Anda di halaman 1dari 10

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015

Efektivitas Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oleh Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja Kabupaten Sidoarjo sebagai Upaya Mewujudkan Budaya K3

Lettyzia Juliaudrey Tampubolon


Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

ABSTRACT

Occupational safety and health are one of basic needs of every labor in Indonesia. But in the fact, it has not
become a priority of every company in carrying out its activities, so frequent disputes between labor and company. For that
reason, the government need to intervene that showned in supervision activity to maintain the prosperity of labors while
maintaining the continuity of the company. This research was conducted by using descriptive qualitative research method
with a technique of determining informants purposively. The data obtained is the result of observation, in depth interview,
and documentation. The process of data analysis done by combining primary and secondary data that obtained, and then
perform categorization using substantive them prepared, and recognize to do interpretation an conclusion. The results
showed that the effective supervision implemented yet. This can be seen by using two approaches, namely the achievement
of the objectives approach and systems approach.

Key words : Labors need, Efectiveness, Supervising, Occupational Safety and Health

Pendahuluan setiap tempat kerja dan program membudayakan


Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi satu keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung
hal yang penting untuk menjaga stabilitas perusahaan jawab semua pihak yang terkait dengan proses produksi.
yang bisa berdampak pada roda perekonomian bangsa. Kebijakan telah dibuat serta dijalankan untuk
Lebih jelas lagi, hal ini diatur dalam Undang-undang mewujudkan tujuan yang diinginkan, namun dalam
Ketenagakerjaan no. 13 tahun 2003 dalam pasal 86-87 implementasinya ternyata masih banyak ditemukan
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. kekurangan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan angka kecelakaan kerja yang terjadi di berbagai daerah.
Transmigrasi Republik Indonesia PER-01/MEN/I/2007 Di Indonesa, terdapat peningkatan dari angka 14.502
tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan kejadian di tahun 2012 pada 33 provinsi di Indonesia
Dan Kesehatan Kerja (K3), Keselamatan dan Kesehatan menjadi 17.300 kejadian di tahun 2013. Terdapat 12
Kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan provinsi yang meningkat jumlah kejadian kecelakaan
lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas kerjanya, sisanya tetap atau bahkan menurun. Namun
dari kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran secara keseluruhan, angka kecelakaan kerja meningkat
lingkungan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan kerja lebih dari hingga 61% dalam dua tahun terakhir. Data
dapat menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja, menunjukkan bahwa provinsi Jawa Timur yang
pengusaha, pemerintah dan masyarakat, yang dapat menunjukkan jumlah kasus terbesar. Besarnya jumlah
berupa korban jiwa manusia, kerusakan harta benda dan kecelakaan kerja yang terjadi di Jawa Timur membuat
lingkungan. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah pemerintahan provinsi untuk dapat meningkatkan kinerja
nyata untuk mencegah dan mengurangi terjadinya program keselamatan dan kesehatan kerja ini.
kecelakaan kerja secara maksimal. rogram Pembangunan
Nasional dalam era industrialisasi dan globalisasi yang
ditandai dengan makin meningkatnya pertumbuhan
industri yang mempergunakan proses dan teknologi
canggih, hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan
kualitas tenaga kerja dan penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja yang baik dan benar. Melalui Program
Gerakan Nasional Membudayakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Pemerintah berusaha memberikan
motivasi dan dorongan kepada semua pihak yang terkait
dengan proses produksi untuk meningkatkan kesadaran
dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja di

34
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015

Tabel 1 kerja dan waktu istirahat, pengupahan, jamsostek,


Perkembangan Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja di penempatan dan pelatihan, pesawat uap dan bejana tekan,
Jatim pesawat angkat angkut, pesawat tenaga dan produksi,
Kantor Tahun Peningkatan kelistrikan dan lift, pencegahan kebakaran, kesehatan
No kerja, konstruksi bangunan, lingkungan kerja, kimia.
Cabang 2012 2013 %
1 Karimun Jawa 1.519 1.781 7,9 Secara keseluruhan di tahun 2012, jumlah obyek
2 Kediri 843 532 -35,7 pengawasan yang diawasi sebanyak 349.325 obyek
3 Malang 1.174 919 -12,2 dengan jumlah pengawas sebanyak 2.917 di seluruh
4 Jember 334 255 -13,4 Indonesia.
5 Pasuruan 995 1.417 17,5 Di Jawa Timur, pada tahun 2013 terdapat
6 Mojokerto 2.339 1.413 -24,7 35.107 perusahaan (skala besar, sedang, dan kecil)
7 Banyuwangi 135 161 8,7 dengan tenaga kerja yang jumlahnya 2.836.165 orang.
8 Madiun 238 114 -35,2 Dengan jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang begitu
banyak, pengawas keselamatan dan kesehatan kerja
9 Blitar 119 157 13,8
tercatat hanya berjumlah 145 untuk pengawas umum dan
10 Madura 64 32 -33,3
spesialis, 51 Pengawas PPNS, dan 46 pengawas
11 Bojonegoro 256 212 -9,4
struktural. Kurangnya tenaga pengawas juga dapat
12 Sidoarjo 3.156 5.430 26 menjadi faktor seringnya terjadi kecelakaan kerja di
13 Gresik 2.802 2.478 -6,14 wilayah Jawa Timur karena pengawasan yang longgar.
14 Darmo 1.419 1.077 -13,7 Salah satu fraksi DPRD Kabupaten Sidoarjo mengatakan,
Tanjung -11,57 seringnya masalah ketenagakerjaan tidak tertangani
15
Perak 627 497 dengan baik, dan tidak pernah mendapat solusi yang
16 Rungkut 1.006 885 -6,4 tepat, hal ini lebih disebabkan kurangnya pengawasan
Jumlah 17.026 17.360 terhadap masalah ketenagakerjaan (Kesejahteraan,
Sumber : disnakertransduk provinsi jatim Keselamatan dan Kesehatan Karyawan /K3), disisi lain
fraksi tersebut melihat tidak seimbangnya antara jumlah
Dari data kecelakaan kerja yang dipaparkan, perusahaan yang ada di Sidoarjo sebanyak 1.744
wilayah Sidoarjo yang menunjukkan angka kecelakaan sedangkan jumlah tenaga pengawas yang ada di
kerja paling tinggi diantara 15 wilayah lainnya. Salah Dinsosnaker Kab. Sidoarjo hanya sebanyak 16 orang,
satu pihak yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan karena itu perlu penambahan tenaga pengawas dan
tugas terkait keselamatan dan kesehatan kerja di wilayah intesifikasi pengawasan.
Sidoarjo ialah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Sidoarjo Faktor pengawasan menjadi salah satu faktor
yang berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja yang penting untuk menunjang terwuudnya visi nasional
Kabupaten dan Kota serta badan-badan terkait serta tersebut. Di latar belakangi hal tersebut, perlu dikaji
seluruh auditor yang terdaftar kompeten dalam tentang Efektivitas Pengawasan K3 yang dilakukan oleh
melakukan audit di bidang keselamatan dan kesehatan dinas Tenaga Kerja selaku pemerintah yang terlibat
kerja. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya dalam pencapaian visi nasional Budaya K3. Penelitian
kecelakaan kerja seperti human error, kondisi alat, dilakukan di Sidoarjo karena tingkat kecelakaan kerja di
disability, nature (alam), termasuk rendahnya Sidoarjo paling tinggi sehingga peneliti tertarik untuk
pengawasan yang dilakukan. mengetahui bagaimana pengawasan yang dijalankan
Pengawasan merupakan fungsi yang penting dinas terkait untuk mewujudkan Budaya K3.
dalam manajemen kegiatan agar kegiatan yang dilakukan Permasalahan yang ingin dijawab dalam
dapat berjalan sesuai harapan sehingga tujuan kegiatan penelitian ini adalah Bagaimana Efektivitas Pengawasan
tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam K3 oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten
upaya mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja, Sidoarjo untuk mewujudkan budaya K3. Tujuan
perlu dilakukan pengawasan yang intensif dari berbagai Penelitian ini ialah Mengetahui Efektivitas Pengawasan
pihak baik internal perusahaan maupun eksternal K3 oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten
perusahaan. Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Sidoarjo untuk mewujudkan budaya K3. Manfaat
kerja dilakukan mulai dari Skala Perusahaan, skala penelitian ini secara praktis ialah dapat memberikan
pekerja, hingga seluruh peralatan dan alat produksi dalam kontribusi informasi dalam hal pengawasan keselamatan
proses produksi. Di Indonesia, masalah pengawasan K3 dan kesehatan kerja yang dilakukan oleh Dinas Sosial
hampir menjadi permasalahan di berbagai daerah karena dan Tenaga Kerja Kota Sidoarjo untuk mewujudkan
beberapa faktor seperti kurangnya tenaga pengawas. Budaya K3 dan secara teorits dapat memberikan
Dalam data yang disajikan oleh Kementrian Tenaga gambaran tentang sejauh mana kepedulian pemerintah
Kerja tahun 2012, terdapat 14 kategori yang menjadi terhadap masyarakatnya di bidang tenaga kerja serta
objek pengawasan K3 antara lain hubungan kerja, waktu memberikan pemikiran baru pada perkembangan ilmu
35
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015

administrasi negara akan pentingnya kehadiran namun memasukkan kriteria secara keseluruhan.
pemerintah untuk memotivasi masyarakat dalam Dalam pendekatan sistem, jika salah satu sub
mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. sistem didalamnya terganggu atau gagal
dilaksanakan, maka secara keseluruhan kondisi
Efektivitas Pengawasan tersebut dikatakan tidak efektif.
Dari berbagai teori tentang indikator-indikator Dalam Gibbons, sistem yang dimaksud
pengukuran efektivitas, dalam penelitian ini penulis digambarkan secara sederhana yaitu terdiri atas
memilih dua pendekatan yaitu pendekatan pencapaian input (masukan) yang diambil dari suatu sistem
tujuan pengawasan dan pendekatan sistem sebagai teori yang lebih luas yaitu lingkungan. Selanjutnya,
untuk mengukur keefektifan fungsi pengawasan Dinas masukan tersebut diolah dalam sebuah proses dan
Sosial dan Tenaga Kerja dalam penelitian ini yang pada akhirnya menghasilkan output (keluaran)
diambil menurut teori milik Gibson, Donnely dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Ivancevich. Selain itu peneliti juga melihat efektivitas dari
Alasan penulis memilih teori tersebut karena tiga sudut pandang menurut Gibbons, yaitu Efektivitas
teori ini paling memenuhi syarat untuk menjawab individu, efektivitas kelompok serta efektivtas organisasi
rumusan masalah pada penelitian ini dan dianggap lebih dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja agar
relevan dengan konsep pengukuran efektivitas karena tercipta budaya k3 seperti yang menjadi visi nasional
penelitian ini tidak mengukur kualitas pelayanan. kementrian tenaga kerja di Indonesia. Penjelasan dari
Indikator tersebut dirasa lebih tepat dan lebih mampu ketiga pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :
mengukur efektivitas Dinsosnaker dalam pengawasan 1. Efektivitas Individu
pelanggaran keselamatan dan kesehatan kerja di Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari
kabupaten Sidoarjo, sehingga hasil akhir yang diinginkan segi individu yang menekankan pada hasil karya
penulis disini adalah kecermatan dalam proses karyawan atau anggota dari organisasi. Dalam hal
pengukuran efektivitas yang nantinya akan terlihat lebih ini, yang dimaksud individu ialah individu pengawas
objektif dan lebih akurat. terkait keselamatan dan kesehatan kerja.
Penjelasan dari dua pendekatan tersebut 2. Efektivitas kelompok
adalah: Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya
1. Pendekatan Pencapaian tujuan individu saling bekerja sama dalam kelompok. Jadi
Pencapaian tujuan merupakan salah satu alat ukur efektivitas kelompok merupakan Jumlah kontribusi
yang dipakai untuk menentukan keberhasilan dari semua anggota kelompoknya. Kelompok yang
individu atau kelompok atau bahkan sebuah dimaksud dalam penelitian ini ialah kondisi
lembaga. Suatu kegiatan dilaksanakan dengan pengawas sebagai satu kelompok atau bidang
berpedoman pada tujuan yang telah dibuat di awal pengawasan.
terbentuknya suatu organisasi. Hasil yang dicapai 3. Efektivitas Organisasi
berupa barang maupun jasa tergantung organisasi Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu
yang menghasilkanya. Ukuran ini menunjukkan dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas,
kemampuan organisasi untuk menghasilkan organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang
keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat. lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya
Berdasarkan penjelasan mengenai konsep tiap-tiap bagiannya. Dalam hal ini, yang menjadi
pencapaian tujuan di atas maka dalam penelitian ini sorotan ialah bagaimana pengaruh keberadaan
akan dibahas pencapaian tujuan dengan penekanan pengawas dalam perkembangan dinas secara
pada sejauh mana Dinsosnaker dapat melaksanakan keseluruhan untuk mewujudkan budaya K3 selaku
tugasnya dan menertibkan pelanggaran norma instansi yang memiliki tanggung jawab tersebut.
kesehatan dan keselamatan kerja yang terjadi.
Selain itu upaya yang dilakukan Dinsosnaker dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
mengemban tugasnya dalam mengawasi kesehatan Menurut Abraham Maslow manusia memiliki
dan keselamatan kerja yaitu tercapainya budaya K3 lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan
yang berkaitan dengan perilaku seluruh aspek di atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga
kabupaten Sidoarjo. yang tidak penting dan yang mudah hingga yang sulit
2. Pendekatan Sistem untuk dicapai. Lima kebutuhan tersebut ialah (1)
Pendekatan sistem merupakan pendekatan yang Phsycological need, (2) Security Need, (3) Social Need,
memandang pada suatu sistem secara keseluruhan (4) Ego Need, dan (5) Self Actualization.
dimana sistem tersebut memiliki beberapa Pada awal perkembangannya, penanganan
subsistem yang saling terkait satu dengan yang lain. keselamatan dan kesehatan kerja masih terbatas pada
Dalam Robbins juga dijelaskan bahwa pendekatan kegiatan inspeksi untuk memeriksa kondisi lingkungan
sistem tidak hanya menekankan pada tujuan akhir kerja. Kemudian pada tahun 1930an, H.W. Heinrich
36
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015

seorang ahli K3 dengan teori dominonya mengawali Pengaruh Pengawasan dengan Budaya Keselamatan
pendekatan K3 secara ilmiah dengan mengemukakan dan Kesehatan Kerja
teori tentang sebab kecelakaan yang dikenal sebagai Untuk dapat mewujudkan budaya kesehatan dan
unsafe act dan unsafe condition. keselamatan kerja, dalam PER.05/MEN/1996 dijelaskan
Selanjutnya, aspek keselamatan kerja terus bahwa perlu ada kontribusi dan komitmen dari
berkembang. Pada tahun 1949, perhatian masyarakat masyarakat khususnya perusahaan dan tenaga kerja itu
terhadap K3 semakin meningkat tidak hanya masalah sendiri. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
kecelakaan kerja tetapi juga kesehatan di tempat kerja. akan efektif apabila semua pihak dalam perusahaan
Banyak ditemukan penyakit yang menimpa pekerja didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan
berkaitan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja pengembangan Sistem Manajemen K3, serta memiliki
yang tidak aman. Diketahui pula bahwa kondisi budaya perusahaan yang mendukung dan memberikan
lingkungan keja juga dapat menimbulkan bahaya kontribusi bagi Sistem Manajemen K3. Oleh sebab itu,
terhadap pekerja seperti kebisinngan, suhu, cuaca kerja, pengawasan menjadi salah satu bentuk fungsi yang dapat
dan sebagainya. Program mengenai pencegahan penyakit mewujudkan budaya kesehatan dan keselamatan kerja
akibat kerja mulai dikembangkan dan menjadi bagian karena dengan adanya pengawasan, pemerintah dapat
dari program K3. menjaga agar setiap perusahaan tetap menjalankan sistem
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menunjuk manajemen kesehatan dan keselamatan agar tingkat
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fiskal dan psikologis kecelakaan kerja yang terjadi bisa semakin berkurang
tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja sehingga kesehatan dan keselamatan kerja dapat benar-
yang disediakan oleh perusahaan. Kondisi fisiologis- benar membudaya di seluruh lapisan masyarakat.
fiskal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja Untuk mewujudkan budaya kesehatan dan
seperti kehilangan nyawa atau anggota badan, cedera keselamatan kerja, pemerintah telah menerapkan
yang diakibatkan gerakan berulang-ulang, sakit berbagai aturan dalam kesehatan dan keselamatan kerja
punggung, sindrom carpal tunnel, penyakit-penyakit yang salah satunya tertuang dalam UU No. 1 tahun 1970
kardiovaskular, berbagai jenis kanker, emphysema, dan tentang Keselamatan Kerja. Dalam UU No. 1 tahun 1970
arthritis. Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi membahas berbagai aturan-aturan yang salah satunya
penting karena mempengaruhi tiga aspek utama yaitu mengatur tentang Pengawasan dalam bab IV pasal 5.
moral, hukum dan ekonomi. Aspek Moral yang Pengawasan menjadi penting dalam mewujudkan budaya
dimaksud karena manusia memiiki hak untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja karena terdapat
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan koneksi yang membuat pengawasan dapat menjadi
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan indikator terwujudnya budaya kesehatan dan keselamatan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan kerja.
nilai-nilai agama (UU nomor 13 tahun 2003). Para Sesuai dengan Gambar I.5.6 yang menunjukkan
pemberi kerja melaksanakan perlindungan atas bahwa pentingnya pengawasan dalam mengendalikan
pekerjanya atas dasar kemanusiaan. Kedua aspek hukum, metode serta pelaksanaan kebijakan K3 yang diimbangi
UU ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap dengan adanya peraturan dan standar yang harus
pekerja untuk menghadapi risiko kerja yang dihadapinya dilakukan oleh Lembaga serta SDM yang didukung juga
yang ditimbulkan pekerjaan. Para pemberi kerja yang dengan adanya pembinaan K3 untuk menciptakan budaya
lalai atas tanggung jawabnya dalam melindungi pekerja K3 pada akhirnya.
yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat
hukuman yang setimpal sesuai dengan undang-undang Gambar I
ketenagakerjaan. UU nomor 1 tahun 1970 tentang Arah Kebijakan untuk mewujudkan budaya K3
keselamatan kerja untuk melindungi para pekerja pada
segala lingkungan kerja baik di darat, di dalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang
berada dalam lingkungan kekuasaan hukum Republik
Indonesia. UU no 23 tahun 1992 tentang kesehtan
menyatakan bahwa perusahaan berkewajiban
melaksanakan pemeriksaan atas kesehatan fisik dan
mental para pekerjanya. Terakhir merupakan aspek
ekonomi yaitu Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja menjadi perhatian penting pada berbagai organisasi,
karena semakin tingginya tingkat kecelakaan kerja yang
dialami para pekerja, akan berdampak pada rendahnya
produktivitas yang berakibat pada kerugian yang dialami
(Sumber : Bahan Presentasi Calon Ahli K3)
pihak perusahaan.
37
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015

Metode Penelitian Sidoarjo di bidang sosial dan tenaga kerja berdasarkan


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Dinsosnaker
metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik Kabupaten Sidoarjo mempunyai tugas menyelenggarakan
penentuan informan secara purposive. Data yang urusan pemerintah di bidang Ketenagakerjaan. Urusan di
diperoleh merupakan hasil observasi, wawancara bidang ketenagakerjaan terbagi menjadi urusan norma
mendalam dan dokumentasi. Proses analisa data umum dan norma keselamatan dan kesehatan kerja.
dilakukan dengan menggabungkan data primer dan Mengawasi tenaga kerja lewat norma keselamatan dan
sekunder yang didapat, selanjutnya melakukan kesehatan kerja adalah salah satu tupoksi dari
pengkategorian menggunakan tema substantif yang Dinsosnaker. Kinerja Dinsosnaker dalam mengawasi
disiapkan, dan menata kembali untuk dilakukan keselamatan dan kesehatan kerja mutlak diperlukan agar
interpretasi serta penarikan kesimpulan. Kemudian lingkungan tenaga kerja Kabupaten Sidoarjo menjadi
validitas data diuji dengan triangulasi data sehingga data lebih tertib dan aman sesuai dengan tujuan visi dan misi
yang disajikan merupakan data yang absah. yang ada di dinas tersebut.
Secara garis besar, tujuan dari pengawas
Efektivitas Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan keselamatan dan kesehatan kerja dinsosnaker ialah
Kerja Oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja mewujudkan budaya K3. Untuk dapat mewujudkan hal
Kabupaten Sidoarjo sebagai Upaya Mewujudkan tersebut, berbagai upaya dilaksanakan oleh Dinas seperti
Budaya K3 melakukan pemeriksaan serta sosialisasi untuk
Berdasarkan temuan di lapangan, kecelakaan membimbing penerapan SMK3. Untuk dapat mengukur
dalam lingkungan kerja memiliki kaitan salah satunya efektivitas pengawasan yang telah dilakukan, sesuai
dengan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dengan teori Robbins, bahwa suatu efektifitas dinilai
yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas tenaga kerja. lebih pada kaitannya dengan tujuan akhir daripada
Pencapaian tujuan dalam organisasi menjadi penting dengan prosesnya. Apabila tujuan tercapai maka kerja
karena suatu organisasi berdiri dengan sebuah visi atau tersebut dikatakan efektif.
tujuan sebagai landasan atau alasan organisasi itu Sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Bupati
dibentuk. Tidak ada satupun organisasi yang didirikan kepada pengawas keselamatan dan kesehatan kerja,
tanpa memiliki arah atau tujuan. Dengan tujuan tersebut, pengawas telah melakukan pemeriksaan di lapangan
eksistensi sebuah organisasi dapat diukur, apakah yang dalam hal ini ialah 2.630 perusahaan yang ada di
organisasi tersebut memberikan perubahan baik bagi Kabupaten Sidoarjo. Dalam pemeriksaan tersebut
lingkungannya ataukah justru keberadaannya memberi pengawas dibagi dalam 3 bagian wilayah dengan masing-
perubahan yang buruk. Untuk itu pencapaian tujuan masing wilayah berisi 6 kecamatan yang ada di wilayah
dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan organisasi. kabupaten Sidoarjo dengan jumlah pengawas sebanyak
Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi publik sangat 19 orang.
penting dilakukan untuk mengetahui/mengukur Pengawas melakukan pengawasan di
pencapaian hasil kerja suatu instansi publik sehingga perusahaan selain berdasarkan tupoksi, juga berdasarkan
dapat diketahui sejauh mana pemerintah telah bekerja pengaduan yang masuk. Namun pada kenyataannya
untuk masyarakat. Dengan mengukur sejauh mana pengaduan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
pencapaian tujuan yang telah dilaksanakan oleh masih sangat minim, dan bila ada itu hanya upaya tenaga
organisasi publik, maka upaya untuk membuat organisasi kerja untuk bisa mendapatkan klaim BPJS/Jamsostek.
semakin efektif bisa diwujudkan. Padahal untuk dapat mewujudkan budaya K3 pemerintah
Penilaian pencapaian tujuan merupakan tidak dapat bekerja sendiri, perlu ada kesadaran dari
aktivitas menilai kegiatan yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan tenaga kerja secara langsung.
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah Untuk mewujudkan tujuan pengawas yaitu
ditetapkan. Aktivitas ini intinya untuk melakukan menciptakan budaya K3 adalah dengan mengurangi
penilaian apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan angka kecelakaan kerja lewat pengawasan dan sosialisasi.
telah tercapai. Untuk dapat melakukan penilaian tentunya Dalam melakukan pemeriksaan pengawas keselamatan
dibutuhkan adanya standar penilaian. Hakikat penilaian dan kesehatan kerja dilakukan sesuai undang-undang
adalah membandingkan antara fakta empiris dengan yaitu 5 perusahaan setiap bulan. Pengawas dari
standar yang ada. Dengan demikian, dapat diketahui dinsosnaker pada kenyataannya melakukan pengawasan
bahwa hakikat penilaian pencapaian tujuan adalah rata-rata 8 perusahaan setiap bulannya. Namun ternyata
membandingkan antara hasil atau kenyataan yang ada di itu semua masih belum menjangkau setiap perusahaan
lapangan dengan apa yang telah direncanakan yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Jika pengawas
sebelumnya. melakukan pemeriksaan ke 8 perusahaan setiap bulan,
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten dengan jumlah pengawas yang hanya 19 orang, maka
Sidoarjo adalah sebuah organisasi yang merupakan total perusahaan yang dikunjungi setiap tahunnya hanya
penyelenggara urusan pemerintah daerah kabupaten 1.824 perusahaan setiap tahunnya. Dengan fakta lain
38
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015

yang ternyata tidak menutup kemungkinan setiap tahun input menjadi output. Output adalah hasil yang diperoleh
ada penambahan perusahaan di Sidoarjo. Selain dari pengolahan input melalui proses.
pemeriksaan, pengawas juga melaksanakan kegiatan Dalam teori pendekatan sistem, organisasi
sosialisasi dengan mengadakan bimbingan teknis. Setiap dipandang sebagai satu kesatuan dari seluruh elemen
tahunnya dilaksanakan bimbingan teknis sebanyak 3 yang saling bergantung satu dengan yang lainnya. Oleh
sampai 4 kali dengan mengundang 30 perusahaan dalam sebab itu, dalam teori pendekatan sistem, jika salah satu
satu kali pertemuan. Hal ini juga belum dapat maksimal substansi sistemnya terganggu, maka keseluruhan sistem
karena jika sosialisasi yang diadakan sebanyak 4 kali dikatakan tidak efektif karena subsistem tersebut saling
dikalikan 30 perusaahan maka setiap tahunnya hanya mendukung keberlangsungan sistem-sistem lainnya.
mengenai 120 perusahaan. Sedangkan total perusahaan Dinsosnaker kabupaten Sidoarjo, dalam
yang ada di Sidoarjo 2.630 perusahaan. Dari hal tersebut melakukan pengawasan juga dipandang sebagai sebuah
dapat menjadi salah satu penyebab angka kecelakaan sistem. Dalam melaksanakan pengawasan keselamatan
kerja yang terjadi di Sidoarjo tidak menurun. Meskipun dan kesehatan kerja, dinsosnaker juga memiliki elemen
menurun, angka kecelakaan kerja yang terjai masih tetap input, proses, serta output dan lingkugan yang
lebih tinggi dibandingkan kota atau kabupaten lainnya di mempengaruhi di dalamnya. Adapun Elemen tersebut
wilayah Jawa Timur. secara lebih terperinci dijabarkan sebagai berikut :
Dilihat dari dua belas tupoksi pengawasan Input : Sumber daya manusia, peralatan
norma keselamatan dan kesehatan kerja, masih terdapat untuk pemeriksaan, akomodasi, pedoman
empat tugas yang belum dapat dilaksanakan secara pengawasan (undang-undang, keputusan menteri,
maksimal yaitu pelaksanaan penanganan kasus dan atau peraturan menteri).
penindakan terhadap pengusaha yang melanggar norma Proses : kegiatan pemeriksaan keselamatan
keselamatan dan kesehatan kerja, terkait hal tersebut dan kesehatan kerja, penyuluhan/sosialisasi,
penindakan yang dijalankan masih erbilang lemah pelatihan (bimbingan teknis).
dikarenakan alah satu faktor penting dalam penindakan Output : nota pemeriksaan, laporan
tersebut yaitu regulasinya yang belum mengalami pertanggungjawaban kegiatan pengawasan, berita
amandemen sejak tahun 1970. Hal ini yang menyebabkan acara penyelidikan, dan jumlah pelanggaran
penindakan pelanggaran norma K3 menjadi lemah. norma K3
Selanjutanya tugas dalam memproses rekomendasi Lingkungan : Perusahaan dan Pekerja
pengesahan dan ijin terhadap pemakaian/penggunaan alat Dalam input, terdapat sumber daya manusia, peralatan,
produksi perusahaan. Terkait tugas ini masih belum akomodasi serta pedoman pengawasan berupa undang-
terlaksana dengan baik karena adanya kebijakan salah undang, keputusan menteri, peraturan menteri yang
satunya menerbitkan sertifikat P2K3 meskipun belum digunakan untuk dapat melaksanakan proses pengawasan
memenuhi ketentuan peraturan perundangan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Seperti yang telah
hal tersebut. Hal ini dapat berimplikasi pada keselamatan disinggung sebelumnya, sumber daya manusia yang
dan kesehatan kerja di lingkungan perusahaan. Ketiga, dalam hal ini adalah pengawas itu sendiri secara
pelaksanaan pengkajian dan perekayasaan hiegiene kuantitas masih belum dapat mengimbangi banyaknya
perusahaan ergonomi dan keselamatan kerja. Dalam hal perusahaan yang ada di Sidoarjo. Hal ini mempengaruhi
ini belum dicapai dengan maksimal karena dinsosnaker produktivitas organisasi dalam melakukan pengawasan
hanya memiliki satu pengawas yang memiliki spesialisasi secara keseluruhan. menurut Basu Swastha dan Ibnu
di bidang lingkungan kerja. Selanjutnya melaksanakan Sukotjo produktivitas adalah sebuah konsep yang
pelayanan dan pelatihan dan pengembangan norma menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang
keselamatan dan kesehatan kerja juga belum maksimal. dan jasa) dengan sumber (jumlah tenaga kerja, modal,
Hal ini dikarenakan pelatihan yang dilaksanakan belum tanah, energi, dan sebagainya) yang dipakai untuk
menjangkau seluruh perusahaan yang ada di Sidoarjo. menghasilkan hasil tersebut. Jika jumlah pengawas tidak
Pendekatan sistem dapat dideskripsikan sebagai ditambah, maka kegiatan pengawasan tidak dapat
perilaku organisasi baik secara eksternal maupun secara menyentuh seluruh perusahaan di wilayah Sidoarjo.
internal. Pendekatan sistem secara internal dapat dilihat Sedangkan secara kualitas, seluruh pengawas
dari performa individu dan kelompok yang ada di dalam keselamatan dan kesehatan kerjaa yang dimiliki
organisasi tersebut. Dinsosnaker telah memiliki kompetensi yang sesuai
Secara mendasar, sistem memiliki empat elemen dengan standar dimana pegngawas spesialis harus
dasar yaitu elemen input, proses, ouput, dan lingkungan. memiliki basic teknik, namun yang tidak juga tetap
Input atau masukan merupakan segala sumber daya yang mampu melakukan pengawasan dengan melihat
digunakan dalam organisasi untuk mendukung proses kesesuaian antara norma K3 dengan fakta. Namun
dalam upaya menghasilkan keluaran yang diharapkan. kualitas yang baik juga tidak bisa mendukung jika
Sedangkan proses merupakan kegiatan untuk mengolah kuantitasnya tidak proporsional.

39
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015

Dalam melakukan pemeriksaan juga diperlukan wilayah kecamatan yang ada di Sidoarjo, namun dalam
peralatan-peralatan untuk melakukan pemeriksaan teknis. pelaksanaannya, Setiap pengawas bekerja sebagai sebuah
Pengawas di Dinsosnaker telah memiliki dukungan tim yang setiap timnya beranggotakan tiga orang
peralatan-peralatan dari pusat namun hingga saat ini pengawas. Pembagian tim ini dimaksudkan agar dapat
belum digunakan. Hal ini mempengaruhi efisiensi proses saling membantu satu sama lain dalam melaksanakan
pelaksanaan pengawasan. Rahardjo Adisasmita pengawasan. Namun tetap setiap pengawas bertanggung
mengungkapkan Pengertian Efisiensi merupakan jawab atas wilayahnya masing-masing. Dalam proses
komponen-komponen input yang digunakan seperti pelaksanaan pemeriksaan di lapangan, dinas memiliki
waktu, tenaga dan biaya dapat dihitung penggunaannya kebijakan untuk merubah wilayah pemeriksaan dinas
dan tidak berdampak pada pemborosan atau pengeluaran setiap tahunnya, hal ini mempengaruhi kualitas
yang tidak berarti. Oleh karena itu, pengawas dalam pengawasan yang dilaksanakan, karena pengawas belum
melakukan pengawasan dibantu oleh PJK3 yang nantinya tentu membina dengan tuntas perusahaan yang ditangani
pengawas menganalisa laporan yang diberikan oleh dalam waktu satu tahun untuk melihat perkembangan
PJK3. Padahal, akan lebih efisien jika pengawas dari perusahaan tersebut. Selama melakukan pemeriksaan
melakukan pemeriksaan sendiri dengan menggunakan di Sidoarjo, pengawas merasa tidak dapat fokus karena
alat yang telah tersedia. selain menjadi pengawas K3, mereka menjadi pengawas
Selain sumber daya manusia dan peralatan, norma kerja. Pengaduan yang masuk ketika berad di
input lainnya yang dimiliki oleh Pengawas K3 lapangan selalu berkutat dengan urusan norma kerja,
Dinsosnaker ialah akomodasi dan inventaris untuk sehingga urusan-urusan yang berkaitan dengan k3 tidak
operasional. Akomodasi yang dimaksud ialah dukungan begitu mendapatkan perhatian.
transportasi yang diberikan oleh dinas untuk mobilisasi Kegiatan lainnya dalam proses pengolahan input
ke lokasi perusahaan. Hal ini menjadi perlu karena dalam menjadi output ialah kegiaan sosialisasi. Setiap tahunnya
melakukan pengawasan, pengawas memiliki wibawa dilaksanakan bimbingan teknis sebanyak 3 sampai 4 kali
yang perlu dijaga. Hal ini dapat mempengaruhi motivasi dengan mengundang 30 perusahaan dalam satu kali
kerja pengawas. Motivasi merupakan kekuatan yang pertemuan. Hal ini juga belum dapat maksimal karena
muncul dari setiap individu untuk mencapai tujuan. jika sosialisasi yang diadakan sebanyak 4 kali dikalikan
Untuk itu dinas perlu memperhatikan kebutuhan 30 perusaahan maka setiap tahunnya hanya mengenai
pengawas karena dapat berimplikasi pada semangat 120 perusahaan. Sedangkan total perusahaan yang ada di
pengawas yang juga dapat mempengaruhi produktivitas. Sidoarjo 2.630 perusahaan. Dari hal tersebut dapat
Pedoman pengawasan juga dikategorikan sebagai input menjadi salah satu penyebab angka kecelakaan kerja
dari pengawasan karena pedoman yang berupa undang- yang terjadi di Sidoarjo tidak menurun. Meskipun
undang, peraturan dan keputusan menteri ini merupakan menurun, angka kecelakaan kerja yang terjai masih tetap
bekal pengawas untuk melihat keseuaian antara lebih tinggi dibandingkan kota atau kabupaten lainnya di
kebijakan dengan fakta yang ada di lapangan. Dalam wilayah Jawa Timur.
prinsip pengawasan, Pengawasan harus berpedoman pada Output merupakan keluaran yang dihasilkan dari
kebijaksanaan yang berlaku. Dalam melakukan proses pengolahan input. Dalam pengawasan K3, yang
pengawasan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, menjadi ouput ialah nota pemeriksaan yaitu bukti dimana
pengawas dibekali dengan puluhan peraturan namun pengawas telah melakukan pemeriksaan, laporan
tetap berpayung pada UU nomor 1 tahun 1970. pertanggungjawaban dari kegiatan-kegiatan yang telah
Berdasarkn substansi yang ada dalam undang-undang no berlangsung, Dokumen-dokumen sertifikasi bagi
1 tahun 1970, sanksi-sanksi yang dibuat untuk memberi perusahaan baik itu sertifikasi alat, juga sertifikasi P2K3
efek jera bagi perusahaan jika ditemukan pelanggaran perusahaan, serta jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di
sudah tidak relevan. Sanksi yang diberikan berupa lapangan. Ketika pengawas mengeluarkan nota
kurungan 3 bulan atau denda setinggi-tingginya 100.000 pemeriksaan, pihak pengusaha harus mematuhi masukan
rupiah. Sanksi yang diberikan terbilang ringan di era yang diterima dari pihak pengawas untuk perbaikan alat.
sekarang. Hal ini berpengaruh pada efek jera yang Jika tidak, pengawas berhak melanjutkan perkara dengan
dirasakan pengusaha ketika melakukan pelanggaran. jalur hukum lewat BAP (berita acara penyidikan).
Untuk itu perlu dilakukan peninjauan kembali atas Laporan pertanggung jawaban yang dibuat yang ada ialah
undang-undang tersebut. laporan secara umum sesuai Peraturan Menteri nomor 9
Untuk menciptakan harmonisasi dalam tahun 2005, secara individu, pengawas hanya melaporkan
lingkungan organisasi, perlu ada kepaduan. Menurut untuk keperluan laporan umum. Sebagai penngawas,
Campbell, Kepaduan dapat menjadi salah satu penilaian mereka juga memiliki wewenang untuk mengeluarkan
akan keefektifan organisasi. Kepaduan merupakan fakta sertifikat bagi obyek pengawasan. Dalam UU no 1 tahun
bahwa para anggota bekerja sama dengan baik, 1970 untuk mengeluarkan sertifikat bagi P2K3
berkomunikasi dan mengkoordinsi. Dalam melaksanakan perusahaan dengan syarat sekretaris P2K3 adalah seorang
kegiatan pengawasan, pengawas memang dibagi ke 18 ahli K3. Dalam sebuah sistem, substansi lingkungan juga
40
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015

memberikan pengaruh pada substansi lainnya secara terjadi belum menunjukkan penurunan. Jika
keseluruhan. Lingkungan yang kondusif dan mendukung kecelakaan kerja masih sering terjadi, maka budaya
dapat membantu berjalannya sistem dengan baik. k3 juga belum terwujud. Selain dengan melihat
Perumusan strategi yang efektif dan efisien adalah angka kecelakaan kerja, dapat juga dilihat dari
perumusan yang memadukan perspektif yang jumlah perusahaan yang telah melaksanakan SMK3.
berorientasi kedepan dengan lingkungan internal dan Jika ditinjau dari penerapan SMK3 di Sidoarjo, maka
eksternal organisasi. Dalam pengawasan K3, yang pengawasan yang dilaksanakan belum efektif.
dimaksud dengan lingkungan ialah lingkungan Sebab, dari 2.630 perusahaan di tahun 2014, hanya
perusahaan yang terdiri dari pengusaha dan tenaga kerja. 70 perusahaan yang sudah menerapkan SMK3.
Untuk memenuhi atau melaksanakan K3 sesuai dengan Selain itu, tujuan pengawasan juga untuk melakukan
peraturan perundangan, memang membutuhkan biaya pembinaan teknis mengenai K3, jika ditinjau dari
yang cukup banyak. Untuk itu di wilayah Sidoarjo, pembinaan yang telah dilakukan, maka pembinaan
pengusaha masih menganggap bahwa K3 itu sebagai cost yang dilakukan belum efektif, karena setiap
bukan investasi. Memang untuk menciptakan budaya, tahunnya hanya diadakan 3 sampai 4 kali dengan
harus ada perubahan mindset dar setiap stakeholder agar jumlah perusahaan yang diundang sebanyak 30
dapat bekerja sama mewujudkan sebuah budaya. Akibat dalam satu pertemuan, sehingga perusahaan yang
mindset perusahaan yang demikian, maka upaya yang dikenai hanya sebanyak 120 perusahaan setiap
dilakukan oleh pemerintah dirasa tidak cukup. Hal serupa tahunnya. Jika ditinjau dari 12 tugas pokok dan
juga datang dari lingkungan tenaga kerja. Sikap tenaga fungsi pengawasan, masih ada 4 tupoksi yang belum
kerja yang belum begitu memikirkan keselamatan dan terlaksana dengan baik, namun 8 tugas lainnya sudah
kesehatan dalam bekerja membuat pengawas semakin mampu dipenuhi oleh pengawas dalam mengawasi
sulit mengendalikan perusahaan. Sebab, budaya K3 k3. Secara keseluruhan, pengawasan K3 untuk
hanya dapat diciptakan dengan kerja sama dari pihak mewujudkan budaya keselamatan dan kesehatan
pemerintah, perusahaan, dan tenaga kerja. Di sisi lain, kerja yang dilakukan belum efektif jika ditinjau dari
pengawas juga mendapatkan tekanan dari pemerintah pendekatan pencapaian tujuan.
yang dalam hal ini ialah atmosfir politik daerah 2. Pendekatan Sistem
kabupaten Sidoarjo. Dikuatirkan, jika pengawasan yang Dalam melaksanakan pengawasan keselamatan dan
dilaksanakan terlalu ketat, akan menimbulkan penurunan kesehatan kerja, Dinsosnaker memiliki sistem yang
investasi di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Hal ini tidak mengatur berjalannya pengawasan mulai dari input
sesuai dengan keefektifan pengawasan yang harus hingga output. Untuk melihat efektivitas pengawasan
berpangkal tolak dari keputusan pimpinan yang dengan pendekatan sistem, digunakan 4 indikator
tercantum. yaitu indikator input, proses, output dan lingkungan.
Melihat dari input pengawasan K3, pengawasan
Kesimpulan yang dilaksanakan belum efektif karena beberapa
Berdasarkan penyajian serta analisis dan indikator yaitu jumlah pengawas yang minim yaitu
interpretasi data, hasil penelitian tentang kinerja 19 pengawas untuk 2.630 perusahaan, akomodasi
pengawasan Dinsosnaker Kabupaten Sidoarjo yang telah yang kurang memadai dalam hal ini berupa
dilakukan dalam mengawasi keselamatan dan kesehatan transportasi dan inventaris yang minim, serta
kerja sebagai upaya mewujudkan budaya K3, maka dapat pedoman berupa undang-undang yang masih belum
ditarik kesimpulan bahwa ternyata pengawasan yang diperbaharui sehingga tidak memberikan efek jera
dilakukan belum efektif. Hal itu dikarenakan syarat bagi perusahaan melanggar aturan. Melihat dari
mencapai keefektifan dari kedua pendekatan tersebut proses pengawasan K3, pengawasan yang
belum terpenuhi. Pengukuran terhadap efektivitas dilaksanakan belum efektif, hal tersebut karena
pengawasan dinsosnaker dalam mengawasi keselamatan pengawasan yang dilaksanakan lebih berfokus pada
dan kesehatan kerja menggunakan dua pendekatan yaitu urusan norma kerja, serta pelanggaran-pelanggaran
pendekatan pencapaian tujuan dan pendekatan sistem. yang terjadi tidak semua dapat ditindaklanjut karena
Hal tersebut akan diperjelas secara lebih terperinci faktor ekternal, pelaksanaan pengawasan yang
sebagai berikut : dilaksanakan juga belum maksimal untuk memantau
1. Pendekatan Pencapaian tujuan pengawasan sebuah perusahaan atau wilayah karena strategi dinas
Dinsosnaker dalam melakukan pengawasan memiliki yang memindahkan wilayah pengawasan setiap
tujuan untuk menciptakan budaya k3 secara garis tahun. Melihat output pengawasan K3, pengawasan
besar, budaya K3 dapat diwujudkan dengan yang dilaksanakan telah menghasilkan sesuai dengan
mengurangi angka kecelakaan kerja yang terjadi di rencana kerja, pengawas juga telah melaksanakan
Sidoarjo. Jika ditinjau dari data kecelakaan kerja pelaporan sebagai kewajibannya, serta mampu
yang terjadi, maka pengawasan yang dilakukan menekan angka pelanggaran K3 yang terjadi, namun
belum efektif karena angka kecelakaan kerja yang dalam kenyataannya pengawas mengeluarkan
41
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015

sertifikat meskipun perusahaan belum memenuhi Daftar Pustaka


persyaratan k3 yang dalam hal ini dilihat dari P2K3 Ensiklopedi umum. Yogyakarta: Yayasan Kanisius,
perusahaan. Keputusan dinas yang seperti ini dapat 1977.
berdampak fatal bagi pengawasan k3 perusahaan. Etzioni. 1985. Organisasi-organisasi Modern. Jakarta :
Melihat dari lingkungan dalam pengawasan K3, UI Press
pengawasan yang dilaksanakan belum efektif karena Gibson, James. L, John M. Ivancevich, James H. Donelly
beberapa faktor eksternal yaitu kebijakan politik Jr. 1985. Organizations : Behavior, Structure,
yang menekan ruang gerak pengawasan, lalu tenaga Process. Fifth Edition. Texas : Bussiness
kerja yang masih belum peduli akan keselamatan Publication INC
dan kesehatan kerja serta pengusaha yang masih Handayangingrat. 1995. Asaz-asaz Organisasi
menganggap bahwa k3 hanya menambah beban Manajemen. Jakarta : CV Mas Agung
perusahaan. Meninjau dari pendekatan sistem Handoko, Hani. 2003. Manajemen. cet (18) edisi 2,
melalui keempat indikator, pengawasan yang Yogyakarta : BPFE.
dilaksanakan untuk mewujudkan budaya Internasional Labour Organization. 2013. Keselamatan
Keselamatan dan kesehatan kerja masih belum dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja : Sarana
efektif. Produktivitas. Jakarta : ILO
Komarudin. 1994. Ensiklopedi Manajemen. Jakarta :
Saran Bumi Aksara.
1. Pihak Dinsosnaker hendaknya dapat memenuhi Krech, D. Cruthfied, R. & Ballachey, E. 1962. Individual
perlengkapan para pengawas keselamatan dan and Society. Kogakusha : Mc Graw Hill
kesehatan kerja dengan berbagai sarana dan Lembaga Administrasi Negara RI. 1997. Sistem
prasarana. Karena dengan sarana dan prasarana Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta :
yang memadai kinerja pengawasan keselamatan PT. Toko Gunung Agung
dan kesehatan kerja dinsosnaker akan lebih efektif. Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik.
2. Pihak Dinsosnaker dalam melakukan sosialisasi Jogjakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja perlu menambah YKPN.
intensitas bimbingan untuk dapat menjangkau Manullang. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Ghalia
seluruh perusahaan agar budaya k3 dapat mulai Indonesia. Hlm 128
dirintis Masri Singarimbun & Sofyan Efendi. 2012. Metode
3. Pihak dinsosnaker perlu melakukan rekomendasi Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES
untuk menambah tenaga pengawas karena jumlah Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif.
pengawas yang ada sekarang belum proporsional Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
untuk melaksanakan pengawasan ke seluruh Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik.
perusahaan yang ada di Sidoarjo serta spesialis Bandung : Alfabeta
yang dimiliki masih perlu ditambah dibeberapa Prayudi. 1981. Hukum Administrasi Negara. Jakarta :
spesialisasi. Ghalia Indonesia
4. Pihak Dinosnaker perlu lebih tegas dalam Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa. 1991. Kamus
mengawal undang-undang mengenai keselamatan Besar Bahasa Indonesia : Edisi Kedua. Jakarta :
dan kesehatan kerja. Balai Pustaka
5. Bekerja sama dengan pihak lain seperti BPJS serta Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Kesehatan
Jamsostek untuk melakukan pembinaan dan Keselamatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta :
keselamatan dan kesehatan kerja agar intensitas Dian Rakyat, hal 46
pembinaan lebih meningkat Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep,
6. Pihak Dinsosnaker perlu memberikan pelatihan Kontroversi dan Aplikasi. Alih Bahasa : Hadyana
bagi para pengawas dalam penggunaan peralatan Pujaatmaka. Edisi Keenam.
pengujian objek keselamatan dan kesehatan kerja Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi. Jakarta :
7. Pihak Dinsosnaker perlu melengkapi website yang Erlangga, hlm 46-48
telah ada mengenai seluruh kegiatan dinas beserta Suardi, Rudi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan
temuan-temuannya dari berbagai bidang sehingga Kesehatan Kerja. Jakarta : Penerbit PPM
memudahkan masyarakat untuk mengetahui apa Sujamto. 1994. Aspek-aspek Pengawasan di Indonesia.
saja pencapaian yang telah dikerjakan oleh Jakarta : Sinar Grafika
Dinsosnaker. Sulaiman, Anwar. 1999. Pengantar Keuangan Negara
8. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya untuk dan Daerah. Jakarta : STIA-LAN.
melakukan penelitian di bidang pengawasan dari Supriyono. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen.
sektor pemerintah selain pengawasan tiap Yogyakarta : BPFE
perusahaan
42
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 3, September - Desember 2015

Suwarno Handayaningrat. Pengantar Studi Ilmu tahun 2015. Sidoarjo : Bahan Presentasi
Administrasi dan Manajemen. Jakarta. CV. Haji Sosialisasi K3
Masagung. Yin, Robert. K. 1996. Studi Kasus Desain dan Metode.
Syafei, Inu Kencana. 2006. Sistem Administrasi Negara Terjemahan M. Djauzi Mudzakir. Jakarta : PT
Republik Indonesia (SANRI). Jakarta : PT Bumi Raja Grafindo Persada
Aksara _____________. 2011. Qualitative Research From Start
Terubus, H. 2015. Pengendalian K3 Dengan Manajemen to Finish. New York: The Guilford Press
Menuju Budaya K3 dan Menyongsong MDGs

43

Anda mungkin juga menyukai