PENDAHULUAN
1
adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Sedangkan untuk
pengupahan berlaku Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2015.
Sesuai dengan UU no. 13 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 : Bahwa
ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
Dalam pembahasan makalah ini khusus membahas selama masa
kerja, sehingga bab-bab yang sangat terkait adalah bab 1, bab 2,
bab 3, bab 6, bab 9, bab 10, bab 11, bab 14 dan bab 16 dari
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Undang-undang ketenagakerjaan memiliki tujuan
sebagaimana yang tertuang pada bab 2 pasal 4 yang berbunyi :
a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara
optimal dan manusiawi.
b. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyedia
tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan
nasional dan daerah.
c. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
mewujudkan kesejateraan.
d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
2
sebaliknya kewajiban karyawan adalah hak perusahaan. Dengan
demikian perjanjian kerja tersebut tentunya harus
menguntungkan pada kedua belah pihak.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
hurup latin. Dan apabila dalam perjanjian kerja dibuat dalam
bahasa Indonesia dan bahasa asing terdapat perbedaan penafsiran
antara keduanya, maka yang berlaku dalam perjanjian kerja yang
dibuat dalam bahasa Indonesia.
Dalam hal pembuatan perjanjian kerja yang tertulis,
sekurang-kurangnya harus memuat :
Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha.
Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/ buruh.
Jabatan atau jenis pekerjaan.
Tempat pekerjaan.
Besarnya upah dan cara pembayarannya.
Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban
pengusaha dan pekerja/ buruh.
Tanggal mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian
kerja.
Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat, dan
Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
5
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan.
Walaupun demikian perjanjian kerja untuk waktu tertentu
tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau
diperbaharui, perpanjangan ini dapat diadakan untuk paling lama
dua tahun dan hanya boleh diperpanjang satu kali untuk jangka
waktu paling lama satu tahun.
Apabila pengusaha atau pemakai jasa tenaga kerja berkenan
untuk memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu, maka
paling lama tujuh hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu
berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada
pekerja / buruh yang bersangkutan. Sedangkan untuk
pembaharusan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat
diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu tiga puluh hari
berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama,
pembaharuan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh
dilakukan satu kali dan paling lama dua tahun.
Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat
mensyaratkan masa percobaan paling lama tiga bulan. Dengan
demikian untuk perjanjian kerja waktu tertentu tidak
diperkenankan memberlakukan masa percobaan. Walaupun
namanya masa percobaan mengenai pengupahan, pengusaha wajib
membayar penuh upah pekerja sesuai dengan perjanjian kerja yang
di tanda tangani bersama.
Dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu, maka
pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja/
buruh yang bersangkutan. Surat pengangkatan tersebut sekurang-
kurangnya memuat keterangan sebagai berikut :
a. Nama dan alamat pekerja/ buruh.
6
b. Tanggal mulai bekerja.
c. Jenis pekerjaan, dan
d. Besarnya upah.
Perjanjian kerja tidak tertentu dapat berakhir perjanjian
kerjanya apabila :
a. Pekerja meninggal dunia.
b. Berakhirnya jangka waktu perjajian kerja karena pensiun
c. Adanya putusan pengadilan dan / atau putusan atau
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
atau
d. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang
dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja sama yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
Ketika terjadi meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak
atas perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan, atau
hibah tidak serta merta perjanjian kerja berakhir. Apabila terjadi
pengalihan perusahaan, maka hak-hak pekerja / buruh menjadi
tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam
perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak pekerja /
buruh. Dalam pengusaha, orang perseorangan, meninggal dunia,
ahli waris pengusaha dapat mengakhiri perjanjian kerja setelah
merundingkan dengan pekerja/ buruh.
Dalam hal pekerja/ buruh meninggal dunia, ahli waris
pekerja / buruh berhak mendapatkan hak hak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku atau hak-hak yang
telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
7
2.2. Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja.
8
2.3. Unsur-Unsur Perjanjian Kerja.
9
3. Adanya unsur waktu tertentu
Sesuai dengan pasal 77 undang-undang ketenagakerjaan
nomor 13 tahun 2003 waktu kerja meliputi :
a. Tujuh jam satu hari dan empat puluh jam satu minggu
untuk enam hari kerja dalam satu minggu.
b. Delapan jam satu hari dan empat puluh jam satu minggu
untuk lima hari kerja dalam satu minggu.
Akibat banyaknya pekerjaan dan jumlah pekerja yang masih
kurang dan dalam hal yang cukup mendesak, pengusaha dapat
mempekerjakan pekerjanya melebihi waktu kerja seperti pada point
tadi diatas asalkan dengan syarat :
a. Ada persetujuan pekerja atau buruh yang bersangkutan.
b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak
tiga jam dalam satu hari dan empat belas jam dalam satu
minggu.
Dengan bertambahnya waktu kerja, maka pengusaha
diwajibkan membayar upah kerja lembur tersebut yang besarnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10
Hak pekerja/ buruh atas upah timbul pada saat terjadi
hubungan kerja antara pekerja/ buruh dengan pengusaha dan
berakhir pada saat putus hubungan kerja. Pada dasarnya
kebijakan pengupahan diarahkan untuk pencapaian penghasilan
yang memenuhi penghidupan yang layak bagi pekerja/ buruh.
Untuk itu kebijakan pengupahan yang layak itu menurut
peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 78 tahun 2015
pasal 3 ayat 2 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pasal
88 ayat 3, meliputi :
a. Upah minimum.
b. Upah kerja lembur.
c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan.
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain
diluar pekerjaannya.
e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya.
f. Bentuk dan cara pembayaran upah.
g. Denda dan potongan upah.
h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah.
i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional.
j. Upah untuk pembayaran pesanggon, dan
k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
11
b. Bagi perusahaan dengan sistem waktu kerja lima hari
dalam seminggu, upah sebulan dibagi dua puluh satu.
12
dengan perundang-undangan ketenagakerjaan nomor 13 tahun
2003 bab X tentang perlindungan, pengupahan dan kesejahteraan
dan peraturan presiden nomor 78 tahun 2015. Maka pengusaha
berkewajiban untuk memberikan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia serta nilai nilai agama.
Memberikan waktu istirahat dan hari libur resmi, hal ini
diatur tentang waktu istirahat dan cuti serta libur resmi sebagai
berikut :
1. Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam
setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan
waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
2. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu;
3. Cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja
setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12
(dua belas) bulan secara terus menerus; dan
4. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan
dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-
masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja
selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada
perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh
tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2
(dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap
kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.
5. Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya
kepada pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang
diwajibkan oleh agamanya.
13
6. Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasa
sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib
bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid.
7. Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat
selama 1 bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1
bulan sesudah melahirkan anak menurut perhitungan
dokter kandungan atau bidan.
8. Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran
kandungan berhak memperoleh istirahat 1 bulan atau
menurut surat keterangan dokter atau bidan.
9. Pekerja/buruh perempuan yang anaknya sakit masih
menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk
menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama
waktu kerja.
10. Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.
14
1603 KUH Perdata, buruh wajib melakukan pekerjaan yang
dijanjikan menurut kemampuannya dengan sebaik-baiknya.
2. Mentaati tata tertib perusahaan.
Tata tertib ini merupakan disiplin dalam melaksanakan
pekerjaan di perusahaan. Peraturan tata tertib ini ditetapkan
oleh pengusaha sebagai akibat kepemimpinan dari
pengusaha. Hal ini diatur dalam Pasal 1603 huruf b
KUHPerdata, yang menyatakan bahwa majikan atau
pengusaha yang membuat tata tertib perusahaan haruslah
dalam batasan-batasan aturan perundang-undangan atau
perjanjian, atau jika tidak ada menurut kebiasaan.
3. Bertindak sebagai pekerja / buruh yang baik
Kewajiban ini merupakan kewajiban timbal balik dari
pengusaha yang wajib bertindak sebagai pengusaha yang
baik. Dengan demikian buruh/pekerja wajib melaksanakan
kewajibannya dengan baik seperti apa yang tercantum dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, maupun dalam
perjanjian kerja bersama.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
Dasar pijakan peraturan yang berlaku untuk pengusaha dan
pekerja/ buruh adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan
untuk Pengupahan berlaku Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun
2015.
Tujuan hukum ketenagakerjaan, yakni menjaga ketertiban
jalinan hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha. Dalam
rangka menjaga ketertiban, perlu pedoman berperilaku yang
berbentuk hukum normatif (kepastian hukum), dan diarahkan
pada cita-cita hukum, yaitu keadilan maupun kemanfaatan. Ketiga
nilai tersebut melandasi tegaknya hukum ketenagakerjaan,
disamping itu Indonesia sebagai negara hukum memberlakukan
kesetaraan yang sama dihadapan hukum.
Dalam hal pembuatan perjanjian kerja yang tertulis,
sekurang-kurangnya harus memuat :
Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha.
Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/ buruh.
Jabatan atau jenis pekerjaan.
Besarnya upah dan cara pembayarannya.
Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban
pengusaha dan pekerja/ buruh.
Tanggal mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian
kerja.
Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat, dan
Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
16
3.2. Daftar Pustaka.
17