Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang
ditandai dengan
kenaikan kadar gula dalam darah (Brunner & Suddarth, 2001).
Peningkatan kadar gula dalam darah merupakan gejala yang umum
dari penyakit
DM yang tidak terkontrol dan seringkali mengakibatkan kerusakan
yang cukup
serius pada bagian tubuh, terutama saraf dan
pembuluh darah (WHO,
2008).
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu
yang
berusia > 65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup
15 %
populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari
International
Di abetik Federation menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta
orang pasien
DM. Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang
tiap
tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan
mencapai 350
juta orang pada tahun 2025 dan s
etengah dari angka tersebut berada di Asia,
terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007).
Data WHO menyebutkan bahwa, pada tahun 2000 terdapat sekitar
171 juta
orang pasien DM di dunia dan diperkirakan jumlah ini akan meningkat
menjadi
366
juta orang pada tahun 2030. Sedangkan untuk kawasan Asia
Tenggara,
terdapat sekitar 46 juta orang pasien DM pada tahun 2000 dan juga
diperkirakan
akan terjadi peningkatan pada tahun 2030 menjadi 119 juta orang.
Jumlah ini juga
termasuk prevalensi jumlah p
asien DM di Indonesia, yaitu sekitar 8 juta orang
Universitas
Sumatera
Utara
pada tahun 2000 dan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada
tahun 2030
menjadi sekitar 21 juta orang.
Berdasarkan jumlah ini, Indonesia menempati
urutan kedua setelah negara India (WHO, 2008).
Diabetes
Melitus (DM) merupakan penyakit yang memiliki komplikas
terbanyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang terus
meningkat,
sehingga mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan
struktur
internal lainnya. Kerusakan pada pembuluh darah ma
ta dapat menyebabkan
gangguan penglihatan yang disebut dengan istilah
retinopati diabetes
(Medicastore, 2008).
Retinopati diabetes merupakan salah satu komplikasi serius pada DM.
Komplikasi ini terjadi disebabkan oleh dua hal, yang pertama karena
melemahn
ya
dinding pembuluh darah kapiler mata yang akan menyebabkan
timbulnya tonjolan
kecil pada pembuluh darah yang dapat pecah sehingga mengalirkan
cairan dan
sejumlah protein ke dalam retina mata.
Cairan dan protein ini dapat menyebabkan
pembengkakan pada pus
at retina, disebut makula, yang dapat memperparah pusat
penglihatan. Penyebab kedua timbulnya retinopati diabetik yaitu,
adanya
pertumbuhan pembuluh darah yang rapuh pada permukaan retina.
Pembuluh
darah yang abnormal ini sangat mudah pecah, sehingga dapat
menyebabkan
perdarahan pada pertengahan bola mata yang dapat menghalangi
penglihatan.
Keadaan ini disebut dengan istilah retinopati proliferatif. Jika keadaan
ini tidak
diobati akan menyebabkan kerusakan yang permanen pada retina,
yang tidak
hanya mengaki
batkan penurunan tingkat ketajaman penglihatan namun dapat
menjadi penyebab kebutaan yang paling utama (Pusat Pakar Mata
ACS, 2009).
Universitas
Sumatera
Utara
WHO menyebutkan bahwa, setelah 15 tahun menderita DM, rata
-rata 2 %
dari jumlah pasien DM akan mengalami kebutaan dan sekit
ar 10 % akan
mengalami kerusakan penglihatan (WHO, 2008). Retinopati
merupakan penyebab
kebutaan yang utama pada kelompok usia 24
-74 tahun. Lebih dari 21 % pasien
DM tipe II mengalami komplikasi ini bersamaan dengan diagnosa DM
yang
dideritanya.
The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS)
menemukan
bahwa prevalen retinopati diabetes pada pria dibandingkan dengan
wanita yaitu
35 % : 39 % pada DM tipe II. Pada umumnya, prevalensi retinopati
diabetes DM
tipe I cenderung lebih rendah, yaitu berkisar
antar 0 %
- 3 %. Beberapa studi
prevalensi menyebutkan bahwa, peningkatan kualitas pengobatan
pada DM dapat
menurunkan prevalensi retinopati diabetik dan kerusakan
-kerusakan pada mata
lainnya (Steele, 2008).
Menurut laporan UKPDS, komplikasi kronis paling
utama adalah penyakit
kardiovaskuler dan stroke, kaki diabetik, retinopati, serta nefropati
diabetik.
Dengan demikian sebetulnya kematian pada diabetes terjadi tidak
secara langsung
akibat hiperglikemianya, tetapi berhubungan dengan komplikasi yang
terjad
i.
Apabila dibandingkan dengan orang normal, maka penderita DM 5
kali lebih
besar untuk timbul gangren, 17 kali lebih besar untuk mengalami
gangguan pada
ginjal dan 25 kali lebih besar untuk timbulnya kebutaan (UNPAD, 200
). Sekitar
50% dari penderita diab
etes melitus yang non
-insulin dependent mengalami
retinopati diabetik berbagai tingkat setelah menderita diabetes melitus
selama 15
tahun di Amerika Serikat. Penelitian lain di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa
Universitas
Sumatera
Utara
sekitar 8,2% dari penderita kelompok nonin
sulin dependent akan mengalami
kebutaan kedua
mata setelah menderita diabetes melitus selama 20 tahun.
Keadaan yang hampir sama dilaporkan di Inggris dimana kebutaan
sebesar 7%,
jumlah ini mencakup sekitar 8.000 orang (Adam, 2005).
Diabetes melitus merupa
kan penyakit yang membutuhkan pengobatan
seumur hidup, sehingga diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk
mengobati
penyakit tersebut. Peningkatan mortalitas dan morbiditas pasien DM
disebabkan
berbagai komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikas
i yang terjadi
tentu saja akan memberikan dampak pada biaya yang harus
dikeluarkan (UNSRI,
2007). Menurut data WHO, biaya yang harus dikeluarkan sebagai
akibat implikasi
ekonomis komplikasi diabetes kurang lebih mencapai US$ 46.207 per
tahun
(WHO, 2008).
Berdasarkan
hal
-hal di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui
gambaran
ketajaman penglihatan pada pasien DM di Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik Medan sebagai rumah sakit pendidikan
, mengingat
tingginya biaya perawatan penderita Di
abetes Melitus pada umumnya dan
khususnya untuk Retinopati Diabetik, di samping bahayanya yang
dapat
mengancam terjadinya kebutaan permanen.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
ketajaman
penglihatan pasien DM d
i Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
Universitas
Sumatera
Utara
3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran
ketajaman
penglihatan pasien DM di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Medan.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya pene
litian ini adalah :
1.
Pendidikan Keperawatan
Dengan diketahuinya gambaran ketajaman penglihatan pasien DM di
Rumah
Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, maka hasil penelitian ini
dapat
digunakan sebagai data dasar bagi institusi pendidikan untuk
mengembangka
n
asuhan keperawatan yang berkelanjutan.
2.
Pelayanan Keperawatan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam
upaya
meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan
masalah
penglihatan pada pasien DM.
3.
Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber data dan acuan dalam
melakukan
penelitian yang berhubungan dengan penyakit diabetes melitus dan
ketajaman
penglihatan di masa yang akan datang dengan ruang lingkup dan
pembahasan
yang lebih luas.
Universitas
Sumatera
Utara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme
karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan
insulin.
Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
B. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi terhadap glukosa juga
meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi
daripada orang dewasa non usia lanjut.
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang
berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-obatan, disamping karena
pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60
tahun yang tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.
Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan sebagai diabetes. Pada usia lanjut terjadi
penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia (Jeffrey) :
1. Umur yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin.
2. Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan perubahan
vaskuler.
3. Obesitas, banyak makan.
4. Aktivitas fisik yang kurang
5. Penggunaan obat yang bermacam-macam.
6. Keturunan
7. Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress
C. Gambaran Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM lansia umumnya tidak
ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif
kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat
proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan
karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka
pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
Katarak
Glaukoma
Retinopati
Gatal seluruh badan
Pruritus Vulvae
Infeksi bakteri kulit
Infeksi jamur di kulit
Dermatopati
Neuropati perifer
Neuropati viseral
Amiotropi
Ulkus Neurotropik
Penyakit ginjal
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit koroner
Penyakit pembuluh darah otak
Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat
muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus
pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap
dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut
dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya
bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas
hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia.
Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak
umumnya tidak ada pada DM usia lanjut.
Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma
yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
D. Komplikasi
1. Makroangiopati (aterosklerosis), mikroangiopati, dan neuropati.
2. Koma hiperosmolaritas dimana glukosa darah didapatkan sangat tinggi (>600 mg/dL)
3. Hipernatremia, osmolaritas tinggi (>350 m Osm/L)
E. Penatalaksanaan
Menurut Steven diperkirakan 25 50% dari DM lansia dapat dikendalikan dengan baik hanya
dengan diet saja. 3% membutuhkan insulin dan 20 45% dapat diobati dengan oral anti diabetik
dan diet saja.
Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lansia adalah tipe II, dan dalam
penatalaksanaannya perlu diperhatikan kasus perkasus, cara hidup pasien, keadaan gizi dan
kesehatannya, adanya penyakit lain yang menyeertai serta ada/tidaknya komplikasi DM.
Pedoman penatalaksanaan DM lansia adalah :
1. Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan
keluarganya.
2. Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia (quality of life) seperti rasa haus, sering
kencing, lemas, gatal-gatal.
3. Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi (200-220
mg/dl) post prandial dan tidak sampai normal betul karena bahaya terjadinya hipoglikemia.
4. Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko hipoglikemia.
BAB II
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme
karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan
insulin.
Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia adalah Umur yang
berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin, Umur yang berkaitan
dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskuler, Obesitas, banyak
makan, Aktivitas fisik yang kurang, Penggunaan obat yang bermacam-macam, Keturunan,
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress.
Pada DM lansia tidak terjadi poliuria, polidipsia, akan tetapi keluhan yang sering muncul adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Prinsip
penatalaksanaan DM lansia adalah Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan
pendidikan kepada pasien dan keluarganya, Menghilangkan gejala-gejala akibat
hiperglikemia,Lebih bersifat konservatif, Mengendalikan glukosa darah dan berat badan.

DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC,
1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati,
Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC, 1997.
Luecknote, Annette Geisler, Gerontologic Nursing second Edition, St. Louis Missouri :
Mosby,Inc, 2000.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Francis S Greenspan, John D Baxter. Endokrinologi dasar & klinik edisi 4, Jakarta : EGC, 1998.
http://berita19.wordpress.com/2010/01/30/dm-pada-lansia/ (diakses pada tanggal 23 Mei 2012
pukul 21.04 WIB)
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus :
Tn. M (65 tahun) mempunyai istri Ny. S (60 tahun). Mereka memiliki 2 orang anak, yakni
Ny. K (38 tahun) dan Tn. O (30 tahun). Ny. K yang telah menikah, tinggal bersama suaminya di
luar kota. Tn. O yang juga sudah menikah dengan Ny. J (27 tahun) yang tinggal bersama Tn. M.
Ny.S sering mengeluh banyak minum, sering kencing serta nafsu makannya meningkat.
Keadaanya terlihat lemas, dan kurang bersemangat. 1 tahun yang lalu, Ny.S dibawa periksa ke
puskesmas kota dan didiagnosa diabetes militus (DM).
Ny. S tidak bisa kontrol teratur ke puskesmas karena yang mengantarkan tidak ada dan
keterbatasan biaya. Tn. M, Tn. O dan Ny. J bekerja sebagai buruh pabrik. Tn. M kadang (jika
ada rejeki) membeli obatnya di apotek terdekat sesuai foto copi resep dokter. Hasil
observasi jari kaki Ny. S sebelah kiri terdapat luka kecil sudah 3 minggu belum sembuh.

B. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Nama KK : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gayaman Kota Mojokerto
b. Komposisi Keluarga
Jenis Hubungan
No nama Umur Pekerjaan ket
kelamin keluarga
1. Tn.M L Suami 65 thn swasta sehat
2. Ny.S P Istri 60 thn Ibu RT DM
3. Tn.O L Anak 30 thn Swasta Sehat
4. Ny.J P Menantu 27 thn Swasta sehat

c. Genogram
d. Type Keluarga : Keluarga usia lanjut
e. Suku / Kebangsaan : Jawa
f. Agama : Islam
g. Status Sosial Ekonomi
1) Kegiatan Organisasi
Keluarga Tn. M termasuk keluarga yang aktif dalam organisasi di masyarakat. Khususnya Ny. S,
ia selalu ikut dalam kegiatan pengajian, arisan dll walaupun dengan badan yang sudah rentan dan
kaki yang terkadang terasa sakit.
2) Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn. M termasuk keluarga prasejahtera karena keluarga hanya bisa mendapatkan uang
dari kontrakan dan dari uang gakin serta mendapatkan beras miskin. Untuk memenuhi
kebutuhann sehari-hari keluarga Tn. M hanya mengandalkan penghasilan anak dan menantunya.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan rekreasi keluar rumah seperti ikut pengajian namun untuk tamasya Tn. M tidak
melakukan lagi karena tesangkut masalah biaya dan kondisi sakit yang dialaminya dan istri.
Sedangkan rekreasi di dalam rumah seperti mengobrol dengan tetangga sebelah di beranda
rumah.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga adalah keluarga usia lanjut
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah keluarga telah memenuhi
perkembangannya.
c. Riwayat Keluarga Inti
Ny. S menderita diabetes mellitus tipe 2 setelah kontrol gula darah di puskesmas November 2011
dan di berikan injeksi insulin.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Tidak diketahui apakah orang tua Ny. S menderita diabetes mellitus atau tidak. Karena tidak
pernah diperiksa tim medis.
3. Lingkungan
a. Kharakteristik Rumah
Rumah Tn. M merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100 m2. Termasuk
rumah semi permanent, berdinding tembok dan juga kayu (gedek) lantainya dari sebagian semen
dan sebagian tanah. Mempunyai 1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC.
Ventilasi rumah belum mencukupi 10% dari total bangunan dan lingkungannya tampak kotor.
1) Pembuangan Air Kotor
Ada septik tank dan pembuangan air limbah dengan kondisi baik dengan kedalaman 10 meter
terletak di belakang rumah dan jarak dari sumber air kurang dari 10 meter.
2) Pembuangan Sampah
Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri yang di tempatkan di bak sampah atau
di bagor dan kemudian di ambil petugas sampah setiap 2 hari sekali.
3) Sanitasi
Lingkungan rumah Tn. M tampak sedikit kotor, pekarangan tidak dimanfaatkan secara maksimal
hanya ada beberapa tanaman saja.
4) Jamban Keluarga
Mempunyai jamban keluarga sendiri dengan bentuk leher angsa dan terletak di dalam rumah.
5) Sumber Air Minum
Keluarga memanfaatkan air sumur yang dikelola satu perumahan.
b. Kharakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga Tn. M termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong royongan tinggi
dan selalu siap membantu keluarga Tn. M.
c. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Tn. M sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah sejak oranng tuanya
masih ada Tn. M tinggal di sana.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga selalu mendapat dukungan dari tetangga dan juga dari keluarga besarnya. Bila ada
masalah kesehatan dengan salah satu anggota keluarga, Tn. M selalu membawa ke dokter yang
terdekat dengan rumah atau ke pak mantra.
Jarak Untuk Pelayanan Kesehatan Terdekat
Puskesmas : kurang lebih 2 km
Puskesmas pembantu : kurang lebih 10 km
Rumah sakit : kurang lebih 15 km
Posyandu : kurang lebih 200 meter
Fasilitas Sosial
Masjid/mushola : kurang lebih 200 km
Pasar : kurang lebih 200 km

4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi suatu
permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum memutuskan suatu
permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan sangat terbuka.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan 2 orang anak dan saling
perhatian.
c. Struktur peran keluarga
Tn. M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangganya.
Ny. Ssebagai istri bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Tn. O sebagai anak kedua yang telah menikah dengan Ny. J.
d. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam agama Islam
yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga
b. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik. Keluarga juga cukup
aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DM, hal ini ditunjukkan
dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit DM. Keluarga
juga tidak tahu bahwa penyakitnya bisa di turunkan kepada anaknya sehingga harus mendapat
pengobatan yang segera dan jangka waktu yang cukup panjang. Kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan juga terbatas karena keluarga tidak mengetahui tentang masalah yang
terjadi pada penyakit DM. Keluarga tidak mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam menangani penyakitnya.
d. Fungsi reproduksi
Tn. M berusia 65 tahun dan Ny. S 60 tahun merupakan usia lansia, keluarga tidak menggunakan
kontrasepsi pil dan suntik.
e. Fungsi ekonomi
Tn. M bekerja sebagai buruh pabrik untuk kehidupan sehari-harinya ia dibantu oleh anak dan
menantunya yang juga bekerja sebagai buruh pabrik.

6. Stress dan Koping Keluarga


a. Strategi Koping
Tn. M merasa apa yang terjadi pada istrinya merupakan kehendak Tuhan, Tn. M hanya bisa
pasrah. Bila ada masalah tidak dibuat tegang agar tidak stress berusaha berpikir dengan pikiran
dingin dan lebih santai.
b. Status Emosi
Tn. M termasuk orang yang tidak mudah untuk stress. Ia berusaha membesarkan hati istri dan
anaknya agar tidak gampang emosi sehingga pemikiran dan pengambilan keputusan memang
benar-benar di pikirkan matang-matang.

7. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang diidentifikasi
sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.
a. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum Ny. S nampak lemah dan tidak bersemangat, badannya agak kurus, banyak
makan dan minum.
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 30 x/menit
Suhu : 37oC
c. Pemeriksaan fisik khusus
1) Kepala
Pada pemeriksaan kepala, tidak ditemukan kelainan, bentuk kepala normal
2) Leher
Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak
teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).
3) Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan masih baik.
4) Telinga
Fungsi pendengaran baik
5) Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan
6) Mulut
Tidak ada kelainan
7) Dada
Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat palpitasi, suara
mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-)
8) Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak kembung,
pergerakan peristaltik usus baik, tidak ada bekas luka operasi
9) Ekstremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah ditemukan luka kecil pada kaki kiri dan sudah 3
minggu belum sembuh. Sehingga Ny. S sulit melakukan kegiatan sehari hari.

8. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. M berharap istrinya sembuh dari penyakitnya sehingga dapat melakukan
aktifitas sehari-hari dengan nyaman.
C. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
Sering BAK terutama pada keluarga mengenal managemen
malam hari masalah , regimen terapeutik
Kesemutan atau kram Ketidakmampuan keluarga
Sering lapar / nafsu makan keluarga
meningkat mengambil
Nafsu makan menurun keputusan
Mual muntah ketidakmampuan
Berat badan menurun keluarga merawat
Lemah anggota keluarga
Sering minum yang sakit,
Pengelihatan kabur ketidakmampuan
Nafas cepat keluarga
Kepala terasa ringan / pusing memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Data Objektif :
Berat badan : 56 kg, Tinggi badan :
157 cm
Luka gangren
Nampak lesu, lemah
Tampak kurus
Kulit tidak elastis, otot lengan dan
kaki
lemah
2 Data Subjektif : Ketidakmampuan Resiko terjadinya
Kesemutan atau kram keluarga untuk luka pada kakinya
Sulit melakukan ADL memelihara
Lemah lingkungan
Pengelihatan kabur
Kepala terasa ringan / pusing

Data Objektif :
Luka gangren
Menggunakan alas kaki
Tidak menggunakan alas kaki
Lingkungan rumah kotor

D. Skala Prioritas Masalah


1. Ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga berhubungan
denganKetidakmampuan keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran


1. Sifat Masalah : actual Ny S mengatakan tidak tahu kalau
3/3 X 1 1 menderita DM, tahunya di kasih
tahu pak Mantri
2. Kemungkinan masalah Ny. S tinggal dengan
dapat diubah: Sebagian keluarganya, perkembagan tehnik
pengobatan DM yang pesat,
X2 1 lingkungan rumah yang tampak
sedikit kontor. Fasilitas kesehatan
tidak di gunakan. Menggunakan
ramuan cina
3. Potensial masalah untuk Masalah ini sudah lama, kakinya
dicegah: cukup 2/3 X 1 2/3 di beri obat dengan ramuan cina
dan di rendam menggunakan air
hangat yang di kasih garam.
4. Menonjolnya masalah: Ny. S tidak mersakan sebagi
masalah tidak masalah, sudah bias any terjadi
2/2 X 0 0
dirasakan dan biasanya di beri ramuan dari
cina rasanyua berkurang.
Jumlah 2 2/3

2. Resiko terjadinya peningkatan ketidaknyamana berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga


merawat anggota yang sakit, ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1. Sifat Masalah : actual Ny. S mengatakan bahwa dia
3/3 X 1 1 menderita gatal-gatal sudah 1
bulan dan tidak sembuh.
2. Kemungkinan masalah Sumber daya keluarga(keuangan)
dapat diubah: sebagian pas-pasan, tegnologi sudah maju,
X2 1
sokongan masyarakat sangat
besar.
3. Potensial masalah Masalah ini sudah lama terjadi,
untuk dicegah: cukup biasannya menggunkan obat
2/3 X 1 2/3 cina.Biasanya berobat ke pak
Mantri namun jika obatnya habis
terasa gatal.
4. Menonjolnya masalah: Ny. S menganggap ini hal yang
Masalah tidak di X0 0 biasa
rasakan
Jumlah 2 2/3

Diagnosa prioritas:
1. Ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
2. Resiko terjadinya peningkatan ketidaknyamanan berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota yang sakit, ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Evaluasi
Rencana Tindakan
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
Ketidakefektifan Setelah Setelah Verbal Keluarga Jelaskan dan
managemen dilakukan
dilakukan 5 X memahami tentang diskusikan tentang
regimen perawatan
terapeutik selama 1 kunjungan : DM :
keluarga bulan
keluarga dapat: - Pengertian - Pengertian
berhubungan keluarga
dengan dapat - Mengenal - Tanda dan gejala - Tanda dan gejala
ketidakmampuan melakukan
masalah - Factor yang - Factor yang
keluarga perawatan
mengenal terhadap kesehatan yang mempengaruhi mempengaruhi
masalah, anggota
terjadi Psikomotor - Penatalaksanaan - Penatalaksanaan
Ketidakmampuan keluarga
keluarga yang sakit - Memahami
mengambil dan tidak
tentang penyakit Lakukan
keputusan terjadi
ketidakmampuan komplikasi DM Verbal Keluarga pemeriksaan Gula
keluarga
- Memodifikasi membawa klien ke darah
merawat anggota
keluarga yang lingkungan pelayanan
sakit,
- Melakukan diet kesehatan Diet DM
ketidakmampuan
keluarga DM
memanfaatkan
Keluarga mengerti
fasilitas
kesehatan tentang diet DM:
- Pengertian
- Tujuan dan
manfaat
- Macam-macam
yang boleh,
segaian atau tidak
boleh di komsumsi
Resiko terjadinya Setelah Setelah Verbal Keluarga Jelaskan dan
peningkatan dilakukan
dilakukan 5 X memahami tentang diskusikan tentang
ketidaknyamanan perawatan
berhubungan selama 1 kunjungan : gatal yang diderita:
dengan bulan
keluarga dapat: - Pengertian - Pengertian
Ketidakmampuan keluarga
keluarga dapat - Mengenal - Tanda dan gejala - Tanda dan gejala
merawat anggota melakukan
masalah - Factor yang - Factor yang
yang sakit, perawatan
ketidakmampuan terhadap kesehatan yang mempengaruhi mempengaruh
keluarga anggota
terjadi - Cara pencegahan - Cara pencegahan
memanfaatkan keluarga
fasilitas yang sakit - Memahami Psikomotor - Penataksanaan - Penataksanaan
kesehatan dan tidak
tentang penyakit
terjadi
komplikasi gatalnya Membawa keluarga
- Menggunkan Membawa yang sakit ke
keluarga yang sakit
fasilitas pelayanan
ke pelayanan
kesehatan kesehatan kesehatan.
merawat yang Anjurakan untuk
sakit mengompres
- Melakukan diet dengan air hangat
untuk
minimal 2 kali
mengurangi
gatal yang sehari.
diderita
Anjurkan untuk
membersihkan luka
dengan cairan
disinfektan
Anjurkan untuk
mengkompres
dengan rivanol
Menganjurakan
untuk menggunkan
sabun anti septic.
4. Implementasi
Diagnosa Pelaksanaan
Ketidakefektifan 1. Mengkaji kondisi klien
managemen regimen2. Mengkaji respon klien dengan adanya luka pada kakinya.
terapeutik keluarga 3. Mendiskusikan tentang apa yang membuat gambaran diri
berhubungan dengan klien terganggu
ketidakmampuan 4. Memberi penjelasan tentang luka yang terjadi.
keluarga mengenal 5. Memberikan pengertian tentang DM
masalah, 6. Menjelasakan efek makanan dan patofisiologi DM
Ketidakmampuan 7. Menganjurkan untuk membatas pemakaian gula
keluarga mengambil8. Menganjurkan untuk di periksakan ke pelayanan
keputusan kesehatan
ketidakmampuan 9. Menganjurkan untuk jalan hati-hati agar tidak
keluarga merawat menimbulkan luka pada kaki.
anggota keluarga 10. Mengingatkan kembali makanan yang boleh di komsumsi
yang sakit, dan tidak boleh di komsusmsi
ketidakmampuan
keluarga
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Resiko terjadinya 1. Mengkaji kondisi klien
peningkatan 2. Memeriksa kakinya yang terasa gatal
ketidaknyamanan 3. Menganjurkan untuk mengkompres dengan air hangat
berhubungan dengan4. Menganjurkan untuk memilih makanan yang tidak
Ketidakmampuan menimbulkan semakin parah lukanya
keluarga merawat 5. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air hangat
anggota yang sakit, 6. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
ketidakmampuan 7. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air hangat
keluarga 8. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
memanfaatkan 9. Memberikan obat-obatan untuk merawat gatal-gatalnya.
fasilitas kesehatan 10. Mengajarkan dan mendemonstrasikan perawatan gatalnya
(mengajarkan pemakaian obatnya)
11. Memberitahu makanan yang boleh di komsumsi dan yang
tidak boleh di komsumsi dengan sakit gatalnya.

5. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Ketidakefektifan managemen S : Ny. S mengatakan kalau kakinya tidak
regimen terapeutik keluarga sembuh-sembuh dan tersa gatal
berhubungan dengan O : Ny. S mengatakan tidak tahu tentang kondisi
ketidakmampuan keluarga kakinya, tidak mau berobat ke pelayanan
mengenal masalah, kesehatan, terdapat luka kering di kaki nya
Ketidakmampuan keluarga dengan warna kehitam-hitaman.
mengambil keputusan A : Masalah belum teratasi
ketidakmampuan keluarga P : Beri penguatan positif, lanjutkan intervensi.
merawat anggota keluarga yang
sakit, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
Resiko terjadinya peningkatan S : Ny. S mengatakan sudah lama kurang lebih 1
ketidaknyamanan berhubungan bulan menerita gatal-gatal. Ny. S akan
dengan Ketidakmampuan mengkompres kakinya dengan air hangat.
keluarga merawat anggota yang O : Kedua kaki tampak kehitam-hitaman, Ny. S
sakit, ketidakmampuan keluarga menggaruk dan mengelus-elus
memanfaatkan fasilitas kesehatanA : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
9.

Anda mungkin juga menyukai