GREENHOUSE
(Laporan Dasar-Dasar Teknik Irigasi)
Oleh :
Kelompok 1
Andri Anggawa 1414071010
M. Teguh Angga S. 1414071058
Nana Aprilliana 1414071064
Rendy Wahyu 1414071078
Siti Anisa 1414071092
Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea maysL., adalah salah
satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika.
Orang-orang Eropa yang datang ke Amerika membawa benih jagung tersebut ke
negaranya. Melalui Eropa tanaman jagung terus menyebar ke Asia dan Afrika.
Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang Portugis dibawa ke
Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah lainnya di Asia termasuk Indonesia
Faktor iklim memiliki peran yang sangat penting dan vital dalam budidaya
tanaman jagung, terutama di Indonesia. Berdasarkan umur tanaman jagung dibadi
menjadi 3 jenis yaitu a) Jagung berumur pendek, dimana umur tanaman antara 75-
90 hari, b) jagung berumur sedang yaitu umur tanaman 90-120 hari, c) jagung
berumur panjang dengan umur tanaman lebih dari 120 hari. Tanaman jagung
memiliki syarat tumbuh yang tidak jauh berbeda dengan tanaman serealia lainnya.
Berdasarkan iklimya tanaman jagung menghendaki iklim sedang hingga iklim sub
tropis atau tropis basah. Jagung dapat tumbuh pada daerah 0-5 derajat LU hingga
0-40 derajat LS. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki tanaman jagung adalah
100-200 mm per bulan atau 1200-2400 mm per tahun. Suhu yang dikehendaki
tanaman jagung antara 21-34 0C dan suhu idealnya adalah antara 23-27 0C. media
tanam yang cocok untuk tanaman jagung adalah tanah yang subur, gembur, cukup
mengandung bahan organik. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung adalah tanah
andosol, tanah berpasir, dan latosol dengan keasaman tanah pada pH 5-6 hingga 7-
5. Sedangkan pada kesesuaian lahannya tanaman jagung dapat ditanaman pada
lahan dengan tingkat kemiringan sekitar 8%. Ketinggian tempat menjadi hal
penting yang harus diperhatikan oleh petani, dimana tanaman jagung dapat
tumbuh pada dataran rendah hingga pegunungan yang memiliki ketinggian antara
1000 1800 Mdpl dimana pada ketinggian 0 600 merupakan tinggi tempat yang
baik bagi tanaman jagung. Maka dari itu pengetahuan tentang manajemen
pertanian tanaman jagung sangat penting untuk dipelajari.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh beberapa fraksi penipisan air tanah terhadap
pertumbuhan tanaman jagung
2. Untuk mengetahui interaksi fraksi penipisan air tanah tersedia (p) pada
berbagai fase tumbuh terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan air
tanaman kedelai
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-
bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman
pangan yang penting, selain gandum dan padi. Tanaman jagung berasal dari Amerika
yang tersebar ke Asia dan Afrika, melalui kegiatan bisnis orang Eropa ke Amerika.
Pada abad ke-16 orang portugal menyerbarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia.
Jagung oleh orang Belanda dinamakan main dan oleh orang Inggris
Secara umum, jagung memiliki kandungan gizi dan vitamin. Di antaranya kalori,
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, dan mengandung banyak vitamin.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotiledon
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
Pada waktu pengolahan lahan, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah, tetapi
cukup lembab hingga mudah dikerjakan, sampai tanah cukup gembur. Tanah berpasir
atau tanah ringan tidak banyak memerlukan pengerjaan tanah. Pada tanah berat
dengan kelebihan air, perlu dibuat (drainase) pembuatan saluran dan pembubunan
yang tepat dapat menghindarkan terjadinya genangan air (Poehlman, 1959).
2.2.1 Akar.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa
muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu
menyangga tegaknya tanaman.
2.2.3 Daun
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan
helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan
daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk
halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel-sel
epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada selsel daun.
2.2.4 Bunga
Jagung memiliki bunga jantandan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina
tersusun dalam tongkol.
2.2.5 Tongkol
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu
tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik.
Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada
bunga betinanya protandri.
2.3.1 Iklim
Iklim sedang hingga daerah beriklim basah. Pada lahan tidak beririgasi, curah hujan
ideal 85-200 mm/bulan dan harus merata. Sinar matahari cukup dan tidak ternaungi
Suhu 21-340C, optimum 23-270C. Perkecambahan benih memerlukan suhu 300C.
2.3.2 Tanah
Tanah gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol, grumosol, dan
tanah berpasir. Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah yang baik. Tanah
terbaik bertekstur lempung/liat berdebu. pH tanah 5,6 7,5. Aerasi dan ketersediaan
air dalam kondisi baik. Kemiringan 8%, lahan miring > 8%, perlu di teras. Tinggi
tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl (Sukarsono, 2003).
III. METODOLOGI
Dari hasil praktikum yang telah diakukan selama satu minggu didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 1 Pengukuran Kadar Air
Hasil Pengukuran Bobot C1 ( gram) C2 ( gram) C3 ( gram)
Cawan+ sampel tanah 28,70 29,72 25,04
( Sebelum oven)
Cawan+ sampel tanah 27,90 20,83 24,00
( Setelah oven)
IV.2 Pembahasan
Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan
untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET-tanaman) tanaman yang
sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak
mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai
potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu.
Cekaman air merupakan kondisi dimana kadar air tanah berada pada kondisi yang
minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut (Gardner and Mitcel,
1991) pengaruh cekaman kekeringan pada stadia vegetatif dapat mengurangi laju
fotosintesis, laju pelebaran daun dan layu pada tingkat perkembangan
berikutnya.Cekaman air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang
mengurangi pengambilan karbondioksida dan produksi berat kering yang biasanya
mengakibatkan tanaman menggugurkan daunnya. Pada awalnya laju penyerapan air
pada akar tanaman akan menurun. Ketidak seimbangan antara penyerapan air oleh
akar dengan laju transpirasi menyebabkan tanaman layu. Tanaman akan menghindar
dari kehilangan air secara cepat dengan cara penutupan stomata. Penutupan stomata
daun akan berakibat terhambatnya pertukaran CO2 dan O2 dari jaringan tanaman
dengan atmosfir. Selain itu juga akan menghambat pertumbuhan dan penyerapan
hara. Hal tersebut mengakibatkan tanaman kedelai mengurangi aktifitas
metabolismenya sebagai mekanisme tanaman untuk menghindar dari cekaman
kekeringan dan mempersiapkan pertumbuhan selanjutnya bila air sudah cukup
tersedia (Liu, Jensen and Andersen, 2003).
Cekaman kekeringan pada tanaman kedelai yang terjadi pada awal phase
pertumbuhan vegetatif menekan tinggi tanaman sebesar 21% dibanding tinggi
tanaman cekaman pada phase generatif (51-70 hst). Sedangkan cekaman kekeringan
pada phase generatif menghasilkan tinggi tanaman yang sama dengan tanaman yang
memperoleh pengairan penuh/optimal selama pertumbuhan. Pada sisi lain cekaman
kekeringan pada phase generatif menurunkan jumlah polong isi sebesar 50% yaitu
lebih tinggi dibanding bila cekaman terjadi pada phase vegetatif (0-25 hst) yaitu
hanya 22% dan menjadi 35% apabila terjadi cekaman pada umur 26-50 hst. Ini
membuktikan bahwa cekaman kekeringan pada saat proses pembentukan bunga akan
mengurangi jumlah bunga yang terbentuk sehingga jumlah polong juga akan
berkurang secara nyata (Riwanoja, Suhartina dan Adisrwanto, 2006).
(2). Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh
koefisien tanaman (kc) yang menyatakan hubungan antara ETo dan ET tanaman
(ETtanaman = kc . ETo). Nilai-nilai kc beragam dengan jenis tanaman, fase
pertumbuhan tanaman, musim pertumbuhan, dan kondisi cuaca yang ada.
(3). Pengaruh kondisi lokal dan praktik pertanian terhadap kebutuhan air tanaman,
termasuk variasi lokal cuaca, tinggi tempat, ukuran petak lahan, adveksi angin,
ketersediaan lengas lahan, salinitas, metode irigasi dan kultivasi tanaman. Beberapa
pendekatan dapat digunakan untuk perencanaan pemanfaatan sumberdaya air secara
optimal dalam sistem produksi pertanian. Informasi pokok yang diperlukan adalah
mengenai sumberdaya air, lahan dan tanaman.Khusus dalam kaitannya dengan
pekarangan, maka informasi yang diperlukan adalah sumberdaya air (air hujan, air
tanah dan air irigasi permukaan), sifat dari ciri tanah, dan syarat tumbuh berbagai
tanaman pekarangan.
V. KESIMPULAN
LAMPIRAN
Pengovenan sampel tanah Proses penimbangan