Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu aspek pelayanan keperawatan adalah mempertahankan integritas kulit pada
pasien tirah baring agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan kulit menjadi
salah satu indikator kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Perawat dengan teratur
mengobservasi kerusakan atau gangguan integritas kulit pada klien. Kerusakan integritas
kulit dapat berasal dari luka karena trauma atau pembedahan, namun dapat juga disebabkan
karena adanya tekanan pada kulit dalam waktu yang lama yang menyebabkan iritasi dan
menyebabkan luka tekan atau dekubitus (Potter & Perry, 2006).
Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan
lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu
lama ( National Pressure Ulcer Advisor Panel 1989a, 1989b dalam Potter & Perry, 2006).
Dekubitus terjadi pada pasien immobilisasi/bedrest dalam waktu lama sehingga terjadi
penekanan terus menerus terhadap jaringan kulit dibawahnya sehingga terjadi luka. Tempat
yang paling sering terjadi dekubitus, yaitu sakrum, tumit, siku, maleolus lateral, trokanter
besar, dan tuberositis iskial (Potter & Perry, 2006).
Penyebab utama terjadinya dekubitus yaitu tekanan. Penyebab lain yang
mempengaruhi terjadinya dekubitus di antaranya gaya gesek dan friksi, kelembaban, nutrisi
buruk, anemia, infeksi, demam, gangguan sirkulasi perifer, obesitas, kakeksia dan usia (Potter
& Perry, 2006).
Prevalensi berdasarkan NPUAP akan insiden dekubitus meningkat setiap tahunnya
pada tahun 1993-2006 dari 2.3% menjadi 23.9% di panti jompo, 0.4% sampai 38% di rumah
sakit, 0% sampai 17% perawatan di rumah, 0% sampai 6% di perawatan rehabilitasi. Estimasi
menunjukkan bahwa 1 sampai 3 juta orang menderita dekubitus di United States. Prevalensi
dekubitus di Amerika Serikat tersebar luas di semua perawatan dengan perkiraan 10% sampai
18% dalam perawatan akut, 2.3 % menjadi 28% dalam perawatan jangka panjang, dan 0%
sampai 29% dalam perawatan di rumah (Decubitus Ulcer Help and Info, 2013). Berdasarkan
suatu studi, insiden dekubitus di Study International sebanyak 1.9%- 63.6%, ASEAN
(Jepang, Korea, Cina) 2.1%-18%, di Indonesia cukup tinggi yaitu 33.3% (Suriadi, 2007
dalam Lestari 2010).
Berdasarkan pengamatan selama tiga Minggu dinas di Irna Penyakit Dalam Wanita di
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017 dari 26 pasien bedrest, ditemukan terdapat 9 orang
yang merupakan pasien total care artinya ada 9 orang pasien dengan luka dekubitus.
Data tersebut menunjukkan masih tingginya angka dekubitus baik di negara maju
maupun negara berkembang. Tingginya angka dekubitus mempengaruhi lama dan biaya
perawatan rumah sakit. Biaya akibat terlambatnya penyembuhan luka dapat menjadi tinggi,
baik bagi perorangan maupun rumah sakit. Pada akhirnya, klien terganggu oleh panjangnya
periode hospitalisasi, yang tentunya memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi bagi seluruh
keluarganya. Kemungkinan terburuk adalah klien dapat meninggal akibat septikemia. Angka
kejadian dekubitus dapat secara nyata diturunkan bila penanggung jawab di bidang kesehatan
atau rumah sakit telah mengembangkan suatu kebijakan tentang pencegahan dan pengobatan
dekubitus yang diketahui dan dilaksanakan oleh semua karyawan. Salah satu penanggung
jawab dalam penyembuhan dekubitus yaitu perawat (Morison, 2004).
Selama penyembuhan dekubitus, perawat harus melakukan suatu tindakan yang tepat.
Dimana tindakan merupakan seseorang yang mengetahui objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian, proses selanjutnya mempraktikkan apa yang diketahui atau
disikapinya (Notoatmodjo, 2010).
Tindakan itu dimulai dari pengkajian, dimana pengkajian dekubitus tidak terbatas
pada kulit karena dekubitus mempunyai banyak faktor penyebab. Kulit pasien harus dijaga
agar tetap bersih dan kering, masase dengan tekanan lembut pada kulit yang sehat dan
mempertahankan nutrisi yang adekuat. Mengubah posisi dan membalik tubuh secara teratur
harus diikuti dengan meminimalkan tekanan dan mencegah kerusakan kulit (Potter & Perry,
2006).
Beberapa penelitian tentang intervensi kepwrawatan untuk mencegah terjadinya luka
dekubitus terdiri dari penanganan posisi baring (mobilisasi), massase kulit, yang dapat
mereduksi penekanan jaringan dan dapat menjadi tindakan efektif untuk mencegah terjadinya
luka dekubitus. Merubah posisi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006). Merubah posisi adala perubahan posisi
secara berkala setiap jam yaitu muai jam 08.00-10.00 WIB pasien dimiringkan ke arah kanan,
kemudian jam 10.00-12.00 WIB pasien ditelentangkan, kemudian jam 12.00-14.00 WIB
pasien dimiringkan ke arah kiri, dan seterusnya seperti itu (Nuh Huda, 2011).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan reposisi tindakan merubah posisi dengan cara memiringkan
pasien 300 untuk mencegah dan mempercepat penyembuhan luka dekubitus.
2. Tujuan Khusus
a. Membandingkan kejadian luka ulkus dekubitus dengan menggunakan regimen
kemiringan yang berbeda
b. Mengaplikasikan tindakan reposisi pasien ulkus dekubitus untuk mencegah
dan mempercepat penyembuhan luka dekubitus.
C. Manfaat
1. Praktik Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tambahan tentang
pentingnya merawat luka dekubitus dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam melakukan perawatan dekubitus.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan oleh pohak rumah sakit dalam menjalankan
asuhan keperawatan pada pasien dengan ulkus dekubitus.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara merubah
posisi untuk mencegah terjadinya luka dekubitus.

Anda mungkin juga menyukai