Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan wanita tidak pernah statis semenjak terjadinya


pembuahan hingga ajal, yang ditandai dengan perubahan baik dalam
kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis. Berbagai perubahan
dalam perkembangan wanita bertujuan untuk memungkinkan individu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Walaupun selalu terjadi
perubahan-perubahan yang bersifat fisik atau psikologis banyak yang tidak
sepenuhnya menyadari kecuali perubahan-perubahan itu terjadi secara
mendadak atau jelas mempengaruhi pola kehidupan mereka (Hasan, 2006).
Sebagai makhluk hidup, wanita akan menghadapi berbagai macam
hambatan dan persoalan disetiap tahap tumbuh dan kembangnya. Berbagai
hambatan dan persoalan yang dihadapi disebut sebagai krisis. Sepanjang
rentang hidup, manusia akan terus mengalami beraneka ragam dan macam-
macam krisis. Salah satu yang termasuk krisis dalam rentang hidup seorang
wanita kemudian adalah masa menopause yang terjadi dimasa setengah
baya. Menstruasi, kehamilan, dan melahirkan membawa perubahan-
perubahan yang cepat pada hal fisik dan membawa akibat terhadap perilaku
serta emosi wanita, demikian juga menopause. Perubahan sebelum masa
setengah baya lebih bersifat pertumbuhan dari anak-anak menuju dewasa,
maka di masa setengah baya sifatnya adalah kemunduran karena mulai
menuju masa tua ( Mappiare, 2007 ).
Salah satu krisis yang timbul pada usia setengah baya pada kaum
wanita adalah ketika menghadapi menopause. Dalam bukunya yang
berjudul Psychologi Wanita, Kartono (2007) menyebutkan masa ini juga
sebagai masa yang kritis. Disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam
sistem hormonal turun secara keseluruhan mempengaruhi psikhosomatis
(jasmani dan rohani), hingga terjadi proses kemunduran yang progresif dan
total pada kondisi individu.

1
Usia setengah baya sebagai masa yang ditakuti, ini berhubungan
dengan terjadinya proses menopause pada wanita dan konsep masyarakat
yang keliru tentang menopause, timbulnya rasa sedih dan kurang gembira
pada wanita ketika menghadapi menopause karena kesalahan konsep
tentang menopause yang selama ini beredar dimasyarakat. Adanya
anggapan bahwa menopause merupakan takdir yang mengancam dan
menyedihkan yang terlanjur dipercaya membuat perempuan menilai negatif
terhadap menopause. Usia setengah baya sebagai masa yang ditakuti, ini
berhubungan dengan terjadinya proses menopause pada wanita dan konsep
masyarakat yang keliru tentang menopause. Menopause menyebabkan
beberapa perubahan fisik yang dapat mempengaruhi fungsi seksual seorang
wanita. Berkurangnya kadar estrogen dan progesteron saat dan setelah
menopause menyebabkan lapisan dinding vagina menjadi tipis dan lebih
keras. Sebagai tambahan, produksi cairan vagina turun, menambahkan rasa
tidak nyaman saat bersetubuh. Kondisi ini menyebabkan stres emosi yang
sangat kuat (Kespro, 2007 : 12).
Perubahan yang terjadi pada saat menopause adalah perubahan fisik,
mulai dari rambut, mata, kulit sampai keorgan-organ fisik lainnya. Target
organ fisik seperti masalah di payudara dan vagina, serta muncul rasa panas
yang menjalar di tubuh (Hot Flashes). Walaupun bukan suatu penyakit,
peristiwa ini mempunyai dampak dalam kehidupan wanita terutama bagi
wanita yang banyak aktif, sehingga dapat dirasakan sebagai suatu gangguan.
Selain itu, perubahan psikis perasaan murung, kecemasan, irritabilitas, dan
perasaan yang berubah-ubah, labilitas emosi, merasa tidak berdaya,
gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan,
merasa tidak berharga ( Glasier dan Gabie 2006).
Dan mengakibatkan terjadinya depresi (rasa cemas) yang disebabkan
karena penurunan hormon estrogen. Turunnya hormon estrogen
menyebabkan turunnya neurotransmiter di dalam otak, neurotransmiter di
dalam otak mempengaruhi suasanan hati sehingga jika neurotransmiter ini
kadarnya rendah, maka akan muncul perasaan cemas yang merupakan

2
pencetus terjadinya depresi ataupun stress. salah satu dari gejala sindroma
premenopause yaitu depresi (rasa cemas) yang disebabkan karena
penurunan hormon estrogen. Turunnya hormon estrogen menyebabkan
turunnya neurotransmiter di dalam otak, neurotransmiter di dalam otak
mempengaruhi suasanan hati sehingga jika neurotransmiter ini kadarnya
rendah, maka akan muncul perasaan cemas yang merupakan pencetus
terjadinya depresi ataupun stress, tidak sedikit wanita yang mengalami
tingkat kecemasan pada saat menopause.
Hurlock (2006), menyatakan sudah menjadi kodrat alam bahwa
dengan bertambahnya usia seseorang akan menimbulkan perubahan, baik
perubahan fisik maupun perubahan mental karena menjadi tua adalah proses
yang tidak bisa dihindari. Menopause merupakan bagian dari perkembangan
hidup wanita yang seharusnya bisa diterima secara wajar sebagaimana awal
terjadinya menstruasi, tapi kenyataan yang ada dalam masyarakat
menunjukkan banyak wanita setengah baya mengalami masalah dalam
menghadapi menopause.
Menurut penelitian Robertson tahun 2008 di Menopause Clinic
Australia, dari 300 pasien usia menopause terdapat 31,2% pasien mengalami
depresi dan kecemasan (Christiani dkk, 2006). WHO telah menjadikan
menopause sebagai peristiwa atau kejadian yang perlu mendapat perhatian
internasional, pada tanggal 18 Oktober diperingati sebagai hari menopause
sedunia.
Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI), telah berdiri di
beberapa kota di Indonesia seperti PERMI Yogyakarta, PERMI Jawa Barat
dan Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan menopause sudah
semakin meluas di masyarakat (Hidayati, 2006).

3
Penelitian yang dilakukan oleh Arsianti (2006) menyebutkan bahwa
wanita bekerja tidak cemas ketika menghadapi menopause karena mereka
memiliki cara berfikir yang luas, sehingga mempunyai rasa percaya diri.
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Kustiyanti (2007) yang
menyebutkan bahwa wanita yang bekerja mempunyai tingkat kecemasan
yang rendah, karena adanya informasi yang mereka ketahui tentang
menopause.
Namun pada kenyataannya masih ada wanita yang cemas ketika
menghadapi menopause. Berdasarkan hasil penelitian terbaru oleh
Anggraeni (2010) tentang adaptasi psikososial wanita menopause pekerja,
didapati adanya adaptasi positif dibandingkan dengan wanita yang tidak
bekerja, kedua kelompok responden wanita menopause pekerja dan bukan
pekerja berada dalam adaptasi psikososial yang berbeda dari usia, pekerjaan
dan penghasilan serta jumlah keluarga, sehingga dapat menyebabkan beban
yang berbeda dan lebih banyak stress dialami wanita bekerja.
Fakta yang di dapatkan Dari RW 12 Dusun Sumoyono Desa Cukir
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang menunjukkan bahwa data sementara
yang di dapat dari hasil wawancara kepada wanita menopause didapat 55 %
wanita mengalami menopause merasa cemas belum bisa menerima
perubahan yang terjadi pada dirinya, sedangkan sekitar 45% lainnya tidak
mempermasalahkan. Hal ini menegaskan bahwa umumnya wanita takut
menghadapi menopause karena tidak siap menerima kenyataan mengalami
menopause.
Kecemasan merupakan gangguan mental dan hampir setiap manusia
mengalaminya namun kecemasan dapat dihindari apabila dalam diri
seseorang bisa menerima perubahan yang terjadi di dalam dirinya.
Kecemasan juga merupakan salah satu aspek psikis yang tidak dapat
terlepas dari kehidupan individu, karena memang kecemasan merupakan
fenomena normal yang selalu mengiringi setiap proses pertumbuhan dan
perkembangan serta pengalaman-pengalaman baru atau hal-hal yang belum
pernah dicoba (Nugroho 2008).

4
Berbagai keluhan fisik pada wanita yang mengalami menopause,
dapat diatasi dengan pemberian obat yang bersifat mengganti hormon
estrogen. Pemberian obat ini digunakan untuk memulihkan sel-sel yang
mengalami kemunduran. Disamping itu juga bisa mengkonsumsi vitamin
yang fungsinya memperlambat proses penuaan ( Palupi, 2005). Cara lainnya
untuk meningkatkan estrogen dengan makan-makanan dan minuman yang
berasal dari kedelai selain itu dapat menerima dengan lapang dada bahwa
proses penuaan tidak dapat dihindari dan masa menopause adalah sesuatu
hal yang sangat alamiah yang dialami oleh setiap wanita, ( Palupi, 2005).
Berdasarkan data di atas peneliti akan meneliti Tingkat Kecemasan
Pada Wanita Menopause yang ada di Desa Cukir Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka peneliti
dapat merumuskan masalah yaitu : Bagaimanakah Tingkat Kecemasan
wanita Usia 45-55 Tahun Dalam Menghadapi menopause di Desa Cukir
Kecamatan Diwek Kabupaten jombang.

1. 3 Tujuan Penelitian
Mengetahui Tingkat Kecemasan Wanita Dalam Menghadapi
Menopause usia 45-55 di Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten
jombang.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu kesehatan dan
menambah kajian ilmu kesehatan khususnya Tingkat Kecemasan Wanita
Menopause memiliki manfaat positif dalam pengembangan kebidanan.

5
1.4.2 Manfaat Praktis
Di lain sisi, penelitian juga berguna untuk memecahkan
permasalahan di :
1. Lokasi penelitian : di harapkan bagi wanita menopause di Desa Cukir
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang dapat mengurangi tingkat
kecemasan dan dapat menerima perubahan yang terjadi pada dirinya
selama masa menopause yang meraka hadapi.
2. Bagi pelayanan : diharapkan dalam penelitian ini akan memberikan
masukan sebagai dasar dalam mengurai tingkat kecemasan pada wanita
menopause usia 45-55 tahun di Desa Cukir Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang.
3. Bagi ilmu pengetahuan : Diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah pengetahuan mengenai tingkat kecemasan wanita
menopause.
4. Peneliti selanjutnya : Sebagai data awal bagi mahasiswa yang ingin
melanjutkan ke penelitian selanjutnya.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kecemasan


2.1.1 Pengertian

Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan


dan berbentuk ketegangan, kegelisahan, tertekan yang disertai dengan
gejala-gejala fisiologi, misalnya sakit kepala, nyeri pada pinggang, sesak
nafas, sakit perut, dan mual (Suliswati, dkk, 2005).
Menurut (Dadang Hawari, 2009) dalam buku Ilmu Kesehatan Jiwa,
semua ibu menyadari bahwa aspek fisik dan psikis adalah dua hal yang
terkait saling mempengaruhi atau tidak terpisahkan. Kecemasan merupakan
respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan
dialami oleh semua mahkluk hidup. Kecemasan dalam premenopause dapat
menyebabkan efek yang tidak baik (Suliswati,2005).
Budaya mempengaruhi nilai yang dimiliki oleh individu dan karenanya
latar belakang budaya juga berkaitan dengan sumber kecemasan dan respon
individu terhadap kecemasan. Aspek positif diri individu berkembang
dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman
mengatasi kecemasan. Pengalaman yang memicu terjadinya kecemasan
dimulai sejak bayi dan berlangsung terus sepanjang kehidupan.
Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam
memelihara keseimbangan, pengalaman cemas seseorang tidak sama pada
beberapa situasi dan hubungan interpersonal.

2.1.2 Tanda Dan Gejala Kecemasan


Menurut Hawari (2008), keluhan-keluhan yang sering di kemukakan
oleh orang yang mengalami ansietas antara lain :
1. Cemas, khawatir, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah,mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang.

7
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala.

2.1.3 Faktor Penyebab Kecemasan

Berdasarkan stuart (2007), kecemasan dapat di ekspresikan secara


langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung
melalui timbulnya timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya
untuk melawan kecemasan. Faktor-faktor penyebabnya yaitu :

1. Psikoanalitis
Kecemasan yang timbul id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan implus primitive, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan.
2. Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidak setujuan dan
penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan keretetan tertentu.
3. Perilaku
Adanya hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan konflik
menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak
berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.
4. Keluarga
Gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan
kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dengan
depresi.

8
5. Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-
obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
Gamaaminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme
biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan
umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki efek
nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk
mengatasi stresor.

2.1.4 Jenis Kecemasan


1. Kecemasan Primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulasi
tiba- tiba dan trauma pada saat menghadapi premenopause, kemudian
berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat
kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah keadaan
ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor eksternal.
2. Kecemasan Subsekuen
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis
kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen kepribadian
yaitu id dan superego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka
posisi ego sebagai pengembang id dan superego berada pada kondisi
bahaya.

2.1.5 Tingkat Kecemasan


Tingkat Kecemasan menurut Peplau yang dikutip oleh Suliswati
(2005), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu :
1. Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari.
Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas,
menajamkan indera.

9
Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan
masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitasnya, contohnya yaitu : Seseorang yang menghadapi ujian
akhir, Pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan,
Individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
a. Gejala-gejala kecemasan ringan yaitu:
1) Gejala Fisik
a) Sesekali sesak nafas
b) Nadi dan tekanan darah naik
c) Gangguan ringan pada lambung
d) Mulut berkerut
e) Bibir bergetar
2) Gejala Psikologis
a) Persepsi meluas
b) Masih mampu menerima stimulus yang kompleks
c) Mampu konsentrasi
d) Mampu menyelesaikan masalah
e) Gelisah
f) Adanya tremor halus pada tangan
g) Suara terkadang tinggi
( Herri Zan Pieter, dkk. 2010)
2. Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada fikiran yang menjadi perhatiannya,
terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu
dengan orang lain, contohnya yaitu : Pasangan suami istri yang
menghadapi kelahiran bayi pertama dengan resiko tinggi, keluarga yang
menghadapi perpecahan ( berantakan ), Individu yang mengalami konflik
dalam pekerjaan.

10
Adapun gejala-gejala kecemasan sedang yaitu :
1. Gejala Fisik
a. Sering napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah meningkat
c. Mulut kering
d. Anoreksia
e. Diare
f. Konstipasi
2. Gejala Psikologis
a. Persepsi menyempit
b. Tidak mampu menerima rangsangan
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
d. Gerakan tersentak
e. Meremasi tangan
f. Bicara banyak dan lebih cepat
g. Insomnia
h. Perasaan tak aman
i. Gelisah
( Herri Zan Pieter, dkk. 2010)
3. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit pusat perhatiannya pada
detail yang kecil ( spesifik ) dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain.
Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu
banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain, contohnya yaitu:
Individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai
karena bencana alam, individu dalam penyenderaan.

11
Adapun gejala-gejala kecemasan berat yaitu :
1. Gejala fisik
a. Nafas pendek
b. Tekanan darah dan nadi naik
c. Berkeringat
d. Sakit kepala
e. Penglihatan kabur
f. Ketegangan
2. Gejala psikologis
a. Lapangan persepsi sangat sempit
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perasaan terancam
d. Verbalisasi cepat
Blocking ( Herri Zan Pieter, dkk. 2010).
4. Panik
Kecemasan berat sekali, individu kehilangan kendali diri dan
perhatian hilang.Karena hilangnya kontrol maka tidak mampu melakukan
apapun meskipun dengan perintah. Terjadinya peningkatan aktivitas
motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain,
penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu
berfikir secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian,
contohnya : Individu dengan kepribadian pecah / depersonalisasi.
Adapun gejala-gejala panik yaitu :
1. Gejala fisik
a. Nafas pendek
b. Tekanan darah dan nadi naik
c. Aktivitas motorik meningkat
d. Ketegangan

12
2. Gejala psikologis
a. Lapangan persepsi sangat pendek
b. Hilangnya rasional
c. Tidak dapat melakukan aktivitas
d. Perasaan tidak aman atau terancam semakin meningkat
e. Menurunnya hubungan dengan orang lain
f. Tidak dapat kendalikan diri
( Herri Zan Pieter, dkk. 2010)

2.1.6 Penilaian Kecemasan


Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Menurut
skala HARS terdapat 14 simptom yang nampak pada individu yang
mengalami kecemasan, setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan
skor antara 0 sampai dengan 4 dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14
item, meliputi :
1. Perasaan cemas firasar buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu, lesu.
3. Ketakutan : takut terhadap, gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak pulas dan mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
tidak stabil, dan kedutan otot.
8. Gejala sensorik : perasaan di tusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat serta merasa lemah.

13
9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras
dan detak jantung hilang sekejab.
10. Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering
menarik nafas panjang dan merasa nafas pendek.
11. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,
perasaan panas di perut.
12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminore, ereksi lemah atau impotensi.
13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku selaku wawancara gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek
dan cepat.

2.1.7 Cara Mengukur Kecemasan


Menurut Maulana (2011), kecemasan dapat diukur dengan alat ukur
kecemasan yang disebut HARS ( Hamilton anxiety scale).
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang / separuh dari gejala yang ada
3 = Berat / lebih dari setengah gejala yang ada
4 = Sngat berat semua gejala ada
penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan
item 1-14 dengan hasil :
1. Skor < 6 = tidak ada kecemasan.
2. Skor 7-14 = kecemasan ringan.
3. Skor 15-27 = kecemasan sedang.
4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.
.

14
2.1.8 Manifestasi Kecemasan
1. Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, sering kali
memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.
2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak
menentu seperti gemetar.
3. Perubahan somatik, muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan
kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan
darah dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukan
peningkatan detak jantung, respirasi,ketegangan otot dan tekanan darah.
4. Afektif, di wujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang
berlebihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan :
a. Faktor interna.
1) Pengalaman, menurut Horney dalam Trismiati (2006), sumber-
sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan tersebut
bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan menurut horney, dapat
berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat
terletak di dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang memiliki
pengalaman dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang
memiliki pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka dalam
dirinya akan lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul
tidak terlalu besar.
2) Respon terhadap stimulus, menurut Trismiati (2006), kemampuan
seseorang menelaah rangsangan atau besarnya rangsangan yang
diterima akan mempengaruhi kecemasan yang timbul.
3) Usia, pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak
pengalamannya sehinga pengetahuannya semakin bertambah
(Notoadmojo, 2006) karena pengetahuannya banyak maka
seseorang akan lebih siap menghadapi sesuatu.

15
4) Gender, berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita,
(Notoadojo,2006) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan
ketidak mampuannya di banding dengan laki-laki, laki-laki lebih
aktif, eksploratif, sedangakan perempuan lebih sensitif. Penelitian
lain menunjukan bahwa laki-laki lebih rileks di banding
perempuan.
b. Faktor eksternal
1) Dukungan keluarga, adanya dukungan keluarga akan
menyebabkan seorang lebih siap dalam menghadapi
permasalahan, hal ini dinyatakan oleh Kasdu (2007).
2) Kondisi lingkungan, kondisi lingkungan sekitar ibu dapat
menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi
permasalaha, misalnya lingkungan pekerjaan atau lngkungan
bergaul yang tidak memberikan cerita negatif suatu
permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dala
menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh (Baso,2006)

2.1.9 Penatalaksanaan Kecemasan


Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencakup fisik (somatik) psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap strees dengan cara :
a. Makan-makanan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Tidak merokok.
d. Tidak meminum-minuman keras terapi psikofarmarmaka.

16
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neurotransmitter (sinyal penghantar saraf) disusunan saraf otak (limbic
system). Terapi psikofarmaka yangg sering dipakai adalah obat anti
cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspiro HCL, meprobomate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering di jumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang di tunjukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang Dan koreksi
bila di nilai bahhwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan.
c. Psikoterapi- psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi streesor psikososial sehingga
mengalami kecemasan.
d. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan,agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor
penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.
e. Terapi psikoreligius,
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahandalam menghadapi berbagai
problemkehidupan yang merupakan streessor psikososial.

17
2.1.10 Sumber Koping
Individu dapat menangulangi kecemasan dengan menggunakan
atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial,
intrapersonal, dan interpersonal. Sumber koping di antaranya adalah aset
ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya
yang di yakininya. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut
individu dapat mengadopsistrategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).

2.1.11 Mekanisme Koping


Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara
konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku
patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia
mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan
mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping.
Yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, merokok, olah
raga, mengurani kontak mata dengan orang lain (Suliswati,2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan
panik anyak energi, menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang
dapat dilakukan ada 2 jenis, yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.
Tujuan yang ingin di capai dengan melakukan koping ini adalah
individu mencoba menghadapi kenyataan tuntunan stress dengan
menilai secara objektif di tunjukan untuk mengatasi masalah,
memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber strees.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.

18
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego.
Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah,
Mekanisme ini sering kali digunakan untuk melindungi diri, sehingga
disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak
membantu untuk mengatasi masalah secara realita.
Untuk menilai penggunaan mekanisme pertahanan individu apakah
adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme
pertahanan klien.
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisa kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan
kesehatan klien.
d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

2.2 Konsep Dasar Menopause


2.2.1 Pengertian Menopause
Kata menopause berasal dari bahasa yunani yang berarti bulan
dan penghentian sementara. Berdasarkan definisinya, kata menopause
berarti masa istirahat. Namun, secara medis, istilah sssyang lebih adalah
menocease karena istilah menopause secara medis berarti berhentinya
masa menstruasi, bukan istirahat.
Menopause ialah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir.
Diagnosis menopause di buat setelah terdapat amenorea sekurang-
kurangnya satu tahun. Berhentinya haid yang lebih panjang, dengan
perdarahan yang kurang (Sastrawinata, 2007).

19
WHO mendefinisikan perimenopause sebagi interval yang
mendahuluinya berhentinya siklus menstruasi sampai pada masa 1 tahun
setelah siklus menstruasi sampai pada masa 1 tahun setelah siklus
menstruasi terakhir, yang menurut temuan pada massachusetts womens
health study, jangka waktu berkisar tiga setengah tahun. Perimenopause di
tandai dengan mulai timbulnya gejala vasomotor dan tidak keteraturan
haid (Soewondo, 2007).
2.1.2 Fisiologi Menopause
Sejak lahir bayi wanita sudah mempunyai 770.000-an sel telur yang
belum berkembang. Pada fase prapubertas, yaitu usia 8 12 tahun, mulai
timbul aktivitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya,
sekitar usia 12 13 tahun, umumnya seorang wanita akan mendapatkan
menarche (haid pertama kalinya). Masa ini disebut sebagai pubertas
dimana organ reproduksi wanita mulai berfungsi optimal secara bertahap.
Pada masa ini ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk
dibuahi. Masa ini disebut fase reproduksi atau periode fertil (subur) yang
berlangsung sampai usia sekitar 45 tahun.
Pada masa ini wanita dapat mengalami kehamilan dan melahirkan.
Fase terakhir kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi berakhir
disebut klimakterium, yaitu masa peralihan yang dilalui seorang wanita
dari periode reproduktif ke periode non-produktif. Periode ini berlangsung
5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah menopause. Pada masa
premenopause, hormon progesteron dan estrogen masih tinggi, tetapi
semakin rendah ketika memasuki masa perimenopause dan
postmenopause. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang
terus menurun. Semakin meningkat usia seorang wanita, semakin menurun
jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium.
Hal ini disebabkan adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana
pada setiap siklus, antara 20 hingga 1.000 sel telur tumbuh dan
berkembang, tetapi hanya satu atau kadang-kadang lebih yang
berkembang sampai matang yang kemudian mengalami ovulasi.

20
Sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh menjadimatang akan mati, juga
karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel telur yang segera
berhenti dalam beberapa hari atau tidak bekembang. Proses ini terus
menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena
produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti
bekerja.

2.2.3 Patofisiologi menopause


Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai
suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup, produksi estrogen pun
berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadi
menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami
terakhir, hal ini tidak terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi
hormonal pada usia perimenopause. Pendarahan terus terjadi selama
wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita
tersebut tidak mengalami keluhan klimakterik. Kita tidak pernah tahu
kapan wanita tersebut memasuki usia menopause. Untuk menentukan
diagnosis menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan dan satu
bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol.
Bila pada usia menopause ditemukan kadar FSH dan estradiol
bervariasi (tinggi atau rendah), maka setelah memasuki usia menopause
akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40 mlU/ml). Kadar
estradiol pada awal menopause dijumpai rendah hanya pada sebagian
wanita, sedangkan pada sebagian wanita lain, apalagi wanita gemuk, kadar
estradiol dapat tinggi. Hal ini terjadi akibat proses aromatisasi androgen
menjadi estrogen di dalam jaringan lemak. Diagnosis menopause
merupakan diagnosis retropektif , bila seorang wanita tidak haid selama 12
bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >40 mlU/ml dan kadar estradiol <30
pg/ml, telah dapat dikatakan wantia tersebut telah mengalami menopause
(Baziad, 2007).

21
2.1.3 Klasifikasi Menopause
Menopause dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Menopause alami adalah akhir proses biologi yang di alami wanita
berupa penurunan produksi hormon seks perempuan, yakni estrogen
dan progesterone dari indung telur yang biasanya terjadi di usia 48-56
tahun (Nasruddin, 2011)
2. Menopause dini adalah menopause sebelum usia usia 40 tahun,
kemungkinan penyebab adalah factor keturunan, penyakit autoimun,
dan rokok (EL mannan, 2011).
3. Menopause buatan terjadi akibat campur tangan medis yang
menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon oleh ovarium.
Campur ini biasa berupa pembedahan untuk mengangkat ovarium
atau untuk mengurangi aliran darah ke ovarium serta kemoterapi serta
kemoterapi atau terapi penyinaran pada panggul mengobati kanker
( EL Manna,2011).
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Menopause
Menurut Blackburn dan Davidson (2010) faktor-faktor yang
mempengaruhi menopause adalah :
1. Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarhe)
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama
dengan umur sewaktu memasuki haid pertama kali, semakin muda
umur sewaktu mendapat haid pertama kali, semakin tua usia
memasuki enopause.
2. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan.
Ada peneliti yang menemukan pada wanita yang tidak menikah
dan bekerja, umur memasuki menopause lebih muda di bandingkan
dengan wanita sebaya yang tidak bekerja dan menikah.
3. Jumlah anak
Ada peneliti yang menemukan, makin sering melahirkan, makin
tua baru memasuk menopause. Kelihatannya kenanyataan ini lebih
sering terjadi pada golongan masyarakat ekonomi kurang mampu.

22
4. Pengggunaan obat-obatan keluarga berencana (KB)
Karena obat-obat KB memang menekan fungsi hormon dari
indung telur, kelihatanya wanita yang menggunakan pil KB lebih lama
baru memasuki umur menopause.
5. Merokok
Wanita perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia
menopause di bandingkan wania yang tidak merokok.
6. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan lat lebih cepat 1-2
tahun memasuki usia menopause di bandingkan dengan wanita yanng
tinggal di ketinggian < 1000 m dari permukaan laut.
7. Sosio-ekonomi
Menopause juga dipengaruhi oleh faktor status sosio-ekonomi, di
samping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara
tingggi badan wanita yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh
sosio-ekonomi.
Menurut Carpenito ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
munculnya kecemasan yaitu :
1. Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan
kebutuhan dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan dan
keamanan.
2. Situasional (orang dan lingkungan) berhubungan denggan
ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adana kegagalan,
kehilangan benda yang di miliki, dan kurang penghargaan dari
orang lain.
a. Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat karena
kematian, perceraian, tekanan budaya, perpindahan, dan
adanya perpisahan sementara atau permanen.
b. Berhubungan dengan ancaman intergritas biologis yaitu :
penyakit,terkena penyakit mendadak, sekarat, dan
penanganan-penanganan medis terhaddap sakit.

23
c. Berhubungan dengan perubahan dalam lingkungannya
misalnya : pencemaran lingkungan, pensiun, dan bahaya
terhadap keamanan.
d. Berhubungan dengan perbahan status sosial,ekonomi,
misalnya pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi jabatan.

2.2.5 Tanda dan Gejala Menopause


Besar dan beratnya gejala bervariasi pada wanita, tanda dan gejala
menpause diantaranya adalah :
1.Ketidak stabilan vascular
a. Hot Flashes dan berkeringat di malam hari Hot Flashes umum terjadi
pada kalangan wanita yang mengalami menopause. Hot flashes
adalah perasaan hangat yangmenyebar keseluruh tubuh dan sangat
sering dirasakan dikepala dan dada. Hot Flashes biasanya
berlangsung selama 30 detik hingga beberapa menit. Meskipun
penyebab pasti dari hot flashes tidak sepenunya di pahami, hot
flashes cenderung di karenakan kombinasi fluktuasi hormonal dan
biokimia yang disebabkan oleh menurunnya tingkat estrogen.
b. Kemungkinan peningkatan risiko atherosclerosis.
c. Migrain.
d. Detak jantung cepat.
e. Atrofi urogenital juga di kenal sebagai atrofi vagina, atrofi vagina
adalah keluhan urogenital umum di kalangan wanita pada masa
pascamenopause. Sampai dengan 50% perempuan pascamenopause
mengalami vagina gatal,kering, rasa perih dan sakit ketika
bersenggama (dispaurenia).

24
2. Menstruasi yang tidak teratur menstruasi irregular mungkin terjadi selama
menopause. Beberapa wanita memiliki masalah minimal dengan
perdarahan abnormal selama perimenopause. Perdarahan yang berlebihan
terjadi jika periode menstruasi terjadi lebih sering ( berarti lebih pendek
durasi dalam siklusnya) atau mereka mengalami menstruasi tidak teratur
artinya siklus memperpanjang durasi atau mereka mengalami menstruasi
tidak teratur.
3. Gejala lapisan berkemih lapisan uretra (tabung transportasi dari kandung
kemih, debit air seni di luar tubuh juga mengalami perubahan mirip
dengan jaringan vagina menjadi kering, tipis,dan kurang elastis dengan
tingkat estrogen menurun. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan
risiko infeksi saluran kencing, merasa perlu buang air kecil lebih sering.
4. seksual.
a. Dispareunia atau sakit bersetubuh
b. Penurunan libido.
c. Masalah mencapai orgasme.
d. gejala emosional dan kognitif wanita pada fase perimenopause sering
mengeluh berbagai pemikiran termasuk kelelahan masalah
memori,lekas marah, dan perubahan mood yang cepat.
e. Gejala psikologis.
1) Depresi dan kecemasan
2) Kelelahan.
3) Mudah tersinggung.
4) Memori kerugian, masalah dengan konsentrasi.
5) Mood gangguan.
6) Gangguan tidur, kualitas tidur yang buruk, tidur ringan, insomnia.
7) Perubahan fisik lainnya skeletal.
8) Nyeri punggung.
9) Nyeri sandi, nyeri otot.
10) Osteopenia dan osteoporosis bertahap berkembang kulit dan
jaringan.

25
11) penurunan elastisitas kulit.
12) formication (gatal,kesemtan,sensasi terbakar, atau sensasi
semut merangkak pada atau di bawah kulit).
5. Kulit menipis dan menjadi kering, dengan bertambahnya usia, kulit
semakin menipis dan tanpa estrogen kulit akan sulit untuk menjaga
kelembaban.
6. Berat badan wanita banyak mengalami kenaikan berat badan bersama
dengan menpause. Distribusi lemak tubuh dapat berubah dengan
lemak tubuh yang lebih disimpan di pinggang dan daerah perut dari
pada di pinggul dan paha.
7. Komplikasi
a. Penyakit jantung dan pembuluh darah penurunan kadar estrogen
menyebabkan meningkatnya kadar kolestrol LDL (kolestrol jahat)
dan menurunnya kadar kolestrol HDL (kolestrol baik) sehingga
dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovascular.
b. Osteoporosis selama beberapa ttahun pertama setelah menopause
akan mengalami kehilangan kepadatan tulang dengan cepat yang
dapat meningkatkan resiko osteoporosis. (Hidayat, 2007)

2.2.6 Terapi
Menopause merupakan bagian dalam fase atau siklus kehidupan
seorang wanita ketika masa kesuburan dan masa reproduksi mengalami
penurunan hormonal. Menopause bukan termasuk dalam suatu penyakit
yang harus ditakuti karena setiap wanita pasti akan mengalami menopause.
Terapi menopause dapat dilakukan para wanita. Namun banyak cara yang
dapat ditempuh dalam manangani menopause, agar menopause tidak
menghalangi anda beraktivitas meskipun banyak mengalami penurunan
atau perubahan hormon, namun kondisi dari suatu tubuh harus tetap fit dan
sehat, meskipun beberapa diantara mereka yang mengalami menopause
mudah terjangkit penyakit jantung atau mengalami osteopororsis.

26
Namun tidak semua wanita pasca menopause harus menjalani terapi
menopause atau yang biasa yang dikenal dengan Terapi Sulih Hormon
(TSH). Jika anda ingin menjalani terapi sulih hormon ini ada baiknya
berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter terkait efek dan resiko dari
Terapi Sulih Hormon (TSH ).
Ada beberapa pendapat dari para ahli yang menyarankan untuk melakukan
Terapi Sulih Hormon dengan tujuan untuk :
a. Mengurangi gejala menopause yang tidak di inginkan.
b. Membantu mengurangi kekeringan pada vagina.
c. Mencegah terjadinya osteoporosis.
1. Beberapa efek samping dari melakukan Terapi Sulih Hormon (TSH) :
a. Terjadi perdarahan pada vagina.
b. Rasa nyeri pada payudara.
c. Rasa mual
d. Ingin sekali muntah.
e. Perut kembung / Kram pada bagian perut.
2. Untuk mengurangi resiko dari Terapi Suli Hormon ( TSH ) dan tetap
mendapatkan keuntungan dari TSH, para ahli menyarankan :
a. Menambahkan progesteron terhadap estrogen.
b. Menambahkan jumlah hormon testosteron terhadap estrogen.
c. Menggunakan dosis estrogen yang paling rendah.
d. Melakukan pemeriksaan secara teratur termasuk pemeriksaan
panggul, dan pap smear minimal 1 tahun sekali sehingga kelainan
bisa sedini mungkin untuk diatasi.
Estrogen tersedia dalam bentuk alami dan sintesis (dibuat di
laboratorium). Estrogen sintesis ratusan kali lebih kuat dibandingkan
estrogen alami sehingga tidak secara rutin diberikan kepada wanita
menopause. Untuk mencegah Hot Flushes dan osteoporosis hanya
diperlukan estrogen alami dalam dosis yang sangat rendah. Dengan dosis
tinggi cenderung menimbulkan masalah, contoh kecil seperti sakit kepala
sebelah (migrain).

27
Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet atau tempelan kulit
(estrogen transdermal) krim estrogen dapat dibalurkan pada vagina untuk
mencegah penipisan lapisan vagina (sehingga mengurangi resiko
terjadinya infeksi saluran kemih dan beser) dan untuk mencegah
timbulnya nyeri ketika melakukan aktivitas seksual.
3. Biasanya Terapi Sulih Hormone (TSH) tidak dapat dilakukan pada wanita
yang mengidap kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut,
pendarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti, penyakit hati akut,
penyakit pembekuan darah, porfiria intermiten akut. Kepada awanita
tersebut biasanya diberikan obat anti cemas, progesteron atau klonidin
untuk mengurangi hot flashes. Untuk mengurangi depresi, kecemasan,
mudah tersinggung dan susah tidur bisa diberikan anti depresi.
4. Selain itu perhatikan nutrisi yang di perlukan sudah adekuat dan
melakukan penapisan terhadap tanda dan gejala defisiensi nutrient
terutama kalsium, zat besi, zink, dan vitamin D, B6,B 12, E dan C. Wanita
tersebut perlu dinasehati tentang kenyataan bahwa mereka tidak dapat
bergantung kepada suplemen untuk memenuhi kebutuhan nutrien mereka
secara adekuat.
5. Terapi sulih hormon memberi suatu derajat proteksi dari kondisi-kondisi
tersebut. Namun rangkaian peristiwa metabolik yang kompleks, spesifik
jenis kelamin untuk setiap kondisi ini. Pada penyakit arteri koroner
(coronary artery disease (CAD)) contohnya efek merugikan displedemia
tidak bergantung pada hilangnya perlindungan estrogen telah
didemonstrasikan melalui riset yang menjelaskan tentang peran diabetes
dalam menebabkan CAD pada wanita premenopause untuk
meningkatlkan HDL dan hilangnya obesitas sentral dua faktor risiko CAD
yang berkaitan dengan dislipidemia wanita memerlukan latihan, tidak
seperti pria yang hanya memerlukan diet yang tepat , jika kita menambah
estrogen untuk meningkatkan HDL selama menopause, resiko kanker
endrometrium meningkat, jadi kita juga harus menambah progesteron atau

28
testeron. Tetapi meskipun estrogen merupakan protektif HDL progesteron
dan testosteron mempunyai efek yang berlawanan.
Manfaat latihan terhadap kesehatan meluas pada wanita
menopause seperti pada semua populasi. Manfaat spesifik yang terjadi
pada kelompok ini meliputi penurunan resiko penyakit kardiovascular
akibat obesitas, profil lipida buruk, resistensi insulin dan tekanan darah
tinggi membatasi hilangnya tulang dan peningkatan keseimbangan dan
kekuatan yang berperan terhadap pencegahan jatuh dan fraktu, beberapa
penurunan resiko kanker dan peningkatan kognisi dan alam perasaan.
(Hellen Varney,2006)

2.2.7 Keaslian Penelitian


Penelitian lain yang berhubungan dengan proposal penelitian yang saya
buat :
1. Praju Lusiana Marga (2007), dengan judul hubungan gambaran diri
dengan tingkat kecemasan ibu masa menopause dikelurahan Lhok
Keutapang Tapaktuan, universitas sumatera utara. Subyek penelitian
adalah ibu menopause di kelurahan Lhok Keutapang tapak tuan
melibatkan 32 orang ibu menopause. Penelitian menggunakan metode
wawancara, proses pengumpulan data dengan pengisian kuesioner
berlangsung mulai tanggal 1 juli hingga 10 juli 2007. Uji korelasi yang
digunakan adalah product moment pearson. Hasil penelitian
menunjukan adanya korelasi positif yang signifikan gambaran diri
dengan tingkat kecemasan ibu menopause (r=0,39; p =0.02) dengan
intrepestasi hubungan sedang. Masalah fisik dan masalah psikologis
adalah 2 factor yang paling berpengaruh dalam tingkat kecemasan.
2. Umi Lutfa dan Arina Maliya (2008), dengan judul factor-factor yang
mempengaruhi kecemasan wanita usia 48-55 tahun dalam menghadapi
menopause di desa Moewardi Surakarta.
Subyek penelitian adalah ibu menopause di desa Moewardi Surakarta
melibatkan 32 orang ibu menopause. penelitian menggunakan

29
wawancara, proses pengumpulan data dengan kuesioner yang
berlangsung tanggal 4 agustus hingga 14 agustus 2008. Hasil
penelitian menunjukan kurang nya menerima dengan keadaaan fisik
dan psikis yang akan berubah.
3. Istik Laila Sari (2011), dengan judul factor-factor yang mempengaruhi
kecemasan pada lansia Di Kelurahan Siderejo Kecamatan Medan
Tembung. Subyek penelitiannya adalah lansia dikelurahan Siderejo
kecamatan medan tembung, dengan sampling yaitu 80 orang
responden. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif menggunakan
kuesioner dilakukan pada bulan januari sampai dengan bulan maret
2011. Hasil penelitian menunjukan kesimpulan bahwa factor tertinggi
yang menyebabkan kecemasan pada lansia adalah factor pekerjaan
yaitu 36 responden (43,9%), sedangkan faktor terendah yang
menyebabkan kecemasan pada lansia adalah factor penyakit kronis
yaitu 6 responden (7,7%) kelemahan pada penelitian ini adalah
berkaitan dengan metode pengumpulan data karena pernyataan tentang
kecemasan.

30
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka koseptual


Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam
Iskandar (2008) menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-
variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang
berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu
variabel bebas dengan variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

Faktor-faktor yang Kategori tingkat kecemasan :


Tingkat Kecemasan
mempengaruhi tingkat wanita menopause Tidak ada kecemasan
kecemasan:
Ringan
1. Psikoanalitis
Gambar 3.1 Sedang
2. Interpersonal
3. Perilaku Kecemasan
4. Keluarga
(Stuart,2007)
5. Biologis
(stuart, 2007)

Gambar 3.1 Kerangka Teori Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menopause Di


Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

Keterangan :

: telah teliti

: tidak di teliti

31
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Dan Rancangan penelitian


Rencana penelitian adalah semua yang vital dalam penelitian yang
memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi validity suatu hasil. Rencana riset sebagai petunjuk peneliti
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan
atau menjawab suatu pertanyaan (Nursalam,2008)
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan
pada wanita menopause, Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bersifat deskriptif korelasi, yaitu desain penelitian
atau penelaahan hubungan antara dua variabel atau lebih pada situasi atau
kelompok sampel (Notoatmodjo, 2005).

4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian


Tempat penelitian dilakukan di Desa Cukir Kecamatan Diwek
Kabupaten jombang.
4.2.2 Waktu

Waktu penelitian di lakukan pada tanggal 23 mei s/d selesai.

4.3 Kerangka kerja (Frame Work)


Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan di lakukan
dalam penelitian yang berbentuk kerangka hingga analisis datanya
(Hidayat, 2009).

32
Tingkat kecemasan pada wanita menopause

Populasi

Jumlahnya populasi yang akan di teliti sebanyak 90 wanita menopause 45-55


perumahan kaliwungu, jln.halmahera VII, kec.jombang, kab.jombang

Sample yang akan di teliti sebanyak 90 orang

Desain penelitian

Cross sectional

Pengumpulan data

kuisioner

Pengolahan dan analisis data

(editing,coding,skoring,tabulating)

Analisa data

(menetapkan uji korelasi atau uji perbandingan dan selanjutnya)


Penarikan kesimpulan / penyusunan laporan akhir

Gambar 4.3 Kerangka kerja penelitian

33
4.4 Populasi, Sampel dan Sampling
4.4.1 Populasi
Populasi adalah obyek penelitian atau obyek yang akan diteliti
(Notoatmojo,2011). Pada penelitian ini populasinya adalah ibu yang berusia
antara 45 -55 tahun dan telah memasuki masa menopause di Desa Cukir
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
4.4.2 Sampel dan Sampling
Sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel akan
digunakan dalam penelitian (Alimul, 2009).
Tehnik Sampel pada penelitian ini adalah random sampling yaitu
cara mengambil sampel dengan membagi daerah atau wilayah yang luas
menjadi daerah atau wilayah yang lebih kecil tersebut tidak seluruhnya di
jadikan sampel. Sampel yang digunakan yaitu ibu yang berumur antra 45-
55 tahun dan telah memasuki masa menopause di Desa Cukir Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang.

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel


4.5. 1dentifikasi variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukurannya yang di miliki atau di dapatkan oleh satuan penelitian tentang
suatu konsep pengertian tertentu (Notoadmojo,2008). Pada penelitian ini
variabelnya adalah tingkat kecemasan pada wanita menopause.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah berdasarkan karakteristik (variabel) yang
di amati dari sesuatu yang di definisikan tersebut (Nursalam, 2011).

34
Tabel 4.3 Defini Operasional Tingkat Kecemasan pada Wanita Menopause di

Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala ukur kategori

Tingkat Kecemasan Di ukur dengan Ordinal Kategori :


kecemasan pada merupakan Kuisioner untuk 1. Skor < 6 =
wanita menopause. pengalaman subjektif menjelaskan tidak ada
yang tidak secara deskriptif kecemasan.
menyenangkan dan maka
2. Skor 7-14 =
berbentuk dikategorikan :
kecemasan
ketegangan, 0 = tidak ada
ringan.
kegelisahan, tertekan gejala sama
3. Skor 15-27 =
yang disertai dengan sekali
gejala-gejala
kecemasan
1 1 = Satu dari
fisiologi, dalam sedang.
gejala yang
menghadapi 4. Skor lebih dari
ada
menopause. 27 S=
2 2 = Sedang /
(Suliswati, dkk, kecemasan berat.
separuh dari
2005). .
gejala yang
ada
3 = Berat / lebih
dari setengah
gejala yang
ada
4 = Sangat berat
semua gejala
ada

35
4.6 Instrumen Penelitia dan Pegumpula Data
4.6.1 Istrumen penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang
relevan dengan masalah yang diteliti yaitu menggunakan instrumen
pengumpulan data berupa kuisioner. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang hal-hal yang diketahui dan sudah disediakan jawabannya
( Arikunto, 2010 ). Kuisioner yang digunakan dalam bentuk pertanyaan
tertutup (closed ended) yang mempunyai keuntungan mudah mengarahkan
jawaban responden dan juga mudah diolah atau ditabulasi (Notoatmodjo,
2007).
Sebelum kuisioner diberikan kepada responden, uji validitas yang
dilakukan adalah uji validitas terpakai, dimana hasil yang valid dijadikan data
penelitian. Uji coba instrumen penelitian dilakukan di Kampus A prodi DIII
Kebidanan Stikes Icme Jombang dengan jumlah responden 92 orang.
Menurut Mahfoet (2007), alasan jumlah responden 92 orang adalah karena
kaidah umum penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil penelitian
mendekati kurva normal.
1. Uji Validitas
Uji validitas untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut valid,
valid artinya ketepatan mengukur atau alat ukur tersebut tepat untuk
mengukur sebuah variabel yang akan diukur (Riwidikdo,2010). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
hendak diukur. Instrumen dikatakan valid, jika nilai rhitung > rtabel
dengan taraf signifikan 0,31. Rumus product moment, adalah :
.( ) ( )
Rxy =
[. ( )](. )()]

Keterangan :
N = Jumlah Responden
r = Koefisioner korelasi product moment
X = Skor pertanyaanssss

36
y = Skor total
xy = Skor pertanyaan dikalikan skor total

Dari uji validitas yang dialksanakan di Kampus A Prodi DIII


Kebidanan Stikes Icme Jombang sebanyak 92 orang dengan jumlah 50
pertanyaan. Taraf signifikan 5% dan n = 30 diperoleh rtabel = 0,361 untuk
menguji validitas dari 50 item pertanyaan. Hasilnya terdapat 4 item yang
valid yaitu no 30. Dengan rhasil < rtabel (0,361), sedangkan pertanyaan
yang valid terdapat 46 item dengan rhasil > rtabel 90,361). Pertanyaan
yang valid akan digunakan sebagai instrumen penelitian.
2. Uji Reliabitas
Reliabilitas adalah keajegan alat ukur, artinya konsistensi alat ukur,
alat ukur digunakan saat ini pada waktu dan tempat tertentu akan sama bila
digunakan pada waktu dan tempat yang berbeda (Riwidikdo,2010).
Untuk mengkaji reliabilitas instrumen digunkan rumus Alpha
Chronbach dengan bantuan program SPSS for window. Inatrumen
dikatakan reliabel bila nilai Alpha Chronbachs >0,7 ( Riwidikdo,2010).
Rumus alpha chronbach adalah sebagai berikut :
[] [ ]
r11 =

Keterangan :
r11 = Reliabilitas Instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Si = Jumlah varian butir
Si = Varians total
Uji realiabilitas dari 50 pertanyaan didapat nilai alpha cronbacs
yaitu sebanyak 46 sehingga kuisioner dinyatakan reliabel.
4.7 Pengumpulan Data
Merupakan cara untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan
dalam penelitian (Hidayat, 2009).

37
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari dosen
pembimbing dan ijin penelitian dari lembaga institusi pendidikan (Stikes
ICME) serta institusi terkait. Selanjutnya memberikan surat persetujuan dari
tempat penelitian dan responden dan menyebarkan kuisioner.

4.8 Tehnik Pengolahan dan Analisis Data


4.8.1 Tehnik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui
tahapan Editing, Coding, Skoring, dan Tabulating.
a. Editing
Editing adalah suatu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat,2009)
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa ketegori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer
(Hidayat,2009). Pada saat penelitian, peneliti memberikan kode yaitu :
1. Responden
Responden 1 : R1
Responden 2 : R2
Responden n : Rn
2. Mendapatkan informasi tentang siklus haid yang tidak teratur
Pernah :1
Belum Pernah :2
3. Tingkat Kecemasan
Tidak Cemas : 0
Cemas ringan : 1
Cemas sedang : 2
Cemas berat : 3
Panic : 4

38
c. Scoring
Penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala
ordinal. Oleh karena itu hasil kuisioner yang telah ditentukan derajat
kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil :
1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan
2. Skor 7-14 = kecemasan ringan
3. Skor 15-27 = kecemasan sedang
4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat
. Kemudian dipresentasikan dengan cara jumlah jawaban dibagi
jumlah soal dan dikalikan 100% (Hidayat,2009)
d. Tabulating
Tabulating adalah penyuluhan data dalam bentuk tabel. Dalam
penelitian ini peneliti menyajikan hasil penelitian dalam bentuk distribusi
frekuensi.
4.8.2 Analisa Data
Tingkat Kecemasan pada wanita menopause di peru
Kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus :mahan kaliwungu jalan
halmahera VII kecamatan jombang.

P = 100% Keterangan

P : prosentase
F : Jumlah tingkat kecemasan
N : Jumlah soal (Nursalam,2010).
Setelah diketahui hasil presentase dari perhitungan kemudian
dilakukan dengan kriteria sebagai brikut :
Berat 27
Sedang 15-27
Ringan 7-14
Tidak ada kecemasan <6
(Nursalam,2008)
Kriterian hasil tersebut adalah,
a. Bila hasilnya 76-100% pengetahuan baik.

39
b. Bila hasilnya 56-75% pengetahuan cukup
c. Bila <56 pengetahuan kurang

4.8.3 Etika Penelitian


Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan
kepada institusi Prodi DIII Kebidana STIKES ICME Jombang 2015 untuk
mendapatkan persetujuan. Setelah itu baru melakukan penelitian pada
rsponden pada masalah etika yang meliputi :
1. Informed Consent ( Lembar Persetujuan)
Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada
subyek penelitian. Subyek diberi tahu tentang maksud dan tujuan
penelitian. Jika subyek bersedia responden menandatangani lembar
persetujuan
2. Anotimy ( Tanpa Nama )
Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembr
pengumpulan data. Cukup ditulis nomor responden atau inisial saja untuk
menjamin kerahasiaan identiras.
3. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya
ditampilkan pada forum Akademis.

40

Anda mungkin juga menyukai