Cara mendapatkan
ter untuk jalan dari ter kasar, juga hampir seperti cara membuat aspal yaitu
dengan cara penyulingan bertingkat, sehingga didapat 12 macam ter.
Pembagian sampai 12 macam ini didasarkan pada viskositetnya.masing-
masing dibedakan dengan tanda RT-1 s.d RT-12.
RT-1 adalah jenis ter yang terringan (encer) sedang RT-12 akan
memiliki kekerasan yang kurang lebih sama dengan penetrasi 200. disamping
itu dibuat juga Cut_back road tar, dengan mencampur ter dengan minyak
ringan, tetapi jenis Cut-back ter ini hanya ada 2 macam yaitu RTCB-5 dan
RTCB-6. jenis cutback ini dibuat dari ter RT-10, 11 atau 12, dicampur dengan
minyak yang lebih ringan dari hasil penyulingan.
Masing-masing macamnya dibedakan dengan tanda RT 1 s.d RT 2
dengan penggunaannya sebagai berikut :
RT-1 adalah jenis yang terencer, dipakai terutama untuk penangkap
debu atau dust treatment. Sejenis ini adalah kreosot.
RT-2 dan -3, biasanya digunakan sebagai bahan penutup/ pelapis
(laburan permukaan).
RT-4 dapat dipakai untuk pelapis jalan atau laburan permukaan jalan.
RT-5, -6 dan -7 dipakai sebagai pelapis permukaan jalan dan campuran
lapisan permukaan.

Bahan Bangunan : Asphalt 6


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

RT-8 dan -9 dipakai sebagai pelapis permukaan, campuran untuk


permukaan jalan.
RT-10 dan -11 dipakai sama seperti RT-8 dan -9, ditambah untuk
perbaikan-perbaikan dalam campuran panas.
RT-12 dipakai untuk lapisan penetrasi macadam, ter beton dan
perbaikan dengan campuran panas.
Jenis RT-1 s.d RT-6 dan RTCB-5 dan 6, dipakai dalam suhu sampai
kurang lebih 65C sedang untuk RT-7 dan yang lebih tinggi, dapat dipakai
untuk suhu yang lebih tinggi. Jenis ter batu bara yang paling keras dan
termasuk RT-12 adalah yang disebut pek atau pitch.

1.4. Sifat-Sifat Aspal


1.4.1. Sifat Kimia
Aspal merupakan suatu campuran antara terutama bitumen, serta
mineral lainnya, sehingga sifat paling menentukan didalam aspal adalah
terutama sifat bitumennya itu. Aspal merupakan suatu campuran koloid,
dimana butir-butir yang merupakan bagian yang padat disebut asphalthene
yang berada didalam masa cair yang disebut maltene. Maltene terdiri dari
senyawa-senyawa basa nitrogen, acidaffin satu, acidaffin dua dan parafin.
Senyawa basa nitrogen merupakan jenis damar (resin) yang reaktif sehingga
dapat mendispersikan asphaltene.
Acidaffin satu, merupakan senyawa hydrokarbon yang juga bersifat
damar yang dapat melarutkan dispersi dari asphalthene, sedangkan acidaffin
dua merupakan senyawa hydrokarbon yang agak kurang jenuh yang juga
dapat melarutkan dispersi dari asphalthene. Parrafin merupakan senyawa
hidrokarbon jenuh, yag berfungsi sebagai penyebab terjadinya semacam gel

Bahan Bangunan : Asphalt 7


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

bagi aspal. Senyawa-senyawa pembentuk asphaltene dan maltene, terutama


juga merupakan senyawa aromatis (dengan rantai melingkar) dari naphtha,
tercampur alkana. Perbedaan dari asphaltene dan maltene ditinjau dari sifat
senyawanya terutama ialah : senyawa hidrokarbon dalam asphaltene,
memiliki berat molekul yang tinggi yang memiliki perbandingan berat antara
C/H = 0.3 0.9.
Jadi dengan kata lain, dapat juga dimengertikan bahwa aspal
merupakan suatu bahan terbentuk dari senyawa hidrokarbon yang berbentuk
suspensi koloidal dari asphaltene didalam media minyak, dimana
mengandung senyawa damar yang mencegah terjadinya penggumpalan dari
asphaltene itu sendiri.
Maka sifat-sifat dari bahan campuran yang ada didalam aspal atau
bitumen itu ialah :
Asphaltene merupakan bahan utama untuk memiliki sifat
kekerasan.
Damar (resin) menyebabkan adanya sifat lekat serta liat
(ductile).
Minyak menyebabkan sifat plastis sampai cair, sehingga aspal
atau bitumen memiliki sifat viskositet dan kelembekkan.
Berdasarkan hasil penelitian Roster dan White, perpaduan senyawa-
senyawa dalam maltene, ternyata penting bagi ketahanan lama terhadap sifat
aspal sebagai perekat. Dari penelitian itu dikenal suatu perbandingan yang
disebut perbadingan distibusi maltene, yaitu perbandingan antara jumlah
senyawa basa nitrogen + acidaffin 1, I dibagi jumlah paraffin + asidaffin 2.
Percobaan/ penelitian yang dibuat dengan :
2 bagian berat aspal semen
100 bagian berat pasir ottawa antara 20 s.d 30 mesh

Bahan Bangunan : Asphalt 8


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

Dicetak berbentuk pallet 0.5 inci dan tinggi 0,4 inci dibentuk dengan
tekanan 1000 psi, kemudian dibiarkan jam lalu dimasukkan dalam
bejana dan diputar 500 putaran.
Hasil kemudian ditimbang dan di hitung bagian berat yang hilang.
Kemudian diklasifikasikan :
Klas I. Bila tidak ada bagian yang hilang (aus)
Klas II. Kehilangan sebesar 0-10%
Klas III kehilangan sebesar 10-20%
Dan seterusnya sampai kelas 9, dengan angka penetrasi hilang dengan
kenaikan 10% semen aspal dengan memiliki Klas I sampai III dianggap cukup
baik, sedang yang masuk kelas 4 atau lebih dianggap kurang baik daya
lekatnya. Hasil-hasil tersebut diatas dihubungkan dengan angka
perbandingan distribusi maltene , ternyata dapat disimpulkan bahwa aspal
semen dengan penetrasi 85-100 yang memiliki ketahanan aus, baik
mempunyai ratio-maltene distribusi = 1.14.
Kadar senyawa basa nitrogen kurang baik pengaruhnya didalam aspal
atau bitumen, kadar parrafin dan kadar karbon bebas juga berpengaruh
terhadap sifat aspalnya. Parrafin dalam aspal bila terlalu banyak akan
mempengaruhi kepekaan aspal terhadap suhu serta menurunkan daya lekat,
(karena daya ;ekat adalah sifat adesi dan kohesi). Bila sifat kohesi aspal
kurang, maka sifat liat (ductile) juga berkurang, sehingga kepekaan terhadap
suhu meningkat, sehingga penetrasi indek (PI) turun. Oleh karna itu kadar
parrafin didalam aspal perlu dibatasi.

1.4.2. Sifat Fisis


Sifat fisis aspal yang terutama untuk dipakai dalam konstruksi jalan
ialah :
a. Kepekatan (konsistensi)

Bahan Bangunan : Asphalt 9


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

b. Ketahanan lama atau ketahanan terhadap pelapukan oleh cuaca.


c. Derajat pengerasan
d. Ketahan terhadap pengaruh air
Didalam praktek mutu dan kegunaan aspal, pada umumnya
ditentukan oleh ke empat sifat tersebut, meskipun bahwa ratio maltene
distribution, terhadap ketahanan lama tidak diabaikan.

1.4.2.1. Kepekatan (konsistensi)


Peranan kepekatan bahan-bahan aspal, untuk memilih dan memakai,
ada dua hal :
a) Pertimbangan terhadap sifat kepekatan untuk suhu yang tertentu,
yang akan membagi-bagi, berapa macam bahan.
b) Pengaruh suhu terhadap konsistensi.
Karena hal yang kedua diatas ini, lebih ada pengertian yang sama
serta penting hubungannnya dengan sifat konsistensi, maka hal ini akan
dibahas terlebih dahulu.
a. Hubungan antara suhu dan kepekatan
Bila ada 2 macam aspal yang satu adalah blown asphalt dan satu
lagi adalah aspal untuk jalan (paving aspal). Keduanya memiliki
angka penetrasi yang sama pada suhu 25C. Kalau masing-masing
daripadanya itu dipanasi pada suhu 45C, dan diuji lagi angka
penetrasinya, maka akan terlihat perbedaan bahwa sapal untuk
jalan akan memberikan angka penetrasi yang lebih tinggi, karena
lebih lembek pada suhu itu, sedang blown asphalt masih lebih
keras. Bila kedua macam aspal ini kita dinginkan lagi pada suhu
0C, paving asphalt menjadi lebih keras daripada blown asphalt.
Jadi dari keadaan tersebut terlihat bahwa paving asphalt lebih
terpengaruh oleh suhu dibandingkan dengan blown asphalt. Sifat
sedemikian itu disebut kepekaan suhu (temperature

Bahan Bangunan : Asphalt 10


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

susceptibility). Kepekatan suhu bagi aspal dari bahan minyak


mentah yang berbeda, akan berbeda pula, tetapi perbedaan
kepekaan suhu itu kecil bila dibandingkan dengan perbedaan
kepekaan suhu antara blown asphalt dan paving asphalt.
b. Pengukuran kepekatan
Jarak ukur terhadap sifat kepekatan aspal, mulai dari keadaan
cairan yang tipis, sedikit lebih pekat daripada air, sampai ke
keadaan kaku setengah padat, sepadat lilin untuk penambal
(blown asphalt cement). Karena jarak ukur yang demikian lebar,
tidak ada satu alatpun yang dapat dipakai untuk mengukur
konsistensi dengan memuaskan bagi bahan-bahan aspal.
Dikenal ada 4 cara pengukuran kepekatan, yang biasa dipakai
yaitu :
1) Cara uji viskositet vurol
2) Cara uji penetrasi
3) Cara uji kambangan (float test)
4) Cara uji viskositet kinematik
Viskositet merupakan suatu pengertian yang agak luas mengenai sifat
kepekatan/ konsistensi daripada cairan. Ia adalah suatu ukuran terhadap
kemampuan suatu benda cair untuk mengalir, pada suatu keadaan karena
ada tahanan. Jadi makin besar viskositas suatu bahan cair, maka makin
mendekati benda itu kepada suatu keadaan yang hampir padat
kepekatannya.
A. Viskositet menurut Furol
cara ini disebut furol viscosity adalah suatu cara uji yang spesifik
untuk mengukur viskositet bahan-bahan aspal. Angka viskositet furol adalah
suatu angka dalam detik yang diperlukan bagi 60 cm bahan aspal untuk
melalui suatu lobang pipa sempit yang ukurannya tertentu, pada suhu yang

Bahan Bangunan : Asphalt 11


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

tertentu. Jadi makin tinggi angka viskositet furol pada suatu suhu tertentu,
makin pekat bahannya.

B. Viskositet kinematik
Karena perbedaan kepekaan suhu dari jenis-jenis semen aspal untuk
jalan maka tambahan cara uji viskositet, yang dilakukan pada suhu 135C.
Cara uji ini dapat dilakukan dengan alat furol viskometer atau dengan suatu
alat viskometer tertentu, yaitu ada 2 macam alat lain, yang satu adalah
zitfuchs cross-arm viscometer dan yang satu lagi adalah canon-manning
viscometer. Cara penentuan kinematik viscosity ini dengan menggunakan
gaya berat cairan yang mengalir melalui viscometer.
Dengan alat zeitfuchs cross-arm viscometer, aspal yang akan ditentukan
viskositasnya, diisikan dalam tabung besar, sampai batas pengisian. Setelah
suhunya mencapai 135C, diberikan sedikit tekanan pada mulut tabung besar
itu, atau diberikan sedikit isapan pada ujung tabung kecil. Maka aspal cair
akan mengalir melalui lobang sempit dalam lobang itu, yang jarak alirannya
ditentukan. Waktu aliran dari garis pertama sampai garis atasnya dicatat
dalam detik.
Pembacaan waktu yang didapat, dikalikan dengan faktor kalibrasi bagi
alat itu, dan hasilnya dinyatakan dalam angka dengan satuan cestistokes.
Sebagai media pengisi alat, dipakai minyak ringan jernih cocok untuk itu.

C. Pengujian penetrasi
Telah dipakai sejak lama untuk mengukur kepekatan aspal biasanya
dipakai uji penetrasi, yang caranya ialah mengukur kedalaman masuknya
suatu jarum yang ukurannya tertentu, dengan berat 100 gram, dalam waktu 5
detik. Angka kedalaman masuk jarum itu, diukur dari permukaan
dinyatakan dengan angka satuan 1/100 cm.

Bahan Bangunan : Asphalt 12


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

Jadi bila suatu jarum aspal memiliki angka penetrasi 100, berarti
kedalaman masuknya jarum adalah 1 cm. Jadi hubungan antara penetrasi dan
konsitensi, sebenarnya merupakan angka kebalikan, sebab makin tinggi
angka penetrasi makin lembek aspalnya.
Untuk jenis aspal yang diproses tiup udara (blown asphalt) yang
sifatnya lebih kental atau lebih keras dan penggunaanya untuk atap, perapat
air dan lainnya yang tahan terhadap pengaruh suhu, penentuan penetrasinya,
sedikit agak lai suasananya, yaitu dipakai suhu 0C dan 46C. Pada pengujian
dengan suhu 0C dipakai berat jarum 200 gram, dan waktu penetrasi 60 detik.
Bila dipakai suhu 46C dipakai jarum 50 gram dan waktu penetrasi 5 detik.

D. Pengujian cara kambangan (Float Test)


Aspal yang lebih pekat atau lebih kental dari grade 3000, tak dapat diuji
dengan cara viskositet yang biasa misalnya pakai viscometer furol. Demikian
pula bila angka penetrasinya dengan penetrometer. Jadi memang ada suatu
jarak ukur (range) bagi sifat kepekatan konsistensi ini yang tidak dapat
diukur dengan alat-alat uji yang biasa.
Bahan aspal semacam ini misalnya termasuk aspal jenis residu
penyulingan minyak yang lambat mengeras (aspal SC), dan jenis aspal
tertentu yang kadang-kadang diperlukan untuk pembuatan jalan. Aspal jenis
demikian, pengujian konsistensinya dilakukan dengan cara uji kambang.
Untuk uji kambang ini, aspal disumbatkan dalam suatu cetakan dipasang
pada bagian dasar dari cawan yang terbuat dari aluminium, lalu cawan tadi
ditempatkan pada cairan yang suhunya 122F. Waktu yang diperlukan untuk
menyebabkan air dapat menembus sumbat aspal tadi, disebut angka float.
Makin tinggi harga angka ini, makin kental aspalnya.

Bahan Bangunan : Asphalt 13


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

1.4.2.2. Ketahanan Lama, ketahanan terhadap cuaca


Agar suatu bahan perekat aspal memuaskan sifatnya sebagai perekat
ia harus tetap tinggal plastis. Bila aspal terkena pengaruh cuaca dalam bentuk
lapisan yang tipis, ia akan berangsur-angsur hilang sifat plastisnya dan akan
menjadi regas, karena perubahan kimia atau fisika. Perusakan oleh alam ini
disebut pelapukan. Pelapukan lapisan hamparan jalan, terutama akibat dari
oksidasi dan penguapan. Faktor lain yang menyebabkan kerusakan itu juga
akibat sinar gelombang pendek dari matahari, umur pengerasan dan akibat
bocoran air.
Sifat-sifat aspal yang ada hubungannya dengan ketahan lama atau
pengaruh pelapukan antara lain :
a. Titik lembek
Cara sederhana dan langsung dalam penetuan titik lembek ialah
dengan cara pakai cincin dan bola baja untuk menentukan titik
lembek, seperti tercantum dalam ASTM D-30-70. aspal yang memiliki
titik lembek tinggi, untuk angka penetrasi tertentu ada suhu 25C,
akan kurang peka terhadap pengaruh suhu.
Titik lembek untuk aspal hamparan jalan jenis AC 40-50 sampai AC
200-300, memiliki titik lembek yang berkiar antara 57C sampai 35C.
Untuk kepentingan dalam prektek cara uji ini bagi aspal AC tidak
terlalu berpengaruh banyak, dan banyak pengaruhnya baginya sering
tidak tercantum untuk sifat titik lembek ini.
Tetapi bagi jenis aspal yang ditiup udara sifat titik lembek ini penting,
terutama bila blown asphalt ini dipakai sebagai bahan atap, untuk
sudut atap yang besar, sebab titik lembeknya hendaknya lebih dari
65C, agar pengaruh panas sinar matahari tidak terlalu besar baginya
untuk melelehkannya.

b. Oksidasi dan penguapan

Bahan Bangunan : Asphalt 14


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

Oksidasi merupakan perusakan secara kimia terhadap aspal akibat


serangan oksigen dari udara. Penguapan terdiri dari penguapan
senyawa hydrocarbon yang ringan dari dalam aspal. Pengaruh dari
kedua peristiwa itu mengakibatkan aspal akan mengeras, yang dapat
diuji dengan cara penetrasi atau pengujian kekentalan.

c. Pengaruh suhu
Derajat oksidasi dan penguapan, akan dipercepat bila suhu dinaikkan.
Cara menduga derajat reaksi secara organik dan fisik, biasanya dengan
memperkirakan bahwa tiap kenaikan 10C reaksinya akan berlipat dua
kali. Sebagai misal ialah, oksidasi dan penguapan akan terjadi 8 kali
lebih besar untuk suatu campuran yang diaduk dalam Pungmill pada
suhu 179C dibandingkan bila hanya diaduk pada suhu 149C.

d. Pengaruh luas permukaan


Makin luas bidang permukaan suatu aspal akan makin cepat ia
mengeras. Dengan demikian pula kecepatan oksidasi dan penguapan,
tergantung dari luas permukaan aspal itu yang berhubungan dengan
udara. Oleh karena itu untuk pembuatan hamparan jalan dari
campuran aspal agar lebih stabil, maka perlu diusahakan agar
hamparan itu memiliki rongga-rongga udara sekecil mungkin, agar
oksidasi akan terjadi lebih kecil.

e. Pengaruh sinar matahari


Diketahui bahwa sinar matahari juga mempunyai pengaruh terhadap
ketahanan lama. Sinar dengan gelombang pendek atau sinar actinik,
merusak/ merubah molekul aspal, menjadi air dan senyawa yang

Bahan Bangunan : Asphalt 15


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

larut dalam air. Reasksi tersebut disebut photo oksidasi karena


oksidasi ini dipercepat oleh adanya sinar.
Tetapi untungnya oksidasi sinar ini, tidak dapat masuk jauh kedalam
lapisan aspal (hanya lapisan tipis dipermukaan). Meskipun demikian
hal ini perlu diketahui, terutama bila menggunakan jenis aspal untuk
keperluan pelaburan permukaan atau rapat air bahwa lama-lama
aspal itu akan berubah sifatnya.

f. Pengaruh susunan kimia


Telah dikemukakan dalam sifat kima, bahwa senyawa-senyawa yang
terkandung dalam aspal itu sendiri, terutama senyawa dalam
kelompok maltene, dapat mempengaruhi sifat ketahanan terhadap
gesekan/ abrasi. Aspal yang memiliki angka perbandingan distribusi
maltene lebih besar dari 1,5 akan kurang tahan pengaruh gesekan.
Maltene distribution ratio yang baik ialah bila berkisar antara 0,6
sampai 1,14. bila angkanya kurang dari 0,6 aspalnya menjadi kurang
bersifat kohesif.

g. Aspal yang dibuat dengan proses kraking (cracked asphalt)


Telah disinggung dimuka, bahwa aspal dihasilkan dengan cara
cracking, (sebagai misalnya Blown asphalt), akan lebih cepat rusak
karena pengaruh cuaca, sebab dalam aspal ini, banyak mengadung
senyawa hydrocarbon yang tidak jenuh.
Untuk aspal guna kepentingan pembuatan hamparan jalan, sebaiknya
jenis cracked asphalt ini tidak dipakai. Aspal yang telah dipecah secara
lebih parah molekul-molekulnya, biasanya berpermukaan yang pudar
(tidak mengkilap). Sebaliknya aspal yang belum pecah molekulnya,

Bahan Bangunan : Asphalt 16


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

mengkilap permukaannya seperti cermin. Aspal yang telah dipecah


molekulnya, bila dilarutkan dalam CCl4 akan meninggalkan kurang
lebih 0,5% atau lebih endapan karbon.

1.4.2.3. Derajat Pengerasan (rate & curing)


Bila suatu campuran yang terdiri dari naphtha, kerosene dan minyak
lumas encer, kita laburkan pada suatu permukaan, maka cairan naphtha akan
menguap terlebih dahulu dan setelah itu akan menguap cairan kerosene dan
yang terakhir minyak lumas.
Keadaan semacam ini akan sama terjadi pada jenis aspal cair (cut-
back asphalt) RC, MC dan SC, yang masing-masing menggunakan pelarut
yang sama seperti tersebut diatas, karena naphtha dipakai sebagai pelaruy
aspal cair jenis RC, kerosene dipakai untuk jenis MC dan minyak lumas
ringan untuk jenis SC.
Jadi suatu aspal cair bila dibiarkan terbuka diudara dalam lapisan
tiris berangsur-angsur akan mengental membentuk kembali aspal padat jenis
AC. Waktu yang diperlukan untuk mengental kembali itu disebut derajat
pengerasan (rate of curing).
Rate of curing dipengaruhi oleh :
Penguapan dari bahan pelarut/ pengencer
Jumlah pelarut/ pengencer dalam aspal cair
Angka penetrasi dari aspal dasar yang dicairkan.
Makin kecil jumlah bahan pelarut yang terkadung dalam aspal cair,
akan makin cepat ia akan mengental kembali. Lain dari pada itu, waktu yang
diperlukan untuk pengerasan akan lebih lama, bila angka penetrasi dari aspal
dasarnya tinggi. Faktor luar yang mempengaruhi kecepatan pengentalan
ialah :

Bahan Bangunan : Asphalt 17


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

Suhu sekeliling
Luas permukaan penguapan atau perbandingan antara luas
permukaan dan volumenya.
Kecepatan angin yang melalui permukaan.
Untuk menguji derajat pengerasan atau curing rate ini, memang agak
sukar dilakukan. Cara yang dapat dilakukan secara tidak langsung ialah
dengan menyuling aspal tadi (destillation test), dimana dapat diamati
kecepatan penguapan masing-masing pelarut pada suhu tertentu.
Dari hasil destilasi ini, kemudian dihitung INDEX pengerasan atau
CURING INDEX. Bagi aspal RC-70 sebagai jenis aspal cair (cutback) yang
paling umum dipakai, biasanya memiliki curing index antara 25-45, sedang
curing index yang optimum ialah 35. cara penyulingan ini seperti tercantum
dalam ASTM D-402.

1.4.2.4. Ketahanan terhadap pengaruh air


Sifat tahan lama aspal untuk hamparan jalan tergantung sekali pada
kemampuan untuk dapat melekat dengan baik kepada butir agregat yang
dicampur dengannya, dalam suasana basah (ada air). Kehilangan daya lekat
aspal terhadap agregat akan mengakibatkan rusaknya hamparan jalan
tersebut.
Jelasnya lapisan aspal dari agregat, dalam adukan aspal dingin, dapat
diperkecil dengan menggunakan jenis agregat yang bersifat hydrophillis.
Daya lekat akan lebih baik lagi bila menggunakan bahan additive yang
bersifat anti lepas. Bahan additive biasanya dicampurkan dalam campuran
panas aspal beton yang dihampar dingin, bila air tercampur pula dalam beton
itu. Pada pemakaian campuarn aspal panas, yang dihamparkan dalam

Bahan Bangunan : Asphalt 18


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

keadaan panas pula, dimana sebelumnya agregatnya telah dikeringkan


terlebih dahulu, bahan aditive tidak perlu dipakai lagi.

1.4.3. Sifat Fisis Lainnya


Beberapa sifat fisis lainnya yang perlu diketahui atau sering dilakukan
pengujian antara lain ialah :
1.4.3.1. Berat Jenis
Berat jenis aspal (tanpa campuran) biasanya berkisar antara 1.04
sampai 1.02. pada suhu 25C. Angka yang tinggi dicapai untuk
bitumen yang keras dan rendah untuk bitumen cair. Karena aspal
bitumen ini memiliki pemuaian, maka berat jenisnya dapat di
pengaruhi pila oleh suhu, akibat perubahan suhu yang
menyebabkan perubahan volumenya.
Koefisien pemakaian aspal = V1 = VO (1 + (t1-t0))
Dalam rentang suhu antara 15 sampai 200C koefisien pemuaian
adalah 0,0006 per C. Cara penentuan berat jenis, biasanya untuk
aspal padat, pakai piknometer (untuk mengukur berat serta
volumenya) sedang untuk aspal cair, dipakai Areometer (kurang
teliti tetapi tepat).
1.4.3.2. Ductility (keliatan)
Untuk mendapat gambaran apakah suatu jenis aspal pada
penggunaanya nanti akan mengalami retak-retak, dilakukan uji
keliatan (ductility, dengan menarik benda uji yang terbuat dari
aspal dengan kecepatan 5 cm per menit pada suhu 25C.
Penampang benda cobanya 1 cm. Ductility merupakan angka
perpanjangan dari benda uji akibat penarikan, sampai putus,
dinyatakan dalam cm.
Aspal dengan angka ductility yang terendah dapat mengalami
retak akibat lapisan aspal itu akan mengalami perubahan suhu

Bahan Bangunan : Asphalt 19


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

yang agak tinggi. Sifat ductility ini dipengaruhi oleh sifat kimia
aspal, yaitu akibat susunan senyawa hydrocarbon yang
dikandungnya. Bila aspal banyak mengadung susunan senyawa
paraffin dengan rantai panjang, ductilitynya rendah, demikian juga
aspal yang didapat dari proses blowing (blown asphalt) dimana
banyak terdapat gugusan hydrocarbon tak jenuh, yang mudah
menyusut, sedang yang banyak mengadung parafin karena rantai
karbon yang kekuatan strukturnya kurang plastis.
1.4.3.3. Titik Nyala
Maksud pengujian ini ialah untuk menentukan pada suhu dimana
aspal itu akan menyala, untuk menjaga pada suhu dimana aspal
tersebut dapat dipanasi tanpa bahaya. Pengujiannya dilakukan
dengan alat penentu titik nyala model bejana terbuka (cleveland
open cup, untuk titik nyala tinggi, dan Tagliabue open cup untuk
titik nyala suhu rendah).
1.4.3.4. Uji kelarutan
Uji ini biasanya untuk menguji kemurnian aspal, dimana aspal
mungkin mengadung bahan tak larut, misalnya garam, kotoran
debu, karbon atau mineral lainnya.
Pengujianya dengan melarutkan aspal dalam karbon bisulfida
(CS2), bagian yang tidak larut ditimbang. Cairan pelarut yang
biasa dipakai misalnya karbon tetra chlorida (CCl4). Cairan ini
tidak mudah terbakar dibanding dengan CS2, maka lebih sering
dipakai, meskipun hasilnya agak kurang teliti karena, ada zat
karbon yan seharusnya laryt dalam CS2, tidak larut dalam CCl4.
1.4.3.5. Uji Penyulingan
Uji ini dengan maksud untuk memisahkan bahan-bahan lain yang
dapat dipisahkan dari aspal misalnya jenis pelarut yang berbeda

Bahan Bangunan : Asphalt 20


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

penguapannya. Disamping itu pengujian kadar air, dapat juga


dilakukan dengan cara penyulingan ini.

1.4.4. Pengujiaan Bagi Aspal Emulsi (ASTMD 224)


Ada beberapa pengujian bagi aspal emulsi, untuk mengetahui sifat
serta mutu dan kemampuanya sebagai bahan perekat antara lain ialah :
Uji pecahnya emulsi (demulsibility test)
Pengujian ini ialah untuk mengetahui cepat atau lambatnya emulsi
akan pecah/ terurai bila berhubungan dengan batuan. Dalam
pengujian dipakai larutan CaCl2 sebagai bahan pemecah emulsi.
Cairan aspal yang akan diuji. Cairan CaCl2 encer untuk menguji Rapid
Setting emulsion dan cairan yang pekat untuk menguji Slow setting
emulsion.
Uji pengendapan (settlement test)
Pengujian ini untuk mengetahui kestabilan emulsi aspal, apakah bila
emulsi itu disimpan tidak akan terjadi pengendapan, emulsi aspal
yang baik, tidak akan berubah bila disimpan lama artinya tidak terjadi
pengendapan butiran aspalnya. Tetapi bila emulsi rusak dan sebagian
mengendap aspalnya maka dalam penggunaan akan sukar dikontrol
homogenitas kandungan aspal dalam pemakaian. Bila diambil emulsi
bagian atas lebih dulu akan kurang kadar aspalnya, bila sebelum
dipakai diaduk, dapat memecah emulsi aspal, atau pekerjaan menjadi
bertambah.

Uji kehalusan (sieve test)


Uji ini dimaksud untuk mengetahui, apakah dalam emulsi itu betul-
betul butir aspal terbagi dalam butir yang kecil atau tidak ada aspal
yang menggumpal. Ayakan yang dipakai ukuran 20 mesh (0.84 mm).
Emulsi yang baik akan tembus ayakan ini. Tetapi bila ada butir aspal

Bahan Bangunan : Asphalt 21


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

menggumpal, keburukannya ialah bila emulsi ini dipakai dengan


proses semprot, maka akan menyumbat mulut penyemprotnya (spary
nozzle).
Uji pencampuran (mixing test)
Uji ini dimaksud untuk menguji kemampuan terutama bagi jenis Slow
setting mulsified asphalt, mengenai kemampuannya diaduk dengan
berbagai macam agregat. Tetapi dalam pengujian ini dipakai semen
portland type III, sebagai pengganti tepung agregat, mengingat bahan
semen Type III ini sudah dapat dikatakan standar mutunya, serta
mudah didapat, daripada membuat khusus, tepung batu agregat yang
standar.
Uji kelekatan dan ketahanan air
(Agregat-coating-water-resistence test). Uji ini untuk melihat
kemampuan emulsi aspal dapat melekat dengan baik pada agregat,
serta lekatan itu akan tetap kuat meskipun ada gangguan air.
Uji penyulingan
Uji penyulingan ialah dengan cara menyuling emulsi aspal, kemudian
dapat memisahkan bahan-bahan yang ada didalam aspal itu karena
perbedaan penguapannya. Dari uji ini akan diketahui misalnya : kadar
air, kadar minyak pelarut, kadar residu aspalnya.
Kadar residu aspal ini dapat dilakukan pengujian, sifat residu
misalnya penetrasinya, kelarutan dalam CCl4 atau ductility sehingga
dapat diduga bahan dasar emulsi itu jenis aspal yang mana.

Uji muatan listrik pada partikel emulsi


Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah partikel emulsi bersifat
Anion (muatan negati) atau kation (muatan positif). Hal ini penting

Bahan Bangunan : Asphalt 22


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

untuk pemakaian, sehingga jenis agregat yang manakah yang cocok


untuk emulsi tersebut. Sebagai misal, bila agregatnya bersifat basa
(batu kapur atau dolomit) akan cocok dipakai emulsi yang anion dan
untuk agregat silikat, cocok dipakai emulsi kation.
Uji Ph (keasaman atau kebasaan)
Uji ini khususnya hanya untuk mengetahui derajat keasaman dari
emulsi kation untuk jenis slow setting (SS-K) karena ada persyaratan
untuk Ph bagi jenis ini.

Soal-soal
1. Jelaskan definisi aspal berdasarkan ASTM D-8 !
2. Jelaskan definisi aspal/bitumen berdasarkan The Asphalt Institute !
3. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi aspal yang saudar a ketahui !
4. Apakah perbedaan antara aspal alam dan aspal buatan ?
5. Apakah perbedaan antara aspal dan Ter !
6. Bagaimanakah didapatnya aspal alam dan dimana terdapat aspal alam tersebut !
7. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi Ter !
8. Apakah Pitch atau Pek itu ?

Bahan Bangunan : Asphalt 23


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang 30139
Telp. 0711-3543414 Fax. (0711) 355918

9. Terbuat dari apakah RTCB-5 dan RTCB-8 ?


10. Jenis agregat yang manakah yang cocok digunakan sebagai bahan perkerasan
apabila dipakai aspal emulsi kation dan aspal emulsi anion ?
11. Jelaskan sifat-sifat kimia aspal !
12. Jelaskan sifat-sifat fisika aspal !
13. Apakah asphalthene dan maltene itu ?
14. Terdiri dari senyawa-senyawa apakah maltene itu ?
15. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat fisis yang ada hubungannya dengan ketahanan
lama !
16. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat fisis aspal lainnya yang sering dilakukan
pengujiannya di laboratorium 1
17. Berdasarkan ASTM D-224, untuk mengetahui sifat serta mutu dan
kemampuannya sebagai bahan perekat bagi aspal emulsi dapat dilakukan
beberapa pengujian, pengujian-pengujian apakah yang dilakukan tersebut !

Bahan Bangunan : Asphalt 24

Anda mungkin juga menyukai