A. Pengertian
B. Anatomi Fisiologi
Ukuran panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi
0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin. Pada kasus
Appendisitis, apendiks dapat terletak intraperitoneal atau retroperitoneal.
Apendiks disarafi oleh saraf parasimpatis (berasal dari cabang nervus vagus)
dan simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini mengakibatkan nyeri
pada Appendisitis berawal dari sekitar umbilicus (Nasution, 2010).
C. Etiologi
D. Klasifikasi
1. Appendisitis akut
3. Appendisitis kronik
4. Appendisitis rekurens
5. Mukokel Apendiks
6. Adenokarsinoma apendiks
7. Karsinoid Apendiks
E. Patofisiologi
Pada saat ini terjadi Appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan
epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E Coli dan spesibakteroides dari
lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan akhirnya ke
peritoneum parietalis terjadilah peritonitis lokal kanan bawah. Suhu tubuh
mulai naik. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan
bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut dengan Appendisitis supuratif
akut. (Mansjoer, 2000).
F. Manifestasi Klinik
G. Komplikasi
H. Penatalaksanaan
1. Pre-operasi
c. Rehidrasi
d. Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena.
2. Intra-operasi
3. Post-operasi
a. Observasi TTV.
b. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah.
d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama
pasien dipuasakan.
h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
j. Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif
yang ditandai dengan :
k. Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
A. Pengkajian
Pengkajian menurut Wong (2003), Doenges (1999), Catzel (1995), Betz (2002),
antara lain :
1. Keluhan utama
4. Kebiasaan eliminasi.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi : Takikardia.
c. Aktivitas/istirahat : Malaise.
6. Pemeriksaan Penunjang
c. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
B. Diagnosa Keperawatan
2. Post Operasi
C. Intervensi Keperawatan
1. Pre Operasi
2. Post Operasi
4) Kendalikan factor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta:
EGC
Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis,
Missouri: Mosby Yearbook,Inc.
Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta :
EGC.
Apendiks
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Ulserasi dan invasi bakteri
Ke peritonium
Nyeri
Ansietas
Peritonitis Resiko bakteri
infeksi pada dinding
Appendiktomi
Tekanan
Aliran
Luka Appendisiti
darah
insisi apendiks
intraluminal
terganggu Resiko
Thrombosis
Nyeri
hipotermi
kekurangan
pada vena
Perforasi volluminal
cairan