Anda di halaman 1dari 31

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Bronkopnemonia adalah peradangan paru yang biasanya yang terjadi di


bronkioli terminal, yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda
asing sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang.
Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja dan bisa
mengakibatkan kematian (Rizqiyah alwi, 2014)

B. Etiologi

Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur


dan protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan,
cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab
bronkopneumonia meliputi :

1. Bakteri gram positif


2. Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat
pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
3. Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering
menyebabkan infeksi nasokomial).
4. Bakteri gram negatif
5. Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan
menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
6. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar,
trakeostomi, dan infeksi saluran kemih).
7. Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
8. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan
kesadaran, gangguan menelan).
9. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan
penyakit kronis).
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Neonatal BAKTERI BAKTERI

E.coli Bakteri anaerob

Streptococus Hemolitikus Streptococus grup D

Streptococus pnemoniae Haemophillus


Influenza

VIRUS

Cytomegalovirus

Herpes simpleks
1-3 bulan BAKTERI

Chlamydia Trachomatis

Streptococcus Pnemoniae BAKTERI

VIRUS Bordetella Pertussis

Chlamydia Pneumonia H. Influenza tipe B

Mycoplasma Pneumoniae S. Aureus

Sterptococcus Pneumoniae

4 bulan-5 BAKTERI BAKTERI


tahun
Chlamydia Pneumonia H.influenza

Mycoplasma Pneumoniae Moraxella Chataralis


Sterptococcus Pneumoniae S. Aureus

VIRUS VIRUS

Adenovirus Varicella Zooster

Virus Influenza

Virus Parainfluenza

Rhinovirus
5 tahun BAKTERI VIRUS
keatas
Chlamydia Pneumonia Adenovirus

Mycoplasma Pneumoniae Epsteim-barr

H. Influenza Rhinovirus

Parainfluenza Virus

Influenza Virus

C. Tanda dan Gejala Bronkopneumonia

Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit


bronkopneumonia, diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala
sebagai berikut:

1. Takipnea (nafas cepat)


2. Saat bernapas terdengar suara ronki
3. Batuk produktif
4. Menggigil dan demam
5. Sianosis area sirkumoral
6. Gerakan dada tidak simetris
7. Anoreksia
8. Malaise
9. Gelisah
10. Frekuensi BAB bertambah / harinya

D. Patofisiologi Bronkopneumonia

Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman


pathogen masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut
berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila
mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat,
maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di
saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi
mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya
gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan
melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran
organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran
darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan
penurunan darah kapiler .

Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi


kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut,
menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli.
Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan
ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan
oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang
tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.

Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang


disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai
hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam
dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan
metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab
takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi,
panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit
(keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi.
Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan
peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan
berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya
tekanan tersebut menggunakan otot otot bantu pernapasan (otot
interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak
simetris.

Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di


definisikan lebih dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat
adalah gejala yang sering di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida
dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon dioksida
(CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis
pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk
meningkatkan frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah.
Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar
selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang
menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi,
odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.

Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum


yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan
bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah
antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di
bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi.
Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng
sedang pada sputum.

Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan


terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual,
muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40 dan
disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat
gelisah.

Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit


bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah
sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat
(hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam
darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang
semakin menurun, akan menyebabkan fatique sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran nafas bawah, kuman
juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi
tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya
meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga
menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian


atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39
40C dan mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat
gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak
dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa
hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif.
E. Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia
a. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami
bronkopneumonia terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara
segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya
sebagai berikut:

1. Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak
segera diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan
masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya
udara ke telinga tengah.
2. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul
fibrosis juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri
dalam paru paru.
4. Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru parunya
mengalami infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga
pleuranya berisi nanah.
F. Penatalaksanaan

Terapi dan Tindakan medis

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji


resistensi dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama,
maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang
biasanya diberikan:
Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-
70 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai
spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai
bebas demam 4-5 hari.
Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik
akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil
analisa gas darah arteri.

G. Pencegahan Bronkopneumonia

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:

1. Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan


terjadinya bronkopneumonia
2. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
3. Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas
seperti:

1. pola hidup sehatdengan cara makan makanan yang bergizi dan


teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin
berolahraga
2. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi
H. Influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak
utamanya anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin
influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan
status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner
yang berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk
menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial.
pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai
15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat
albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan
asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu
memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab
seperti virus
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas.
Sesak nafas yang muncul akibat dari adanya
eksudat yang menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus.
c. Riwayat Penyakit

1. Riwayat penyakit sekarang

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan


bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.

2. Riwayat penyakit dahulu

Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit


infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

3. Riwayat penyakit keluarga

Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit


infeksi saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya,
keadaan ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut
diuraikan.
4. Riwayat Kehamilan

Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau


kelainan pada kehamilan/persalinan.

5. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Perkembangan

Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama


teman sebayanya
Anak memilik keinginan untuk sembuh
Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak
beraktivitas

2. Pertumbuhan

BB anak menurun kg setelah 3 hari dirawat


TB anak 98 cm

6. Riwayat Imunisasi

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat


penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi
sekunder. Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio,
Hepatitis B dan Campak.

7. Riwayat psikososial spiritual


Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan
dampak dari hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu
takut dan menangis bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.
8. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan
gelisah, suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan
dangkal, BB sesuai dengan umur.

9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia
1. Kepala
Bentuk kepala
Warna rambut
Distribusi rambut
Ada lesi atau tidak
Kebersihan rambut
2. Mata
Sclera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
Kaji reflek cahaya
Konjungtiva anemis atau tidak
Pergerakan bola mata
3. Telinga
Simetris atau tidak
Kebersihan
Tes pendengaran
4. Hidung
Ada polip atau tidak
Nyeri tekan
Kebersihan pernafasan cuping hidung
Fungsi penciuman
5. Mulut
Warna bibir
Mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
Reflek menghisap
Reflek menelan
6. Paru-paru
Inspeksi: irama nafas tidak teratur, pernafasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernafasan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: sonor
Auskultasi: suara paru ronchi
7. Jantung
Inspeksi: tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi: suara jantung terdengar redup
Auskultasi: nada S1, S2 dan lub dup
8. Abdomen
Inspeksi: bentuk, lesi
Palpasi: splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, tirgor kulit <3
detik
Perkusi: suara abdomen timpani
Auskultasi: bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
9. Ekstermitas
Pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
Kelelahan (malaise)
Kelemahan
CTR <2 detik
10. Genetalia
Kelengkapan (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora,
labia mayoa. Klitoris)
Fungsi BAB
Fungsi BAK
10. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner
yang berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses
inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial.
pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai
15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat
albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan
asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu
memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab
seperti virus
11. Keadaan Umum

Suhu :

Nadi :

RR :

12. Pola Fungsi Kesehatan


Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit
bronkopneumonia meliputi:

1. Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan insomnia,


dengan tanda letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal jantung kronis,
dengan tanda takikardi dan penampilan keperanan atau pucat.
3. Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak
stressor sehingga menimbulkan maslah finansialnya.
4. Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada meningkat
dan batuk myalgia, atralgia.
5. Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat
DM dan ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit
kering dengan turgor buruk dan penampilan malnutrusi.
6. Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan
adanya perubahan mental.
7. Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk
myalgia dan atralgia.
8. Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal
menyebabkan pucat atau sianosis bibir/kuku dan menggunakan bantuan
otot aksesori, karena adanya sputum dan pada perkusi ditemukan pekak
diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural dengan bunyi nafas
menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas berkeringat,
menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda /
varisela.
9. Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain yang
membutuhkan bantuan.

13. Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar kapiler
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam,
menurunnya intake dan tachipnea
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

1 Bersihan jalan nafas NOC : NIC :


tidak efektif b.d
a. Respiratory Airway suction
peningkatan
status : Ventilation
produksi sputum
a. Pastikan kebutuhan
b. Respiratory oral / tracheal suctioning
status : Airway
b. Auskultasi suara
patency
nafas sebelum dan
c. Aspiration sesudah suctioning.
Control
c. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang suctioning
Kriteria Hasil :
d. Minta klien nafas
a.
dalam sebelum suction
Mendemonstrasikan
dilakukan.
batuk efektif dan
suara nafas yang e. Berikan O2 dengan
bersih, tidak ada menggunakan nasal
sianosis dan untuk memfasilitasi
dyspneu (mampu suksion nasotrakeal
mengeluarkan f. Gunakan alat yang
sputum, mampu steril sitiap melakukan
bernafas dengan tindakan
mudah, tidak ada
g. Anjurkan pasien
pursed lips)
untuk istirahat dan napas
b. Menunjukkan dalam setelah kateter
jalan nafas yang dikeluarkan dari
paten (klien tidak nasotrakeal
merasa tercekik,
h. Monitor status
irama nafas,
oksigen pasien
frekuensi
pernafasan dalam
i. Ajarkan keluarga
rentang normal,
bagaimana cara
tidak ada suara
melakukan suksion
nafas abnormal)
j. Hentikan suksion
c. Mampu
dan berikan oksigen
mengidentifikasikan
apabila pasien
dan mencegah
menunjukkan bradikardi,
factor yang dapat
peningkatan saturasi O2,
menghambat jalan
dll.
nafas

Airway Management

a. Buka jalan nafas,


guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu

b. Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi

c. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan

d. Pasang mayo bila


perlu

e. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu

f. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction

g. Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan

h. Lakukan suction
pada mayo

i. Berikan
bronkodilator bila perlu

j. Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab

k. Atur intake untuk


cairan mengoptimalkan
keseimbangan.

l. Monitor respirasi
dan status O2

2 Pola nafas tidak NOC : NIC :


efektif b.d
a. Respiratory Airway Management
hiperventilasi
status : Ventilation
a. Buka jalan nafas,
b. Respiratory guanakan teknik chin lift
status : Airway atau jaw thrust bila perlu
patency
b. Posisikan pasien
c. Vital sign Status untuk memaksimalkan
ventilasi
Kriteria Hasil :
c. Identifikasi pasien
a.
perlunya pemasangan
Mendemonstrasikan
alat jalan nafas buatan
batuk efektif dan
suara nafas yang d. Pasang mayo bila
bersih, tidak ada perlu
sianosis dan
e. Lakukan fisioterapi
dyspneu (mampu
dada jika perlu
mengeluarkan
sputum, mampu
f. Keluarkan sekret
bernafas dengan
dengan batuk atau
mudah, tidak ada suction
pursed lips)
g. Auskultasi suara
b. Menunjukkan nafas, catat adanya suara
jalan nafas yang tambahan
paten (klien tidak
h. Lakukan suction
merasa tercekik,
pada mayo
irama nafas,
frekuensi
i. Berikan
pernafasan dalam
bronkodilator bila perlu
rentang normal,
tidak ada suara j. Berikan pelembab
nafas abnormal) udara Kassa basah NaCl
Lembab
c. Tanda Tanda
vital dalam rentang k. Atur intake untuk
normal (tekanan cairan mengoptimalkan
darah, nadi, keseimbangan.
pernafasan)
l. Monitor respirasi
dan status O2

Terapi Oksigen

a. Bersihkan mulut,
hidung dan secret trakea

b. Pertahankan jalan
nafas yang paten

c. Atur peralatan
oksigenasi
d. Monitor aliran
oksigen

e. Pertahankan posisi
pasien

f. Onservasi adanya
tanda tanda hipoventilasi

g. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

a. Monitor TD, nadi,


suhu, dan RR

b. Catat adanya
fluktuasi tekanan darah

c. Monitor VS saat
pasien berbaring, duduk,
atau berdiri

d. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan

e. Monitor TD, nadi,


RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas

f. Monitor kualitas dari


nadi

g. Monitor frekuensi
dan irama pernapasan

h. Monitor suara paru

i. Monitor pola
pernapasan abnormal

j. Monitor suhu,
warna, dan kelembaban
kulit

k. Monitor sianosis
perifer

l. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)

m. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign

3 Gangguan NOC : NIC :


pertukaran gas b.d a. Respiratory
Airway Management
perubahan membran Status : Gas
kapiler-alveolar exchange
a. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
b.Respiratory Status
: ventilation atau jaw thrust bila perlu

c. Vital Sign Status b. Posisikan pasien


untuk memaksimalkan
Kriteria Hasil :
ventilasi

a.
c. Identifikasi pasien
Mendemonstrasikan
perlunya pemasangan
peningkatan
alat jalan nafas buatan
ventilasi dan
oksigenasi yang d. Pasang mayo bila
adekuat perlu

b. Memelihara e. Lakukan fisioterapi


kebersihan paru dada jika perlu
paru dan bebas dari
f. Keluarkan sekret
tanda tanda distress
dengan batuk atau
pernafasan
suction
c.
g. Auskultasi suara
Mendemonstrasikan
nafas, catat adanya suara
batuk efektif dan
tambahan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
h. Lakukan suction
sianosis dan
pada mayo
dyspneu (mampu
mengeluarkan i. Berika bronkodilator
sputum, mampu bial perlu
bernafas dengan
j. Barikan pelembab
mudah, tidak ada
udara
pursed lips)

k. Atur intake untuk


d. Tanda tanda vital cairan mengoptimalkan
dalam rentang keseimbangan.
normal
l. Monitor respirasi
dan status O2

Respiratory Monitoring

a. Monitor rata rata,


kedalaman, irama dan
usaha respirasi

b. Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal

c. Monitor suara nafas,


seperti dengkur

d. Monitor pola nafas :


bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot

e. Catat lokasi trakea

f. Monitor kelelahan
otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
g. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan

h. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama

i. auskultasi suara
paru setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya

4 Risiko kekurangan NOC : NIC :


volume cairan
Nutritional Status :
berhubungan
food and Fluid
dengan demam,
a. Kaji adanya tanda
Intake
menurunnya intake
dehidrasi
dan tachipnea
b. Jaga kelancaran
Kriteria Hasil : aliran infus

a. Adanya c. Periksa adanya


peningkatan berat tromboplebitis
badan sesuai
d. Pantau tanda vital tiap
dengan tujuan
b. Volume cairan 6 jam
normal
e. Lakukan kompres
c. Pengeluaran dingin jika terdapat
BAB normal (tidak hipertermia suhu diatas
terjadi peningkatan) 38 C

d. Tidak ada tanda f. Pantau balance


dehidrasi cairan

e. Suhu tubuh g. Berikan nutrisi sesuai


normal 36,5-37 0C diit

f. Kelopak mata h. Awasi turgor kulit


tidak cekung

g. Turgor kulit baik

h. Akral hangat

5 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari
Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh b.d
food and Fluid
ketidakmampuan
a. Kaji adanya alergi
Intake
pemasukan atau
makanan
mencerna makanan
atau mengabsorpsi b. Kolaborasi dengan
zat-zat gizi Kriteria Hasil : ahli gizi untuk
berhubungan menentukan jumlah kalori
a. Adanya
dengan faktor dan nutrisi yang
peningkatan berat
biologis, psikologis dibutuhkan pasien.
badan sesuai
atau ekonomi
dengan tujuan c. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
b. Berat badan
intake Fe
ideal sesuai dengan
tinggi badan d. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
c. Mampu
protein dan vitamin C
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi e. Berikan substansi
gula
d. Tidak ada tanda
tanda malnutrisi f. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
e. Tidak terjadi
tinggi serat untuk
penurunan berat
mencegah konstipasi
badan yang berarti
g. Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)

h. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian.

i. Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori

j. Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi

k. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring

a. BB pasien dalam
batas normal

b. Monitor adanya
penurunan berat badan

c. Monitor tipe dan


jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan

d. Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan

e. Monitor lingkungan
selama makan

f. Jadwalkan
pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan

g. Monitor kulit kering


dan perubahan
pigmentasi
h. Monitor turgor kulit

i. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah

j. Monitor mual dan


muntah

k. Monitor kadar
albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht

l. Monitor makanan
kesukaan

m. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan

n. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva

o. Monitor kalori dan


intake nuntrisi

p. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.

q. Catat jika lidah


Evaluasi

Pasien mampu:

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
5. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
6. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
7. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
8. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Rizqiyah. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan

Sistem Pernafasan Bronkopneumonia. Jember : Universitas Jember

Anwar, A. 2014. Bronkopneumonia pada Anak. Jakarta : Ilmu Kesehatan Anak

Wijaya, Chandra. 2015. Bronkopneumonia pada Anak. Palu : Departemen Ilmu

Kesehatan Anak

Anda mungkin juga menyukai