100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
1K tayangan9 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang fisiologi persalinan yang mencakup anatomi panggul, definisi persalinan, sebab mulainya persalinan, kala-kala dalam persalinan, dan mekanisme persalinnan. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan proses normal persalinan yang terdiri atas empat tahap yakni pembukaan serviks, pengeluaran janin, pelepasan plasenta, dan tahap pasca persalinan.
Deskripsi Asli:
Data ini dingunakanu[ntuk mengetahui bagaimana fisiologi persalinan
Dokumen tersebut membahas tentang fisiologi persalinan yang mencakup anatomi panggul, definisi persalinan, sebab mulainya persalinan, kala-kala dalam persalinan, dan mekanisme persalinnan. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan proses normal persalinan yang terdiri atas empat tahap yakni pembukaan serviks, pengeluaran janin, pelepasan plasenta, dan tahap pasca persalinan.
Dokumen tersebut membahas tentang fisiologi persalinan yang mencakup anatomi panggul, definisi persalinan, sebab mulainya persalinan, kala-kala dalam persalinan, dan mekanisme persalinnan. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan proses normal persalinan yang terdiri atas empat tahap yakni pembukaan serviks, pengeluaran janin, pelepasan plasenta, dan tahap pasca persalinan.
1.2. Definisi persalinan 1.3. Sebab-sebab mulainya persalinan 1.4. Kala dalam persalinan 1.5. Kebutuhan pada masa persalinan 1.6. Bagan mekanisme persalinan Daftar pustaka
1.1. ANATOMI PANGGUL
Panggul mempunyai tiga fungsi utama yaitu: 1. rongga tulang pelvis membentuk tempat perlindungan bagi struktur-struktur pelvis 2. arsitektur pelvis sangat penting untuk mengakomodasi janin yang sedang berkembang selama masa hamul dan selama proses melahirkan 3. kekokohannya membuat pelvis menjadi tempat berlabuh yang stabil untuk perlekatan otot, fasia, dan ligamen. Pelvis disusun oleh 4 tulang: 1. inominata kanan 2. inominata kiri, masing-masing terdiri dari tulang pubis kanan dan kiri, ilium dan iskium, yang berfungsi setelah pubertas 3. sakrum 4. koksigis. Di bawah ilium adalah iskium, suatu tulang berat yang di bagian posterior pada protuberositas yang dikenal sebagai tuberositas iskiadika. Spina iskiadika, proyeksi tajam dari batas posterior iskium ke dalam rongga pelvis. Pubis, membentuk bagian depan rongga pelvis. Pada garis tengah kedua tulang pubis disatukan oleh ligamen yang kuat dan kartilago yang tebal untuk membentuk persendian yang disebut simfisis pubis. Pada wanita sudut yang dibentuk oleh arkus pubis secara optimal berukuran sedikit lebih besar dari 900. Lima tulang vertebra yang berfungsi membentuk sakrum. Bagian anterior atas korpus vertebra sakralis pertama, promontorium, membentuk margin posterior di pinggir pelvis. Koksigis (tulang ekor), teridiri dari tiga sampai lima tulang vertebra yang menyatu, berartikulasi dengan sakrum. Pelvis dibagi menjadi dua bagian, rongga atas yang dangkal atau pelvis palsu (pelvis mayor), dan rongga bawah yang lebih dalam atau pelvis sejati (pelvis minor). (Irene M. Bobak:2005;42)
1.2. DEFINISI PERSALINAN
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bagi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh. (Universitas Padjadjaran Bandung:1983;221) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. (Rustam Mochtar:1998;91) Persalinan dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim bagi bayi baru lahir. (Irene M. Bobak:2005;235)
1.3. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi. - Teori penurunan hormon: 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun. - Teori plasenta menjadi tua: akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim. - Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter. - Teori iritasi mekanik: dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan,misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus. - Induksi partus. Partus juga dapat pula ditimbulkan dengan jalan: gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser amniotomi: pemecahan ketuban oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus. (Rustam Mochtar:1998;92-93) Tanda-tanda permulaan persalinan Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki bulannyaatauminggunyaatauharinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut: - lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara - perut kelihatan lebih melebar,fundus uteri turun - perasaan sering-sering atau susah kencing (polaksiuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. - Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus,kadang-kadang disebut false labor pains - Serviks menjadi lembek,mulai mendatar,dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show). Tanda-tanda IN-PARTU - rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering,dan teratur. - keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks - kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya - Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan - kekuatan mendorong janin keluar (power) his (kontraksi uterus) kontraksi otot-otot dinding perut kontraksi diafragma dan ligamentous action terutama lig. Rotundum - faktor janin - faktor jalan lahir (Rustam Mochtar:1998;93)
1.4. KALA DALAM PERSALINAN
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu: kala 1: waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. kala II : kala pengeluaran janin,waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir kala III : wakltu untuk pelepasan dan pengeluaran uri kala IV : mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam 1. Kala I (kala pembukaan) In partu (partus mulai) ditandai de4ngan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu: - fase laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat;sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8jam. - Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase: periode akselerasi: berlangsung 2 jam,pembukaan menjadi 4 cm periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat mebjadi 9 cm periode deselarasi: berlangsung lambat,dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap (Rustam Mochtar:1998;94) Pada kala I pembukaan his belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15 menit dan tidak seberapa menganggu ibu sehingga ia sering masih dapat berjalan. Lambat laun his bertambah kuat : interval menjadi lebih pendek dan lebih lama. Lendir berdarah bertambah banyak. Lamanya kala I untuk primi adalah 12 jam dan untuk multi adalah 18 jam. Untuk mengetahui apakah persalinan dalam kala 1 maju sebagai mana mestinya sebagai pegangan kita ambil: kemajuan pembukaan 1 cm sejam bagi primi dan 2 cm sejam bagi multi,walaupun ketentuan ini sebetulnya kurang tepat. (Universitas Padjadjaran Bandung:1983;259-260) 2. Kala II Pada kala II terjadi pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum,ibu merasa seperti mau buang air besar,dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka perinium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala,diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1-2 jam,pada multi -1 jam. (Rustam Mochtar:1998;95)
Gejala-gejala kala II ialah:
- His menjadi lebih kuat,kontraksinya selama 50-100 detik,datangnya tiap 2-3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan yang kekuning-kuningan secara banyak. Ada kalanya ketuban pecah dalam kala I dan bahkan selaput janin dapat robek sebelum persalinan mulai. - Pasien mulai mengejan - Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul sampai didasar panggul perineum menonjol,vulva menganga dan rectum terbuka. Dipuncak his,bagian kecil dari kepala nampak dalam vulva,tetapi hilang lagi waktu his terhenti. Pada his berikutnya kepala yang nampak lebih besar lagi,surut kembali kalau his terhenti. Kejadian ini disebut kepala membuka pintu. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus sampai lingkaran besar dari kepala terpegang oleh vulva,sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah symphysis. Saat ini disebut juga kepala keluar pintu. Pada saat ini pada primigravida perineum biasanya tidak dapat menahan regangan yang kuat,sehingga robek pada pinggir depannnya. Setelah kepala lahir ia jatuh ke bawah dan kemudian terjadi putaran paksi luar. Sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan. Pada his berikutnya bahu lahir,bahu belakang dulu kemudian bahu depan,disusul oleh seluruh seluruh badan anak dengan fleksi lateral,sesuai dengan paksi jalan lahir. Sesudah anak lahir sering keluar sisa ari ketuban yang tidak keluar waktu ketuban pecah,kadang-kadang bercampur darah. Lamanya kala II pada primi lebih kurang 50 menit pada multi lebih kurang 20 menit. (Universitas Padjadjaran Bandung:1983;260-262) 3. Kala III (kala pengeluaran uri) Setelah bayi lahir,kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat,dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beebrapa saat kemudian timbullah his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu lebih kurang 5 menit seluruh plasenta terlepas,terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan penngeluaran darah kira-kira 100-200 cc. (Universitas Padjadjaran Bandung:1983;260-262) 4. Kala IV Adalah kala pengawasan selama I jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. (Rustam Mochtar:1998;94)
1.5. KEBUTUHAN PADA MASA PERSALINAN
a. Mengatur posisi Ibu perlu untuk mengatur posisi yang nyaman selama persalinan, sebaiknya suami atau pendamping membantu ibu mengatur posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri atau jongkok (membantu proses turunnya bagian terendah janin), berbaring miring (memberi rasa santai, memberi oksigenisasi yang baik ke janin, mencegah laserasi) atau merangkak (mempercepat rotasi kepala janin, peregangan minimal pada perineum, baik pada ibu yang mengeluh sakit punggung). Posisi terlentang kurang dianjurkan karena dapat menyebabkan menurunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta berdampak pada terjadinya hipoksia janin. b. Pemberian cairan dan nutrisi Ibu memrlukan asupan makanan ringan dan minum air sesering mungkin agar tidak terjadi dehidrasi. Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi/ kontraksi menjadi kurang efektif. c. Eliminasi Buang Air Kecil (BAK) Ibu harus mengosongkan kandung kemihnya secara rutin setiap 2 jam sekali atau lebih sering atau jika kandung kemih penuh. Sebaiknya ibu untuk berkemih di kamar mandi, jangan dilakukan kateterisasi kecuali ibu tidak dapat berkemih secara normal. Tindakan kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit dan menimbulkan resiko infeksi serta perlukaan pada kandung kemih. Kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan: memperlambat turunnya bagian terendah janin menimbulkan rasa tidak nyaman meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri mengganggu penatalaksanaan distosia bahu meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan Buang Air Besar (BAB) Jika perlu ibu sebaiknya BAB. Jika ibu ingin merasakan BAB saat fase aktif harus dipastikan apakah yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan pada rektum, jika ibu belum siap melahirkan diperbolehkan BAB di kamar mandi d. Mencegah Infeksi Menjaga lingkungan yang bersih sangat penting untuk mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. Kepatuhan dalam menjalankan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong dan keluarga dari resiko infeksi. Ibu sebaiknya mandi dan mengenakan pakaian yang bersih sebelum persalinan. Anjurkan pada keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan ibu atau bayi baru lahir(BBL). Gunakan alat-alat steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dan sarung tangan pada saat diperlukan dalam melakukan pertolongan persalinan (http://lenteraimpian.wordpress.com)
1.6. BAGAN MEKANISME PERSALINAN
1. Penurunan (decent) Sekitar 96% dari semua persalinan diawali dengan janin dalam posisi fleksi, kepala di bawah dan tubuhnya agak berputar ke sisi kanan atau kiri. Sebagaimana kontraksi mulai terjadi kepala bergerak lebih dalam ke pelvic dan dalam posisi menyamping, dengan wajah ke kanan dan oksiput ke kiri, atau sebaliknya. 2. Fleksi Sebagaimana kepala turun, dagu lebih fleksi dan semakin fleksi lagi pada dada, yang menyebabkan os occipitale di belakang kepala untuk penunjuk jalan. 3. Rotasi internal Karena kepala mecapai tingkat spina iskiadika, yang disebut station 0, struktur pelvic menyebabkan kepala untuk berbalik, atau berputar, sehingga kepala akan dapat melewati tempat yang sempit dalam pelvic. Kemudian terus ke bawah, bergerak di bawah tulang pubis. 4. Ekstensi Pada saat ini jalan lahir ini sudut berubah. Kepala, yang mengalami dorongan ke bawah pada dada fleksi, meluncur ke luar di bawah tulang pubis dan melewati introitus, atau orivisium vagina, ke luar. Dagu terangkat ke atas, atau ekstensi, dan kepala lahir. 5. Restitusi Kini kepala bebas untuk berputar ke posisi normalnya dalam hubungan dengan bahu. 6. Rotasi eksternal Bahu dan tubuh bayi biasanya meluncur keluar dengan kesulitan yang relatif sedikit karena kepala telah membuka jalan untuk bagian tubuh yang lebih kecil. Sebagaimana hal ini terjadi, kepala berbalik atau berputar, dalam hubungan yang normal dengan bahu. 7. Ekspulsi plasenta Segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi, mengurangi permukaan internalnya sampai 400%, sementara plasenta tetap dalam ukuran yang sama. Hal ini menyebabkan akar plasenta atau vili, untuk runtuh dari endometrium, memisahkan plasenta dari uterus. Bila ujungnya tetap melekat, terkumpul darah di belakang plasenta. Kemudian ketika plsenta runtuh, terjadi semprotan darah, dan permukaan emnion keluar seperti payung yang terbuka. Ini disebut mekanisme Schultzes, nama orang yang pertama kali menjelaskan hal tersebut. Terjadi pada 80% persalinan. Bila keseluruhan plasenta terpisah dalam waktu yang bersamaan, tidak terdapat pengumpulan darah, dan plasenta dengan mudah meluncur keluar dengan sisi desidua terlebih dahulu. Hal ini pertama kali dijelaskan oleh Duncan, sehingga disebut mekanisme Duncan. Ini terjadi dalam 20% persalinan. 8. Regresi uterus Uterus yang berat mungkin jatuh pada salah satu sisi atau kembali ke dalam rongga abdomen. Untuk alasan ini beberapa lembaga yang menyarankan ibu untuk berbaring telungkup ketika istirahat sampai regresi uterus ke keadaan sebelum kehamilan, sekitar 4-6 minggu. Setelah 10 hari uterus biasanya turun ke dalam panggul sejati dan tidak lagi teraba dalam abdomen. (Persis Mary Hamilton:1995;135-137)