Menurut kepala desa banding, nelayan disini mempunyai 3 komunitas.

Salah satu komunitas nelayan

yaitu komunitas nelayan swadaya (sakabahari) yang mengumpulkan lobster setiap harinya. Menurut
nelayan disini, kebijakan menteri baru yaitu Susi Pujiastuti terhadap nelayan lobster merugikan
mereka karena kebijakannya berisi bahwa lobster tidak boleh dibawah 2 ons dan harus diatas 3 ons.
Rata-rata dari mereka susah untuk mendapatkan lobster yang beratnya diatas 3 ons dan banyak
mendapat lobster 2 ons.

Pak Rifni berprofesi sebagai nelayan dan kebiasaannya adalah menjaring lobster, namun jika tidak
bernelayan karena cuaca yang tidak mendukung biasanya ia berkebun, karena tidak ada lagi yang
bisa dikerjakan selain berkebun untuk menutupi ekonomi. Ini selalu dilakukannya jika memang
kondisi cuaca sedang Baratan. Saat cuaca buruk juga biasanya ia memperbaiki jaring yang bolong
dengan nelayan lainnya.

Taksonomi
Informan: Pak Rifni

- Komunitas nelayan swadaya yang bernama sakabahar, saka dalam lampung berarti lama dan
bahar berarti bahari yaitu laut. Sakabahar berarti lama di laut. Komunitas ini tidak termasuk
KUB.
- Nelayan ini mencari lobster, kepiting dan ikan, tergantung musim. Macam-macam ikan yang
ditangkap yaitu ikan simba, kerapu, tambak dan lain-lain.
- Melaut berangkat pagi dan sore menebar jaring aja. Kalau ke tengah bisa sampai seminggu.
- Kalau ke pulau gede yaitu pulau sibesi, krakatau nyari lobster juga.
- Penghasilan satu minggu untuk ke pulau tidak tentu rata-rata kurang lebih sejuta tergantung
tangkapan.
- Ketika musim baratan hanya bisa berkebun walau tidak lebar. Dan menunggu dan
menangkap udang karena udang keluar ke pinggir.

1. kebanyakan nelayan di desa banding menangkap lobster, tetapi ada juga ikan yang
ditangkap yaitu ikan simba, kerapu, dan juga lainnya. Lama melaut dilihat dari dimana
nelayan itu ingin melaut, jika hanya di laut sekitar desa banding para nelayan pergi pagi
untuk menaruh jaring dan mengambil sore hari. Sedangkan, jika nelayan pergi ke pulau sibesi
atau kerapu, para nelayan pergi seminggu dengan membawa perbekalan seperti makanan,
rokok, dan lainnya.
2. penghasilan para nelayan di desa banding juga tidak menentu karena tergantung hasil
tangkapan para nelayan. Jika memang sedikit hanya cukup untuk menutup modal.
Pendapatan para nelayan saat ini juga diberatkan oleh adanya kebijakan baru perihal nelayan
lobster. Menurut nelayan disini, kebijakan menteri baru yaitu Susi Pujiastuti terhadap nelayan
lobster merugikan mereka karena kebijakannya berisi bahwa lobster tidak boleh dibawah 2
ons dan harus diatas 3 ons. Rata-rata dari mereka susah untuk mendapatkan lobster yang
beratnya diatas 3 ons dan banyak mendapat lobster 2 ons.

4. dampaknya pada penghasilan nelayan karena mereka jadi tidak bisa melaut, namun ada
alternatif lain yaitu dengan menunggu udang-udang dan ikan keluar ke pinggir laut tetapi
hasilnya tak seberapa. Alternatif lainnya jika sedang musim baratan para nelayan berkebun di
kebunnya yang tidak seberapa. Hasil perkebunan cukup untuk mencukupi ekonomi yang
kurang karena musim baratan. Bantuan keluarga yang bekerja juga bisa mencukupi ekonomi
keluarga nelayan.

Fn 3

Musim baratan adalah musim yang terjadi akibat adanya angin yang berasal dari barat karena
adanya tekanan tinggi di asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di indonesia.
Ketika musim ini terjadi biasanya para nelayan tidak berlayar karena angin baratan menyebabkan
gelombang laut menjadi tinggi dan bisa membahayakan keselamatan nelayan itu sendiri. Oleh
sebagian masyarakat musim baratan dikenal sebagai musim hujan karena pasti banyak hujan dan
sebaliknya musim timuran dianggap sebagai musim kemarau yang panjang. Hujan bisa jadi sangat
besar dan intensitasnya tinggi di musim baratan menyebabkan nelayan tidak bisa melaut dan
mencari ikan ataupun menyeberang ke pulau lainnya dan berpengaruh pada hasil tangkapan.
Namun, adanya musim baratan biasanya menyebabkan hasil laut lainnya terlihat di pinggiran seperti
udang sehingga nelayan bisa menangkap udang sebagai pengganti hasil tangkapannya.