NEURODERMATITIS
Oleh :
Amelia Angelin Ligianto
Pembimbing Klinik :
dr. Diany Nurdin, M.Kes., Sp.KK.
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama pasien : Tn.JM
2) Umur : 47 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Alamat : Kelurahan Layana
5) Agama : Islam
6) Status Pernikahan : Menikah
7) Pekerjaan : Pegawai
8) Tanggal Pemeriksaan: 13 Agustus 2016
II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama :
Gatal-gatal pada punggung kaki kiri
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Nadi : 70 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu : Tidak diukur
Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit: Tampak Papul eritema, regional dorsum pedis sinistra, Simetris,
ekskoriasi.
Lokalisasi : Dorsum pedis
1. Kepala : tidak ada ujud kelainan kulit
2. Leher : tidak ada ujud kelainan kulit
3. Dada : tidak ada ujud kelainan kulit
4. Punggung : tidak ada ujud kelainan kulit
5. Perut : tidak ada ujud kelainan kulit
6. Selangkangan : tidak ada ujud kelainan kulit
7. Ekstremitas Atas : tidak ada ujud kelainan kulit
8. Ekstremitas bawah : Tampak plak hiperpigmentasi sirkumskrip dengan krusta merah
kehitaman serta likenifikasi dan ekskoriasi yang menyebar pada regional dorsum
pedis sinistra.
IV. GAMBAR
V. RESUME
Pasien dengan keluhan utama gatal-gatal pada punggung kaki kiri yang telah dirasakan
sejak 3 bulan yang lalu. Karena keluhan gatal tersebut pasien sering menggaruk tanpa disadari
lalu timbul luka pada kulit. Namun beberapa minggu terakhir pasien merasa bintik-bintik yang
muncul menjadi lebih tebal dari sebelumnya. Keluhan ini dirasakan terutama pada saat pasien
sedang tidak beraktifitas. Pasien mengaku Jika terkena sinar matahari dan mengonsumsi mie
instan maupun telur, keluhan gatal tersebut bertambah. Keluhan tersebut pernah ia alami sejak
2 tahun yang lalu pada kedua punggung tangan, pasien pernah mendapatkan pengobatan
bethametasone namun keluhan gatal tak kunjung sembuh. Pemeriksaan fisisk tekanan darah
140/100. Tampak plak hiperpigmentasi sirkumskrip dengan krusta merah kehitaman serta
likenifikasi dan ekskoriasi yang menyebar pada regional dorsum pedis sinistra.
VI. DIAGNOSA KERJA
Neurodermatitis
IX. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
- Menghindari garukan pada daerah yang gatal
- Menghindari stress psikologis
- Menjaga kebersihan kulit dan kelembaban kulit
- Menghindari terik matahari
Medika mentosa
a. Topikal
Clobetasol propionate cream 0,05% 2x/hari selama 2 minggu
b. Sistemik
Cetirizine 1x10mg
Metilprednisolon 2x4mg
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia
Quo ad cosmeticam : ad bonam
PEMBAHASAN
Pasien dengan keluhan utama gatal-gatal pada punggung kaki kiri yang telah dirasakan
sejak 3 bulan yang lalu. Karena keluhan gatal tersebut pasien sering menggaruk tanpa disadari
lalu timbul luka pada kulit. Namun beberapa minggu terakhir pasien merasa bintik-bintik yang
muncul menjadi lebih tebal dari sebelumnya. Keluhan ini dirasakan terutama pada saat pasien
sedang tidak beraktifitas. Pasien mengaku Jika terkena sinar matahari dan mengonsumsi mie
instan maupun telur, keluhan gatal tersebut bertambah. Keluhan tersebut pernah ia alami sejak
2 tahun yang lalu, pasien pernah mendapatkan pengobatan bethametasone namun keluhan gatal
tak kunjung sembuh. Pemeriksaan fisisk tekanan darah 140/100. Tampak nodus sirkumskrip
dengan ekskoriasi yang menyebar pada regional dorsum pedis sinistra.Berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan yang telah dilakukan pasien didiagnosis neurodermatitis sirkumskripta.
Nama lain Neurodermatitis sirkumskripta adalah liken simpleks kronikus, istilah yang
pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu juga disebut lien Vidal.[1]
Neurodermatitis merupakan peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan
kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. [1]
Sebagai diagnosis primer, neurodermatitis muncul tanpa diketahui kondisi yang mendasarinya
atau penyebabnya. Sebagai diagnosis sekunder, neurodermatitis disebabkan oleh garukkan
bertahun-tahun karena kondisi lain, umunya karena dermatitis atopik. [2]
Neurodermatitis sirkumskripta tidak biasa terjadi pada anak, tetapi pada usia dewasa ke
atas : puncak insidensi pada usia antara 30 hingga 50 tahun. Wanita lebih sering menderita
daripada pria. Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa di temukan ialah skalp,
tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian
medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.
Neurodermatitis didaerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak
kecil ditengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke skalp. Biasanya skuamanya hanya
menyerupai psoriasis.[1] Neurodermatitis sekunder terjadi pada area kulit dengan kondisi
tertentu yang mendasari seperti dermatitis atopik pada fosa antecubital dan popliteal. [2] Sebuah
nodul prurigo adalah istilah yang digunakan untuk papula likenifikasi yang telah berkembang
kronis. Prurigo nodularis sekunder dapat muncul dengan banyak papula likenifikasi luas pada
pasien dengan pruritus menyeluruh karena penyakit sistemik seperti penyakit hati atau ginjal.
[2]
Patofisiologi pasti neurodermatitis tidak diketahui. Menggosok dan menggaruk kulit
dalam waktu yang lama menyebabkan penebalan epidermis dan fibrosis dermis. Stimulasi saraf
kulit kronis diduga mengakibatkan disfungsi saraf; sebuah siklus "gatal-awal" terjadi kemudian
menyebabkan kebutuhan untuk menggaruk daerah yang terkena goresan. [2]
Neurodermatitis ditemukan pada kulit di area yang dapat diakses untuk menggaruk.
Pruritus memprovokasi menggaruk yang menghasilkan lesi klinis, namun patofisiologi yang
mendasari tidak diketahui. Beberapa jenis kulit lebih rentan terhadap likenifikasi, seperti kulit
yang cenderung ke arah kondisi ekzematosa (yaitu, dermatitis atopik, diatesis atopik). Suatu
hubungan mungkin ada antara jaringan saraf pusat dan perifer dengan produk inflamasi sel
dalam persepsi gatal dan perubahan berikutnya pada neurodermatitis. Ketegangan emosional
pada subyek cenderung memainkan peran kunci dalam mendorong sensasi pruritus, mengarah
ke menggaruk yang dapat menjadi kebiasaan. Kemungkinan interaksi antara lesi primer, faktor
psikis, dan intensitas pruritus mempengaruhi luas dan keparahan neurodermatitis. Sebuah studi
kecil melihat neurodermatitis dan penggunaan P-phenylenediamine (PPD) yang terdapat dalam
pewarna rambut, menunjukkan perbaikan klinis yang relevan dalam gejala setelah penghentian
paparan PPD, sehingga memberikan dasar untuk peran sensitisasi dan dermatitis kontak dalam
etiologi neurodermatitis. [3]
Secara umum perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan memperburuk
keadaan penyakitnya, oleh karena itu dihindari. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan
antipruritus, kortikosteroid, kortikosteroid topikal, atau intralesi, produk ter. Antipruritus dapat
berupa antihistamin efek sedatif (contoh : hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau
tranquilizer. Dapat pula diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek
(maksimum 8 hari). Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat, bila perlu ditutup
dengan penutup impermeable; kalau masih tidak berhasil dapat diberikan secara suntikan
intralesi. Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi dengan ter yang mempunyai efek anti
inflamasi. Ada pula yang mengobati dengan UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada
penyakit yang mendasarinya, bila memang ada harus juga diobati. [1]
Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari), dan status
psikologik penderita. [1]
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Djuanda, A. dkk. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam.Cetakan Ketiga.
Jakarta: Universitas Indonesia.
[2]
Zaidi Zohra, Lanigan SW. 2010. Dermatology in Clinical Practice; Lichen Simpleks
Chronicus. United Kingdom: Springer Wien New York
[3]
Hogan. J. Daniel. Dkk. 2015. Lichen Simplex Chronicus. Medscape (Serial online).
Diakses pada 16maret 2015 di http://emedicine.medscape.com/article/1123423#showall
[4]
Wolff, Klaus. Dkk. 2013. Fitzpatricks Color Atlas And Synopsis of Clinical
Dermatology. Edisi 7. New York : Mc Graw Hill Education.