Anda di halaman 1dari 17

FASE PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG DI DALAM

GREENHOUSE
(Laporan Dasar-Dasar Teknik Irigasi)

Oleh :

Kelompok 1
Andri Anggawa 1414071010
M. Teguh Angga S. 1414071058
Nana Aprilliana 1414071064
Rendy Wahyu 1414071078
Siti Anisa 1414071092

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea maysL., adalah salah
satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika.
Orang-orang Eropa yang datang ke Amerika membawa benih jagung tersebut ke
negaranya. Melalui Eropa tanaman jagung terus menyebar ke Asia dan Afrika.
Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang Portugis dibawa ke
Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah lainnya di Asia termasuk Indonesia

Peningkatan jumlah penduduk memiliki peran penting yang melatar belakangi


semakin meningkatnya permintaan akan produski jagung, dengna jumlah
penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan produksi jagung nasional
menyebabkan dilakukannya impor bahan baku jagung. Peralihan lahan menjadi
lahan non pertanian memicu semakin melemahnya produksi jagung di Indonesia
saat ini. Selain komoditas jagung sebagai bahan baku industri domestik semakin
meningkat dengan semakin banyaknya industri makanan ternak, industri minyak
jagung dan produksi ethanol. Berbagai jenis jagung telah ditanaman di Indonesia
untuk mendukung pemenuhan bahan baku berbahan dasar jagung. Jenis jagung
yang ada antara lain jagung hibrida, jagung manis, dan jagung jenis pop corn.
Tanaman jagung termasuk dalam tanaman C4 dimana jenis tanaman ini tidak
menghendaki adanya naungan, artinya tanaman jagung menghendaki penyinaran
sehari penuh. Manfaat jagung dapat berguna dalam berbagai kehidupan manusia
diamana jagung memilik kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi dan
sangat baik dijadikan bahan pengganti bahan baku beras (nasi). Sentra jagung di
Indonesia terdapat pada daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Yogyakarta, Sulawesi selatan, Sulawesi utara, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku.
Meskipun demikian namun pada fakta yang ada di lapangan bawha petani
dihadapkan pada berbagai kendala dalam teknis budidaya tanaman jagung.
Berbagai kendala tidak dapat dihindari. Kendala tersebut mencakup hubungannya
faktor biotik dan abiotik yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain.

Faktor iklim memiliki peran yang sangat penting dan vital dalam budidaya
tanaman jagung, terutama di Indonesia. Berdasarkan umur tanaman jagung dibadi
menjadi 3 jenis yaitu a) Jagung berumur pendek, dimana umur tanaman antara 75-
90 hari, b) jagung berumur sedang yaitu umur tanaman 90-120 hari, c) jagung
berumur panjang dengan umur tanaman lebih dari 120 hari. Tanaman jagung
memiliki syarat tumbuh yang tidak jauh berbeda dengan tanaman serealia lainnya.
Berdasarkan iklimya tanaman jagung menghendaki iklim sedang hingga iklim sub
tropis atau tropis basah. Jagung dapat tumbuh pada daerah 0-5 derajat LU hingga
0-40 derajat LS. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki tanaman jagung adalah
100-200 mm per bulan atau 1200-2400 mm per tahun. Suhu yang dikehendaki
tanaman jagung antara 21-34 0C dan suhu idealnya adalah antara 23-27 0C. media
tanam yang cocok untuk tanaman jagung adalah tanah yang subur, gembur, cukup
mengandung bahan organik. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung adalah tanah
andosol, tanah berpasir, dan latosol dengan keasaman tanah pada pH 5-6 hingga 7-
5. Sedangkan pada kesesuaian lahannya tanaman jagung dapat ditanaman pada
lahan dengan tingkat kemiringan sekitar 8%. Ketinggian tempat menjadi hal
penting yang harus diperhatikan oleh petani, dimana tanaman jagung dapat
tumbuh pada dataran rendah hingga pegunungan yang memiliki ketinggian antara
1000 1800 Mdpl dimana pada ketinggian 0 600 merupakan tinggi tempat yang
baik bagi tanaman jagung. Maka dari itu pengetahuan tentang manajemen
pertanian tanaman jagung sangat penting untuk dipelajari.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh beberapa fraksi penipisan air tanah terhadap
pertumbuhan tanaman jagung
2. Untuk mengetahui interaksi fraksi penipisan air tanah tersedia (p) pada
berbagai fase tumbuh terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan air
tanaman kedelai
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Taksonomi tanaman jagung

Tanaman jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-
bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman
pangan yang penting, selain gandum dan padi. Tanaman jagung berasal dari Amerika
yang tersebar ke Asia dan Afrika, melalui kegiatan bisnis orang Eropa ke Amerika.
Pada abad ke-16 orang portugal menyerbarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia.
Jagung oleh orang Belanda dinamakan main dan oleh orang Inggris

Secara umum, jagung memiliki kandungan gizi dan vitamin. Di antaranya kalori,
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, dan mengandung banyak vitamin.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotiledon
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L

Pembuatan bedengan dilakukan setelah tanah diolah. Bedengan dilengkapi dengan


saluran pembuangan air. Ukuran bedengan adalah lebar 1-1,2 meter. Panjang 3-5
meter, dan tinggi 15-20 cm antara dua bedeng, dibuat parit untuk memasukkan dan
mengalirkan air ke tempat penanaman (Yudiwanti, 2010).
Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik
maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak
tercampur benih lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit).
Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat.

Pada waktu pengolahan lahan, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah, tetapi
cukup lembab hingga mudah dikerjakan, sampai tanah cukup gembur. Tanah berpasir
atau tanah ringan tidak banyak memerlukan pengerjaan tanah. Pada tanah berat
dengan kelebihan air, perlu dibuat (drainase) pembuatan saluran dan pembubunan
yang tepat dapat menghindarkan terjadinya genangan air (Poehlman, 1959).

II.2 Morfologi tanman jagung

2.2.1 Akar.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa
muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu
menyangga tegaknya tanaman.

2.2.2 Batang jagung


Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat
sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah
daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung lignin.

2.2.3 Daun
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan
helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan
daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk
halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel-sel
epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada selsel daun.

2.2.4 Bunga
Jagung memiliki bunga jantandan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina
tersusun dalam tongkol.

2.2.5 Tongkol
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu
tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik.
Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada
bunga betinanya protandri.

2.3 Syarat tumbuh tanaman jagung

2.3.1 Iklim
Iklim sedang hingga daerah beriklim basah. Pada lahan tidak beririgasi, curah hujan
ideal 85-200 mm/bulan dan harus merata. Sinar matahari cukup dan tidak ternaungi
Suhu 21-340C, optimum 23-270C. Perkecambahan benih memerlukan suhu 300C.
2.3.2 Tanah
Tanah gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol, grumosol, dan
tanah berpasir. Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah yang baik. Tanah
terbaik bertekstur lempung/liat berdebu. pH tanah 5,6 7,5. Aerasi dan ketersediaan
air dalam kondisi baik. Kemiringan 8%, lahan miring > 8%, perlu di teras. Tinggi
tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl (Sukarsono, 2003).
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan mulai tanggal 4 April 2017 sampai tanggal 11 April 2017 di
Laboratorium Lapangan Terpadu dan Greenhouse Jurusan Teknik Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 6 buah ember, cangkul,
karung, timbangan, ayakan, cawan, oven, gelas ukur, alat tulis, Ombrometer,
Lisimeter, dan kamera.Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
benih jagung, pupuk, air, dan tanah.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu:
1. Persiapan alat dan bahan praktikum yang akan digunakan.
2. Pengolahan tanah di Laboratorium Lapangan Terpadu.
3. Pengambilan tanah yang akan digunakan sebagai media tanam.
4. Penjemuran tanah untuk mendapatkan tanah kering udara.
5. Pengayakan tanah
6. Pengambilan sampel tanah sebanyak 10gr kemudian dioven selama 24 jam
pada suhu 120oC untuk menghitung kadar air tanah yang telah di jemur.
7. Ditimbang berat cawan.
8. Penimbangan ember.
9. Masukkan tanah pada masing masing ember kemudian ditimbang.
10. Menghitung dan menentukan batas atas dan batas bawah kadar air tanah pada
ember 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.
11. Lakukan pengkondisian penambahan air pada tanah hingga batas atas (fc) pada
masing-masing ember.
12. Proses penanaman benih jagung masing-masing sebanyak 5 buah pada ember 1
sampai ember 5, dan ember 6 ditanami rumput sebagai kontrol.
13. Lakukan penyiraman setiap hari sesuai kebutuhan air tanaman.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil

Dari hasil praktikum yang telah diakukan selama satu minggu didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 1 Pengukuran Kadar Air
Hasil Pengukuran Bobot C1 ( gram) C2 ( gram) C3 ( gram)
Cawan+ sampel tanah 28,70 29,72 25,04
( Sebelum oven)
Cawan+ sampel tanah 27,90 20,83 24,00
( Setelah oven)

Selasa, 4 April 2017


Perlakuan
KAT 1 KAT 2 KAT 3 KAT 4 KAT 5 KAT 6
Batas Atas 9153 9042 8922 8821 8700 8600
Batas Bawah 8990 8590 8607 8570 8420 8370
Penambahan Air 163 452 315 251 280 230

Rabu, 5 April 2017


Perlakuan
KAT 1 KAT 2 KAT 3 KAT 4 KAT 5 KAT 6
Batas Atas 9153 9042 8922 8821 8700 8600
Batas Bawah 9010 8791 8660 8550 8450 8430
Penambahan Air 143 251 261 271 250 170

Kamis, 6 April 2017


Perlakuan
KAT 1 KAT 2 KAT 3 KAT 4 KAT 5 KAT 6
Batas Atas 9153 9042 8922 8821 8700 8600
Batas Bawah 8990 8872 8700 8620 8470 8420
Penambahan Air 163 170 222 201 230 180

Jumat, 7 April 2017


Perlakuan
KAT 1 KAT 2 KAT 3 KAT 4 KAT 5 KAT 6
Batas Atas 9153 9042 8922 8821 8700 8600
Batas Bawah 9000 8953 8760 8680 8590 8460
Penambahan Air 153 89 162 141 110 140

Sabtu, 8 April 2017


Perlakuan
KAT 1 KAT 2 KAT 3 KAT 4 KAT 5 KAT 6
Batas Atas 9153 9042 8922 8821 8700 8600
Batas Bawah 8950 8920 8740 8640 8570 8440
Penambahan Air 203 122 181 181 130 160

Minggu, 9 April 2017


Perlakuan
KAT 1 KAT 2 KAT 3 KAT 4 KAT 5 KAT 6
Batas Atas 9153 9042 8922 8821 8700 8600
Batas Bawah 8978 8899 8744 8603 8553 8438
Penambahan Air 175 143 178 218 147 162

Senin, 10 April 2017


Perlakuan
KAT 1 KAT 2 KAT 3 KAT 4 KAT 5 KAT 6
Batas Atas 9153 9042 8922 8821 8700 8600
Batas Bawah 8985 8886 8788 8623 8574 8446
Penambahan Air 168 156 134 198 126 154

Selasa, 11 April 2017


Perlakuan
KAT 1 KAT 2 KAT 3 KAT 4 KAT 5 KAT 6
Batas Atas 9153 9042 8922 8821 8700 8600
Batas Bawah 8940 8860 8740 8660 8540 8440
Penambahan Air 213 182 182 161 160 160

IV.2 Pembahasan

Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan
untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET-tanaman) tanaman yang
sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak
mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai
potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu.

Cekaman air merupakan kondisi dimana kadar air tanah berada pada kondisi yang
minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut (Gardner and Mitcel,
1991) pengaruh cekaman kekeringan pada stadia vegetatif dapat mengurangi laju
fotosintesis, laju pelebaran daun dan layu pada tingkat perkembangan
berikutnya.Cekaman air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang
mengurangi pengambilan karbondioksida dan produksi berat kering yang biasanya
mengakibatkan tanaman menggugurkan daunnya. Pada awalnya laju penyerapan air
pada akar tanaman akan menurun. Ketidak seimbangan antara penyerapan air oleh
akar dengan laju transpirasi menyebabkan tanaman layu. Tanaman akan menghindar
dari kehilangan air secara cepat dengan cara penutupan stomata. Penutupan stomata
daun akan berakibat terhambatnya pertukaran CO2 dan O2 dari jaringan tanaman
dengan atmosfir. Selain itu juga akan menghambat pertumbuhan dan penyerapan
hara. Hal tersebut mengakibatkan tanaman kedelai mengurangi aktifitas
metabolismenya sebagai mekanisme tanaman untuk menghindar dari cekaman
kekeringan dan mempersiapkan pertumbuhan selanjutnya bila air sudah cukup
tersedia (Liu, Jensen and Andersen, 2003).

Cekaman kekeringan pada tanaman kedelai yang terjadi pada awal phase
pertumbuhan vegetatif menekan tinggi tanaman sebesar 21% dibanding tinggi
tanaman cekaman pada phase generatif (51-70 hst). Sedangkan cekaman kekeringan
pada phase generatif menghasilkan tinggi tanaman yang sama dengan tanaman yang
memperoleh pengairan penuh/optimal selama pertumbuhan. Pada sisi lain cekaman
kekeringan pada phase generatif menurunkan jumlah polong isi sebesar 50% yaitu
lebih tinggi dibanding bila cekaman terjadi pada phase vegetatif (0-25 hst) yaitu
hanya 22% dan menjadi 35% apabila terjadi cekaman pada umur 26-50 hst. Ini
membuktikan bahwa cekaman kekeringan pada saat proses pembentukan bunga akan
mengurangi jumlah bunga yang terbentuk sehingga jumlah polong juga akan
berkurang secara nyata (Riwanoja, Suhartina dan Adisrwanto, 2006).

Untuk menghitung ET tanaman direkomendasikan suatu prosedur tiga tahap, yaitu:


(1). Pengaruh iklim terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh ETo
(evapotranspirasi tanaman referensi), yaitu laju evapotranspirasi dari permukaan
berumput luas setinggi 8-15 cm, rumput hijau yang tingginya seragam, tumbuh aktif,
secara lengkap menaungi permukaan tanah dan tidak kekurangan air. Empat metode
yang dapat digunakan adalah Blaney-Criddle, Radiasi, Penman dan Evaporasi
Panci, dimodifikasi untuk menghitung ETo dengan menggunakan data iklim harian
selama periode 10 atau 30 hari.

(2). Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh
koefisien tanaman (kc) yang menyatakan hubungan antara ETo dan ET tanaman
(ETtanaman = kc . ETo). Nilai-nilai kc beragam dengan jenis tanaman, fase
pertumbuhan tanaman, musim pertumbuhan, dan kondisi cuaca yang ada.

(3). Pengaruh kondisi lokal dan praktik pertanian terhadap kebutuhan air tanaman,
termasuk variasi lokal cuaca, tinggi tempat, ukuran petak lahan, adveksi angin,
ketersediaan lengas lahan, salinitas, metode irigasi dan kultivasi tanaman. Beberapa
pendekatan dapat digunakan untuk perencanaan pemanfaatan sumberdaya air secara
optimal dalam sistem produksi pertanian. Informasi pokok yang diperlukan adalah
mengenai sumberdaya air, lahan dan tanaman.Khusus dalam kaitannya dengan
pekarangan, maka informasi yang diperlukan adalah sumberdaya air (air hujan, air
tanah dan air irigasi permukaan), sifat dari ciri tanah, dan syarat tumbuh berbagai
tanaman pekarangan.
V. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Untuk mengetahui interaksi fraksi penipisan air tanah tersedia (p) pada
berbagai fase tumbuh terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan air
tanaman jagung Cekaman air pada perlakuan sangat berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman, meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong
dan parameter lainnya.
2. Pengendalian lingkungan sangat penting dilakukan dalam praktikum ini,
terutama perlindungan dari hama dan penyakit tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Ditia, Anna. 2016. Pengaruh Fraksi Penipisan (P) Air Tanah


Tersedia
Pada Berbagai Fase Tumbuh Terhadap Pertumbuhan,
Hasil,Dan Efisiensi Penggunaan Air Tanaman Kedelai
(Glycine Max [L] Merr.). Skripsi Teknik Pertanian.
Universitas Lampung.

Poehlman,F.P., Pearce, dan Mitchell, R.L. 1959. Fisiologi Tanaman Budidaya.


Jakarta: UI Press. Goldworsty dan Fisher.

Yudiawati, J.2010.Hubungan Tanah, Air dan Tanaman.IKIP :


Semarang Press.Semarang.242 hlm.

Sukarsono, H.1962.Upaya Menekan Kehilangan Hasil


Akibat Cekaman Kekeringan pada Kedelai di Lahan Sawah. Lap Balitkabi.
Malang.

LAMPIRAN
Pengovenan sampel tanah Proses penimbangan

Petak percobaan Proses penanaman

Proses penyiraman Proses pemilihan benih

Anda mungkin juga menyukai