Anda di halaman 1dari 3

F.

PEMBAHASAN

Mahasiswa melakukan praktikum farmakologi dengan materi analgetik. Tujuan dari


praktikum ini adalah mengenal, mempraktikan dn membandingkan daya analgetika antalgin
Nacl, ibu profen , asam asetat menggunakan metode rangsangan kimia pada hewan
uji mencit sehingga kita dapat membandingkan daya analgetika dari obat- obat tersebut.
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (berbeda dengan anastesi umum).
Percobaan ini menggunakan metode Witkin ( Writhing Tes / Metode Geliat ), dengan
prinsip yaitu menimbulkan geliat ( Writhing ), sehingga dapat diamati respon mencit ketika
menahan nyeri pada perut dengan cara menelupkan ujung ekor mencit pada air panas.
Dengan pemberian obat analgetik (antalgin, Nacl, ibu profen , asam asetat) akan mengurangi
respon tersebut.
Larutan stok dibuat dengan mensuspensikaan tablet paracetamol dan antalgin, karena
bahan obat sukar larut di dalam air dengan suspending agent. Digunakan konsentrasi rendah
agar suspensi tidak terlalu kental sehingga mudah untuk mengambil suspensi dengan spuit
oral dan ip agar mudah masuk ke dalam esofagus mencit dan jaringan .Pemberian obat-obat
analgetik pada mencit dilakukan secara peroral dan ip ,setiap mencit diberikan suspensi obat
yang berbeda, setelah obat diberikan mencit didiamkan selama 60 menit.
Percobaan ini dibagi 4 kelompok yaitu kelompok 1 menggunakan Nacl dan kelompok
II obat ibu profen, dan kelompok ke 3 menggunakan Antalgin dan kelompok 4 menggunakan
asam asetat secara ip setiap kelompok menggunakan 1 mencit untuk diperlakukan sama
memberikan obat secara peroral dan ip, lalu tunggu selama 30 menit kira kira sampai obat
terabsorbsi secara penuh.
Kelompok 1 mendapatkan hasil pada mencit1 11 kali geliat, mencit kel 2 1 kali geliat
, kelompok 3 1 kali geliat dan pada kelompok 4 mencit1 100 kali geliat , pada 60 menit
Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil bahwa urutan yang memiliki daya
analgetik paling tinggi atau kuat adalah asam asetat lalu Nacl. Hasil yang didapat setelah
diuji.
Hasil ini juga kurang sesuai dengan teori, karena yang seharusnya memiliki efek
analgetik yang lebih kuat adalah antalgin, karena absorbsinya lebih cepat di lambung,
sementara indikator nyeri juga diberikan pada lambung. Kemudian diikuti oleh ibu profen,
Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari amidopiryn yang mudah larut dalam air
dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan
nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin merupakan inhibitor
selektif dari prostaglandin F2 yaitu: suatu mediator inflamasi yang menyebabkan reaksi
radang seperti panas, merah, nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi yang biasa terlihat pada
penderita demam rheumatik dan rheumatik arthritis. Antalgin mempengaruhi hipotalamus
dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh.
pengaturan panas.
Ibu profen hanya mempunyai efek ringan. Inilah yang menyebabkan parasetamol
hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri
Mekanisme kerja nyeri, yaitu perangsang rasa nyeri baik mekanik maupun kimiawi,
panas maupun listrik akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sel sehingga sel-sel tersebut
melepaskan suatu zat yang disebut mediator nyeri yang akan merangsang reseptor nyeri.
Rangsangan mekanik yaitu nyeri yang disebabkan karena pengaruh mekanik seperti
tekanan, tusukan jarum, insan pisau, dll. Rangsangan termal, yaitu nyeri yang disebabkan
karena pengaruh suhu rata-rata manusia akam merasakan nyeri jika menerima panas diatas
45oC, dimana pada suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan. Rangsangan kimia
yaitu jaringan yang akanmengalami kerusakan aka membebaskan zat yang disebu mediator
yang dapat berkaitan dengan reseptor nyeri antara lain, biokonin, serokinin, dan
prostaglandin. Mediator nyeri penting adalah histamin karen yang bertanggung jawab atas
kebanyakan reasi alergi. Biokonin adalah rangkaian asam amino yang disebut protein plasma.
Nyeri merupakan suatu mekanisme pelindung tubuh mekanik untuk melandasi dan
memberikan tanda bahaya tentang daya gangguan ditubuh. Mekanisme adalah rangsangan
diterima oleh reseptor nyeri diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan kepusat nyeri ke
korteks otak. Setelah diproses dipusat nyeri, impuls dikembalikan ke perifer dalam bentuk
persepsi nyeri.
Penyimpangan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu ketika pemberian oral
tidak menggunakan spuit jarum oral sehingga obat tidak mudah masuk dalam esophagus saat
disemprotkan sehingga mengurangi dosis obat analgetik yang diberikan, faktor fisiologis dari
mencit, yang mengalami beberapa kali percobaan sehingga kemungkinan mencit stress, ,
pengambilan larutaan stock yang tidak dikocok dahulu, sehingga dosis yang diambil tiap
spuit berbeda, karena larutan stock yang dibuat adalah bentuk sediaan suspensi, seharusnya
dalam pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat yang diambil, bukan hanya
larutannya dan yang terakhir tidak di puasakan mencit yang akan di uji, Sebelum perlakuan
mencit (Mus musculus) terlebih dahulu dipuasakan untuk menghilangkan faktor makanan
karena interaksi makanan bisa mempengaruhi pemberian obat kepada hewan perlakuan
hewan uji mencit (Mus musculus). Walaupun demikian faktor variasi biologisnya dari hewan
tidak dapat dihilangkan sehingga faktor ini relative dapat memengaruhi hasil praktikum yang
dilakukan di laboratorium.

G. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan, sebagai berikut :
1. Analgetik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik dan meringankan atau menekan rasa
nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum.
2. Pada pemberian obat antalgin, dan paracetamol secara oral, dapat memberikan efek atau
dampak analgetikum dengan di tandainya adanya pengangkatan ekor pada mencit (Mus
musculus) pada saat ekor dicelupkan dalam air panas diatas pada suhu 55oC.
3. Daya analgetik yang paling tinggi diantara obat uji adalah antalgin.
4. Faktor yang mempengaruhi efek terapeutik analgetik antara lain rute pemberia, kondisi fisik
dan puasa atau tidaknya mencit

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia edisi 3, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Anief, Moh, 1995, Perjalanan Dan Nasib Obat Dalam Badan, Gadjah Mada Univ Press.
Anonim, 1999, Majalah Farmasi Indonesia Vol 10 No 04, Mandiri Jaya Offset, Yogyakarata.
Ganiswara, Sulistia G (Ed), 2008, Farmakologi dan Terapi, Edisi Revisi V, Balai Penerbit Falkultas,
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Gibson, G.Gordon Dan Paul Skett, 1991, Pengantar Metabolisme Obat, UI Presss, Jakarta.
Katzung, Bertram G., Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.
La Du, BR, Mandel, H.G. dan Way, E.L,1971, Fundamentals of drug Metabolism and
drugDispositin. The Williamns & Wilkins company, Baltimore, pp 149-578.
Tjay Hoan Tan, 2007 .Obat-obat penting. PT Alex media ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai