FGHJK
FGHJK
Oleh:
Santi Susilowati
NIM : 09.1307.P
1
2
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetuji
( Nur Izzah Priyogo Skp, Mkes. ) (Dafid Arifiyanto S,Kep. Ns) ( Firman Faradisi S.Kep. Ns)
PRAKATA
Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam,
ucapan tersebut memang pantas penulis sampaikan karena hanya dengan karunia,
taufik dan hidayah-Nya karya tulis ilmiah ini dapat tersusun guna memenuhi
Pekajangan Pekalongan.
Karya tulis ilmiah ini berjudul Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan Post
Pekalongan.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, arahan dan bimbingan dari semua pihak untuk itu penulis mengucapkan
5. Ibu Nur Izzah Priyogo Skp, Mkes selaku penguji karya tulis ilmiah I.
6. Bapak Dafid Arifiyanto S,Kep. NS selaku penguji karya tulis ilmiah II.
4
Pekalongan.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
10. Kepada kedua orang tuaku yang telah memberi dukungan moril dan materiil
11. Rekan rekan almamater yang telah memberi dorongan kepada penulis.
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak sehingga hasil dari penyusunan karya
tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
Penulis
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
A. Pengertian ................................................................................ 6
B. Etiologi .................................................................................... 6
C. Patofisiologi ............................................................................ 7
E. Penatalaksanaan ...................................................................... 9
G. Komplikasi .............................................................................. 11
A. Pengkajian ............................................................................... 20
C. Intervensi ................................................................................. 22
6
D. Implementasi ........................................................................... 24
E. Evaluasi ................................................................................... 26
A. Pengkajian ............................................................................. 30
C. Intervensi ................................................................................ 36
D. Implementasi ......................................................................... 38
E. Evaluasi .................................................................................. 41
A. Kesimpulan ............................................................................. 44
B. Saran ........................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Patway
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait
dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bila
sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah dua tahun.
atau tindakan maka usus buntu akan pecah, dan usus yang pecah dapat
yang bisa berakibat fatal serta dapat terbentuknya abses di usus (Mansjoer,
2000, h. 307).
sekitar 16%. Di Afrika dan asia prevalensinya lebih rendah akan tetapi
barat. Pada umumnya insidens pada laki laki sedikit lebih tinggi
sedang pada wanita 218 dari keseluruhan 460 kasus. Di Swedia Anderson
(1994) menemukan jumlah kasus pada laki- laki lebih rendah sedangkan
John (1993) melaporkan 64 wanita dan 47 wanita denga umur rata rata
indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang
merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi
abdomen lainya (Depkes 2008). Jawa Tengah tahun 2009 menurut dinas
appendiksitis tertinggi ada di Kota Semarang, yakni 970 orang. Hal ini
9
mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern
(Taufik, 2011).
32%. Insiden lebih tinggi adalah anak kecil dan lansia. Perforasi secara
C, 2000, h. 46).
berdasarkan data dalam rekam medis tahun 2010 terdapat 51 kasus pasien
pasien post operasi apendisitis. Dari data tersebut telah terjadi penrunan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
berlaku.
2. Tujuan Khusus
dilaksanakan.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
apendisitis.
apendisitis.
2. Bagi institusi
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
(Grace, & Borley, 2006, h. 107). Apendisitis adalah inflamasi pada apendiks
yang dapat terjadi karena obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
menyebabkan sumbatan.
B. Etiologi
faktor pencetus penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen
6
13
penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur.
C. Patofisiologi
oleh hiperplasia folokel limfoid, fekalit, benda asing, striktutur karena fibrosis
saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang di sebut infiltrat apendikularis. Oleh karena itu tindakan yang paling
tepat adalah apendiktomi, jika tidak dilakukan tindakan segera mungkin maka
atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa
D. Manifestasi klinis
apendisitis adalah:
1. Tanda awal
anoreksia.
15
a. Nyeri tekan
b. Nyeri lepas
c. Defans muskuler
(Blumberg)
E. Penatalaksanaan
yaitu:
a. Observasi
c. Antibiotik
lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat
berikan minum mulai 15 ml per jam selama 4-5 jam, lalu naikkan
hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur
selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk
diperbolehkan pulang.
F. Pemeriksaan Diagnostik
2. Ultrasonografi untuk massa apendiks dan jika masuh ada keraguan untuk
4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau di mana penyebab lain
G. Komplikasi
309)
1. Perforasi apendiks
2. Peritonitis
3. Abses
H. Pengkajian
a. Identitas
masuk rumah sakit, nomer register, diagnosa, nama orang tua, umur,
penyembuhan luka.
3) Pola aktivitas
f. Pemerikasan fisik.
2) Integumen
pucat.
5) Abdomen
6) Ekstermitas
2) Intervensi
abdomen
peritonitis
aseptik
terdekat
ansietas.
urin adekuat.
2) Intervensi
volume intravaskuler
kapiler
hidrasi seluler
peningkatan cairan
23
pemasukan peroral
dan pecah-pecah
elektrolit.
dengan cepat.
24
2) Intervensi
ketidaknyamanan abdomen.
sesuai indikasi.
2) Intervensi
masalah.
normal.
jahitan.
perbaikan.
drainase, demam.
BAB III
RESUME KASUS
A. Pengkajian
medik 648956, klien masuk ke rumah sakit pada tanggal 08 April 2012
jam 11.39 WIB di ruang Flamboyan RSUD Kraton dengan diagnosa medis
pada jam 14.15 WIB. Sebagai penanggung jawab Tn. M selaku suami
keluarganya 2 tahun yang lalu klien pernah dirawat dirumah sakit karena
penyakit thypus. Riwayat penyakit sekarang Satu minggu yang lalu, klien
mengeluh lagi sakit pada perutnya dan kemudian klien dibawa oleh
keluargnya ke RSUD Kraton pada tanggal 08 April 2012 jam 14.15 WIB
dan dirawat di ruang flamboyan dengan keluhan nyeri pada perut kanan
oleh dr. F dari pukul 09.15 WIB dan selesai pukul 11.00 WIB. Keluhan
utama pada saat pengkajian tanggal 13 April 2012 jam 14.15 WIB
didapatkan data subjektif klien menyatakan nyeri pada luka operasi, nyeri
20
27
mengatakan untuk beraktivitas sulit dan terasa sakit, klien tampak lemas,
2cm di perut kanan bawah luka masih basah, wajah tampak pucat, klien
keluarga karena klien merasa sakit pada bekas luka operasi dan lemas.
April 2012 injeki cefotaxime 3x1 gram, injeksi ketorolac 2x30mg, infuse
RL 20 tetes/menit.
Dari pengakajian yang pada tanggal 13 April 2012 jam 14.15 WIB
didapat
Data objektifnya: klien terlihat meringis menahan nyeri dan ada luka
lebar 2 cm dibagian perut kanan bawah luka masih basah masih basah,
C. Intervensi
ada beberapa masalah keperawatan yang muncul pada Ny.H. Dari masalah
insisi bedah. Tujuan dan kriteria hasil yang harus dicapai adalah klien akan
selama 3 x 24 jam dengan kriteria hasil klien mengatakan nyeri hilang atau
pembedahan. Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan adalah klien tidak
x 24 jam dengan kriteria hasil tidak terjadi tanda infeksi( drainase purulen,
eritema dan demam ), suhu tubuh normal (360 C 370 C), tekanan darah
normal (110/90 mmHg), luka bersih dan kering, tidak ada kemerahan,
yang baik dan perawatan luka asepktic, lihat insisi dan balutan, kolaborasi
operasi apendiktomi. Tujuan dan kriteria hasil yang harus dicapai adalah
mampu beraktivitas sesuai toleran tanpa bantuan, tanpak segar dan tidak
aktivitas.
D. Implementasi
tanggal 13 April 2012 jam 14.15 samapai jam 20.00 WIB dilakukan
dengan posisi semi fowler, dorong ambulasi dini (duduk atau berjalan),
pada tanggal 14 April 2012 jam 14.15 samapai jam 20.00 WIB dilakukan
2012 jam 07.30 samapai jam 12.00 WIB dilakukan tindakan keperawatan
vital, melihat balutan luka dengan respon dan melakukan perawatan luka.
Implementasi yang dilakukan Pada tanggal 14 Apil 2012 jam 16.05 sampai
April 2012 jam 17.00 samapi jam 19.00 WIB dilakukan tindakan
E. Evaluasi
21.00 WIB untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah
remas pada bagian perut saat bergerak, klien terlihat meringis menahan
nyeri, masalah nyeri akut belum teratasi, lanjutkan intervensi kaji ulang
indikasi.
2012 jam 21.00 WIB untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan insisi
senit pada bagian perut saat bergerak, klien terlihat sudah rileks dan
Evaluasi yang dilakukan penulis pada hari ke dua tanggal 15 April 2012
jam 14.00 WIB untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan insisi
senit pada bagian perut saat bergerak, klien terlihat sudah rileks dan
basah, panjang luka 8 cm, lebar 2 cm pada bagian perut kanan bawah, nadi
tanda vital, lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka
perkembangan klien mengatakan sudah baik, terlihat luka bersih tidak ada
pus,jahitan rapih dan tidak terjadi eritema, nadi 82 x/menit, suhu 37oC, Rr
pencucian tangan yang baik dan perawatan luka asepktic, lihat insisi dan
indikasi.
perkembangan klien mengatakan sudah baik, terlihat luka bersih tidak ada
pus,jahitan rapih dan tidak terjadi eritema, nadi 82 x/menit, suhu 37,2oC,
dibantu suami, klien tampak lemas dan duduk dibantu, masalah intoleransi
dan klien mengatakan berlatih kekamar mandi, klien tampak rileks dan
35
penghematan energi.
dan klien mengatakan berlatih kekamar mandi, klien tampak rileks dan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
pada jam 14.15 WIB. Didapatkan data subjektif yaitu klien mengatakan
nyeri pada luka operasi, nyeri skala 6 seperti diremas-remas, nyeri terus
menerus pada saat bergerak di bagian perut. Menurut potter & perry ( 2006,
nyeri, maka akan timbul implus saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf
perifer. Serabut saraf perifer yang akan membawa implus nsaraf ada dua
jenis , yaitu serabut A-delta dan serabut c. Implus nyeri akan dibawa ke
30
37
jauh kedalam system saraf pusat. Setelah implus saraf sampai di otak, otak
h.1508 ) pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju kebatang
otak dan talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian
dari respon stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri
adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom
disebabkan oleh peredaeran darah yang tidak sampai ke otot dan akann
terjadi pucat yang disebabkan oleh suplai darah berpindah dari perifer.
adanya luka operasi panjang 8 cm dan lebar 2 cm di perut kanan bawah luka
masih basah, wajah tampak pucat, klien tampak lemas, perilaku berhati-
suhu 37,60C .
38
B. Diagnosa Keperawatan
nyeri terus menerus, adanya luka operasi, skala 6 saat bergerak pada perut
sebagai diagnosa pertama karena klien mengeluh nyeri pada luka insisi,
hal ini tentu akan mengganggu proses hospitalisasi dan aktivitas klien.
terserang oleh agen patigenik atau oportunistik (virus, jamun, atau parasit
(Carpenito, 2000, h. 204). Resiko infeksi yaitu suatu kondisi individu yang
sekresi, dan peristaltik yang berubah), pertahanan lapis kedua yang tidak
silia, cairan tubuh statis, dan penyakit kronis (NANDA, 2006, h. 121).
mengatakan nyeri pada luka operasi, panjang luka 8 cm dan lebar 2 cm,
resiko meskipun resiko tetapi kalau tidak segera ditangani akan menjadi
infeksi. Kondisi luka saat pengkajian terlihat luka masih basah, tidak
timbul pus sehingga bersifat resiko, artinya harus selalu dilakukan asuhan
keperawatan yang sesuai agar tidak terjadi infeksi mengingat terdapat luka
insisi yang bisa menjadi tempat masuknya kuman atau poth de entre jika
tidak dirawat.
klien mengatakan untuk beraktivitas sulit dan terasa sakit, klien tampak
bertahap.
diantaranya yaitu:
abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik uretral); diuresis
2000, h. 139).
turgor kulit, rasa haus, urin memekat. Sehingga diagnosa resiko tinggi
ditegakan.
C. Intervensi
Anjurkan klien untuk istirahat dengan posisi semi fowler, hal ini dilakukan
posisi telentang. Dorong ambulasi dini (duduk atau berjalan), hal ini
2000, h. 511).
43
infeksi atau terjadinya sepsis, abses dan peritonitis. Lihat insisi balutan dan
Adanya edema, eritema, dan bau tidak enak dapat menandakan timbulnya
infeksi lokal atau nekrosis lokal atau nekrosis jaringan yang dapat
dengan membran dinding sel bakteri dan dapat menyebabkan kematian sel.
D. Implementasi
tanggal 13 April sampai 15 April 2012 sebagai berikut: kaji tingkat nyeri,
ini adalah bisa memunculkan hasil yang salah saat mengakaji skala nyeri
ada alat yang dapat mengukur tingkat rasa nyeri. Menganjurkan klien
istirahat dengan posisi semi fowler. Kekuatan dari implementasi ini adalah
kelemahan dari tindakan ini adalah klien merasakan nyeri saat bergerak.
Solusinya saat merubah posisi dari posisi tidur ke setengah duduk harus
dini (duduk). Kekuatan dari implementasi ini adalah klien mau untuk
melarang klien untuk duduk karena belum sembuh. Solusi untuk intervensi
untuk tindakn ini adalah pada saat pemberian obat harus dijelaskan
juga tenang. Kelemahan dari tindakan ini adalah dengan memasang alat
vital sebaiknya pada saat klien tidak sedang beristirahat. Melihat luka dan
saat dilakukan perawatan luka. Kelemahan dari tindakan ini adalah hal ini
tidak dapat dilakukan setiap saat karena seringnya membuka balutan dapat
nyeri saat di bersihkan. Solusinya untuk tindakan ini sebaiknya pada saat
melakukan perawatan luka lingkungan tidak banyak orang dan alat yang
terapi injeksi cefotaxime 1 gram, kekuatan dari tindakan ini adalah klien
menjelaskan kegunaan dan efek samping dari obat ini. Solusinya untuk
tindakan ini adalah menjelaskan kegunaan obat dan efek samping dari
obat.
mandi. Kelemahan tindakan ini adalah dengan adanya nyeri yang masih
Solusi tindakan ini sebaiknya klien berlatih aktivitas setelah minum obat
Kekuatan dari implementasi ini adalah klien beristirahat saat merasa lelah,
E. Evalusi
evaluasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah pada
terakhir pada tanggal 15 April 2012 sebagai berikut: masalah nyeri akut
klien mengatakan nyeri skala 2 terasa senit-senit pada bagian perut saat
bergerak, klien terlihat sudah rileks dan mampu berjalan mandiri ke kamar
data klien mengatakan sudah baik, terlihat luka kering bersih tidak ada
pus,jahitan rapih dan tidak terjadi eritema, nadi 82 x/menit, suhu 37,2oC,
perawatan luka.
teratasi dengan data klien mengatakan sudah bisa beraktivitas mandiri dan
klien mengatakan berlatih kekamar mandi, klien tampak rileks dan mampu
mengganggu aktivitas.
BAB V
PENUTUP
50
A. Kesimpulan
terasa senit-senit pada bagian perut saat bergerak, klien terlihat sudah
Dengan didukung data subjektif : klien mengatakan nyeri pada luka bekas
lebar 2 cm dibagian perut kanan bawah luka masih basah masih basah,
infeksi tidak terjadi dengan data klien mengatakan sudah baik, terlihat luka
kering bersih tidak ada pus,jahitan rapih dan tidak terjadi eritema, nadi 82
terasa sakit dan lemas sehingga semua aktivitas dibantu suaminya. Data
mandiri dan klien mengatakan berlatih kekamar mandi, klien tampak rileks
dan mampu duduk sendiri klien terlihat ke kamar mandi tanpa bantuan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Grace, P.A & Borley, NR. 2006 . At a glance ilmu bedah. Jakarta: Erlangga.
Potter , P.A, & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Beadah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J.M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
54