Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak merupakan manusia kecil yang memiliki potensi untuk dikembangkan

(Sofia Hartati, 2005:7). Selanjutnya (Trianto,2011:14) menyatakan bahwa yang

dimaksud anak usia dini yaitu individu yang berbeda, unik dan mempunyai

karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Menurut pendapat tersebut

setiap anak membuat kemampuan yang bisa dikembangkan dengan memberikan

stimulus yang tepat sesuai usianya. Mengacu pendapat pada pendapat diatas juga

setiap anak yang memiliki karakteristik yang berbeda,tidak ada yang mengalami

perkembangan yang sama antar satu dan lainnya. Meskipun ritme

perkembangannya akan berbeda tetapi pola perkembangannya sama.

Berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 203 tentang Sistem Pendidikan

Naional merupakan anak yang usianya berkisar 0-6 tahun. Selanjutnya National

Associatian Education for Young Children (NAEYC) yang dikutp oleh Sofia

Hartanti (2005:7) menyatakan bahwa anak usia dini adalah sekemlompok individu

yang memiliki rentang usia 0-6 tahun san berada dalam prose pertumbuhan dan

perkembangan. Berdasarkan pendapat tersebut maka anak perlu diberikan

stimulais agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat tumbuh optimal.


Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini yang di

indonesia yaitu anak usia 0-6 tahun yang masih memerlukan bimbingan agar

dapat tumbuh secara optimal.

2. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun yang masih memerlukan bimbingan

agar dapat tumbuh secara optima. Anak TK termasuk dalam rentang anak usia

dini pula. Adapun karakteristik anak usia dini menurut Richard D. Kellough

(Sofia Hartanti, 2005:8) yaitu bersifat egosentris,memiliki rasa ingin tahu yang

besar, anak adalah makhluk sosial, bersifat unik,kaya dengan fantasi,daya

konsentrasi pendek,masa belajar yang paling potensial.

Berikut ini penjelasan masing masing karakteristik tersebut :

3. Anak bersifat egosentris

Anak cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan

kepentingan sendiri. Misalnya : kalau anak ingin meminta sesuatu makan anak

biasanya akan menangis,dengan menangis maka menurut orang tuanya akan

mengabulkan permintaannya.

4. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar

Rasa ingin tahu itu bermacam macam tergantung, sesuatu apa yang menarik bagi

anak. Dengan adanya rasa ingin tahu yang dimiliki anak maka anak akan

cenderung memperhatikan,membicarakan ,dan mempertanyakan berbagai hal

yang dilihat dan didengarnya. Anak akan berusaha mencari tahu tentangaaa

sesuatu yang ingin diketahuinya sampai ia puas dengan jawaban yang ada.

a. Anak adalah makhluk sosial


Anak merasa senang bila berada diantara teman sebayanya dan dapt diterima.

Anak senag dalam melakukan kerja sama untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.

Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial.

b. Anak bersifat unik

Anak memiliki bawaan,minat,kemampuan,dan latar belakang yang berbeda beda.

Termask dengan gaya belajar yang berbeda pula.

c. Anak umumnya kaya dengan fantasi

Anak senang dalam hal-hal imajinatif. Terkadang anak dapat menceritakan

sesuatu yang pernah dilihat,didengar,ataupun dirasakan dengan imajinasi anak.

d. Anak mempunyai daya konsentrasi pendek

Anak masih sulit berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu yang

lama. Anak dapat mengalihkan perhatian dari satu kegiatan ke kegiatan yang

lainnya. Tetapi bila kegiatan tersebut menarik bagi anak dan tidak membuat dia

merasa bosan maka konsentrasi pada kegiatan tersebut akan lebih lama.g. Masa

anak usia dini adalah masa belajar yang potensial.

Pada masa ini anak mengalami masa peka untuk tumbuh kembangnya secara

cepat. Montesorri (Sofia Hartati, 2005: 46 47) menyatakan bahwa usia 4,5 tahun

5,5 tahun anak berada pada masa peka membaca. Masa peka harus

dimanfaatkan sebaik-baiknya karena pada masa peka ini tidak akan terulang

(Sofia Hartati, 2005: 47). Masa peka yaitu masa anak mudah dalam menyerap

suatu informasi dari ligkungannya (Suyadi, 2014 : 100). Mengacu pada pendapat

tersebut maka sebaiknya pendidik maupun orang tua menstimulasi anak pada

masa pekanya agar hasilnya dapat optimal. Anak akan lebih cepat menyerap
stimulasi dari lingkungannya, melalui apa yang dilihat,didengar atau dilakukan

dan dirasakan.

B. Kemampuan Mengenal Huruf

1. Pengertian Kemampuan Mengenal Huruf

Pendapat Carol Seefet dan Barbara A. Wasik (2008: 330-331), bahwa pengertian

kemampuan mengenal huruf adalah kesanggupan melakukan sesuatu dalam

mengenali tanda-tanda atau ciri ciri dari tanda aksara dalam tata tulisan yang

merupakan anggota abjad yang melambanagkan bunyi bahasa. Anak akan

mengamati setiap unsur tanda-tanda atau ciri-ciri dalam suatu huruf yang

dikenalnya,kemudian berusaha untuk meniru baik dai bentuk dan bunyi nya.

Sehingga pada akhirnnya mampu mengenal huruf.

Menurut Ehri dan Mc Cormack belajar huruf adalah komponen hakiki dari

perkembangan baca tulis. Anak bisa membaca beberapa kata dan mengenal huruf

cetak di lingkungannya/environmental print sebelum mengetahui abjad. Anak

menyebut huruf pada daftar abjad, dalam daftar membaca tidak mengalami

kesulitan pada diri anak yang tidak mengenal huruf (Carol Seefelt dan Barbara A.

Wasik, 2008 : 331). Ketika anak memulai mengenal huruf huruf abjad maka

dengan sendirinya anak mulai menyatukan huruf-huruf yang dikenalnya menjadi

satu kata semakin banyak huruf yang dikenal dan disatukan menjadi rangkaian

kata yang pada akhirnya menjadi satu kalimat.

Burnett menyatakan bahwa mengenal hurf merupakan hal penting bagi anak usia

dini yang didengar dari lingkungannya baik huruf latin,huruf Arab dan lainnya.

Berbagai huruf yang dikenal anak menumbuhkan kemampuan anak untuk


memilih dan memilah berbagai jenis huruf. Melatih anak untuk mengenal huruf

dan mengucapkannya harus diulang-ulang. (Harun Rasyid dkk,2009:241).

Selain pendapat diatas, menurut Slamet Suryanto (2005:165) bagi anak mengenal

huruf bukanlah hal yang mudah. Salah satu penyebabnya adalah karena banyak

huruf yang bentuknya mirip tetapi bacaannya berbeda, seperti D dan B, M dan W,

maka diperlukan permainan untuk mengenal huruf.

2. Pentingnya Mengenal Huruf

Menurut Carrol Seefelt dan Barbara A Wasik (2006:329),membaca

merupakan keterampilan berbahasa yang merupakan suatu proses bersifat fisik

dan psikologis. Keterampilan yang dikembangkan adalah konsep tentang huruf

cetak. Anak anak berkesempatan berinteraksi dengan huruf cetak. Belajar

mengenal huruf untuk mencapai kemampuan membaca awal-awal bagi anak-anak.

Proses pengenalan huruf sejalan dengan proses keterampilan berbahasa

secara fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan yang

mengamati tulisan secara indra visual. Dengan indra visual, anak mengenali dan

membedakan gambar gambar dan bunyi serta kombinasinya. Melalui prose

recording. Anak mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasi itu

dengan bunyi-bunyinya. Proses rangkaian tulisan yang dikenal menjadi rangkain

bunyi bahasa dalam kombinasi huruf menjadi kata yang bermakna. Proses

psikologis berupa kegiatan berfikir dalam mengolah informasi melalui proses

Decoding. Gambar-gambar bunyi dan kombinasinya,diidentifikasi,diuraikan dan

diberi makna. Proses ini melibatklan knowledge of the world dalam skemata yang

berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam

gudang ingatan (Imam Syafiie, 1999:7). Proses penalaran yang diterima anak
akan merespon informasi,ketika anak secara visual melihat bentuk huruf

kemudian mendengarkan bunyi huruf dengan ciri tertentu maka sangat mudah

bagi anak untuk mengenal huruf.

Menurut Glen Doman (Maemunah Hasan,2009:311) bahwa anak balita

perlu diajari membaca karena, a) anak usia balita mudah menyerap informasi

dalam jumlah yang banyak, b) anak balita dapat menangkap informasi dengan

kecepatan luar biasa c) semakin banyak yang diserap semakin banyak yang

diingat d) anak balita mempunyai energi yang luar biasa e)anak usia balita

mempelajari bahasa secara utuh dan belajar hampir sebanyak yang diajarkan.

Pengenalan huruf sejak usia TK yang penting adalah metode pengajaran

melalui proses sosialisasi dan metode pengajaran membaca tanpa membebani

denga kegiatan belajar yang menyenangkan (Maemunah Hasan,2009:314).

Dari pernyataan diatas bahwa mengenal huruf adlah penting bagi anak TK

dan perlu diajarkan dengam metode bermain karena merupakan kegiatan yang

menyenangkan tidak membebani anak dan memerlukan energi sehingga anak

dapat mempelajari bahasa secara utuh.

1. Tahapan Membaca Anak Usia Dini

Menurut Ika Budi Maryatun (2011:1-2) tahapan membaca anak usia dini dibagi

dalam 4 tahap yaitu,

a) Tahap I : Membaca gambar

Anak diberikan gambar, yang dalam satu halaman hanya memuat satu jenis

gambar misalnya gambar ayam, maka gambar tidak boleh dihias dengan jenis

gambar lain. Jika buku, maka buku tersebut hanya berisi gambar,belum tulisan.

b) Tahap II : Membaca gambar + huruf


Keterampilan membaca anak tahap kedua ini dengan membaca huruf yang sesuai

dengan huruf awal gambar.

c) Tahap III : Membaca Gambar + Kata

Keterampilan membaca tahap ini selanjutnya adalah dengan memperlihatkan

gambar dan tulisan makna gambar

d) Tahap IV : Membaca Kalimat

Membaca kalimat merupakan tahap paling matangdari keterampilan membaca ini.

Anak sudah menguasai banyak kosakata dan dapat merangkainya mendjai

kalimat. Anak dapat membaca buku maupun surat kabar.

Pendapat Cochorane (TadkirotunMusfiroh,2009: 9), perkembangan dasar

kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun dibagi dalam 5 tahap yakni :

a) Tahap Magic

Pada tahap ini anak belajar tentang guna buku. Anak mulai berfikir bahwa

buku adalah seusatu yang penting. Anak melihat-lihat buku,membaca bawa

buku dan sering memiliki buku favorit.

b) Tahap Konsep Diri

Anak melihat dirinya sebagai pembaca, mulai yterlihat dalam kegiatan pura-

pura membaca,mengambil makna dari gambar,membahasakan buku walau

tidak cocok dengan teks yang ada didalamnya.

c) Tahap Membaca Antara

Anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak. Mereka mungkin memilih

kata0kata yang sudah dikenal,dapat membaca cerita ulang yang sudah ditulis

dan dapat membaca puisi. Dalm tahap ini anak mulai mengenali alphabet.
d) Tahap Lepas Landas

Anak mulai menggunakan tiga sistem/tanda ciri yaitu grafonik,semantik dan

sintaksis. Anak mulai bergairah membaca apapun disekitarnya seperti pada

kemasan dan papan petunjuk.

e) Tahap Independen

Anak dapat membaca secara mandiri,mengkonstruksi makna dari huruf dan

dari pengalaman sebelumnya serta isyarat penulis. Anak-anak dapat membuat

perkiraan tentang isi bacaan.

Tahapan membaca menurut Mortimer J. Adler dan Charles Van Doren (2007:28-

31) dibagi dalam 4 tahap yang meliputi :

1. Kesiapan membaca,yaitu berhubungan dengan pengalaman membaca pada

tingkat prasekolah. Tahap ini dimulai sejak lahir dan biasanya berlanjut

sampai sekitar usia enam atau tujuh tahun.

2. Penguasaan kata, yaitu berhubungan dengan pengalaman membaca kelas 1

SD. Hasilnya anak menguasai apa yang disebut keterampilan membaca tahap

kedua atau kemampuan membaca kelas satu.

3. Pertambahan penguasaan kosa kata dan penggunaan konteks, yaitu secara

umum terjadi pada kelas 4SD dan menghasilkan apa yang disebut

kemampuan membaca fungsional,mampu membaca rambu-rambu lalu lintas

atau petunjuk dengan lancar,mengisi formulis yang sederhana dan sejenisnya.

4. Tahap literasi kelas 8,9 dan 10, pada tahap anak bisa menjadi pembaca

dewasa, anak hampir bisa membaca semua materi yang relatif sederhana.
Pada penelitian ini baru pada tahap mengenal bentuk huruf dengan meraba.

Objek yang diteliti adalah anak TK atau masih usia prasekolah maka

termasuk dalam tahap kesiapan membaca. Kesiapan membaca meliputi

berbagai kesiapan belajar,kesiapan fisik meliputi penglihatan dan

pendengaran yang baik,kesiapan intelektual meliputi tingkat persepsi visual

minimum anak bisa menyerap dan mengingat kata dan hruuf pembentuknya.

3. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Menurut Mudjito (2007:3) perkembangan kemampuan berbahasa anak usia 4-6

tahun ditandai berbagai kemampuan sebagai berikut :

1.Mampu mengguanakan kata ganti saya dalm berkomunikasi.

2.Memiliki perbendaharaan kata kerja,kata sifat,kata keadaan,kata tanya,dan

kata sambung.

3.Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.

4.Mampu mengungkapkan pikiran,perasaan,dan tindakan dengan

menggunakan kalimat sederhana.

5.Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.

Tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun dapat

melakukan hal-hal sebagai berikut : a) menerima bahasa b) mengungkapkan

bahasa c) keaksaraan Tingkat pencapaian perkembangan menerima bahasa

anak diharap dapat, 1) menyimak perkataan orang lain, 2) mengerti dua

perintah yang diberikan bersamaan 3) memahami cerita yang dibacakan 4)

mengenal perbendaharaan kata (Permendinas,2010:10)

Mengungkapkan bahasa anak diharap dapat 1) mengulang kalimat

sederhana 2) menjawab pertanyaan sederhana 3) mengungkapkan perasaan


dengan kata sifat 4) menyebutkan kata kata yang dikenal 5) mengutarakan

pendapat kepada orang lain 5) menyatakan alasan terhadap sesuatu diinginkan

atau ketidaksetujuan 5)menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah

didengar. Keaksaraan anak diharap dapat: 1) mengenal simbol-simbol, 2)

mengenal suara suara hewan/ benda di sekitarnya, 3) membuat coretan yang

bermakna dan meniru huruf (Permendiknas,2010:11)

Perkembangan bahasa dpat distimulasi oleh orang terdekat anak,seperti

orang tua,guru,pengasuh,saudara dan sebagainya. Berhubung anakn belajar

bahasa melalui meniru/modeling, maka orang disekitar perlu mengajak

berbicara dan dengan bahasa yang benar. Metode pengembangan bahasa yang

dapat diterapkan antara lain bercerita,sosiodrama,permainan membaca dan

lain-lain (Rita Eka Izzaty dkk,2008:91).

Mengembangkan bahasa anak perlu mengetahui perkembangan berbicara

anak usia 4-5 tahun adalah sebagai berikut :

Nurbiana Dhieni (2007:97) berpendapat bahwa usia 4-5 tahun anak sudah

mampu untuk mendengarkan dan memahami kata dan kalimat sederhana,dapat

berkomunikasi/berbicara secara lisan,memperkaya kosa kata yang diperlukan

untuk berkomunikasi sehari hari meliputi kata benda,kata kerja,kata sifat,kata

keterangan waktu,dapat mengenal bentuk bentuk simbol sederhana (pra

menulis), dapat menceritakan gambar (pra membaca) mengenal bahwa ada

hubungan antara bahasa lisan dengan tulisan (pra membaca). Anak usia 4-5

tahun penerapan bahasa dan tata bahasa vocabulary : 1400 1600 (Enny

Zubaidah,2003:22).
Perkembangan kemampuan berbahasa pada anak usia dini dengan cara

mengenalkan nama dirinya atau nama benda yang ada di sekitarnya,akan

membantu anak secara cepat dalam mengenal huruf huruf, kata kata dan

suara (Harun Rasyid dkk,2009:129). Melatih mengenal huruf menjadi bagian

penting dalam membangun kemampuan bahasa anak usia dini.

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah, perantara,

atau pengantar. Dalam bahasa Arab,media adalah perantara atau pengantara

pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Association of Education

and Communication Technology (AECT,1997) media merupakan segala

bentuk dan saluran dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan

pesan/informasi (Azhar Arsyad,2002:3).

Menurut Gerlach dan Ely bahwa media secara garis besar adalah

manusia,materi atau kejadian yang membangun kondisi siswa memperoleh

pengetahuan, keterampilan atau sikap. Secara lebih khusus pengertian media

diartikan sebagai alat alat grafis,fotografis,atau elektronis untuk

menangkap,memproses dan menyusun kembali informasi visual dan verbal

(Azhar Arsyad : 2002 :3). Mengacu pada pendapat tersebut media adalah alat

penghubung untuk informasi dari yang didengar kemudian

mengaplikasikannya kedalam bentuk gambar.


Menurut Gagne (1970) media didefinisikan sebagai berbagai jenis komponen

dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Arif S Sadiman

(1993) memberikan pengertian media sebagai segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerims sehingga dapat

merangsang pikiran,perasaan,perhatian dan minat serta perhatian siswa

sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Media instruksi atau media pembelajaran selalu terdiri dari dua unsur pokok

yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang

dibawanya (message/software). Unsur pesan adalah informasi atau bahan ajar

dalam tema/topik tertentu yang akan disampaikan atau dipelajari. Sedangkan

unsur perangkat keras adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk

menyampaikan pesan tersebut. Dengan demikian sesuatu baru dapat dikatakan

sebagai mdia pembelajaram jika sudah memenuhi dua unsur tersebut (Baddru

Zaman dkk,2008:45).

Dari berbagai definisi media diatas,dapat disimpulkan bahwa media adalah

segala sesuatu dalam lingkungan siswa dan merupakan non personal (bukan

manusia) yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isis pelajaran

sehingga dapat merangsang pikiran,perasaan,perhatian dan kemampuan siswa

dalam proses belajar mengajar.

Jadi, media pembelajaran adalah media yang diunakan pada proses

pembelajaran sebagai penyalur pesan antara gugru dan siswa agar tujuan

pengajaran tercapai. Media pembelajaran yanhg baik harus memenuhi


beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi

kepada siswa.

Selain itu juga media harus merangsang siswa mengingat apa yang sudah

dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga

akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan,umpan balik dan juga

mendorong sisw untuk melakukan praktek dengan benar.

2. Manfaat Media

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar

interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih

efektif dan lebih efisien. Tetapi secara khusus ada beberapa mamnfaat media

3. Fungsi dari media

Fungsi dari media pembelajaran adalah sebagian daya tarik sehingga kegiatan

belajar mengajar dapat berjalan dengan lebih menarik,siswa lebih bergairah

dan termotivasi dalam menjalani proses pebelajaran,serta materi yang

disampaikan pun dapat diserap oleh siswa dengan baik.

Menurut Dr. Oemar Hamalik (1986:15) bahwa gurur harus memiliki

pengetahuan tentang media yaitu adalah sebagai berikut :

1. Media sebagai alat komunikasi agar proses belajar mengajar lebih efektif.

2. Fungsi media untuk mencapai tujuan pendidikan.

3. Pengetahuan media tentang proses-proses belajar.

4. Metode mabgajar mempunyai hubungan yang erat demgan media

pendidikan.
5. Manfaat media pendidikan dalam pembelajaran.

6. Memiliki dan menggunakan media.

7. Jenis-jenis alat dan teknik media.

8. Media dalam setiap mata pelajaran.

9. Inovasi dalam media.

Dalam penelitian ini media berperan penting sebagai daya tarik dalam kegiatan

proses belajar mengajar,dan media akan mempermudahkan guru dalam

memberikan pemahaman kepada anak tentang sesuatu hal. Dengan adanya

media maka akan diperoleh hasil optimal,dan pembelajaran akan lebih efektif

dan menyenangkan.

4. Tujuan penggunaan media

Menururt Arief S Sadiman (2006: 11-12) proses belajar mengajar pada

hakikatnya adalah proses komunikasi untuk menyampaikan pesan dari sumber

pesan melalui sumber/media tertentu ke penerima pesan adalah komponen-

komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi

ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum.

Isi ajaran dan didikan yang ada dalam kurikulum dituangkan oleh guru atau

sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi secara verbal ataupun non

verbal. Secara umum media memepunyai kegunaan seperti : 1) memperjelas

penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis, 2) mengatasi keterbatasan

ruang,waktu dan daya indera, 3) penggunaan media secara tepat dan variasi

dapat mengatasi sikap pasif anak, 4) sifat unik anak dan lingkungan berbeda
penggunaan media untuk memberi perangsang yang sama,mempersamakan

pengalaman,menimbulkan persepsi sama (Arif S Sadiman dkk, 2006 : 12-18).

5. Karakteristik media

Keragaman dan jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran

sangat banyak dan variatif oleh karena itu dalam perkembangannya timbul

usaha-usaha untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan media-media

tersebut menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Dibawah ini secara

singkat diuraikan keterangan dari masing-masing jenis dan karakteristik media

pendidikan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Anak dapat berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya.

b. Keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing anak.

c. Membangkitkan motivasi belajar anak.

d. Menyajikan informasi secara konsisten sesuai kebutuhan.

e. Menyajikan pesan/informasi belajar secara serempak.

f.Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

g. Mengontrol arah dan kecepatan belajar anak.

6. Jenis Media Pembeleajaran

Menurut Badru Zaman dkk (2010: 4.17), media pembelajaran dibagi menjadi

tiga kelompok besar yaitu media visual,media audio,dan media audio visual.

Dibawah ini secara singkat diuraikaj keterangan dari masing masing jenis dan

karateristik media pendidikan tersebut adalah sebagai berikut :


a). Media Visual

adalah media visual yang dapat dilihat. Jenis media visual ini sering digunakan

oleh guru TK dan lembaga pendidikan anak usia dini untuk membantu

menyampaikan isi dari tema pendidikan yang sedang dipelajari. Media visual

adalah media yang terdiri atas media yang diproyeksikan (projected visual) dan

media yang tidak diproyeksikan (non projected visual).

Media visual yang diproyeksikan merupakan media yang menggunakan alat

proyeksi (proyektor) dimana gambar atau tulisan akan nampak pada layar

(screen). Media proyeksi bisa berbentuk media proyeksi diam misalnya gambar

diam (still picture) dan proyeksi gerak misalnya gambar bergerak (motion

picture). Alat proyeksi membutuhkan aliran listrik dan ruangan tertentu yang

cukup memadai. Jenis-jenis alat proyeksi digunakan untuk menyampaikan

pesan pembelajaran di TK diantaranya OHP (Overhead Projection) dan slide

suara (sound slide). Pada lembaga PAUD yang ada di perkotaan mampu

mengadakan alat proyeksi ini. Hal ini sangat menguntungkan sebab

pembelajaran bisa ditata lebih baik menarik perhatian dibandingkan dengan

mediayang tidak diproyeksikan. Namun pada umumnya lembaga PAUD

didaerah daerah tertentu belum mampu mengadakan media proyeksi ini sebab

masih dianggap sangat mahal harganya. Dan diperlukan juga kemampuan

khusus daripada guru untuk menggunakan dan memelihara alat proyeksi

tersebut (Badru Zaman dkk, 2010:4.18)

Media visual yang tidak diproyeksikan meliputi gambar diam /

mati,media grafis,media modal dan media realita dari masing-masing media

tersebut dibawah ini.


b). Media audio

Menurut Badru Zaman (2009:4.200) media audio adalah media yang

mengandung pesan dalam bentuk auditif yang dapat merangsang

pikiran,perasaan,perhatian dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema.

Contoh media audio yaitu program kaset suara dan program radio. Penggunaan

media audio untuk anak usia dini untuk melatih keterampilan denganaspek-

aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifat nya yang auiditf,media ini

mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara menggunakan manfaat

media lainnya.

Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan apabila akan

menggunakan media audio untuk anak usia dini menurut Badru Zaman

(2009:4.21) yaitu :

1.Media hanya mampu melayani yang memiliki kemampuan dalam berfikir

abstrak. Sedangkan anak usia dini masih berfikir konkrit oleh karena itu

penggunaan media audio bagi AUD perlu dilakukan berbagai modifikasi

disesuaikan dengan kemampuan anak.

2.Media ini perlu perhatian yang lebih dibanding media lainnya,oleh karena itu

untuk anak usia dini dibutuhkan teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan

kemampuan anak.

3.Untuk mencapai hasil belajar optimal,diperlukan juga pengalaman secara

visual. Kontrol belajar bisa dilakukan melalui penguasaan,perbendaharaan

kata-kata,bahasa dan susunan kalimat.


c). Media Audio Visual

media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa

disebut media audio visual (media pandang dengar). Menggunakan media

audio visual penyajian isi tema kepada anak akan semakin lengkap dan

optimal. Media audio juga dapat menggantikan peran tugas dan guru. Dalam

hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi,karena penyajian

materi bisa diganti oleh media. Peran guru bisa menjadi fasilitator belajar yaitu

memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar. Contoh media audio visual

yaitu program televisi/video pendidikan/intriksional, program slide suara, dan

sebagainya (Badru Zaman , 2009 : 4.21)

media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media visual yang tidak

diproyeksikan dengan media grafis yaitu berupa media meraba dengan gambar

dan simbol yang melambangkannya.

7. Kriteria Pemilihan Media

Media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran yaitu :

a) media grafis seperti gambar,foto,grafik,bagan atau diagram,poster

kartun,komik dan lain lain. Media grafis sering juga disebut dengan media dua

dimensi yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. b) media tiga

dimensi yaitu media dalam bentuk model seperti model padat (solid models),

model penampang,model susun,model kerja dan lain lain. c) media proyeksi

seperti slide,film strps,penggunaan OHP,dan lain lain. d)Penggunaan

lingkungan sebagai meida pembelajaran (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai,

1990 : 3-4).
Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan kemampuan : a)

mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual/audio), b)

mengakomodasikan respons siswa yang tepat (tertulis,audio dan kegiatan fisik)

c) pemilihan media utama dan sekunder untuk penyajian informasi atau

stimulus (Azhar Arsyad,2002:69).

Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien

dalam meujudkan tujuan yang hendak dicapainya,diperlukan dukungan dari

media pembelajaran. Namun dalam meimilih media pembelajaran,tidaklah

mudah seperti membalikkan telapak tangan. Memilih media yang terbaik untuk

mewujudkan tujuan pembelajaran bukan merupakan pekerjaan yang mudah.

Dengan kriteria pemilihan media diatas,guru diharapkan dapat lebih

mudah memilih media mana yang akan digunakan dalam pembelajaran guna

mempermudah tugas tugas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Kehaidran media pembelajaran jangan terlalu dipaksakan bila hal tersebut

dapat mempersulit tugas guru sebagai pengajar,tapi harus sebaliknya,yakni

dpat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

8. Metode Meraba untuk Meningkatkan kemampuan mengenal huruf

a. Pengertian Metode Meraba

Menurut Yusuf (2003 : 69) metode multisensori mendasarkan asumsi

bahwa anak akan belajar lebih baik jika materi pelajaran disajkian dalam

berbagai modalitas yaitu visual (penglihatan) auditory(pendengaran) kinestic

(gerakan) dan tactile (perabaan) yang sering disebut VACT.

Gaya belajar anak dapat mempengaruhi keberhasilan sesuatu

pembelajaran dan efektivitas penggunaan media. Booby De Poter (Dina


Indriana, 2011 : 30) menyatakan bahwa ada a3 gaya belajar anak yaitu : gaya

belajar tipe visual,gaya belajar tipe mendengar,gaya belajar kinestetik.

Pengalaman gaya belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman

langsung (konkrit), berada tiruan/pengamatan,dramatisasi,karya

wisata,televisi,gambar hidup,gambar diam dan rekaman audio,lambang

visual,serta lambang kota. Mengacu pendapat tersebut semakin konkrit media

yang digunakan maka hasil belajarnya semakin tinggi. Selain itu hendaknya

ketika belajar melibatkan bebrapa alat indra anak seperti :

penglihatan,pendegaran,peraba dan pendengaran,anak dapat melihat simbol

simbol huruf dan gambar,anak dapat meraba huruf media meraba untuk

meningkatkan kemmapuan mengenal huruf dan dapat mendengar pelajaran dari

suatu tulisan maupun bentuk huruf dari guru maupun teman.

Menurut Slamet Suyanto (2005:90) rangsangan berupa sinar diterima mata,bau

diterima hidung,rasa diterima oleh lidah suara diterima dengan

telinga,panas,dingin,kasar,halus diterima oleh kulit. Rangsangan yang menarik

perhatian anaklah yang akan direspon. Indera merubah rangsangan yang

diterima menjadi arus listrik (implus) dan dialirkan ke otak melalui syaraf

sensor. Otak akan menerima input secara otomatis dan mencari informasi yang

sebelumnya sudah ada di otak untuk mengolah nya dalam memori, sehingga

membentuk suatu persepsi.

Anak anak perlu banyak bermain untuk biasa mengumpulkan pengalaman

bersama dengan teman sebayanya. Melalui kegiatan bermain,anak biasa

mengembangkan potensi akademis dan potensi perilakunya,yang keduanya


kelak bisa menunjang perkembangan karakter menuju perkembangan

spiritual,disamping perkembangan optimal pada IQ dan EQ.

Bila terdapat kerusakan pada korteks salah satu fungsi (parsial) atau

semua (fungsi total) korteks akan terganggu. Tingkat cedera otak dapat

ditetapkan dengan diagnosis neurovologi fungsional. Diagnosis atas tingkat atau

area otak anak yang mengalami gangguan dapat dilakukan dengan

ketidakmampuan anak.

Fungsi otak normal sudah sangat bergantung pada integrasi dari system

sensorik (resptif) dan system otoric (ekspresif) melalui masing masing jalurnya.

Tentu saja,rangsangan agtau stimulasi ini diperoleh anak dari lingkungan

hidupnya melalui jalur sensorik dibagian belakang otak dan sumsum tulang

belakang,diterima lalu diinformasikan ke otak sehingga secara sadar maupun

tidak,anak dapat melakukan gerakan yang merupakan respons dari stimulasi.

Otak yang serta merta menerima informasi : akibat rangsangan dari

lingkungan melalui panca indera,akan memacu anak anak biasa untuk : 1)

melihat, 2) measakan, 3) mendengar, 4) menghirup (mencium bau), 5)

mengecap.

Alur sensorik dan alur motorik merupakan jalan serah (one way road) yang

perlu saling bekerjasama untuk membentuk suatu simpai,yaitu simpai sibernetik

(Nobert Wiener) agar dapat memberikan respon yang diharapkan.

Perlu diperhatikan juga bahwa masih ada empat tingkatan permasalahan sensorik

pada anak bisa menjadi batu sandungan dalam perkembangan karakter karena

system one way road tersebut tidak sinkron, yaitu :


1. Anak sulit menerima bentuk integrasi,baik secara visual auditoris maupun

perabaan,ketika anak selalu menolak serta menganggap apa yang dilakukan

sudah benar.

2. Anak jarang mau menerima masukan sensorik dari limgkungannya sehingga

gangguan yang belum atau tidak tertangani berubah menjadi gangguan yang

baru,yang melalui menyalahkan orang lain dan dirinya sendiri.

3. Anak mendapat asupan rangsangan sensorik dan motorik yang terlalu

berlebihan dari lingkungannya yang menyebabkan gangguan yang sudah

ada bertambah.

b. Teori pemrosesan informasi pada metode meraba

Tokoh pencetus teori pemrosesan informasi yaitu Robert Gagne. Memandang

bahwa belajar merupakan proses memperoleh informasi,mengolah

informasi,menyimpan informasi serta mengingat kembali informasi yan

dikontrol oleh otak (Slamet Suyatno,2005:89). Baharudin & Esa, N.W (2010 :

99) mengungkapkan bahwa kegiatan memproses informasi meliputi

mengumpulkan dan menghadirkan informasi (endcoding), menyimpan informasi

(storage) mendeapatkan informasi dan menggali informasi kembali pada saat

yang dibutuhksn (retrival). Ada beberapa istilah supaya dapat memahami teori

proses informasi ini. Istilah tersebut diantaranya : input,short term

memory(STM) atau memori jangka panjang,persepsi,meyimpan dan mengingat

informasi dan merespon (Slamet Suyatno,2005:89)

Sort Term Memory (STM) bekerja mulai dari otak memperoleh informasi

sampai otak menentukan selesai mengolah informasi itu. Kapasitas sort term

memory (STM)-nya besar ia akan dapat memikirkan persoalan yang lebih


kompleks dengan mempertimbangkan banyak hal pada saat yang sama. Short

Term Memory (STM) individu menyimpan informasi selama 15 30

detik,dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan (Santrock, 2002:235).

Mengacu pada pendapat tersebut makan anak akan belajar dengan berlatih dan

mengulang informasi yang diterima. Dalam hal ini yaitu anak akan melihat dan

mendengar bunyi suatu huruf dari guru maupun temannya,kemudian anak diberi

kesempatan untuk menirukan hruf tersebut sambil merabanya.

Persepsi adalah hasil tanggapan otak (pemaknaan) terhadap stimulus

dengan menggunakan seluruh memori yang dimilikinya yang terkait dengan

stimulus tersebut (Slamet Suyatno,2005a:91). Pengalaman pengalaman masa

lalu mempengaruhi pemaknaan pada suatu rangsangan (Sri Rumini, dkk

1998:65) mengacu pada pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa persepsi

seorang anak itu berbeda beda karena dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah

dimiliki anak sebelumnya,oleh karena itu guru senantiasa mengontrol apakah

anak memiliki persepsi yang sama dengan apa yang dikatakan guru atau tidak.

Informasi yang telah diproses dalam otak dan dianggap penting akan

disimpan sebagai LTM, sedangkan informasi yang tidak penting akan

diabaikan. Long Term Memory (LTM) adalah memori yang disimpan dan dapat

bertahan dalam waktu yang lama (Slamet Suyanto, 2005a : 95). Asri

Budiningsih (2003 : 83) mengungkapkan bahwa informasi yang telah tersimpan

dalam Long Term Memory (LTM) diasumsikan tidak akan terhapus atau hilang.

Hanya saja terlupakan bila tidak pernah digunakan. Dali Gulo (Sri Rumini : 80)

menyatakan bahwa lupa itu ketidakmampuan mengenal/mengingat sesuatu yang

pernah dipelajarai/dialami. Santrock (2002:313) mengungkapkan bahwa Long


Term Memory (LTM) bertambah seiring dengan pertambahan usia selama masa

pertengahan dan akhir kanak-kanak. Sri Rumini (1998:81) mengungkapkan

bahwa cara meningkatkan kemampuan memori yaitu dengan

perhatian,pengulangan,bahan yang akan diingat harus emmpuyai hubungan

dengan hal-hal yang lain dan mengorganisasi informasi-informasi. Perhatian

yang tertuju akan menyaring informasi yang dibutuhkan dan pengulangan akan

mempertahankan ingatan dalam memori. Bahan yang diingat harus mempunyai

hubungan dengan hal yang telah dikenal sebelumnya dan mengorganisasi

informasi-informasi misalnya dengan membuat jembatan keledai maupun loci

(loci=lobus=tempat).

Slamet Suyanto (2005a : 96) menyatakan bahwa mengingat adalah proses

memanggil kembali informasi yang telah tersimpan sebagai Long Term

Memory (LTM) ke dalam Short Term Memory (STM). Memori yaitu tertata

dengan baik akan mudah diingat. Salah satu penataan memori yaitu dengan

menunjukan sesuatu yang menarik perhatian anak. Fakta menunjukan bahwa

hal-hal yang menarik perhatian kita saat anak anak masih dapat diingat samapi

tua (Slamet Suyanto,2005a:96) mengacu pada pendapat tersebut pembelajaran

di TK harus menyenangkan,menantang bagi anak,melibatkan berbagai

modalitas belajar.

Mengacu pada kajian teori diatas, dalam penelitian ini peningkatan

kemampuan mengenal huruf melalui penggunaan metode meraba jika dikaitkan

dengan teori pemrosesan informasi maka dapat dijelaskan sebagai beriut : anak

melihat konkrit maupun tulisan dan mendengar bunyi hurf,kata maupun kalimat

yang disampaikan oleh guru maupun temannya. Informasi tersebut dikirim ke


otrak dan ditahan di Short Term Memory (STM) sehingga membentuk suatu

persepsi,persepsi tersebut dipengaruhi oleh perhatian dan pengetahuan yang

telah dimiliki anak. Supaya persepsi anak tentang huruf huruf, kata maupun

kalimat benar maka dibantu dengan penggunaan media meraba

(tepung,garam,pasir,dan beras) untuk meningkatkan kemampuan membaca

awal. Informasi informasi yang penting di Short Term Memory (STM) akan

disimpan dalam Long Term Mmeory (LTM) dan diingat maka informasi

tersebut harus emnarik perhatian anak dan dapat diulang-ulang. Pada penelitian

ini,informasi berupa huruf media sagu,tepung,garam,pasir,dan beras beragam

tekstur dari lembut,kasar sangat menarik bagi anak karena dapat diraba,disentuh

dengan jari-jari mereka.

Anda mungkin juga menyukai