Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran serta masyarakat proses dimana individu, keluarga, lembaga swadaya
masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya.
Bidan bersama sector yang bersangkutan menggerakan peran serta masyarakat dalam
bentuk Pengorganisasian masyarakat Adalah proses pembentukan organisasi di
masyarakat dan dapat mengidentifikasi kebutuhan prioritas dari kebutuhan tersebut,
serta mengembangkan keyakinan dan berusaha memenuhi atas sumber sumber yang
ada di masyarakat.
Dalam pelayanan kesehatan tenaga kesahatan melakukan pemberdayaaan
masyarakat dan keluarga yang menghasilkan pemberdayaan kesehatan untuk
menciptakan masyarakat sehat,bersih dan jauh dari penyakit.

Dalam sistem kesehatan nasional menyebutkan bahwa cara masyarakat berperan


serta dalam bentuk mengikuti penelaahan,perencanaan dan pelaksanaan pemecahan
masalah kesehatan, SKN dalam dasar-dasar pembangunan kesehatan nasional
menyebutkan bahwa pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara
dan mempertinggi derajat kesehan masyarakat.

Peran serta masyarakat (PSM)merupakan keikut sertaan individu,keluarga dan


kelompok masyarakat dalam setiap menggerakan upaya kesehatan yang juga merupakan
tanggung jawab sendiri,keluarga dan masyarakatnya.peran serta masyrakat adalah
proses ketika individu dan keluarga dan serta lembaga swadaya masyarakat,termasuk
swasta bertanggung jawab atas kesejahteraan kesehatan diri sendiri, keluaga dan
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembinaan Peran Serta Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat perlu dilakukan melalui


pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat desa (PKMD). PKMD adalah
rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdassarkan gotong royong dan swadana
masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal masyarakat atau
kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat terutama dibidang kesehatan agar mampu
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Peran serta masyarakat di bidang kesehatan adalah proses ketika individu dan keluarga
serta lembaga swadaya masyarakat termasuk swasta:

1. Untuk mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan ketergantungan dirinya


sendiri,keluarga, dan masyarakat.
2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam mpengembangan
kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk
mememcahkan berbagai masalah kesehatan yang di hadapi .
3. Menjadi agen pembangunan kesehatan dan pemimpin dalam penggerakan peran
serta masyarakat di bidang kesehatan yang di landasi semangat gotong royong

2.1.1 Pengertian Peran Serta Masyarakat

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1991 pengertian peran serta


masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah suatu proses dimana
individu, keluarga, dan lembaga masyarakat termasuk swasta ikut mengambil tanggung
jawab atas kesehatan, diri, keluarga, dan masyarakat.
2. Peran serta masyarakat adalah keadaan dimana individu, keluarga maupun
masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga dan
masyarakat di lingkungannya.
3. Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan permasalahan permasalahan masyarakat tersebut.
4. Sedangkan menurut Notoadmodjo (2007) peran serta masyarakat dibidang
kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan
masalahnya sendiri.

Peran serta masyarakat adalah mengutamakan masyarakat, berbasis pengetahuan


masyarakat, dan melibatkan seluruh anggota masyarakat dengan memperhatikan typologi
peran serta masyarakat yaitu sebagai berikut:

a. Mendorong/mempercepat terjadinya perubahan


b. Mobilisasi diri sendiri
c. Terlibat dalam suatu tujuan bersama dan saling mendorong
d. Terlibat dalam memberikan dukungan
e. Terlibat dalam memberikan informasi

Di dalam peran serta, setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi atau
sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan financial saja tetapi
dapat berbentuk tenaga (Man), uang (money), benda (material), dan ide (mind).
M

M Pelayanan Kesehatan Derajat kesehatan

M (Health Service) (Health Status)


A. Pendekatan Peran Serta Masyarakat
a. Peran serta dengan paksaan (enforcement participation)
Memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu program baik memlaui perundang-
undangan, peraturan maupun dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat dan
mudah tetapi masyarakat merasa takut dan dipaksa sehingga tidak mempunyai rasa
memiliki terhdap program.
b. Peran serta masyarakat dengan persuasi dan edukasi
Yakni partisipasi yang didasari oleh kesadaran, yang sukar ditumbuhkan dan memakan
waktu lama. Akan tetapi bila hal ini tercapai,masyarakat akan mempunyai rasa memiliki.
Peran serta masyarakat ini bisa dimulai dengan pemberian informasi yang jelas, pendidikan
dan sebagainya.

B. Metode Peran Serta Masyarakat

Metode peran serta masyarakat yang dipakai adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan masyarakat
Diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat yang ditujukan terutama
kepada pimpinan masyarakat. Baik yang formla maupun informal.
b. Pengorganisasian masyarakat dan pembentukan panitia
Dikoordinasikan oleh lurah atau kepala desa. Dengan tim kerja yang dibentuk
disetiap RT.
c. Survei diri (community self survei)
Setiap tim kerja di RT melakukan survei di wilayahnya masing masing setelah itu
diolah kemudian dipresentasikan kepada warganya.
d. Perencanaan program
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan presentasi
survei diri dari tim kerja. Dalam merencenakan program ini, perlu diarahkan
terbentuknya dana sehat dan kadar kesehatan.
e. Pelatihan
Pelatihan untuk kadar kesehatan dilakukan secara sukarela dan harus dipimpin oleh
dokter puskesmas. Selain bidang teknis medis juga meliputi management kecil
kecilan dalam program kesehatan tingkat desa serta sistem pencatatan, pelaporan,
dan rujukan.
f. Rencana evaluasi
Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria kriteria keberhasilan
suatu program secara sederhana yang mudah dilakukan oleh masyarakat atau kader
kesehatan (Notoatmodjo, 2007)

C. Faktor- Faktor dalam Peran serta Masyarakat


a. Faktor pendorong
1. Faktor-faktor dimasyarakat
Dari sejak nenek moyang kita, telah dikenal adanya semangat gotong royong dalam
melaksanakan kegiatan dimasyarakat. Semangat gotong royong ini bertolak dengan adanya
budaya yang menyangkut hubungan antar manusia sehingga mendorong peran serta
masyarakat.
2. Faktor-faktor dipihak provider
Faktor pendorong terpenting dipihak provider adalah adanya kesadaran dilingkungan
provider, bahwa prilaku merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan. Selain itu kjeterbatasan sumber daya dipihak provider juga merupakan faktor
yang sangat mendorong untuk mengembangkan peran serta masyarakat.

b. Faktor penghambat
1. Faktor penghambatn yang ada dimasyarakat
Persepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider tentang masalah
kesehatan yang dihadapi
Susunan masyarakat yang sangat heterogen dengan kondisi sosial budaya yang
sangat berbeda-beda
Pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya
Adanya kesenjangan sosial
Kemiskinan
2. Faktor penghambat yang dipihak provider
Terlalu mengejar target, sehingga terjerumus kedalam pendekatan yang tidak
partisipatif
Pelaporan yang tidak objektif hingga provider keliru menafsirkan situasi
Birokrasi
Persepsi yang berbeda antara privider dan masyarakat

c. Keuntungan Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dapat memberikan keuntungan berbagai pihak, baik untuk
masyarakat itu sendiri ataupun pihak penyelenggara pelayanan (provider). Dengan
peran serta masyarakat di bidang kesehatan, maka upaya kesehatan yang dilaksanakan
benar-benar sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat, tidak hanya bertolak dari
asumsi provider semata, upaya kesehatan bisa diterima dan terjangkau oleh masyarakat
baik secara fisik maupun ekonomis, mampu mengembangkan kemampuan dan sikap
positif serta motivasi masyarakat untuk hidup sehat, sehingga akan tercapai kepuasan
masyarakat dalam kesehatan.

Keuntungan bagi provider, dengan adanya peran serta masyarakat membantu upaya
perluasan jangkauan pelayanan kesehatan, peran serta masyarakat merupakan wadah
dan jalur kontrol terhdap upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan pemerintah

2.1.2 Tujuan Peran Serta Masyarakat

Tujuan khusus menggerakan peran serta masyarakat dalam :

1. Terwujud publik opinion di masyarakat umum yang positif terhadap norma hidup
sehat.
2. Terciptanya pemimpin.
3. Terwjudnya pemberian pelayanan kesehatan sebagai perintis yang memacu
pembangunan kesehatan masyarakat.
4. Terbinanya berbagai organisasi atau institusi yang berorientasi kesehatan di
masyarakat untuk meningkatkaan peran dan kontribusi yang oiptimal dalam
kesehatan.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas sangat penting melibatkan


masyarakat, ada beberapa alasan pentingnya pendekatan PSM dalam pelayanan kebidanan
komunitas antara lain:
1. Upaya kesehatan yang di laksanakan sesuai dengan masalah di masyarakat
2. Upaya kesehatna ynag dapat di terima oleh masyarakat
3. Masyarakat merasa puas
4. Adanya partisifasi masyarakat
5. Mengerahkan potensi masyarakta
6. Upaya memperluas Jangkauan pelayanan di masyarakat
7. Menciptakan rasa memiliki
8. Wadah dan jalur untuk kontrol terhadap upaya pelayanan
9. Pintu masuk partisifasi masyarakat dalam pembangunan di bidang lain
10. Merupakan mekanisme berkembangnya dialog
11. Upaya untuk membangun jaringan kerja antara tenaga kesehatan dan masyarakat

2.1.3 Prinsip dalam Pergerakan dan Pembinaan Peran Serta Masyarakat

Dalam upaya menggerakan dan membina PSM bidan harus memperhatikan beberapa
prinsif dalam penggerakan dan pembinaan PSM :

1. Mengutamakan organisasi kemasyarakatan yang telah ada


2. Pembentukan dan pembinaan pemimpin/ perintis
3. Peningkatan kemampuan pemvberi pelayanan dalam penyuluhan
4. Pemberian ksempaan kepada seluruh masyarakat untuk berpartisifasi dalam upaya
keehatan
5. Meandirikan masyarakat dalam upaya upaya kesehatan
Secara umum langkah langkah dalam mengembanglkan PSM umum dalah
1. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakatn melalui
dialog untuk mendapatkan dukungan
2. Meningkatkan kemampuan masyarakatdalam mengenal dan memecahkan masalah
keluarga maupun masyarakat dengan menggali dan menggerakan sumber daya yang di
miliki

Rangkaian kegiatan tersebut terdiri atas

1. Pertemuan tingkat desa sebagai langkah awal pendekatan kepafda tokoh


masyarakat dan pemimpin desa guna memperoleh dukungan upaya pelayanan kebidanan
komunitas
2. Survei diri masyarakat melalui pengkajian
3. Musyawarah masyarakat desa guna menganalisis masalah oleh masyarakat dan
menetukan rencana pemecahan masalah
4. Pembentukan, pelatihan, dan pembinaan kader kesehatan pelaksanana upaya
kesehtan oleh masyarakat berdasarkan temuan masalah dan rencana pemecahan masalah
yang telah disin oleh masyarakat
5. Pembinanaa dan pelestarian kegiatan , serta tindakan lanjut

Rangkain kegiatan tersebut pada hakekatnya merupakan pendekatan edukatif, agar


masyarakat dengan sadar dan aktif terlibat dalam pengenalan masalah, pelaksanaan
kegiatan penanggulangan yang nyata dan penilain , serta pembinaan hasil kegiatan.

2.1.4 Upaya dalam Pembinaan Peran Serta Masyarakat

Beberapa upaya yang dilakukan untuk melakukan pembinaan Peran Serta Masyarakat
meliputi pengaturan bantuan biaya bagi masyarakat tidak mampu, pengorganisasian donor
darah berjalan, serta pelaksanaan pertemuan rutin, gerakan sayang ibu dalam promosi
suami, bidan dan desa siaga.

A. Pengaturan Bantuan Biaya bagi Masyarakat Tidak Mampu

Biaya kesehatan tidak hanya bersumber dari pemerintah akan tetapi dapat bersumber
atau berbasis pada masyarakat. Terdapat 2 bentuk pembiayaan kesehatan dari masyarakat
yaitu sebagai berikut :
1. Dana masyarakat yang bersifat aktif
Adalah dana yang secara khusus digali atau dikumpulkan oleh masyarakat untuk
membiayai upaya kesehatan. Pendanaan tersebut sering dikatakan sebagai dana
sehat. Cara memperoleh dana sehat bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan mengumpulkan iuran, sumbangan, jimpitan, arisan ataupun penyisihan hasil
usaha.
2. Dana masyarakat yang bersifat pasif
Adalah dana yang sudah ada dimasyarakat dan digunakan untuk membiayai upaya
kesehatan diantaranya adalah dana sosial keagamaan. Dana pasif dapat diperoleh
dengan menyisihkan sebagian dana keagamaan atau dana sosial

B. Dana Sehat
Merupakan upaya pemeliharaan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang
didukung oleh sistem pembiayaan yang dikumpukan dari dan oleh masyarakat berdasarkan
semangat gotong royong serta cermat sesuai dengan prinsip-prinsip asuransi.
Pembentukan dana sehat dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Melakukan pendekatan edukatif untuk memperoleh kesepatakan masyarakat dan
pimpinan desa tentang pengumpulan dana untuk pembiayaan kesehatan. Dana
diperoleh dari iuran atau barang yang diserahkan oleh peserta (keluarga) dan
dihimpun oleh pengumpul yang ditunjuk setiap bulannya.
2. Berdasarkan keputusan aau musyawarah desa yang ditetapkan pengelola dan
pesertanya.
3. Penyelenggarakan pelayanan kesehatan ditetapkan oleh pengelola atau pengurus
dan wakil-wakil masyarakat peserta. Pelayanan kesehatan yang disediakan sebagai
jaminan bersifat komprehensif, walaupun pada tahap awalnya hanya berupa layanan
pengobatan dasar. Apabila telah memungkinkan, jenis pelayanan dapat
dikembangakan dikembangkan menuju kearah pelayanan komprehensif.
4. Dalam merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya pemeliharaan
kesehatan masyarakat, penyelenggaraan pelayanan dan pengelola dana sehat
melakukannya secara bersama-sama dan dengan persetujuan anggotanya
5. Pengawasan dan mekanisme organisasi dilakukan oleh kepala desa atau LKMD serta
oleh tim tingkat kecataman. Untuk itu, harus disusun ketentuan-ketentuan dalam
suatu anggaran dasar rumah tangga organisasi dana sehat yang meliputi : kewajiban
perserta, hak peserta, prosedur memperoleh pelayana kesehatan, mewajibkan
pengelola, dan umpan balik penyelenggaraan pelayanan kepada pengelola dana
sehat.
6. Dana efektif dan efisien yang terkumpul dapat digunakan untuk membeli obat
sederhana guna mengobati penyakit ringan pada anggota oleh kader terlatih (Pos
Obat Desa) yang tentunya atas kesepakatan rapat anggota. Dana sehat juga dapat
dipakai untuk kelestarian posyandu sehingga tidak mengganggu pembiayaan
pemeliharaan kesehatan

Upaya Pemerintah dalam penyelenggaraan dana Sehat

Untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, pemerintah berupaya secara terus menerus
meningkatkan kesehatan masyarakat, diantaranya dengan membentuk jaminan kesehatan
kepada masyarakat dengan sistem layanan kesehatan gratis, memperbanyak puskesmas dan
unit-unit layanan kesehatan kepada masyarakat miskin dan terbelakang serta mengadakan
program bantuan Cuma-Cuma melalui program kartu sehat untuk masyarakat lanjut usia
yang tidak mampu.

C. Donor Darah Berjalan

Donor darah berjalan merupakan salah satu kegiatan yang diadakan di desa-desa yang
ingin mensukseskan program desa siaga. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya menurunkan
angka kematian ibu melalui penyaluran donor darah untuk ibu hamil dan ibu bersalin yang
membutuhkannya.

Kegiatan donor darah berjalan melibatkan peran serta masyarakat, khusus nya keluarga
dari ibu hamil atau ibu bersalin. Masyarakat diharapkan dapat membangun sistem jaringan
donor darah dalam suatu kelompok desa sehingga dalam situasi darurat donor darah
secepatnya dapat diberikan kepada ibu melahirkan.
Secara umum proses pembentukan donor darah berjalan hamper sama dengan
pembentukan dana sehat, hanya saja pada tahap sosialisasi memerlukan bantuan dari PMI
untuk menjelaskan masalah donor darah agar masyarakat bertambah pengetahuanya serta
menghilangkan mitos-mitos yang selama ini berkembang dalam masyarakat dengan
demikian diharapkan dapat terjadi peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
kegiatan donor darah.

Pelaksanaan kegiatan donor darah berjalan melibatkan seluruh anggota masyarakat


terutama ibu hamil. Pada tahap awal, setiap ibu hamil diharapkan memiliki lima orang
dewasa dalam keluarganya untuk diikut sertakan dalam proses pemeriksaan kehamilan dan
pemberian konseling melalui segala persiapan kehamilan dan menghadapi persalinan.

D. Gerakan Sayang Ibu (GSI)

Merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan dalam upaya membantu salah satu
program pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui berbagai
kegiatan yang berdampak dalam penurunan AKI yang disebabkan dalam kehamilan,
persalinan dan nifas sebagai investasi untuk mempersiapkan SDM yang lebih sehat dan
berkulitas.

E. Suami Siaga

Merupakan bentuk pendampingan yang diberikan kepada ibu, karena salah satu orang
terdekat dengan ibu adalah suami.

Suami siaga adalah suami yang siap menjaga istrinya yang sedang hami, menyediakan
tabungan bersalin, serta memberikan kewenangan untuk menggunakannya apabila terjadi
masalah kehamilan.

Untuk menjadi suami yang benar-benar siaga harus dibekali dengan pengetahuan
tentang beberapa hal berikut :

1. Upaya menyelamatkan ibu hamil


2. Tiga terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas
kesehatan, terlambat mendapat pertolongan.
3. Empat terlalu yaitu terlalu mudah saat hamil, terlalu tua saat hamil, terlalu banyak
anak dan terlalu dekat usia kehamilan,
4. Perawatan kehamilan, tabungan persalinan, donor darah, tanda bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas serta pentingnya pencegahan dan mengatasi masalah kehamilan secara
tepat
5. Transportasi siaga dan pentignya rujukan.

F. Desa Siaga
Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang memiliki
kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana
dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud adalah desa atau
kelurahan yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah,
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan umum desa siaga adalah mengembangkan kepedulian dan kesiapsiagaan
masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri untuk mewujudkan desa sehat. Tujuan khusus
desa siaga, yaitu :
1. Optimalisasi peran PKD (Poliklinik Kesehatan Desa) atau potensi sejenis dalam
pemberdayaan masyarakat dan mendorong pembangunan kesehatan di desa, serta rujukan
pertama pelayanan kesehatan bermutu bagi masyarakat.
2. Terbentuknya forum kesehatan desa yang berperan aktif menggerakan
pembangunan kesehatan di tingkat desa.
3. Berkembangnya kesehatan gotong royong masyarakat untuk mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
4. Berkembangnya upaya kesehatan baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang dilaksanakan oleh masyarakat.
5. Berkembangnya pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat dalam deteksi dini,
kewaspadaan dini dan kesiap siagaan terhadap masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan.
6. Berkembangnya kemandirian masyarakat dalam pembiayaan kesehatan.

2.2 Pembelajaran Orang Dewasa

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Orang Dewasa

Pembelajaran merupakan suatu proses dimana perilaku diubah, dibentuk atau dikendalikan.
Bila istilah pembelajaran digunakan untuk menyatakan suatu fungsi, maka tekanannya
diletakan pada aspek-aspek penting tertentu (seperti motivasi) yang diyakini untuk
membantu menghasilkan belajar. Jadi arti pembelajaran adalah suatu prubahan yang
dapat memberikan hasil jika (orang-orang) berinteraksi dengan informasi
(materi,kegiatan, pengalaman). Definisi lain pembelajaran adalah upaya yang
direncanakan dan dilaksanakan dengan sengaja untuk memungkinkan terjadinya kegiatan
belajar pada diri warga belajar.

Pembelajaran orang dewasa adalah pembelajaran untuk memahami orang dewasa dalam
belajar dengan kondisi optimum bagi orang dewasa tersebut. Smith (1982)
mengungkapkan ada enam mengenai pembelajaran bagi orang dewasa ini, yaitu :

1. Belajar berlangsung sepanjang hayat, hidup berarti belajar, belajar dapat dikehendaki
namun dapat juga tanpa dikehendaki. Kita belajar banyak melalui proses sosialisasi, sejak
dari pengasuhan keluarga, pengaruh teman sebaya, pekerjaan, permainan, wajib militer
dan media masa.
2. Belajar merupakan suatu proses yang bersifat pribadi dan alamiah, tidak seorang pun
yang dapat melakukan belajar untuk kita.
3. Belajar mencakup perubahan, sesuatu yang ditambahkan atau dikurangi. Perubahan-
perubahan mungkin kecil sekali pada masa dewasa.
4. Belajar dibatasi oleh tingkat perkembangan manusia. Belajar mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh perubahan biologis dan fisik dalam kepribadian, nilai peranan dan tugas
yang biasanya terjadi sepanjang rentang kehidupan normal.
5. Berkaitan dengan pengalaman dan mengalami, Belajar adalah mengalami, yaitu
berinteraksi dengan lingkungan. Belajar adalah melakukan.
6. Belajar mengandung intuitif. Pengetahuan dapat muncul dari kegiatanbelajar itu sendiri.
Intuisi dinamankan pengetahuan yang tidak dapat ditemukan.

2.2.2 Karakteristik Orang Dewasa


Karakteristik orang dewasa menurut Knowles (1986) berbeda asumsinya dibandingkan
dengan anak-anak. Asumsi yang dimaksud adalah:
1. Konsep dirinya bergerak dari seorang pribadi yang bergantung ke arah pribadi yang
mandiri.
2. Manusia mengakumulasi banyak pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi

sumber belajar yang berkembang.

3. Kesiapan belajar manusia secara meningkat diorientasikan pada tugas

perkembangan peranan sosial yang dibawanya.

4. Persfektif waktunya berubah dari suatu pengetahuan yang tertunda penerapannya

menjadi penerapan yang segera, orientasi belajarnya dari yang terpusat pada

pelajaran beralih menjadi terpusat pada masalah.

Dari asumsi tentang konsep diri tersebut mengandung implikasi mengenai pembelajaran
orang dewasa yaitu :

1. Terciptanya suasana belajar yang menyenangkan


2. Terjadinya multi komunikasi
3. Peran serta warga belajar harus diutamakan
4. Pendapat orang dewasa harus dihormati
5. Belajar orang dewasa bersifat unik, subyektif, dan lokalitas
6. Rasa saling mempercayai antara pendidik dan terdidik
7. Orang dewasa mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda
8. Orang dewasa belajar igin mengetahui arti dirinya dalam kelompok belajar
9. Membangkitkan motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri.
Materi pembelajaran orang dewasa disusun berdasarkan kebutuhan belajar. Kebutuhan
belajar dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan
kebutuhan yang diharapkan. Oleh karena itu sarana untuk menentukan kebutuhan
belajar adalah menyusun suatu model belajar orang dewasa dan mengungkap
kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yang diharapkan. Metode
dan teknik pembelajaran memegang peranan penting dalam menyusun strategi dan
pelaksanaan kegiatan belajar membelajarkan .

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Orang Dewasa


Faktor-faktor yang mempengaruhi orang dewasa dalam belajar dapat bersifat psikologis dan
fisiologis. Faktor psikologis mencakup kebutuhan, kecerdasan, motivasi, perhatian,
berfikir, ingat dan lupa. Sedangkan faktor fisiologis mencakup pendengaran, penglihatan,
dan kondisi fisiologis.
Beberapa faktor psikologis dapat diberikan contoh sebagai berikut:
1. Harapan masa depan
Harapan masa depan peserta paket dapat mempengaruhi semangat belajar. Adanya
keterkaitan dengan pengembangan kariernya di masa depan akan memacu semangat
belajar peserta paket.
2. Latar belakang sosial
Lingkungan sosial yang merupakan masyarakat belajar dapat mempengaruhi peserta.
Kesempatan belajar akan dirasakan sebagai peluang berharga untuk menambah
kepercayaan dirinya di lingkungan sosialnya.
3. Keluarga
Bagi para peserta, latar belakang keluarga merupakan faktor yang cukup dominan.
Keluarga yang utuh dan harmonis serta penuh syukur akan berpengaruh positif terhadap
dirinya, begitupun sebaliknya. Keluarga dengan banyak anak dan yang sedikit anak akan
menimbulkan masalah yang berbeda, hal tersebut juga mempengaruhi sikap belajar.
4. Daya ingat
Diakui banyak orang bahwa makin lanjut usia dibarengi dengan penurunan daya ingat.
Orang dewasa lebih mudah lupa dibanding anak-anak.
Ada ungkapan tentang perbedaan anak dan orang dewasa dalam belajar bahwa anak
belajar ibarat mengukir di atas batu. Artinya anak-anak lebih lama untuk memahami
sesuatu tetapi kalau sudah paham terus diingatnya dan sulit untuk dilupakan. Sedangkan
pada orang dewasa, ia mudah memahami sesuatu tetapi belum beberapa lama sudah
terlupakan. Ibarat mengukir di atas air, oleh karena itu dalam proses belajar orang
dewasa catatan dan resume atau rangkuman materi pelajaran sangatlah membantu
peserta.
Sedangkan faktor fisiologis merupakan faktor yang mempengaruhi pendidikan orang
dewasa yang disebabkan oleh berkurangnya ketahanan fisik orang dewasa.
Bertambahnya usia mempengaruhi ketahanan fisik terutama penglihatan, pendengaran,
artikulasi, dan penyakit. Berikut ini beberapa faktor fisiologis yang mempengaruhi
pendidikan orang dewasa.
1. Faktor penglihatan
Pada umumnya orang lanjut usia (40 60 tahun), ketajaman penglihatan berkurang oleh
karena itu pengelompokan peserta jangan terlalu banyak. Usahan setiap kelompok
antara 15 25 orang, sehingga dimungkinkan penataan tempat duduk lebih dekat
dengan sumber belajar. Media pembelajaran seperti OHP, flipchart, slide, dan lain-lain
agar dibuat sedemikian rupa sehingga peserta dapat melihat dengan jelas.
2. Faktor pendengaran
Tak dipungkiri pada usia lanjut fungsi pendengaran juga menurun. Dalam hal ini perlu
pengaturan secara baik dari fasilitator maupun media yang digunakan seperti radio,
kaset, dan lain-lain harus memungkinkan semua peserta dapat mendengar dengan jelas.
3. Faktor artikulasi
Artikulasi dipengaruhi oleh struktur alat-alat ucap di dalam rongga mulut. Pada usia lanjut,
banyak yang sebagian giginya tanggal, tenggoroan yang tidak sesempurna pada masa
remaja. Apalagi yang mendapat gangguan syaraf akibat stroke, bibir menurun, dan pipi
cekung serta tidak jarang secara reflek bergetar, dan lain-lain. Kondisi seperti ini
mempengaruhi pelafalan seseorang. Pelafalan yang tidak tepat mempengaruhi makna
bahasa. Hal tersebut perlu disadarin oleh fasilitator agar pelafalan kata diupayakan
dengan tepat.
4. Faktor penyakit
Bertambah usiapun sering dibarengi dengan penyakit yang disebabkan fungsi organ tubuh
mulai berkurang. Biasanya penyakit yang mengiringi usia itu adalah gula darah,
kolesterol, tekanan darah yang meninggi atau menurun, dan lain-lain. Gangguan penyakit
ini mengurangi stamina fisik dan ketahanan psikis. Dengan kondisi ini perlu diperhatikan:
Agenda pelajaran perlu dipertimbangkan untuk tidak menjadwalkan proses belajar
hingga larut malam, latihan fisik yang berlebihan dan pengaturan menu makanan yang
cocok.

2.2.4 Prinsip-Prinsip Belajar Orang Dewasa


Orang dewasa belajar berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, bila prinsip belajar ini tidak
dipenuhi, maka proses pembelajaran cenderung mengalami kegagalan. Oleh karena itu
bagi pemateri/fasilitator yang sering melatih dalam diklat orang dewasa perlu
memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Ada beberapa prinsip belajar bagi
orang dewasa yaitu sebagai berikut:
1. Nilai manfaat
Orang dewasa akan belajar dengan baik bila apa yang dipelajari bermanfaat bagi dirinya.
2. Sesuai dengan pengalaman
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
3. Masalah sehari-hari
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari berpusat pada
maslalah yang dihadapi sehari-hari.
4. Praktis
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari bersifat praktis dan
mudah diterapkan.
5. Sesuai kebutuhan
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari
6. Menarik
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari menarik baginya.
7. Berfarisipasi aktif
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan yang dipelajari ia mengambil bagian
atau berperan aktif dalam pembelajaran.
8. Kerja sama
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila terdapat kerjasama dan saling menghargai
antara pemateri dan peserta.
9. Lakukan perhatian dalam suasana informal
Orang dewasa suka pelatihan yang akrap, santai, dan tidak kaku. Suasana yang nyaman
perlu diciptakan dalam pelatihan.
10. Variasikan metode pembelajaran
Lakukan perubahan pada kecepatan dan teknik pelatihan dari waktu ke waktu. Gunakan
variasi metode pembelajaran dan penyampaian.
11. Hilangkan factor ketakutan
Setiap orang akan mencapai kesuksesan belajar bila factor ketakutan dapat dihilangkan atau
dikurangi seminimal mungkin.
12. Arahkan dan berikan motivasi
Berilah pertolongan kepada orang dewasa dengan cara menyebutkan referensi, memberi
contoh, dan memberikan dorongan.
13. Tunjukkan antusiasme
Tunjukkan antusiasme dalam mengajar kepada orang dewasa, agar mereka juga
bersemangat dalam belajar.

Pendidikan orang dewasa telah dirumuskan dan diorganisasikan secara sistematis sejak
tahun 1920. Pendidikan orang dewasa menurut Pannen (dalam Suprijanto, 2007: 11)
dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan
belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup.

Belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk
bertanya dan mencari jawabannya. Pada hakikatnya, semua orang dewasa cenderung
memperlihatkan keunikan gaya belajar di dalam ia melakukan kegiatan belajar (Basleman
dan Mappa, 2011: 16). Keunikan itu berlatar pengalaman belajar yang telah diperolehnya
sejak lahir.Perilaku orang dewasa dalam belajar merupakan hasil pengalaman belajarnya
pada masa lalu. Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan potensi penampilan
sebagai hasil interaksi seseorang dengan lingkungannya, baik interaksi dengan sesama di
dalam masyarakat, maupun dengan lingkungan alam dan budayanya.
Menurut Suprijanto (2007: 11) mengungkapkan bahwa pendidikan orang dewasa
(andragogy) berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy).Pendidikan anak-anak
berlangsung dalam bentuk identifikasi dan peniruan, sedangkan 33 pendidikan orang
dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan
masalah.Andragogi merupakan salah satu alternatif konsep yang semakin menguat dalam
kaitannya dengan pengembangan pendidikan luar sekolah.

Pelaksanaan pembelajaran yang bersifat andragogi sebaiknya mengikuti langkah-langkah


yaitu

1. menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa


2. menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif,
3. mendiagnosa kebutuhan belajar
4. merumuskan tujuan belajar
5. mengembangkan rancangan kegiatan belajar
6. melaksanakan kegiatan belajar
7. mendiagnosa kembali kebutuhan belajar (evaluasi) dan mereka diperlukan sebagai
teman belajar bukan seperti kedudukan antara warga belajar dengan instruktur.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://lpmpjogja.org/pembelajaran-orang-dewasa/

.http://lib.unnes.ac.id/19281/1/1201409023.pdf

Karwati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). TIM :Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai