Nama : Supriadi
Nim : 140101013
Jurusan : Hukum Keluarga Islam Melayu Nusantara
Judul Proposal : Kepastian Hukum Kepemilikan Tanah Mahar menurut
Hukum Islam (Studi Analisis Menurut Perundang-undangan)
A. Latar belakang
Perkawinan1 adalah suatu perjanjian yang suci, kuat, kokoh untuk hidup
bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk
membentuk rumah tangga yang kekal, santun menyantuni dan kasih mengasihi.2
Perkawinan adalah suatu peristiwa yang fitrah, tarbiyah, dan sarana paling agung
yang menjadi sebab terjaminnya ketenangan, cinta dan kasih sayang. Karena itu,
menjaganya dari segala keharaman, sehingga tercipta ketenangan secara lahir dan
1
Pada dasarnya kata kawin merupakan terjemahan dari bahasa Arab nikah yang berarti
ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Alquran menggunakan kata ini untuk makna bahasa. Pada mulanya kata nikah yang bersal dari
bahasa Arab nikahun dan merupakan Masdar dari kata = nakaha, digunakan dalam arti bergabung
Muhammad al-Sharbini al-Khatib, Mughni Juz III (Mesir; Mustafa al-Babby al-Halabi wa
Awladuh,1995), h.123. Terkadang juga digunakan arti = al-wata (hubungan seksual)
atau = Aqad (perjanjian). Akan tetapi kebanyakan pemakaiannya untuk aqad1. Namun
secara leksikal, perkawinan identik dengan = nikah dan = Zauwj. Abu al-Husain Ahmad bin
Faris bin Zakariyah,Mujam Maqayis al-Lugah,Juz III (Cet.II;Mesir : Maktab al-Babiy al-Halabi wa
Awaladuh,1971), h.145
2
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia (Jakarta: UI Press, 1986), h.47
1
2
batin, karena dengannya bisa diperoleh kelembutan, kasih sayang serta kecintaan
sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat. Dalam rumah tangga
berkumpul dua insan yang berlainan jenis (suami dan istri), mereka saling
rumah tangga itulah yang disebut keluarga. Keluarga merupakan suatu unit
terkecil dari suatu bangsa, keluarga yang dicita-citakan dalam perkawinan
yang sah adalah keluarga sejahtera dan bahagia yang selalu mendapat ridha dari
Allah Swt.
antara yang satu dengan yang lainnya, khususnya dalam hal perkawinan dan
bermasyarakat dan bernegara pada umumnya. Karena itu dalam hal ini perlu
adanya peraturan hukum yang mengatur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
perkawinan.
Nomor 3019 yang diundangkan pada tanggal 2 Januari 1974. Kemudian untuk
Tahun 1975) pada tanggal 1 April 1975. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah
di seluruh Indonesia.
bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal
mempunyai pengaruh yang lebih agung, diantaranya hak istri kepada suami,
berupa mahar. Mahar termasuk keutamaan agama Islam dalam melindungi dan
Para ulama fikih sepakat bahwa mahar wajib diberikan oleh suami kepada
istrinya baik secara kontan maupun secara tempo, pembayaran mahar harus sesuai
harta benda secara perseorangan, yang tidak dapat diganggu oleh pihak lain.
Suami yang menerima pemberian, warisan, dan sebagainya tanpa ikut sertanya
istri, berhak menguasai sepenuhnya harta yang diterimanya itu. Demikian pula
halnya istri yang menerima pemberian, warisan, mahar tanpa ikut sertanya suami,
3
Soesilo dan Pramudji R, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dilengkapi dengan
Uundang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam,
Uundang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (Cet.I; t.t:
Redbook Publisher, 2008), h. 461
4
berhak menguasai sepenuhnya harta benda yang diterimanya itu. Harta bawaan
yang telah mereka miliki sebelum terjadi perkawinan juga menjadi hak masing-
masing.4
kemauan suami (cerai talak), tetapi banyak juga terjadi karena permintaan isteri
(cerai gugat). Banyak alasan yang dikemukakan isteri untuk menggugat cerai
pengadilan. Hal ini membuktikan bahwa setiap pasangan tidak selamanya dapat
rumah tangga. Salah satu dari pasangan suami isteri ada merasa dirugikan.
Berbagai reaksi pun akan terjadi dari pihak yang merasa dirugikan, mulai dari
bahkan sampai ada penuntutan pengembalian mahar oleh suami terhadap isterinya.
Menurut hukum Islam mahar yang telah diberikan kepada isteri adalah
menjadi hak milik isteri. Seorang suami tidak boleh menuntut kembali mahar yang
karena merasa tidak ada alasan yang kuat bagi istrinya untuk menggugat cerai.
4
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam (Yokyakarta: UII Pres, 2000), h. 65.
5
Mahar yang diberikan oleh suami kepada istri dalam bentuk apapun semata-
mata menjadi miliknya istri, kecuali istri bersedia memberikan sebahagian atau
seluruhnya dari mahar tersebut kepada suaminya maka pemberian tersebut hanya
Apabila ditinjau dari segi besarnya mahar yang harus dibayar oleh suami,
maka terdapat dua pembagian mahar, yaitu mahar musamma dan mahar mis|il.5
Mahar musamma atau pemberian mahar yang ditentukan dengan tegas tentang
jumlah dan jenis sesuatu barang yang dijadikan mahar pada saat terjadinya akad
nikah, Sedangkan mahar mis|il adalah adalah mahar perempuan yang menyerupai
istri pada waktu akad, dimana perempuan itu berasal dari keluarga ayahnya, bukan
keluarga ibunya jika ibunya tidak berasal dari keluarga ayahnya, seperti saudara
perempuannya, bibinya dari pihak ayah, anak pamannya dari pihak ayah, yang satu
daerah dan satu masa dengannya. Dalam kenyataan dimasyarakat mahar dapat
berupa uang, pakaian, benda bergerak atau tidak bergerak, bahkan bisa dalam
bentuk jasa seperti halnya suami memberikan mahar dalam bentuk mengajarkan
Begitu pula hal itu, kasus sangketa tanah mahar pernah terjadi di Desa
kedua orang tua mereka meninggal dunia, tanah mahar kembali dikuasai oleh
5
M. Abdul Mujid dkk, Kamus Istilah Fikih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h. 185
6
merupakan tanah warisan, pada hal tanah itu sebelumnya dikala orang tua mereka
masih hidup pernah dijadikan mahar untuk Saudaranya (Adik kandung) dan tanah
(baik cerai talak maupun cerai gugat) atau penguasaan tanah berstatus tanah mahar
yang seharusnya dimiliki yang berhak dikuasai oleh orang yang tidak berhak
merupakan suatu permasalahan yang ada dalam masyarakat.
berdasarkan hukum maka seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun
1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah salah satu bentuk unifikasi
Mahar KHI, diatur secara terperinci dalam satu Bab yakni Bab V yang terdiri
kepastian hukum. Seperti halnya apabila terjadi sangketa kemudian hari harus ada
kejelasan sebelumnya, mana yang menjadi hak istri dan mana yang menjadi hak
6
Drs. Usman Ali, Salah seorang keluarga yang berperkara tanah mahar, Desa Sugiale,
Kecematan Barebbo, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, Wawancara di
Watampone, Pukul 13.00. Wita Tanggal 18 Februari 2016.
7
suami. Jangan sampai suami mengambil hak istri atau sebaliknya istri mengambil
hak suami.
bersifat materi, lebih mengarah pada benda tidak bergerak dalam hal ini berupa
tanah. Hal demikian ini sejalan dalam praktik dan adat kebiasaan masyarakat
Bugis, terutama di Kabupaten Bone bahwa pemberian mahar lebih lazim berupa
tanah.
Praktik tanah mahar dimasyarakat pada kenyataannya masih rawan terjadi
Tanah. Untuk itu persoalan tanah mahar tidak lepas dari ketentuan hukum ini,
begitupun status kepemilikan dan hak milik atau peralihan hak milik, serta
kepastian hukum tanah mahar tentu harus didasari dengan pembuktian hak milik
B. Rumusan masalah
8
berikut :
tertuang di dalam akta nikah dan penyelesaian hukum ketika terjadi sangketa
di pengadilan?
1. Definisi Operasional
variabel dalam tesis ini, maka penulis menguraikan beberapa pengertian kata
atau kalimat yang bertujuan meluruskan dan menegaskan pengertian dan arah
penulisan ini. Adapun pengertian kata atau kalimat yang dimaksud sebagai
berikut:
a. Status Kepemilikan adalah keistimewaan atas suatu benda yang
syara. dan hak milik pribadi adalah suatu hak yang telah menjadi milik
seseorang dengan sedemikian rupa sehingga hak tersebut tidak lagi menjadi
milik orang lain. Karena itu menurut dia, bahwa sesungguhnya sejak awal
mula manusia sudah memiliki barang milik pribadi dan bukan hanya milik
9
bersama. Dengan kata lain, sejak awal manusia sudah memiliki hak milik
pribadi.7
bahwa hukum itu didasari pada fakta, artinya didasari pada kenyataan,
hukum merupakan produk dari hukum atau lebih khusus dari Perundang-
dalam masyarakat harus selalu ditaati meskipun hukum positif itu kurang
adil.9
7
Sony Keraf, Hukum Kodrat & Teori Hak Milik Pribadi (Yogyakarta: Kanisius.
1997) h. 62.
8
Gustav Radbruch, Lahir di Lubeck pada tanggal 18 November 1878 dan meninggal
di Heidelberg 23 November 1949 dengan usia 71 tahun Gustav Radbruch dikenal sebagai
salah seorang ahli dibidang hukum dan filsafat hukum Jerman.
9
Lihat. M.Sulaeman Jajuli, Kepastian Hukum Gadai Tanah Dalam Islam (Cet I;
Yogyakarta: Deepublish, 2015), h.52
10
Sudikno Mertokusumo adalah salah seorang pakar hukum perdata dan hukum acara
perdata yang dilahirkan di Surabaya pada tanggal 7 Desember 1924 beliau guru besar
Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada dengan gelar Profesor Doktor. RM Sudikno
10
diperhatikan adalah bahwa nilai itu mempunyai relasi yang erat dengan
menurut istilah ilmu fikih adalah pemberian yang wajib dari calon suami
kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami, untuk menimbulkan
rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya dalam kaitannya
dengan perkawinan.14
disalurkan dari hukum syariat Islam yang terdapat dalam al-Quran dan
oleh para ulama atau ahli fikih (hukum Islam) yang memenuhi syarat untuk
dari pada fikih Islam atau syariat Islam, yaitu koleksi daya upaya para
kebutuhan masyarakat.16
hukum Islam, Kajian, kritik dan analisis terhadap status kepemilikan dan
kepastian hukum tanah mahar akan difokuskan pada beberapa landasan hukum,
14
Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukaniy, Fath al Qadir (Juz I; Bairut : Dar
al- Kutub al-Ilmiyyah, t.th.), h. 531.
15
Moh. Daud Ali, Asas-Asas Hukum Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 190.
16
Hasbi Ash-Shiddieqi, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1974), h.44.
12
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah serta teori yang relavan dengan hak
D. Tinjauan Pustaka
kepemilikan dan kepastian hukum tanah mahar dalam perkawinan Islam (studi
1. Mahar
mengenai esiensi hukum Islam yang mestinya bermuara pada al- Quran dan
sebagai syarat sahnya perkawinan. Bila tidak ada mahar maka pernikahannya
menjadi tidak sah. 17 Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. an-Nisa/3: 4.
17
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern (Yokyakarta: Graha Ilmu,
2011), hal. 10.
13
Terjemahannya :
Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan
kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka
makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi
baik akibatnya.18
Muhammad Bin Ali Bin Muhammad Al-Syaukaniy, dalam bukunya Fath
Al Qadir mengatakan bahwa mahar secara etimologi berarti maskawin.
Sedangkan pengertian mahar menurut istilah ilmu fikih adalah pemberian yang
wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami,
untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya
benar-benar cinta dan sayang kepada calon istrinya. Sehingga dengan suka rela
18
Kementrian Agama, al-Quran Transliterasi per kata dan terjemahan per kata,
(Ciputat: Cipta Bagus Segera, 2011), h.77
19
Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukaniy, Fath al Qadir (Juz I; Bairut : Dar
al- Kutub al-Ilmiyyah, t.th.), h. 531.
14
mahar atau sering disebut dengan maskawin wajib diberikan oleh suami ketika
secara kontan atau ditunda, selama istri merasa tidak keberatan. Bahkan jika
istri tidak keberatan, mahar dapat dimanfaatkan oleh suami untuk berbagai
kepentingan rumah tangganya, baik sifatnya pinjaman dari istri untuk suami
maupun pemberian.21
Syarifuddin Latif dalam bukunya hukum perkawinan di Indonesia
mengatakan, Ulama sepakat bahwa jika suami dan istri setuju untuk
Namun jumhur Ulama tetap mewajibkan mahar, yaitu mahar Mis|il (mahar
yang jumlah, bentuk dan jenisnya sesuai yang berlaku pada daerah tersebut).
Sedangkan ulama madzhab Maliki dan Hambali mengatakan bahwa jika suami
menjadi fasid. 22
Maftuf Ahnan dan Maria Ulfa dalam bukunya Risalah Fikih Wanita,
hakikatnya agama Islam tidak memberikan batasan secara jelas. Hal ini
20
Abdurrahman I Doi, Perkawinan Dalam Syariaat Islam (Jakarta: Rineka Cipta,
1992), h. 64
21
Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga (Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia, 2011),
h.140
22
Syarifuddin Latif., Hukum Perkawinan Di Indonesia Hukum Perkawinan Di
Indonesia (Cet I; Watampone: CV Berkah Utami, 2010), h.100
15
jumlahnya. Oleh karena itu, Islam menyerahkan jumlah mahar itu berdasarkan
masyarakat setempat.
tersebut, tanpa melihat besar kecilnya jumlah. Jadi boleh mahar itu berupa
cincin besi,23 emas, uang, jasa atau memberikan sesuatu yang bermanfaat
akad nikah. 24
mempelai pria kepada calon mempelai wanita, yang tidak bertentangan dengan
23
Dalam Hadis Nabi disebutkan bahwa:
) )
Artinya : ...Dari Sahl bin Sa'd ia berkata; Seorang wanita mendatangi Nabi SAW. Dan
berkata bahwasanya, ia telah menyerahkan dirinya untuk Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi
wasallam. Maka beliau bersabda: "Aku tidak berhasrat terhadap wanita itu." Tiba-tiba seorang laki-laki
berkata, "Nikahkanlah aku dengannya." Beliau bersabda: "Berikanlah mahar (berupa) pakaian
padanya." Laki-laki itu berkata, "Aku tidak punya." Beliau pun bersabda kembali, "Berikanlah
meskipun hanya berupa cincin besi."... (H.R Bukha>ri). Lihat Kitab 9 Imam, Kitab Bukha>ri Nomor
4641, dalam Program Lidwa Pusaka i - Software - Kitab 9 Imam Hadis, www.lidwapusaka.com.
24
Maftuf Ahnan, Maria Ulfa, Risalah Fiqih Wanita (Surabaya : Terbit Terang, tth), h. 307.
16
dalam bab yang terdiri 9 (Sembilan) pasal, yakni pasal 30 sampai 38.25
K. Wantijk Saleh dalam bukunya hak anda atas tanah mengatakan bahwa
tanah dalam arti hukum memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia karena dapat menentukan keberadaan dan kelangsungan
hubungan dan perbuatan hukum, baik dari segi individu maupun dampak bagi
orang lain. Untuk mencegah masalah tanah tidak sampai menimbulkan konflik
Sony Keraf dalam bukunya Hukum Kodrat dan Teori Hak Milik Pribadi
mengatakan hak milik pribadi adalah suatu hak yang telah menjadi milik
seseorang dengan sedemikian rupa sehingga hak tersebut tidak lagi menjadi
25
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam ( Jakarta; Akademi Pressindo, 1992), h.113
26
K. Wantijk Saleh, Hak Anda Atas Tanah (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982) h.7
27
Sudjito, Prona Pensertifikatan Tanah Secara Massal dan Penyelesaian Sengketa Tanah
yang bersifat Strategis (Yogyakarta: Liberty, 1987), h.1
17
milik orang lain. Sesungguhnya sejak awal mula manusia sudah memiliki
Kedua pengertian tersebut akan tampak lebih jelas dalam pemindahan hak
milik atas benda tak bergerak, karena pemindahan hak milik atas benda itu tak
cukup hanya dilakukan dengan pengalihan/ pengoperan kekuasaan atas
bendanya tetapi harus dibuat surat penyerahan yang berbentuk akte yang
28
Keraf, Sony. Hukum Kodrat & Teori Hak Milik Pribadi. (Yogyakarta: Kanisius.
1997) h. 62.
29
H.F.A.Vollmar I., Hukum Benda, (Bandung: Tarsito, 1987), h. 98.
30
R.Subekti I., Pokok-Pokok Hukum Perdata (Jakarta; PT.Intermasa, 1980) h.71.
18
yang disebut sebagai peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik. Hal
ini sejalan dengan ketentuan Pasal 584 KUHPerdata tersebut di atas yang
hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap
kebendaan itu.
Kepemilikan tanah mahar merupakan peristiwa hukum sedangkan tujuan
berhukum tidak lepas tiga hal pokok yakni keadilan, kepastian dan
Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum mengatakan bahwa, menurut Soedikno, apabila
kita cermati para pemikir-pemikr filsafat hukum, bahwa hukum berkisar dan
berputar pada tiga nilai dasar hukum sebagaimana diuraikan oleh Gustav
kepastian hukum dalam hubungan mereka satu sama lain, tetapi butuh juga
keadilan, disamping untuk melayani kepentingan- kepentingan (memberikan
kemanfaatan). 31
Dengan demikian dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus
selalu diperhatikan yaitu unsur keadilan, unsur kepastian hukum dan unsur
31
Teguh Prasetyo, Abdul Halim Barakatullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum
Pemikiran Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat (Cet II; Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), h.16
19
hukumnya saja, maka unsur lain harus dikorbankan. Demikian pula kalau yang
diperhatikan unsur keadilan maka unsur kepastian hukum dan kemanfaatan juga
harus dikorbankan dan begitu selanjutnya. Itulah yang disebut antinomy yaitu
sesuatu yang bertentangan namun tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
yang sangat penting. Diketahui bahwa hukum acara atau hukum formal
pembuktian seperti terdapat di dalam RBg dan HIR. Sedangkan secara materil,
bukti tersebut.32
bahwa;
a. Dalam sebuah perkawinan, pada waktu akad nikah (ijab dan kabul)
32
Riduan Syahrani, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2004), h. 83.
20
untuk memberi mahar kepada calon isteri (mempelai wanita), baik berupa
uang atau barang (harta benda) atau jasa. Dengan adanya kewajiban ini
Antara Gadis Dan Janda Menurut Hukum Islam Dan Hukum Adat Studi
untuk istrinya dengan adanya akad nikah yang shahih, mengenai besarnya
yang norma-norma yang berlaku di masyarakat itu sendiri dan sesuai dengan
mahar berupa tanah menurut persfektif hukum Islam dan normatif. Sehingga
penulis menganggap bahwa penelitian ini layak dikaji yakni dengan judul tesis
kepastian hukum kepemilikan tanah mahar menurut hukum Islam (studi analisis
menurut perundang-undandangan.
E. Kerangka Teoretis
penelitian ini akan memberikan interpretasi yang terkait dengan kajian penulis.
Islam menurut al-Quran dan Sunnah. Salah satu kewajiban suami dalam
perkawinan adalah membayar mahar. Mahar merupakan salah satu hal penting
dalam pelaksanaan perkawinan. Kedudukan mahar adalah sebagai kewajiban
perkawinan dan sebagai syarat sahnya perkawinan. Bila tidak ada mahar maka
ialah pemberian calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, yang tidak
bertentangan dengan hukum Islam.
22
berhak menuntut hukum dapat memperoleh haknya dan putusan harus dapat
hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum bersifat umum mengikat setiap
Indonesia dapat ditemukan dasar hukumnya dalam Pasal 584 KUHPerdata. Hak
milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan
atau penyerahan atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik,
dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.
bahwa penyerahan (levering) adalah salah satu cara memperoleh hak milik atas
sesuatu benda, di samping cara-cara lainnya yang telah diatur secara limitatif cara
perolehan hak milik atas sesuatu benda tersebut. Bahkan dari cara-cara perolehan
hak milik yang diatur dalam Pasal 584 KUHPerdata tersebut maka yang
terpenting dan bahkan yang sering terjadi di masyarakat cara perolehan hak milik
Peraturan hak-hak penguasaan atas tanah dalam hukum tanah yang ada
sebagai lembaga hukum. Hak penguasaan tanah merupakan suatu lembaga hukum,
jika belum dihubungkan dengan tanah dan orang atau badan hukum tertentu
23
hak penguasaan atas tanah dan pembuktian hak milik tanah yang diatur dalam
disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini acapkali
hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peundang-undanagn atau
berprilaku manusia dianggap pantas. oleh karna itu, pertama sebagai sumber
datanya hanyalah data skunder.33 maka dari itu penelitian ini akan dianalis secara
mengunakan landasan hukum Islam dan teori mahar. Bagian kedua untuk
Kompilasi Hukum Islam (KHI), KUHPerdata dan hak milik menurut Undang-
undang nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok- Pokok Dasar Agraria dan menurut
33
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum. (Cet; II;
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.118
24
pembuktian hukum serta teori-teori yang dianggap relavan dengan masalah yang
diteliti.
kepastian hukum kepemilikan tanah mahar menurut hukum Islam (studi analisis
masalah yang diteliti sebagai bukti penguat data skunder. Sehingga penelitian ini
mampu memberikan gambaran berupa penjelasan akhirnya melahirkan sebuah
kesimpulan dan implikasi berupa kontribusi atau masukan yang berguna kepada
Dari uraian yang terkait dengan tanah mahar, maka dapat dideskripsikan dan
o Hak Milik Tanah Mahar menurut Undang-undang o Hak Milik Tanah Mahar menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok- Pokok Dasar
o Hak Milik Tanah Mahar menurut Kompilasi Hukum Agraria
Islam (KHI) o Hak Milik Tanah Mahar meurut KUHPerdata
o Hak Milik Tanah Mahar meurut Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
o Teori Kepemilkan
o Teori Perjanjian Perkawinan
o Teori Tujuan Hukum (Keadilan, Kepastian dan Kemanfaatan)
o Teori Pembuktian Hukum
F. Metode Penelitian
secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.34 Sedangkan penelitian adalah suatu
1. Jenis Penelitian
untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas dan dapat memberikan data
34
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Cet.II; Jakarta: Bumi
Aksara Pustaka, 1997), h. 1
35
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, h. 1
36
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1988), h. 42
27
seteliti mungkin tentang status kepemilikan dan kepastian hukum tanah mahar
cara meneliti pustaka atau data sekunder belaka. Penelitian hukum normatif
d. Perbandingan hukum
e. Sejarah hukum.37
2. Pendekatan Penelitian
berdasarkan nilai-nilai ideal dan hakekat dari hukum tersebut. Hukum yang
ideal adalah hukum yang sesuai dengan hakekatnya yaitu menegakkan nilai-
37
Uraikan lebih lanjut dapat dilihat dalam, Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar
Metode, h.120
28
mendalam sampai kepada inti atau dasarnya yang disebut sebagai hakikat
satu kesatuan, yang pada gilirannya dapat mengantar penulisan ini sampai
b. Sumber Data
research) maka dari itu data yang dibutuhkan adalah data skunder yang
terdiri dari:
Dasar Agraria
e. KUHPerdata
Tanah.
cara berfikir deduktif yakni bertolak dari proposisi umum (premis mayor) yang
38
Bandingkan, Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode h.119
30
tertentu,39yakni bidang hukum yang dikaji pada tesis ini, yaitu kepastian
menurut perundang-perundangan).
39
Bandingkan, Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode,h.128
40
Bandingkan, Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode,h.130
31
tata bahasa.
pembuktian hukum tanah mahar serta pendapat ahli hukum sebagai penguat
bahan hukum primer dan dirumuskan dalam satu konsep yang dapat
maka adapun tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah:
32
1. Tujuan penelitian
perundangan..
Perundang-perundangan.
2. Kegunaan penelitian
a) Kegunaan Ilmiah
b) Kegunaan Praktis
mahar.
maka pada bagian ini dikemukakan tentang kedudukan dan sistematika sebagai
berikut.
tujuan dan kegunaan penelitian, dan garis-garis besar isi tesis yang
Bab kedua, berisi tinjauan mahar menurut hukum Islam mempunyai sub
bab; pengertian dan dasar hukum mahar, hikmah pemberian mahar, macam-
Bab kelima, merupakan bab penutup dari keseluruhan isi tesis yang
DAFTAR PUSTAKA
Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariyah,Mujam Maqayis al-Lugah,Juz III
Cet.II;Mesir : Maktab al-Babiy al-Halabi wa Awaladuh,1971.
Ahnan, Maftuf, Maria Ulfa, Risalah Fikih Wanita, Surabaya : Terbit Terang, tth.
al-Syaukaniy. Muhammad bin Ali bin Muhammad, Fath al Qadir, Juz I, Bairut :
Dar al- Kutub al-Ilmiyyah, t.th.
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet; II;
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, Yokyakarta: UII Pres, 2000.
Imam, Kitab 9, Kitab Bukha>ri Nomor 4641, dalam Program Lidwa Pusaka i-
Software - Kitab 9 Imam Hadis, www.lidwapusaka.com.
Jajuli, M.Sulaeman, Kepastian Hukum Gadai Tanah Dalam Islam, Cet; Yogyakarta:
Deepublish, 2015.
Kementrian Agama. al-Quran Transliterasi per kata dan terjemahan per kata,
(Ciputat: Cipta Bagus Segera, 2011.
Keraf, Sony. Hukum Kodrat & Teori Hak Milik Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
1997.
Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian. Cet: II; Jakarta:
Bumi Aksara Pustaka, 1997.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Makalah dan Tesis. Cet. II; Watampone:
Pascasarjana Program Magister STAIN Watampone, 2015.
Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum
Pemikiran Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat , Cet
II; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012.
Saleh, K. Wantijk, Hak Anda Atas Tanah (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982.
Syahrani, Riduan, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2004.
Hukum Islam
(Studi Analisis Menurut Perundang-undangan)
Proposal Tesis
Oleh
SUPRIADI
NIM. 140101013
OUT LINE
38
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penulisan
D. Tinjauan Pustaka
E. Kerangka Teori
F. Metodologi Penelitian
G. Tujuan dan Kegunaan
H. Garis Besar Isi Tesis
PERUNDANGAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP