Efektivitas Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oleh Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja Kabupaten Sidoarjo sebagai Upaya Mewujudkan Budaya K3
ABSTRACT
Occupational safety and health are one of basic needs of every labor in Indonesia. But in the fact, it has not
become a priority of every company in carrying out its activities, so frequent disputes between labor and company. For that
reason, the government need to intervene that showned in supervision activity to maintain the prosperity of labors while
maintaining the continuity of the company. This research was conducted by using descriptive qualitative research method
with a technique of determining informants purposively. The data obtained is the result of observation, in depth interview,
and documentation. The process of data analysis done by combining primary and secondary data that obtained, and then
perform categorization using substantive them prepared, and recognize to do interpretation an conclusion. The results
showed that the effective supervision implemented yet. This can be seen by using two approaches, namely the achievement
of the objectives approach and systems approach.
Key words : Labors need, Efectiveness, Supervising, Occupational Safety and Health
34
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
administrasi negara akan pentingnya kehadiran namun memasukkan kriteria secara keseluruhan.
pemerintah untuk memotivasi masyarakat dalam Dalam pendekatan sistem, jika salah satu sub
mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. sistem didalamnya terganggu atau gagal
dilaksanakan, maka secara keseluruhan kondisi
Efektivitas Pengawasan tersebut dikatakan tidak efektif.
Dari berbagai teori tentang indikator-indikator Dalam Gibbons, sistem yang dimaksud
pengukuran efektivitas, dalam penelitian ini penulis digambarkan secara sederhana yaitu terdiri atas
memilih dua pendekatan yaitu pendekatan pencapaian input (masukan) yang diambil dari suatu sistem
tujuan pengawasan dan pendekatan sistem sebagai teori yang lebih luas yaitu lingkungan. Selanjutnya,
untuk mengukur keefektifan fungsi pengawasan Dinas masukan tersebut diolah dalam sebuah proses dan
Sosial dan Tenaga Kerja dalam penelitian ini yang pada akhirnya menghasilkan output (keluaran)
diambil menurut teori milik Gibson, Donnely dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Ivancevich. Selain itu peneliti juga melihat efektivitas dari
Alasan penulis memilih teori tersebut karena tiga sudut pandang menurut Gibbons, yaitu Efektivitas
teori ini paling memenuhi syarat untuk menjawab individu, efektivitas kelompok serta efektivtas organisasi
rumusan masalah pada penelitian ini dan dianggap lebih dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja agar
relevan dengan konsep pengukuran efektivitas karena tercipta budaya k3 seperti yang menjadi visi nasional
penelitian ini tidak mengukur kualitas pelayanan. kementrian tenaga kerja di Indonesia. Penjelasan dari
Indikator tersebut dirasa lebih tepat dan lebih mampu ketiga pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :
mengukur efektivitas Dinsosnaker dalam pengawasan 1. Efektivitas Individu
pelanggaran keselamatan dan kesehatan kerja di Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari
kabupaten Sidoarjo, sehingga hasil akhir yang diinginkan segi individu yang menekankan pada hasil karya
penulis disini adalah kecermatan dalam proses karyawan atau anggota dari organisasi. Dalam hal
pengukuran efektivitas yang nantinya akan terlihat lebih ini, yang dimaksud individu ialah individu pengawas
objektif dan lebih akurat. terkait keselamatan dan kesehatan kerja.
Penjelasan dari dua pendekatan tersebut 2. Efektivitas kelompok
adalah: Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya
1. Pendekatan Pencapaian tujuan individu saling bekerja sama dalam kelompok. Jadi
Pencapaian tujuan merupakan salah satu alat ukur efektivitas kelompok merupakan Jumlah kontribusi
yang dipakai untuk menentukan keberhasilan dari semua anggota kelompoknya. Kelompok yang
individu atau kelompok atau bahkan sebuah dimaksud dalam penelitian ini ialah kondisi
lembaga. Suatu kegiatan dilaksanakan dengan pengawas sebagai satu kelompok atau bidang
berpedoman pada tujuan yang telah dibuat di awal pengawasan.
terbentuknya suatu organisasi. Hasil yang dicapai 3. Efektivitas Organisasi
berupa barang maupun jasa tergantung organisasi Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu
yang menghasilkanya. Ukuran ini menunjukkan dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas,
kemampuan organisasi untuk menghasilkan organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang
keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat. lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya
Berdasarkan penjelasan mengenai konsep tiap-tiap bagiannya. Dalam hal ini, yang menjadi
pencapaian tujuan di atas maka dalam penelitian ini sorotan ialah bagaimana pengaruh keberadaan
akan dibahas pencapaian tujuan dengan penekanan pengawas dalam perkembangan dinas secara
pada sejauh mana Dinsosnaker dapat melaksanakan keseluruhan untuk mewujudkan budaya K3 selaku
tugasnya dan menertibkan pelanggaran norma instansi yang memiliki tanggung jawab tersebut.
kesehatan dan keselamatan kerja yang terjadi.
Selain itu upaya yang dilakukan Dinsosnaker dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
mengemban tugasnya dalam mengawasi kesehatan Menurut Abraham Maslow manusia memiliki
dan keselamatan kerja yaitu tercapainya budaya K3 lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan
yang berkaitan dengan perilaku seluruh aspek di atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga
kabupaten Sidoarjo. yang tidak penting dan yang mudah hingga yang sulit
2. Pendekatan Sistem untuk dicapai. Lima kebutuhan tersebut ialah (1)
Pendekatan sistem merupakan pendekatan yang Phsycological need, (2) Security Need, (3) Social Need,
memandang pada suatu sistem secara keseluruhan (4) Ego Need, dan (5) Self Actualization.
dimana sistem tersebut memiliki beberapa Pada awal perkembangannya, penanganan
subsistem yang saling terkait satu dengan yang lain. keselamatan dan kesehatan kerja masih terbatas pada
Dalam Robbins juga dijelaskan bahwa pendekatan kegiatan inspeksi untuk memeriksa kondisi lingkungan
sistem tidak hanya menekankan pada tujuan akhir kerja. Kemudian pada tahun 1930an, H.W. Heinrich
36
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
seorang ahli K3 dengan teori dominonya mengawali Pengaruh Pengawasan dengan Budaya Keselamatan
pendekatan K3 secara ilmiah dengan mengemukakan dan Kesehatan Kerja
teori tentang sebab kecelakaan yang dikenal sebagai Untuk dapat mewujudkan budaya kesehatan dan
unsafe act dan unsafe condition. keselamatan kerja, dalam PER.05/MEN/1996 dijelaskan
Selanjutnya, aspek keselamatan kerja terus bahwa perlu ada kontribusi dan komitmen dari
berkembang. Pada tahun 1949, perhatian masyarakat masyarakat khususnya perusahaan dan tenaga kerja itu
terhadap K3 semakin meningkat tidak hanya masalah sendiri. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
kecelakaan kerja tetapi juga kesehatan di tempat kerja. akan efektif apabila semua pihak dalam perusahaan
Banyak ditemukan penyakit yang menimpa pekerja didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan
berkaitan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja pengembangan Sistem Manajemen K3, serta memiliki
yang tidak aman. Diketahui pula bahwa kondisi budaya perusahaan yang mendukung dan memberikan
lingkungan keja juga dapat menimbulkan bahaya kontribusi bagi Sistem Manajemen K3. Oleh sebab itu,
terhadap pekerja seperti kebisinngan, suhu, cuaca kerja, pengawasan menjadi salah satu bentuk fungsi yang dapat
dan sebagainya. Program mengenai pencegahan penyakit mewujudkan budaya kesehatan dan keselamatan kerja
akibat kerja mulai dikembangkan dan menjadi bagian karena dengan adanya pengawasan, pemerintah dapat
dari program K3. menjaga agar setiap perusahaan tetap menjalankan sistem
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menunjuk manajemen kesehatan dan keselamatan agar tingkat
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fiskal dan psikologis kecelakaan kerja yang terjadi bisa semakin berkurang
tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja sehingga kesehatan dan keselamatan kerja dapat benar-
yang disediakan oleh perusahaan. Kondisi fisiologis- benar membudaya di seluruh lapisan masyarakat.
fiskal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja Untuk mewujudkan budaya kesehatan dan
seperti kehilangan nyawa atau anggota badan, cedera keselamatan kerja, pemerintah telah menerapkan
yang diakibatkan gerakan berulang-ulang, sakit berbagai aturan dalam kesehatan dan keselamatan kerja
punggung, sindrom carpal tunnel, penyakit-penyakit yang salah satunya tertuang dalam UU No. 1 tahun 1970
kardiovaskular, berbagai jenis kanker, emphysema, dan tentang Keselamatan Kerja. Dalam UU No. 1 tahun 1970
arthritis. Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi membahas berbagai aturan-aturan yang salah satunya
penting karena mempengaruhi tiga aspek utama yaitu mengatur tentang Pengawasan dalam bab IV pasal 5.
moral, hukum dan ekonomi. Aspek Moral yang Pengawasan menjadi penting dalam mewujudkan budaya
dimaksud karena manusia memiiki hak untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja karena terdapat
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan koneksi yang membuat pengawasan dapat menjadi
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan indikator terwujudnya budaya kesehatan dan keselamatan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan kerja.
nilai-nilai agama (UU nomor 13 tahun 2003). Para Sesuai dengan Gambar I.5.6 yang menunjukkan
pemberi kerja melaksanakan perlindungan atas bahwa pentingnya pengawasan dalam mengendalikan
pekerjanya atas dasar kemanusiaan. Kedua aspek hukum, metode serta pelaksanaan kebijakan K3 yang diimbangi
UU ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap dengan adanya peraturan dan standar yang harus
pekerja untuk menghadapi risiko kerja yang dihadapinya dilakukan oleh Lembaga serta SDM yang didukung juga
yang ditimbulkan pekerjaan. Para pemberi kerja yang dengan adanya pembinaan K3 untuk menciptakan budaya
lalai atas tanggung jawabnya dalam melindungi pekerja K3 pada akhirnya.
yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat
hukuman yang setimpal sesuai dengan undang-undang Gambar I
ketenagakerjaan. UU nomor 1 tahun 1970 tentang Arah Kebijakan untuk mewujudkan budaya K3
keselamatan kerja untuk melindungi para pekerja pada
segala lingkungan kerja baik di darat, di dalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang
berada dalam lingkungan kekuasaan hukum Republik
Indonesia. UU no 23 tahun 1992 tentang kesehtan
menyatakan bahwa perusahaan berkewajiban
melaksanakan pemeriksaan atas kesehatan fisik dan
mental para pekerjanya. Terakhir merupakan aspek
ekonomi yaitu Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja menjadi perhatian penting pada berbagai organisasi,
karena semakin tingginya tingkat kecelakaan kerja yang
dialami para pekerja, akan berdampak pada rendahnya
produktivitas yang berakibat pada kerugian yang dialami
(Sumber : Bahan Presentasi Calon Ahli K3)
pihak perusahaan.
37
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
yang ternyata tidak menutup kemungkinan setiap tahun input menjadi output. Output adalah hasil yang diperoleh
ada penambahan perusahaan di Sidoarjo. Selain dari pengolahan input melalui proses.
pemeriksaan, pengawas juga melaksanakan kegiatan Dalam teori pendekatan sistem, organisasi
sosialisasi dengan mengadakan bimbingan teknis. Setiap dipandang sebagai satu kesatuan dari seluruh elemen
tahunnya dilaksanakan bimbingan teknis sebanyak 3 yang saling bergantung satu dengan yang lainnya. Oleh
sampai 4 kali dengan mengundang 30 perusahaan dalam sebab itu, dalam teori pendekatan sistem, jika salah satu
satu kali pertemuan. Hal ini juga belum dapat maksimal substansi sistemnya terganggu, maka keseluruhan sistem
karena jika sosialisasi yang diadakan sebanyak 4 kali dikatakan tidak efektif karena subsistem tersebut saling
dikalikan 30 perusaahan maka setiap tahunnya hanya mendukung keberlangsungan sistem-sistem lainnya.
mengenai 120 perusahaan. Sedangkan total perusahaan Dinsosnaker kabupaten Sidoarjo, dalam
yang ada di Sidoarjo 2.630 perusahaan. Dari hal tersebut melakukan pengawasan juga dipandang sebagai sebuah
dapat menjadi salah satu penyebab angka kecelakaan sistem. Dalam melaksanakan pengawasan keselamatan
kerja yang terjadi di Sidoarjo tidak menurun. Meskipun dan kesehatan kerja, dinsosnaker juga memiliki elemen
menurun, angka kecelakaan kerja yang terjai masih tetap input, proses, serta output dan lingkugan yang
lebih tinggi dibandingkan kota atau kabupaten lainnya di mempengaruhi di dalamnya. Adapun Elemen tersebut
wilayah Jawa Timur. secara lebih terperinci dijabarkan sebagai berikut :
Dilihat dari dua belas tupoksi pengawasan Input : Sumber daya manusia, peralatan
norma keselamatan dan kesehatan kerja, masih terdapat untuk pemeriksaan, akomodasi, pedoman
empat tugas yang belum dapat dilaksanakan secara pengawasan (undang-undang, keputusan menteri,
maksimal yaitu pelaksanaan penanganan kasus dan atau peraturan menteri).
penindakan terhadap pengusaha yang melanggar norma Proses : kegiatan pemeriksaan keselamatan
keselamatan dan kesehatan kerja, terkait hal tersebut dan kesehatan kerja, penyuluhan/sosialisasi,
penindakan yang dijalankan masih erbilang lemah pelatihan (bimbingan teknis).
dikarenakan alah satu faktor penting dalam penindakan Output : nota pemeriksaan, laporan
tersebut yaitu regulasinya yang belum mengalami pertanggungjawaban kegiatan pengawasan, berita
amandemen sejak tahun 1970. Hal ini yang menyebabkan acara penyelidikan, dan jumlah pelanggaran
penindakan pelanggaran norma K3 menjadi lemah. norma K3
Selanjutanya tugas dalam memproses rekomendasi Lingkungan : Perusahaan dan Pekerja
pengesahan dan ijin terhadap pemakaian/penggunaan alat Dalam input, terdapat sumber daya manusia, peralatan,
produksi perusahaan. Terkait tugas ini masih belum akomodasi serta pedoman pengawasan berupa undang-
terlaksana dengan baik karena adanya kebijakan salah undang, keputusan menteri, peraturan menteri yang
satunya menerbitkan sertifikat P2K3 meskipun belum digunakan untuk dapat melaksanakan proses pengawasan
memenuhi ketentuan peraturan perundangan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Seperti yang telah
hal tersebut. Hal ini dapat berimplikasi pada keselamatan disinggung sebelumnya, sumber daya manusia yang
dan kesehatan kerja di lingkungan perusahaan. Ketiga, dalam hal ini adalah pengawas itu sendiri secara
pelaksanaan pengkajian dan perekayasaan hiegiene kuantitas masih belum dapat mengimbangi banyaknya
perusahaan ergonomi dan keselamatan kerja. Dalam hal perusahaan yang ada di Sidoarjo. Hal ini mempengaruhi
ini belum dicapai dengan maksimal karena dinsosnaker produktivitas organisasi dalam melakukan pengawasan
hanya memiliki satu pengawas yang memiliki spesialisasi secara keseluruhan. menurut Basu Swastha dan Ibnu
di bidang lingkungan kerja. Selanjutnya melaksanakan Sukotjo produktivitas adalah sebuah konsep yang
pelayanan dan pelatihan dan pengembangan norma menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang
keselamatan dan kesehatan kerja juga belum maksimal. dan jasa) dengan sumber (jumlah tenaga kerja, modal,
Hal ini dikarenakan pelatihan yang dilaksanakan belum tanah, energi, dan sebagainya) yang dipakai untuk
menjangkau seluruh perusahaan yang ada di Sidoarjo. menghasilkan hasil tersebut. Jika jumlah pengawas tidak
Pendekatan sistem dapat dideskripsikan sebagai ditambah, maka kegiatan pengawasan tidak dapat
perilaku organisasi baik secara eksternal maupun secara menyentuh seluruh perusahaan di wilayah Sidoarjo.
internal. Pendekatan sistem secara internal dapat dilihat Sedangkan secara kualitas, seluruh pengawas
dari performa individu dan kelompok yang ada di dalam keselamatan dan kesehatan kerjaa yang dimiliki
organisasi tersebut. Dinsosnaker telah memiliki kompetensi yang sesuai
Secara mendasar, sistem memiliki empat elemen dengan standar dimana pegngawas spesialis harus
dasar yaitu elemen input, proses, ouput, dan lingkungan. memiliki basic teknik, namun yang tidak juga tetap
Input atau masukan merupakan segala sumber daya yang mampu melakukan pengawasan dengan melihat
digunakan dalam organisasi untuk mendukung proses kesesuaian antara norma K3 dengan fakta. Namun
dalam upaya menghasilkan keluaran yang diharapkan. kualitas yang baik juga tidak bisa mendukung jika
Sedangkan proses merupakan kegiatan untuk mengolah kuantitasnya tidak proporsional.
39
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
Dalam melakukan pemeriksaan juga diperlukan wilayah kecamatan yang ada di Sidoarjo, namun dalam
peralatan-peralatan untuk melakukan pemeriksaan teknis. pelaksanaannya, Setiap pengawas bekerja sebagai sebuah
Pengawas di Dinsosnaker telah memiliki dukungan tim yang setiap timnya beranggotakan tiga orang
peralatan-peralatan dari pusat namun hingga saat ini pengawas. Pembagian tim ini dimaksudkan agar dapat
belum digunakan. Hal ini mempengaruhi efisiensi proses saling membantu satu sama lain dalam melaksanakan
pelaksanaan pengawasan. Rahardjo Adisasmita pengawasan. Namun tetap setiap pengawas bertanggung
mengungkapkan Pengertian Efisiensi merupakan jawab atas wilayahnya masing-masing. Dalam proses
komponen-komponen input yang digunakan seperti pelaksanaan pemeriksaan di lapangan, dinas memiliki
waktu, tenaga dan biaya dapat dihitung penggunaannya kebijakan untuk merubah wilayah pemeriksaan dinas
dan tidak berdampak pada pemborosan atau pengeluaran setiap tahunnya, hal ini mempengaruhi kualitas
yang tidak berarti. Oleh karena itu, pengawas dalam pengawasan yang dilaksanakan, karena pengawas belum
melakukan pengawasan dibantu oleh PJK3 yang nantinya tentu membina dengan tuntas perusahaan yang ditangani
pengawas menganalisa laporan yang diberikan oleh dalam waktu satu tahun untuk melihat perkembangan
PJK3. Padahal, akan lebih efisien jika pengawas dari perusahaan tersebut. Selama melakukan pemeriksaan
melakukan pemeriksaan sendiri dengan menggunakan di Sidoarjo, pengawas merasa tidak dapat fokus karena
alat yang telah tersedia. selain menjadi pengawas K3, mereka menjadi pengawas
Selain sumber daya manusia dan peralatan, norma kerja. Pengaduan yang masuk ketika berad di
input lainnya yang dimiliki oleh Pengawas K3 lapangan selalu berkutat dengan urusan norma kerja,
Dinsosnaker ialah akomodasi dan inventaris untuk sehingga urusan-urusan yang berkaitan dengan k3 tidak
operasional. Akomodasi yang dimaksud ialah dukungan begitu mendapatkan perhatian.
transportasi yang diberikan oleh dinas untuk mobilisasi Kegiatan lainnya dalam proses pengolahan input
ke lokasi perusahaan. Hal ini menjadi perlu karena dalam menjadi output ialah kegiaan sosialisasi. Setiap tahunnya
melakukan pengawasan, pengawas memiliki wibawa dilaksanakan bimbingan teknis sebanyak 3 sampai 4 kali
yang perlu dijaga. Hal ini dapat mempengaruhi motivasi dengan mengundang 30 perusahaan dalam satu kali
kerja pengawas. Motivasi merupakan kekuatan yang pertemuan. Hal ini juga belum dapat maksimal karena
muncul dari setiap individu untuk mencapai tujuan. jika sosialisasi yang diadakan sebanyak 4 kali dikalikan
Untuk itu dinas perlu memperhatikan kebutuhan 30 perusaahan maka setiap tahunnya hanya mengenai
pengawas karena dapat berimplikasi pada semangat 120 perusahaan. Sedangkan total perusahaan yang ada di
pengawas yang juga dapat mempengaruhi produktivitas. Sidoarjo 2.630 perusahaan. Dari hal tersebut dapat
Pedoman pengawasan juga dikategorikan sebagai input menjadi salah satu penyebab angka kecelakaan kerja
dari pengawasan karena pedoman yang berupa undang- yang terjadi di Sidoarjo tidak menurun. Meskipun
undang, peraturan dan keputusan menteri ini merupakan menurun, angka kecelakaan kerja yang terjai masih tetap
bekal pengawas untuk melihat keseuaian antara lebih tinggi dibandingkan kota atau kabupaten lainnya di
kebijakan dengan fakta yang ada di lapangan. Dalam wilayah Jawa Timur.
prinsip pengawasan, Pengawasan harus berpedoman pada Output merupakan keluaran yang dihasilkan dari
kebijaksanaan yang berlaku. Dalam melakukan proses pengolahan input. Dalam pengawasan K3, yang
pengawasan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, menjadi ouput ialah nota pemeriksaan yaitu bukti dimana
pengawas dibekali dengan puluhan peraturan namun pengawas telah melakukan pemeriksaan, laporan
tetap berpayung pada UU nomor 1 tahun 1970. pertanggungjawaban dari kegiatan-kegiatan yang telah
Berdasarkn substansi yang ada dalam undang-undang no berlangsung, Dokumen-dokumen sertifikasi bagi
1 tahun 1970, sanksi-sanksi yang dibuat untuk memberi perusahaan baik itu sertifikasi alat, juga sertifikasi P2K3
efek jera bagi perusahaan jika ditemukan pelanggaran perusahaan, serta jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di
sudah tidak relevan. Sanksi yang diberikan berupa lapangan. Ketika pengawas mengeluarkan nota
kurungan 3 bulan atau denda setinggi-tingginya 100.000 pemeriksaan, pihak pengusaha harus mematuhi masukan
rupiah. Sanksi yang diberikan terbilang ringan di era yang diterima dari pihak pengawas untuk perbaikan alat.
sekarang. Hal ini berpengaruh pada efek jera yang Jika tidak, pengawas berhak melanjutkan perkara dengan
dirasakan pengusaha ketika melakukan pelanggaran. jalur hukum lewat BAP (berita acara penyidikan).
Untuk itu perlu dilakukan peninjauan kembali atas Laporan pertanggung jawaban yang dibuat yang ada ialah
undang-undang tersebut. laporan secara umum sesuai Peraturan Menteri nomor 9
Untuk menciptakan harmonisasi dalam tahun 2005, secara individu, pengawas hanya melaporkan
lingkungan organisasi, perlu ada kepaduan. Menurut untuk keperluan laporan umum. Sebagai penngawas,
Campbell, Kepaduan dapat menjadi salah satu penilaian mereka juga memiliki wewenang untuk mengeluarkan
akan keefektifan organisasi. Kepaduan merupakan fakta sertifikat bagi obyek pengawasan. Dalam UU no 1 tahun
bahwa para anggota bekerja sama dengan baik, 1970 untuk mengeluarkan sertifikat bagi P2K3
berkomunikasi dan mengkoordinsi. Dalam melaksanakan perusahaan dengan syarat sekretaris P2K3 adalah seorang
kegiatan pengawasan, pengawas memang dibagi ke 18 ahli K3. Dalam sebuah sistem, substansi lingkungan juga
40
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
memberikan pengaruh pada substansi lainnya secara terjadi belum menunjukkan penurunan. Jika
keseluruhan. Lingkungan yang kondusif dan mendukung kecelakaan kerja masih sering terjadi, maka budaya
dapat membantu berjalannya sistem dengan baik. k3 juga belum terwujud. Selain dengan melihat
Perumusan strategi yang efektif dan efisien adalah angka kecelakaan kerja, dapat juga dilihat dari
perumusan yang memadukan perspektif yang jumlah perusahaan yang telah melaksanakan SMK3.
berorientasi kedepan dengan lingkungan internal dan Jika ditinjau dari penerapan SMK3 di Sidoarjo, maka
eksternal organisasi. Dalam pengawasan K3, yang pengawasan yang dilaksanakan belum efektif.
dimaksud dengan lingkungan ialah lingkungan Sebab, dari 2.630 perusahaan di tahun 2014, hanya
perusahaan yang terdiri dari pengusaha dan tenaga kerja. 70 perusahaan yang sudah menerapkan SMK3.
Untuk memenuhi atau melaksanakan K3 sesuai dengan Selain itu, tujuan pengawasan juga untuk melakukan
peraturan perundangan, memang membutuhkan biaya pembinaan teknis mengenai K3, jika ditinjau dari
yang cukup banyak. Untuk itu di wilayah Sidoarjo, pembinaan yang telah dilakukan, maka pembinaan
pengusaha masih menganggap bahwa K3 itu sebagai cost yang dilakukan belum efektif, karena setiap
bukan investasi. Memang untuk menciptakan budaya, tahunnya hanya diadakan 3 sampai 4 kali dengan
harus ada perubahan mindset dar setiap stakeholder agar jumlah perusahaan yang diundang sebanyak 30
dapat bekerja sama mewujudkan sebuah budaya. Akibat dalam satu pertemuan, sehingga perusahaan yang
mindset perusahaan yang demikian, maka upaya yang dikenai hanya sebanyak 120 perusahaan setiap
dilakukan oleh pemerintah dirasa tidak cukup. Hal serupa tahunnya. Jika ditinjau dari 12 tugas pokok dan
juga datang dari lingkungan tenaga kerja. Sikap tenaga fungsi pengawasan, masih ada 4 tupoksi yang belum
kerja yang belum begitu memikirkan keselamatan dan terlaksana dengan baik, namun 8 tugas lainnya sudah
kesehatan dalam bekerja membuat pengawas semakin mampu dipenuhi oleh pengawas dalam mengawasi
sulit mengendalikan perusahaan. Sebab, budaya K3 k3. Secara keseluruhan, pengawasan K3 untuk
hanya dapat diciptakan dengan kerja sama dari pihak mewujudkan budaya keselamatan dan kesehatan
pemerintah, perusahaan, dan tenaga kerja. Di sisi lain, kerja yang dilakukan belum efektif jika ditinjau dari
pengawas juga mendapatkan tekanan dari pemerintah pendekatan pencapaian tujuan.
yang dalam hal ini ialah atmosfir politik daerah 2. Pendekatan Sistem
kabupaten Sidoarjo. Dikuatirkan, jika pengawasan yang Dalam melaksanakan pengawasan keselamatan dan
dilaksanakan terlalu ketat, akan menimbulkan penurunan kesehatan kerja, Dinsosnaker memiliki sistem yang
investasi di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Hal ini tidak mengatur berjalannya pengawasan mulai dari input
sesuai dengan keefektifan pengawasan yang harus hingga output. Untuk melihat efektivitas pengawasan
berpangkal tolak dari keputusan pimpinan yang dengan pendekatan sistem, digunakan 4 indikator
tercantum. yaitu indikator input, proses, output dan lingkungan.
Melihat dari input pengawasan K3, pengawasan
Kesimpulan yang dilaksanakan belum efektif karena beberapa
Berdasarkan penyajian serta analisis dan indikator yaitu jumlah pengawas yang minim yaitu
interpretasi data, hasil penelitian tentang kinerja 19 pengawas untuk 2.630 perusahaan, akomodasi
pengawasan Dinsosnaker Kabupaten Sidoarjo yang telah yang kurang memadai dalam hal ini berupa
dilakukan dalam mengawasi keselamatan dan kesehatan transportasi dan inventaris yang minim, serta
kerja sebagai upaya mewujudkan budaya K3, maka dapat pedoman berupa undang-undang yang masih belum
ditarik kesimpulan bahwa ternyata pengawasan yang diperbaharui sehingga tidak memberikan efek jera
dilakukan belum efektif. Hal itu dikarenakan syarat bagi perusahaan melanggar aturan. Melihat dari
mencapai keefektifan dari kedua pendekatan tersebut proses pengawasan K3, pengawasan yang
belum terpenuhi. Pengukuran terhadap efektivitas dilaksanakan belum efektif, hal tersebut karena
pengawasan dinsosnaker dalam mengawasi keselamatan pengawasan yang dilaksanakan lebih berfokus pada
dan kesehatan kerja menggunakan dua pendekatan yaitu urusan norma kerja, serta pelanggaran-pelanggaran
pendekatan pencapaian tujuan dan pendekatan sistem. yang terjadi tidak semua dapat ditindaklanjut karena
Hal tersebut akan diperjelas secara lebih terperinci faktor ekternal, pelaksanaan pengawasan yang
sebagai berikut : dilaksanakan juga belum maksimal untuk memantau
1. Pendekatan Pencapaian tujuan pengawasan sebuah perusahaan atau wilayah karena strategi dinas
Dinsosnaker dalam melakukan pengawasan memiliki yang memindahkan wilayah pengawasan setiap
tujuan untuk menciptakan budaya k3 secara garis tahun. Melihat output pengawasan K3, pengawasan
besar, budaya K3 dapat diwujudkan dengan yang dilaksanakan telah menghasilkan sesuai dengan
mengurangi angka kecelakaan kerja yang terjadi di rencana kerja, pengawas juga telah melaksanakan
Sidoarjo. Jika ditinjau dari data kecelakaan kerja pelaporan sebagai kewajibannya, serta mampu
yang terjadi, maka pengawasan yang dilakukan menekan angka pelanggaran K3 yang terjadi, namun
belum efektif karena angka kecelakaan kerja yang dalam kenyataannya pengawas mengeluarkan
41
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015
Suwarno Handayaningrat. Pengantar Studi Ilmu tahun 2015. Sidoarjo : Bahan Presentasi
Administrasi dan Manajemen. Jakarta. CV. Haji Sosialisasi K3
Masagung. Yin, Robert. K. 1996. Studi Kasus Desain dan Metode.
Syafei, Inu Kencana. 2006. Sistem Administrasi Negara Terjemahan M. Djauzi Mudzakir. Jakarta : PT
Republik Indonesia (SANRI). Jakarta : PT Bumi Raja Grafindo Persada
Aksara _____________. 2011. Qualitative Research From Start
Terubus, H. 2015. Pengendalian K3 Dengan Manajemen to Finish. New York: The Guilford Press
Menuju Budaya K3 dan Menyongsong MDGs
43