Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OTK II

DISUSUN OLEH :

NAMA : NAUFAL ALIF SYARIFUDDIN


NIM : 011400391
KELOMPOK : B3 (Fitri Alawiyah)
PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR
JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR
ACARA : HETP

PEMBIMBING : Sugili Putra, S.T,M.Sc.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL


YOGYAKARTA

2016
HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE
(HETP)

I. TUJUAN

Menentukan nilai Height Equivalent of Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan
isian dalam suatu kolom yang memberikan perubahan komposisi sama dengan perubahan
komposisi yang dicapai oleh satu plate teoritis atau ekivalen dengan satu plat teoritis.

II. DASAR TEORI

Distilasi adalah suatu operasi untuk memisahkan larutan yang relatif volatil menjadi
komponen-komponen penyusunnya atas dasar perbedaan titik didih dengan jalan
menambahkan panas ke dalam campuran yang akan dipisahkan.Distilasi juga dapat
didefinisikan sebagai suatu proses pemisahan komponen suatu larutan berdasarkan distribusi
substansi-substansinya pada fase gas dan cair menggunakan perbedaan volatilitas dari
komponen penyusunnya yang cukup besar. Pada proses distilasi, fase uap kontak dengan fase
cair sehingga akan terjadi transfer massa dari uap ke cair dan sebaliknya. Cairan dan uap
mengandung komponen yang sama tetapi dengan jumlah atau komposisi yang berbeda.
Komponen yang lebih volatil akan lebih banyak terdapat pada fase uap, sedangkan komponen
yang kurang volatil akan lebih banyak terdapat pada fase cair.

Pada operasi distilasi fase cair berada pada titik didihnya, sedangkan fase uap berada
dalam kesetimbangan pada titik embunnya. Perpindahan massa dari fasa cair terjadi dengan
penguapan dan dari fasa uap terjadi dengan pengembunan yang berlangsung secara simultan.
Masing-masing komponen campuran umpan terdapat di dalam kedua fase itu, hanya berbeda
jumlah relatifnya.Pada larutan ideal volatilitas dapat dikaitkan langsung dengan tekanan uap
murni masing-masing.

Distilasi banyak digunakan untuk memisahkan campuran cairan agar menjadi


campuran yang lebih murni. Keuntungan pemisahan secara distilasi adalah tidak
diperlukannya komponen tambahan, sehingga tidak diperlukan komponen tambahan,
sehingga tidak diperlukan proses lebih lanjut untuk menghitung senyawa yang ditambahkan
tersebut. Alat yang diperlukan untuk operasi distilasi dapat berupa kolom berplat dengan
sieve tray atau bubble cap tray, atau dapat pula menggunakan kolom dengan bahan isian
(packing).

Faktor-faktor penting dalam merancang dan mengoperasikan kolom plat adalah jumlah plat
yang diperlukan untuk mendapatkan pemisahan yang dikehendaki, diameter kolom, kalor
yang diperlukan dalam pendidihan, kalor yang dibuang pada kondensor, jarak antar plat yang
dipilih, dan konstruksi plat.

Uap mengalir ke atas dan cairan mengalir ke bawah.Uap dan cairan kemudian
dikontakkan dalam plate atau pada permukaan bahan isian. Sebagian dari kondensat pada
kondenser dikembalikan ke atas kolom sehingga mengalir di atas feed point sedangkan
sebagian dari cairan di dasar menara diuapkan dengan reboiler dan dikembalikan sebagai uap.
Bagian di bawah feed point di mana komponen yang lebih volatil berpindah dari cairan ke
uap, disebut sesi stripping sedangkan di atas feed point, konsentrasi komponen yang lebih
volatil meningkat dan disebut sesi enriching. Sering ditemui, menara distilasi dioperasikan
dengan lebih dari satu aliran umpan masuk.

Cairan mengalir ke bawah pada permukaan bahan isian dalam bentuk lapisan tipis.Hal
ini menyebabkan terbentuknya luas permukaan cairan yang lebih besar untuk kontak dengan
gas yang mengalir dari bawah ke atas.

Bila produk atas diinginkan berupa uap, hanya sebagian dari uap yang diembunkan
sebagaireflux.Oleh karena itu, digunakan kondenser parsial.Dalam kondenser parsial, terjadi
kesetimbangan fase antara cairan dan uap sehingga dapat dianggap sebagai satu stage
seimbang.

Stage dapat didefinisikan sebagai suatu unit di mana dua fase yang berbeda
dikontakkan sehingga terjadi pemisahan (transfer massa). Dalam suatu stage ideal, dua fase
tersebut dikontakkan dengan baik dan dalam waktu cukup lama sehingga kedua fase tersebut
meninggalkan stage dalam kesetimbangan. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lama untuk
terjadinya kesetimbangan sehingga pada kenyataannya, kedua fase keluar dari
suatu stagebelum pada kesetimbangannya. Karena satu stage setimbang menggambarkan
terjadinya transfer massa maksimum yang mungkin diperoleh untuk suatu kondisi operasi,
maka dapat juga disebut sebagai theoretical plate (plate teoritis) atau plate ideal.
Gambar di bawah menunjukkan diagram neraca bahan untuk contoh umum fasilitas distilasi
kontinyu. Neraca massa untuk sistem tersebut adalah :

Neraca bahan total F=D+B

Neraca komponen F XF = D XD + B XB

Dengan mengeliminasi B dari kedua persamaan di atas, diperoleh :

D XF XB

F XD XB

Dan eliminasi D menghasilkan :

B XD XF

F XD XB

Pendingin

Hasil atas
Kolom Distilasi

Refluks
D.XD
Lo.Xo
Umpan

F.XF
Pemanas

Hasil bawah

B.XB

Gambar 1. Fasilitas destilasi secara kontinyu


Pengertian HETP

Bahan isian padat dan inert yang memiliki luas permukaan per satuan volume kolom
dapat digunakan sebagai pengganti bubble cap plate. Berapa tinggi bahan isian dalam kolom
yang bisa memberikan suatu komposisi produk pemisahan campuran tertentu harus
dievaluasi.

Suatu kolom dengan bahan isian dibagi-bagi dalam unit-unit atau satuan-satuan tinggi
bahan isian, dimana setiap satuan tinggi bahan isian mampu menghasilkan uap dan cairan
keluar dari satuan ini dalam keadaan setimbang.Menurut definisi, pada satu plat edeal, uap
dan cairan yang meninggalkan plat ideal juga pada keadaan kesetimbangan fase atau
kesetimbangan termodinamik. Berarti satu satuan unit kolom tersebut ekivalen dengan satu
plat ideal. Inilah konsep HETP. Karena itu dapat dinyatakan bahwa :

Tinggi bahan isian (Z) = jumlah plat ideal atau teoritis (N) x HETP

Tentu saja pernyataan ini berlaku untuk sesuatu operasi pemisahan tertentu, seperti kolom
isian pada operasi penyulingan, absorpsi, dan ekstraksi.

Penggunaan pernyataan HETP diperlukan, karena dapat menggantikan proses


bertingkat berlawanan arah, meskipun dari segi teoritis dipandang kurang fundamental.
HETP harus dievaluasi secara eksperimen, karena HETP berubah oleh tipe, jenis, ukuran
bahan isian, sangat dipengaruhi pula oleh kecapatan aliran kedua fluida (uap, cairan) maupun
kisaran konsentrasi.Karena itu diperlukan banyak data eksperimen.

Evaluasi Jumlah Plat Teoritis (N)

Tinggi bahan isian (Z) ditentukan oleh nilai N atau jumlah plat teoritis dan nilai
HETP. Jumlah plat teoritis N dapat dievaluasi menurut metode McGabe-Thiele (campuran
biner) atau persamaan Fenske-Underwood.

Metode McGabe-Thiele

Persyaratan :
Dalam diagram entalpi-komposisi, garis uap jenuh dan cairan jenuh keduanya berupa
garis lurus dan sejajar
Kecepatan aliran molal tetap
Panas laten penguapan mendekati tetap
Campuran biner, ideal

Untuk evaluasi jumlah plat teoritis (N) diperlukan data kesetimbangan termodinamik atau y
versus x, pada suhu tekanan operasi tertentu. Biasanya mol fraksi i dalam umpan, produk atas
dan bawah dan kondisi termal umpan diketahui.Kita masih perlu melukiskan garis-garis
operasi berikut.

Garis operasi atas :


RD XD
Yn1 Xn
RD 1 RD 1

XD

Garis operasi atas ini akan memotong sumbu y pada : RD 1

Garis q
q XF
Y X
1q 1q

q adalah panas untuk menguapkan 1 mol umpan semula menjadi uap, dibagi panas laten
penguapannya. Dari nilai q yang didapat, bisa dihitung lereng garis q yaitu -q/(1-q) sehingga
garis q dapat dilukis dengan lereng ini melalui titik umpan (ZF) di diagonal. Beberapa harga
q untuk berbagai kondisi umpan dapat diketahui sebagai berikut :

q> 1, umpan dingin

q = 1, umpan pada titik gelembung (zat cair jenuh)

0 < q < 1, umpan sebagian berwujud uap

q = 0, umpan pada titik embun (uap jenuh)

q< 0, umpan uap panas lanjut

Garis Opersasi Bawah


Lm BX B
Ym1 Xm
Lm B Lm B
Jika langsung digunakan persamaan ini kita memerlukan data panas di sekitar
reboiler.Supaya mudah, kita cari saja titik potong antara garis operasi atas dan garis q,
misalnya titik P. kemudian hubungkan titik P dengan titik XB. Jika ketiga garis tersebut
sudah dapat dilukis, maka jumlah plat teoritis dapat dievaluasi.

XD

Zf

XD

RD 1
XB

Gambar 2. Evaluasi N secara grafik

Metode Fenske-Underwood
Persyaratan :

Refluks total
Nilai sifat penguapan relatif tetap
Kecepatan aliran molal dan penguapan tetap
Jika dipakai refluks total, garis operasi atas dan bawah berimpit dengan garis diagonal, dan
jumlah plat teoritis minimal (Nm). Menurut Fenske-Underwood berikut :

avg adalah volatilitas relatif rata-rata


XD (1 = X )
log B
BD

N
XB (1 XD )
1
minbiner ideal AB
untuk campuran log
dapatavg
ditentukan dengan persamaan
o
P
dengan : A
o
AB
P
B
o
PA : tekanan uap murni zat A pada suhu tertentu

o
PB : tekanan uap murni zat B pada suhu tertentu

dalam hal ini komponen zat A adalah lebih volatil dari pada komponen zat B.

III. ALAT DAN BAHAN

1. Bahan
1. Alkohol
2. Aquadest

2. Alat
1. Rangkaian alat destilasi
2. Piknometer
7
3. Neraca analitik
4. Alat-alat gelas 3
5

4
Keterangan :

1. Pemanas listrik 3
2. Labu leher tiga
3. Thermometer
4. Kolom isian
5. Kran refluks
6. Penampung 2
destilat
7. Pendingin tegak
1

Gambar 3. Rangkaian alat percobaan

IV. CARA KERJA


1. Larutan umpan dibuat dengan konsentrasi tertentu sebanyak 500 ml.
2. Komposisi campuran biner dievaluasi dengan cara mengukur densitasnya
3. Larutan umpan sebanyak 450 mL dimasukkan labu leher tiga, kemudian didistilasi
dengan refluks total, sampai keadaan steady. Kondisi ini ditandai oleh suhu atas dan
bawah yang konstan.
4. Destilat sebanyak 2-3 ml diambil, dan penyulingan dilanjutkan, juga dengan refluks total
5. Pengambilan destilat, penyulingan dengan refluks total dilanjutkan dengan cara sama.
Suhu atas dan bawah dan waktu saat pengambilan destilat supaya dicatat.
6. Destilat dan residu diukur densitasnya dan dengan tabel densitas sehingga konsentrasi
dapat diketahui kadarnya.

V. Data Pengamatan
T aquadest = 28oC
Tinggi Packing = 20 cm

5.1 Umpan

Kadar Alkohol Massa Piknometer+Alkohol Massa Piknometer


(%) (gram) Kosong (gram)
80 13,8983 8,4955
60 14,1883 8,4955
50 14,3146 8,4955
40 14,4242 8,4955
20 14,6058 8,4955

5.2 Destilat dan Brine

Massa
Konsentrasi Massa Piknometer+Destilat Piknometer+Brine
Alkohol T destilat (oC) T brine (oC) (gram) (gram)
80% 71 81 13,5227 13,8012
60% 75 82 13,5498 14,0952
50% 75 84 13,5527 14,2076
40% 76 85 13,5561 14,3613
20% 76 90 14,3848 14,515
VI. Perhitungan

6.1 Menghitung Volume Piknometer

( +)( )
28 =

(14,7725 )(8,4955 )
0,9962365 =

= 6,301

6.2 Menghitung Densitas

Dalam perhitungan ini digunakan data alkohol 60 %

( + 60%)( )
60% =

(14,1883 )(8,4955 )
60% = 6,301

5,6928
60% = 6,301

60% = 0,9034 / (suhu 28oC)

Dengan cara dan langkah yang sama, maka didapatkan data sebagai berikut

Kadar Massa Massa Volume Densitas


Alkohol Piknometer+Alkohol Piknometer Massa Alkohol Piknometer Alkohol
(%) (gram) Kosong (gram) (gram) (mL) (gram/mL)
80 13,8983 8,4955 5,4028 6,301 0,857451198
60 14,1883 8,4955 5,6928 6,301 0,903475639
50 14,3146 8,4955 5,8191 6,301 0,923520076
40 14,4242 8,4955 5,9287 6,301 0,940914141
20 14,6058 8,4955 6,1103 6,301 0,969734963

6.3 Menghitung Densitas Destilat dan Brine

Dalam perhitungan ini digunakan data hasil alkohol 60 %


( + 60%)( )
60% =

(13,5498 )(8,4955 )
60% = 6,301

5,0543
60% = 6,301

60% = 0,802 / (suhu 75oC)

Kadar Massa Volume Densitas


Alkohol Piknometer+Destilat Massa Piknometer Piknometer Destilat
(%) (gram) Kosong (gram) Massa Destilat (gram) (mL) (gram/mL)
80 13,5227 8,4955 5,0272 6,301 0,797841612
60 13,5498 8,4955 5,0543 6,301 0,802142517
50 13,5527 8,4955 5,0572 6,301 0,802602761
40 13,5561 8,4955 5,0606 6,301 0,803142358
20 14,3848 8,4955 5,8893 6,301 0,934661165

( + 60%)( )
60% =

(14,0952 )(8,4955 )
60% = 6,301

5,5997
60% = 6,301

60% = 0,889 / (suhu 82oC)

Massa
Kadar Massa Piknometer Volume Densitas
Alkohol Piknometer+Brine Kosong Massa Brine Piknometer Brine
(%) (gram) (gram) (gram) (mL) (gram/mL)
80 13,8012 8,4955 5,3057 6,301 0,842040946
60 14,0952 8,4955 5,5997 6,301 0,888700206
50 14,2076 8,4955 5,7121 6,301 0,906538645
40 14,3613 8,4955 5,8658 6,301 0,930931598
20 14,515 8,4955 6,0195 6,301 0,955324552

6.4 Mengitung Kadar Etanol dalam Umpan

Dalam perhitungan ini digunakan data dari alkohol 60%, dari data tersebut dapat
diketahui bahwa, densitas umpannya adalah 0,9034 gram/mL

Suhu umpan diasumsikan sama dengan aquadest, yaitu 28oC.

Dari buku Perry didapatkan bahwa, hubungan suhu, kadar dan densitas alkohol adalah
sebagai berikut

T = 25oC 53% = 0,90307 gram/mL ; 52% = 0,90534 gram/mL

T = 30oC 51% = 0,90353 gram/mL ; 52% = 0,90125 gram/mL

Interpolasi kadar saat suhu 25oC

52 % 0,90534 /

52 % 0,90534 0,9034

=
x 0,9034 / 52 %53% 0,90534 0,90307

53 % 0,90307 /
X = 52,8546 %

Interpolasi kadar saat suhu 30oC

51 % 0,90353 /

51 % 0,90353 0,9034

=
x 0,9034 / 51 %52% 0,90353 0,90125

52 % 0,90125 /
X = 51,057 %
Interpolasi kadar saat suhu 28oC

52,8546%
25oC
250 28 52,8546%%
= 52,8546%51,057%
25 30
28oC %

30oC 51,057% X = 51,776 %

Jadi, kadar etanol dalam umpan saat suhu 28oC adalah sebesar 51,776%.

Dengan langkah dan cara yang sama maka didapatkan data seperti pada tabel berikut

Konsentrasi Kadar Umpan Konsentrasi Kadar Destilat Konsentrasi Kadar Brine


Alkohol (%) Alkohol (%) Alkohol (%)
80% 71,39452356 80% 94,7992402 80% 77,74165474
60% 51,78 60% 93 60% 59,08
50% 41,59717387 50% 92,96 50% 50,78482241
40% 34,18652546 40% 91,77 40% 39,17610722
20% 17,01313655 20% 37,34989696 20% 26,27771391

6.5 Menghitung Fraksi Mol

Umpan (digunakan data alkohol 60%)

kadar% . Vpikno . umpan


Mretanol
=
kadar % . Vpikno . umpan (1 % etanol) . Vumpan . air
( )+( )
Mretanol Mrair
51,776 % .6,301 ml . 0,9034 g/ml
= 46
89,21 % .6,301 ml . 0,9034 g/ml (1 89,21 %) .6,301 ml . 0,9962365 g/ml
( )+( )
46 18
= 0,276

Dengan cara yang sama, dengan data yang berbeda didapat data seperti pada tabel berikut
Konsentrasi Kadar Destilat fraksi mol fraksi mol
Alkohol (%) mol etanol mol air etanol (Xd) air
80% 0,947992402 0,103603204 0,018137032 0,85101859 0,14898141
60% 0,93 0,102184761 0,024411669 0,807169376 0,192830624
50% 0,9296 0,102199416 0,024551164 0,806303341 0,193696659
40% 0,9177 0,10095897 0,028701147 0,77864321 0,22135679
20% 0,37349897 0,047818424 0,218484792 0,179563823 0,820436177

Konsentrasi Kadar Brine fraksi mol fraksi mol


Alkohol (%) mol etanol mol air etanol (Xb) air
80% 0,777416547 0,084961488 0,077623335 0,522567153 0,477432847
60% 0,5908 0,064914792 0,142703639 0,312663918 0,687336082
50% 0,507848224 0,055832392 0,171632086 0,245455434 0,754544566
40% 0,391761072 0,043098828 0,212116101 0,168872675 0,831127325
20% 0,262777139 0,0336429 0,257097716 0,115714483 0,884285517

6.6 Menghitung Volatilitas

Dari buku Perry dapat diketahui bahwa hubungan suhu dengan tekanan uap murni
pada etanol dan air adalah sebagai berikut:

Etanol 63,5oC = 400 mmHg ; 78,4oC = 760 mmHg

5044
Air 75oC . Po = (20,438+273) = 322,21 mmHg

Interpolasi tekanan uap etanol 75oC

63,5 OC 400
63,50 75 400
= 400 760
75 OC 63,5 78,4

78,4 OC 760 X = 677,85 mmHg

Dengan langkah dan cara yang sama, didapat data sebagai berikut
Konsentrasi P alkohol
Alkohol T destilat (oC) (mmHg)
80% 71 581,21
60% 75 677,85
50% 75 677,85
40% 76 702,01
20% 76 702,01

Konsentrasi
Alkohol T destilat (oC) P air (mmHg)
80% 71 322,2118674
60% 75 381,3612644
50% 75 381,3612644
40% 76 397,532995
20% 76 397,532995

60%
=

677,85
=
381,361

= 1,77

Dengan langkah dan cara yang sama maka didapatkan data sebagai berikut

Konsentrasi P alkohol
Alkohol T destilat (oC) (mmHg) P air (mmHg) Alpha ab
80% 71 581,21 322,2118674 1,803813139
60% 75 677,85 381,3612644 1,777448481
50% 75 677,85 381,3612644 1,777448481
40% 76 702,01 397,532995 1,765916311
20% 76 702,01 397,532995 1,765916311

6.7 Menghitung HETP


0,807(1 0,313)
[ ]
0,313(1 0,807 )
= 1
log(1,78)

= 2,859

20
=
2,859

= 11,1 cm

Jadi, kesetaraan HETP adalah 11,1 cm

Dengan langkah dan cara yang sama maka didapat data seperti pada tabel berikut

Konsentrasi fraksi mol etanol fraksi mol etanol


Alkohol destilat brine Alpha ab N min HETP (cm)
80% 0,85101859 0,522567153 1,803813 1,80094 11,10531154
60% 0,807169376 0,312663918 1,777448 2,858653 6,996301905
50% 0,806303341 0,245455434 1,777448 3,431953 5,82758621
40% 0,77864321 0,168872675 1,765916 4,014185 4,982331568
-
20% 0,179563823 0,115714483 1,765916 -0,09552 209,3740231
VII. Pembahasan
Dalam praktikum ini dibahas mengenai high equivalent of theoretical plate.
Dimana tinggi packing yang dilewati fluida untuk melakukan proses enrichment
dan reflux, diasumsikan sama dengan perbandingan tinggi plate yang digunakan
dalam destilasi bertingkat. Larutan alkohol (ethanol) dibuat dengan lima variasi,
yaitu 20%;40%;50%;60% dan 80%. Dibuat dengan lima variasi bertujuan untuk
membuat kurva kesetimbangan dan membandingkan HETP yang dihasilkan dari
variasi lima larutan tersebut.
Perhitungan HETP, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Mc-Gabe Thiele
dan Fenske Underwood. Dalam praktikum ini saat dilakukan perhitungan dengan
metode Mc-Gabe Thiele, kurva kesetimbangannya melengkung tidak beraturan
atau hampir tidak setengah lingkaran. Hal ini dapat terjadi karena saat fluida
melewati kolom packing, dalam proses tersebut telah mengalami enrichment,
sehingga destilat yang terjadi dari sistem tersebut kondisi tidak setimbang lagi
karena pemisahan antara etanol dan air sempurna. Sehingga, perhitungan yang
digunakan adalah metode Fenske Underwood. Syarat dari metode Fenske
Underwood adalah reflux total, sehingga setelah destilat dan brine diambil untuk
dihitung densitasnya harus dikembalikan ke dalam larutan sebelumnya. Namun,
dalam praktikum ini tidak dilakukan destilasi kembali setelah destilat dan brine
dikembalikan ke larutan semula, tetapi disimpan dalam larutan tersebut, jadi dapat
diasumsikan telah terjadi reflux total.
Berdasarkan perhitungan, nilai Xb dan Xd lebih besar daripada nilai Xf. Hal ini
dapat disebabkan karena saat penimbangan destilat dan brine dengan piknometer
masih dalam kondisi panas. Seharusnya, penimbangan destilat dan brine
dilakukan saat keduanya mencapai suhu kamar atau sama dengan suhu umpan
yaitu 28oC agar selisih perbedaannya tidak signifikan. Hal lain yang harus
diperhatikan adalah rangkaian alat percobaan. Rangkaian alat percobaan
diusahakan terpasang rapat agar uap dari etanol tidak menguap yang dapat
memengaruhi hasil destilasi.
Jumlah HETP yang didapat, semakin tinggi konsentrasinya, maka HETP
semakin tinggi. Hal ini dikarenakan dalam larutan alkohol (etanol) yang
berkonsentrasi tinggi pemisahan antara etanol dan air saat melewati kolom
packing lebih banyak. Sehingga, kadar destilatnya semakin tinggi pula. Hubungan
antara umpan dan destilat dapat diasumsikan berbanding lurus, dimana jika
diinginkan hasil destilat lebih besar kadarnya, maka kadar umpannya harus tinggi
pula. Namun, ada HETP yang bernilai minus, hal ini kemungkinan dikarenakan
oleh fraksi mol etanol lebih sedikit dibandingkan air.

VIII. Kesimpulan
1. Nilai HETP yang didapat dalam praktikum ini adalah

Konsentrasi Alkohol HETP (cm)


80% 11,10531154
60% 6,996301905
50% 5,82758621
40% 4,982331568
20% -209,3740231
2. HETP yang bernilai minus kemungkinan dikarenakan oleh fraksi mol etanol
lebih sedikit dibandingkan air.
3. Semakin tinggi konsentrasi, HETP semakin tinggi (berdasarkan perhitungan)

IX. Daftar Pustaka


Putra, Sugili. 2016. Petunjuk Praktikum OTK II: HETP. Yogyakarta : STTN-
BATAN
Perry, Robert H.,Green, Don W.1999.Perry Chemical Engineers Handbook.
California: Mc-Graw Hill Companies

Yogyakarta, 21 Maret 2016


Pembimbing Praktikan

Sugili Putra, S.T, M.Sc Naufal Alif Syarifuddin

Anda mungkin juga menyukai