Anda di halaman 1dari 2

Oleh : dr.Billy M.

Ramdani

Gastritis erosif atau stress ulcer biasanya terjadi akibat hipersekresi asam
lambung dan terjadinya iskemia mukosa akibat tekanan fisiologik. Pada
pasien dengan resiko tinggi, harus dilakukan profilaksis secara rutin untuk
menghindari kerusakan mukosa lebih lanjut.
Gastritis erosif adalah erosi superfisial pada mukosa lambung yang terjadi
akibat dari stres fisiologis penderita. Biasanya gastritis erosif lebih umum
terjadi pada fundus gaster. Dari beberapa pendapat menyebutkan penyebab
gastritis erosif adalah lebih dominannya faktor agresif (HCl, pepsin dan asam
ampedu) dibandingkan faktor defensif.

Faktor defensif lambung meliputi :

Mukus lambung yang terdiri dari glikoprotein untuk melindungi mukosa


lambung terhadap bahan yang keras sehingga tidak terjadi perusakan
mukosa.
Barrier mukosa. Normalnya mukosa lambung mengalami regenerasi setiap 1-2
hari. Jika regenerasi sel terganggu maka pertahanan lambung juga akan
terganggu.
Bikarbonat, berfungsi untuk menetralisasi ion H+ yang masuk menembus
mukus
Aliran darah lambung. Sirkulasi darah dalam mukosa harus mencukupi untuk
menjamin nutrisi (O2 dan glukosa) dan menyingkirkan asam yang terlalu
banyak didalam sel.

Prostaglandin, berperanan dalam menjaga faktor defensif, yaitu merangsang


terbentuknya mukus, ion bikarbonat, menjaga aliran darah yang cukup, dan
regenerasi sel-sel mukosa.
Stres fisiologis juga dapat meningkatkan asam lambung sampai pH-nya <3,5.
Pada keadaan pH yang rendah tersebut, pepsin menjadi aktif dan terjadi difusi
balik ion H+ menembus barier mukosa sehingga menyebabkan erosi mukosa.
Gejala dari gatritis erosif sangat bervariasi, namun timbulnya gejala berikut
umumnya dapat mendukung penegakkan diagnosis seperti mual dan muntah
yang diinduksi konsumsi kopi, melena; pada kasus ekstrim dapat terjadi
hematemesis (muntah darah) dan orthostasis.
Keadaan yang dapat terjadi meningkatkan faktor resiko terjadinya gastritis
erosif adalah pasien-pasien dengan luka bakar masif, cedera kepala yang
diasosiasikan dengan kenaikan tekanan intrakranial, sepsis, trauma berat dan
kegagalan multipel sistem organ.
Pemeriksaan endoskopi merupakan gold standar dalam menegakkan
diagnosis gastritis erosif.

Menurut penelitian, stres memiliki pengaruh negatif terhadap saluran cerna


antara lain menyebabkan luka (ulcer) pada pencernaan termasuk lambung.
Mekanisme terjadinya ulcer atau luka pada lambung akibat stres adalah
melalui penurunan produksi mukus pada dinding lambung.

Keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari pada sebagian orang. Oleh
karena itu, pengendaliannya harus dilakukan secara efektif dengan cara diet
sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan
relaksasi yang cukup.

Beberapa regimen profilaksis gastritis erosif yang sering digunakan adalah :

Antasida (Natrium bikarbonat, calsium karbonat) fungsinya menetralkan asam


lambung dengan meningkatkan pH isi lambung
H2 Blocker (Cimetidin, Famotidin, Ranitidin) fungsinya menduduki reseptor
yang seharusnya diduduki oleh histamin
PPI/Proton Pump Inhibitor (Omeprazole, Lansoprazole) fungsinya menghambat
kerja dari enzim H-K ATP ase
Mucosal Protective agent (Fucoidan, Sukralfat) fungsinya membentuk gel
yang akan melekat erat pada mukosa lambung
Sitoprotektif agent (Traxat, Misoprostol, Fucoidan) fungsinya meningkatkan
mikrosirkulasi, regenerasi sel-sel epitel mukosa
Terapi penunjang prokinetik (Metoklopramide, Domperidone) fungsinya
mempercepat pengosongan lambung dengan tekanan sfingter esophagus
bawah dan meningkatkan motilitas saluran cerna bagian atas.

Saat ini perbaikan faktor depensif belum banyak dilakukan dikarenakan


ketersediaan obat yang dapat memperbaiki faktor defensif masih termasuk
jarang. Padahal mukus mukosa lambung sangat penting sebagai lini pertama
pencegahan masuknya benda asing sebelum mencapai lapisan epitel mukosa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Natural Digest. Februari 2015. Stress ulcer. Vol 6, halaman 36.


2. Beyer. 2004. Medical Nutrition Therapy for Upper Gastrointestinal Tract
Disorders, Philadelphia: Saunders
3. Brunner dan Suddart. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
4. Guyton, Arthur C., John E. Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. UK:
Elsevier
5. http://www.webmd.com/digestive-disorders/understanding-ulcers-basic-
information
6. Pilkington KB, Wagstaff MJ, Greenwood JE. Prevention of gastrointestinal
bleeding due to stress ulceration: a review of current literature. Anaesth
Intensive Care. Mar 2012;40(2):253-9
7. http://www.ina-e.com/journal/index-php/jghe/article/view/322

Anda mungkin juga menyukai