Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN PELATIHAN KEMAMPUAN DASAR

BAGI SELURUH WARGA


DI RUMAH SAKIT UMUM ST. ELISABETH

I. PENGERTIAN
Pedoman Pelatihan Kemampuan Dasar Bagi Warga Rumah Sakit Umum St.
Elisabeth adalah pembekalan pengetahuan, ketrampilan dan prilaku yang
minimal harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seluruh warga (Yayasan,
Managemen, Staf/Karyawan dan Pihak luar yang bekerja di Rumah Sakit Umum
St. Elisabeth) sebelum melakukan pelayanan untuk selanjutnya diaktualisasikan
sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas keprofesian, dalam upaya
peningkatan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat baik kepada pasien,
keluarga pasien, tim kerja dan pelanggan eksternal lainnya di Rumah Sakit
Umum St. Elisabeth.

II. TUJUAN
TUJUAN UMUM:
Seluruh warga mampu mengimplementasikan kemampuan dasar yang diajarkan
sebagai pedoman dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien.
TUJUAN KHUSUS:
1. Seluruh warga mampu mengimplementasikan 6 dasar yang diajarkan
sebagai pedoman alam upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien.
2. Seluruh warga mampu mengimplementasikan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI)
3. Seluruh warga mampu menginplementasikan Kesehatan kerja, Kebakaran
dan Kewaspadaan bencana (K3)
4. Seluruh warga mampu mengimplementasikan pelayanan terhadap pelanggan
(Customer Service)
5. Seluruh warga mengimplementasikan Bantuan Hidup dasar (BHD) atau
Basic Life Support (BLS)

III. RUANG LINGKUP


Ada 5 kemempuan dasar yang minimal oleh seluruh warga seperti yang tertera
pada tujuan khusus, maka ruang lingkup yang dibahas pada pedoman ini yaitu:
1. Penerapan 6 sasaran keselamatan pasien
2. Penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
3. Penerapan Kesehatan kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan bencana (k3)

1
4. Penerapan pelayanan terhadap pelanggan (Customer Service)
5. Penerapan Bantuan Hidup dasar (BHD) atau Basic Life Support (BLS)

IV. TATA LAKSANA


A. KESELAMATAN PASIEN / PATIENT SAFETY
1. Ketepanan Identifikasi Pasien
a. Pemasangan gelang identifikasi pasien:
Warna BIRU (untuk pasien laki-laki)
Warna PINK (untuk pasien perempuan)
b. Pemasangan gelang Penanda :
Warna Merah (untuk pasien dengan Alergi)
Warna Kuning (untuk pasien resiko jatuh)
Warna Ungu (untuk pasien dengan kategori Do Not Resucitate
(DNR)
c. Pasien di identifikasi dengan menggunakan 5 identitas pasien yaitu :
NAMA, No RM, TANGGAL LAHIR, IBU KANDUNG, dan ALAMAT
(sesuai KTP). Di Rumah Sakit Umum St. Elisabeth identifikasi pasien
menggunakan minimal 3 identitas yaitu NAMA PASIEN. TANGGAL
LAHIR/UMUR dan ALAMAT (sesuai KTP)
d. Saaat memasang gelang harus dijelaskan manfaat gelang pasien dan
bahaya bagi pasien yang menolak, melepas, menutupi gelang tsb.
e. Pasien di identifikasi:
Sebelum pemberian obat, tranfusi atau produk darah
Sebelum diambil sampel darah, urine atau cairan tubuh lain untuk
pemeriksaan klinis/laboratorium
Sebelum dilakukan tindakan/prosedur
f. Meminta pasien untuk mengingtakan petugas bila petugas tidak
melihat gelang identitas saat akan melakukan tindakan atau memberi
obat
g. Menerapkan labeling identitas pasien produk darah, obat, cairan,
jaringan, dan makanan pasien.
h. Proses identifikasi dengan cara :
Pertemuan pertaman dengan cara :
Secara verbal, (tanyakan nama pasien,tanggal lahir dan atau
umur, alamat sesuai KTP)
Secara visual, (lihat ke gelang pasien, cek 3 dari 5 identitas
yang ada, berikut croscek dengan dokumen RM pasien)
Pertemuan berikutnya : lihat secara visual ke gelang identitas
i. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada pasien
dengan kondisi gawat darurat/tidak sadar baik di IGD, ICU, kamar
operasi dan ruang rawat lain dengan tetap memperhatikan data pada
gelang identitas pasien da dokumen RM.

2
j. Pasien dengan NAMA SAMA atau HAMPIR SAMA harus diberi tanda
HATI-HATI DENGAN NAMA YANG SAMA/ HAMPIR SAMA pada RM
dan semua formulir permintaan
k. Gelang identitas dipasang pada seluruh pasien rawat inap
l. Pelepasan gelang identitas di laksanakan pada saat:
Pasien pulang dengan ijin, dilepas oleh perawaat diruang rawat
Pasien pulang atas permintaan sendiri, dilepas oleh perawat
ruang rawat
Pasien meninggal dunia, dilepas oleh petugas kamar jenazah
Pasien dirujuk dengan identitas, dilepas oleh perawat pendamping
ssaat operan dengan perawat rumah sakit yang dituju.

2. Peningkatan Komunikasi Efektif


a. Selalu menerapkan komunikasi efektif yaitu tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima guna mengurangi
kesalahan dang menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
b. Perintah lisan dan atau melalui telpon termasuk hasil pemerikasaan
kritis ditulis secara lengkap oleh penerima informasi ( isi pesan,
tanggal, jam dan pemberian informasi), di paraf dan di tulis nama
terang penerima informasi. Selanjutnya. Penerima informasi secara
lengkap membacakan kembali (READ BACK) atau tulis ulang baca
konfirmasi (TUBAK)
c. Konfirmasi lisan oleh pemberi perintah dengan mengatakan YA
SUDAH BENAR, ITU SALAH TOLONG DIULANG
d. Penerima informasi membutuhkan CAP konfirmasi pada sebelah
pesan yang telah dicatat dan dibacakan kembali tadi.
e. Perintah dan atau laporan hasil pemeriksaan melauli telepon tadi di
konfirmasi / verifikasi (diparaf) oleh DPJP (dokter penanggung jawab
pelayanan) maksimal 1x24 jam, disertai tanggal dan jam verifikasi

f. Informasi yang disampaikan saat melaporkan pasien kepada profesi


lain atau pada saat operan jaga menggunakan teknik SOAP yaitu :
SUBYEKTIF adalah data pasien berdasarkan keluhan yang
diungkapkan dan atau dirasakan oleh pasien
OBYEKTIF adalah data pasien yang diperoleh berdasarkan hasil
pemeriksaan (TTV, hasil lab, Ro foto, tingkat kesadaran, dll) dan
tindakan yang telah dilaksanakan.
ASSESMENT adalah penilaian kondisi pasien saat ini/masalah
kesehatan pasien saat ini.

3
PLANNING adalah kegiatan / tindakan yang akan dilaksanakan
untuk mengatasi hasil assessment
g. Persiapan perawat sebelum lapor kepada dokter :
Visit dan periksa pasien
Cek hasil lab, obat, dll
Ketahui kapan pasien masuk dan diagnose waktu masuk
h. Informasi yang di sampaikan pada saat transfer/ memindahkan
pasien:
Ringkasan/ resume alasan masuk RS
Ringkasan/ resume temuan yang penting (data obyektif yang
penting)
Ringkasan/ resume diagnostik
Ringkasan/ resume tindakan yang telah dilakukan
Ringkasan/ resume obat/terapi yang telah diberikan
Ringkasan/ resume kondisi pasien saat pindah. Transfer
i. Dalam melaksanakan komunikasi dan saat memberikan pendidikan
kesehatan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien
dan atau keluarga pasien

3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai Atau High Alert


Medications (HAM)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan KTD
(Kejadian tidak diharapkan) dan kejadian sentinel pada pasien.
a. Yang termasuk obat high alert yaitu :
Obat dengan criteria NORUM/LASA (NORUM/ nama obat rupa
mirip atau LASA / look alike sound alike / rupa mirip dan
kedenganrannya mirip)
Elektrolit Konsentrat / pekat
Kalium / potasium chloride
Kalium / potasium fosat
Natrium / sodium khlorid
Magnesium sulfat
b. Instruksi lisan / telp obat HAM diperbolahkan dalam keadaan darurat
dan nama obat harus di EJA perhuruf.
c. Pada obat dengan criteria NORUM / LASA Labeling menggunakan
stiker warna dasar BIRU tulisan PUTIH
Contoh obat look alike : tampilan mirip namun sebenarnya
kandungan berbeda atau dosis berbeda :
Meloxicam 7.5 mg dengan Meloxicam 15 mg
Ketorolac 10 mg dengan ketorolac 30 mg
Furosemide dengan Diazepam
Tramadol dengan Gentamicin
d. Pada obat dengan kriteria HIGHT ALERT labeling menggunakan
stiker warna dasar MERAH tulisan PUTIH
4
e. Elektronik konsentrat/pekat yang disimpan di unit pelayanan pasien
harus disimpan pada area yang terbatas aksesnya, diberi label / stiker
dengan tulisan ELEKTROLIT PEKAT HARUS DIENCERKAN
SEBELUM DIBERIKAN.
f. Dalam memberikan obat kepada pasien harus mengacu pada 6 benar
yaitu :
1) Benar pasien
2) Benar obat
3) Benar dosis
4) Benar cara pemberian (inj IM, IV, SC, IC, Per oral, sub lingual,
tetes, dll )
5) Benar waktu pemberian
6) Benar indikasi
g. Obat HAM yang dimasukkan dalam infus harus dicek kecepatan dan
ketepatan tetesnya serta diberi/ditempel

4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi


a. Memberikan tanda lokasi operasi (O) oleh dokter (operator) yang
akan melakukan operasi dan harus terlihat sampai pasien disiapkan
untuk operasi menggunakan spidol permanen warna hitam. Pada
pasien dengan warna kulit gelap boleh menggunakan selain warna
hitam missal biru tua atau merah agar penandaan jelas terlihat
b. Penandaan dilakukan pada kasus termasuk sisi (laterality), multiple
struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang
belakang)
c. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan
harus telihat sampai saat akan disayat.
d. Penandaan tidak perlu dilakukan pada kasus operasi cesar, tindakan
gigi dan bayi premature.
e. Memverifikasi lokasi, prosedur dan pasien yang benar dengan
memastikan bahwa semua dokumen termasuk inform concent foto
dan hasil pemeriksaan yang relevan tersedia diberi label dengan baik
dan dipampang termasuk peralatn khusus / implant yang diperlukan,
pemberian AB propilaksis sesuai program medis, sisi operasi sudah
ditandai?, cukur? Dll (beri tanda checklis pra bedah)
f. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mendokumentasikan
prosedur SIGN IN (sebelum pasien dilakukan anestesi), prosedur
TIME OUT (sebelum dimulainya prosedur pembedahan / insisi) dan
prosedur SIGN OUT (setelah operasi selesai)

5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan


5
a. Menerapkan hand hygiene (cuci tangan) secara efektif dengan 6
langkah atau dengan teknik gerakan TEPUNG SELACI PUPUT:
Menaruh cairan handrubs sebanyak 3cc atau cairan antiseptic untuk
handwash sebanyak 1cc
1) Menggosok kedua telapak tangan dengan arah ibu jari
2) Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya
3) Menggosok kedua telapak tangan dan sels-sela jari
4) Menggosok dengan posisi jari-jari dalam saling mengnci
5) Menggosok ibu jari kiri berputar kearah luar dalam genggaman
tangan dan sebaliknya
6) Menggosok ujung-ujung jari tangan kanan dengan cara berputar
ke telapak tangan yang kiri dan sebaliknya
b. Menerapkan 5 momen (FIVE MOMENT) cuci tangan :
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik
3) Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien yang terinfeksi
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien
c. Bila tangan kotor cuci tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik
dan air mengalir
d. Bila tangan tidak tampak kotor cuci tangan menggunakan alternative
cuci tangan (alcuta) yaitu bersihkan dengan gosok cairan/gel berbasis
alcohol (HANDBRUS)
e. Cuci tangan Bedah dilakukan untuk tindakan pembedahan sesuai
prosedur

6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh


a. Menerapkan asesmen awal pada pasien resiko jatuh dan asesmen
ulang pada pasien bila ada perubahan kondisi atau pengobatan
b. Penilaian resiko jatuh pada pasien anak menggunakan skala/ scoring
HUMPTY DUMPTY, pada pasien dewasa menggunakan scoring
MORSE
c. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan, di tempatkan bel
panggil dalam jangkauan pasien
d. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
e. Sediakan kursi roda yang tekunci, tongkat penyangga (walkers)
sesuai kebutuhan di samping tempat tidur pasien
f. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan cahaya
terang
g. Pasang Bedside rel (tempat tidur berpengaman)
h. Pasang restraint (tali pengkita) bila diperlukan, jaga keamanannya
sehungga tidak terjadi iritasi
6
i. Pengawasan yang ketat terhadap pasien dengan therapy obat-obat
yang beresiko jatuh seperti obat sedative, antidepressi, antipsikotik,
antiarritmi, anthihistamin, diuretic, dll
j. Cek kursi dan tinggi tempat tidur sesuai kondisi pasien.
k. Amati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman, dan segera
laporkan untuk perbaikan
l. Jangan biarkan pasien beresiko jatuh tanpa pengawasan saat di
daerah diagnostic atau terapi
m. Pastikan pasien yang dibawa dengan brandcard / tempat tidue posisi
bedside rel dalam keadaan terpasang
n. Edukasi kepasa pasien dan / atau anggota keluarga mengenai
rencana perawatan untuk mencegah jatuh.

B. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)


Tujuan pengorganisasian program PPI pada dasarnya adalah untuk
mengidentifikasi dan menurunkan resiko infeksi yang didapat dan ditularkan
diantara pasien, staf, tenaga professional kesehatan dan personal lain seperti
mahasiswa praktek, pengunjung, dll.
Terkait kegiatan ini dalam omplementasi sehari hari antara lain :
1. Melaksanakan hand hygiene dengan 6 langkah dan 5 moment
2. Menempatkan pasien sesuai dengan kasus penyakit, termasuk pasien
yang harus dengan isolasi
3. Melakukan surveillance PPI ( pencatatan dan pelaporan terkait infeksi
nosomial)
4. Melaksanakan kewaspadaan universal bagi karyawanan seperti
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai kebutuhan, etika batuk,
pengelolaa paksa pajanan segera mungkin (maksimal 3x24), dll
5. Pengelola manajemen pencucian linen (laundry), dan sterilisasi alat
sesuai prosedur
6. Membuang sampah pada tempatnya dengan benar
Sampah infeksius (plastic kuning)
Sampah umum (plastik hitam)
Sampah sitotoksik (plastik ungu)
Sampah benda tajam (tempat bertutup seperti yang telah disediakan /
safety box)

C. KESEHATAN KERJA, KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA


Penerapan K3 di Rumah Sakit Umum St. Elisabeth berkaitan dengan:
1. Keselamatan pasien dan pengunjung
2. Keselamatan dan kesehatan petugas
3. Keselamatan bangunan
4. Keselamatan lingkungan

7
Adapun pelaksanaan kegiatan K3 sebagai implementasi sehari-hari antara
lain:

Memasang gambar atau tanda peringatan pada tempat yang beresiko,


contoh: hati-hati jalan licin, awas bahaya radiasi, dll.
Mengetahui symbol-simbol K3, contoh: gambar tengkorak adalah symbol
untuk bahan racun, gambar kipas simbol bahaya radiasi, dll.

Menggunakan APD (masker, sarung tangan, kaca mata, apron, dll) sesuai
kebutuhan.
Jangan mengangkat dengan posisi membungkuk tetapi posisi jongkok.
Hindari tertusuk jarum suntik (spuit sekali pakai, tidak menutup jarum
tetapi langsung dibuang pada tempatnya, tidak bercanda saat memegang
alat suntik dan gunakan cahaya yang cukup).
Mampu menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dengan benar,
dengan tekhnik TATA.

8
Tanggap terhadap adanya deteksi dini kebakaran (bau terbakar, asap,
sirine/alarm kebakaran)
Mengetahui petunjuk evakuasi bila terjadi bencana

D. PELAYANAN KEPADA PELANGGAN / CUSTOMER SERVICE


CUSTOMER SERVICE adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk
memberikan kepuasan melalui pelayanan yang diberikan seseorang kepada
customer baik internal maupun eksternal.

TUJUAN : memberikan pelayanan dan membina hubungan baik dengan


masyarakat di lingkungan Eumah Sakit Umum St. Elisabeth.

BEBERAPA HAL YANG HARUS DIMILIKI SEORANG CUSTOMER


SERVICE :
1. Percaya diri
2. Enerjik
3. Punya rasa humor
4. Tidak mudah marah
5. Tidak terpancing untuk berbuat dan berkata kasar
6. Mampu mengendalikan bahasa tubuh (non verbal yang berkesan negatif)
7. Punya jiwa sosial yang baik

ETIKA SAAT MELAYANI PELANGGAN :


1. Berikan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
2. Ucapkan maaf untuk memperhalus permintaan
3. Bijaksanan dalam menangggapi complain
9
4. Responsif setelah mengetahui keluhan pelanggan
5. Ucapkan terima kasih

ETIKA SAAT MENERIMA TELEPON :


1. Segera diangkat maksimal 3X dering
2. Berikan salam
3. Sebutkan nama dan unit kerja
4. Tanyakan darimana dan dengan siapa
5. Dengarkan dengan baik
6. Berikan jawaban yang efisien
7. Buat catatan pembicaraan bila perlu
8. Biarkan lawan bicara menutup gagang telepon terlebih dahulu

ETIKA SAAT MENERIMA KOMPLAIN :


1. Berikan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
2. Mempersilahkan duduk bila memungkinkan
3. Mendengarkan keluhan / komplain customer
4. Mengidentifikasi keluhan / komplain customer
5. Memberikan solusi bila mampu, atau mengarahkan kemana harus
mencari bantuan.

HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI CUSTOMER SERVICE :


1. Sikap perilaku positif dan ekspresi wajah ramah
2. Penampilan menarik
3. Cara berpakaian rapih dan bersih
4. Cara bertanya / berbicara yang santun disertai adanya konta mata

E. BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) ATAU BASIC LIFE SUPPORT (BLS)


Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan
bantuan hidup yang dimulai dengan identifikasi cardiac arrest (henti jantung)
dan permualaan rspon kegawatdaruratan.

TEKNIK LIFE SAVING pada BHD adalah tekhnik DR minta tolong CAB,
yaitu:

D = DANGEROUS / Bahaya (pastikan situasi aman buat penolong, korban


dan lingkungan)

R = Respon (gunakan tekhnik verbal / panggil dan atau dengan respon nyeri
(tepuk-tepuk bahu / tekan di tengah dada / pangkal kuku)

MINTA TOLONG (Meminta bantuan orang lain) atau

10
Hubungi EMS (Emergency Medical Service) sistem, dengan menelepon
pesawat IGD 114 atau kode biru dengan mengatakan KODE BIRU 3X
(sebutkan posisi/ lokasi kejadian)

C = CIRCULATION (cek denyut nadi)

A = AIR WAY (buka jalan nafas dengan head till_chin lif atau jaw trus)

B = BREATHING (memberikan nafas buatan dari mulut ke mulut, mulut ke


hidung, mulut ke bag)

C (SIRCULATION / SIRKULASI)
1. Palpasi nadi karotis dengan dua jari, (maksimal 10 detik). Bila tidak teraba
lakukan kompresi dengan cara :
Tentukan letak kompresi yaitu di tengah tulang iga atau 2-3 cm diatas
pertemuan tulang iga,
2. Mulai untuk melakukan kompresi :
a. Satu telapak tangan di tempelkan di dada, tangan yang satu
menumpuk diatasnya.
b. Posisi tangan tegak lurus 90 derajat
c. Berikan tekanan pada dada korban menggunakan badan penolong
dengan posisi badan penolong dipertahankan tegak lurus :
Kedalaman tekanan : 4,5-5 cm
Frekuensi tekanan sampai : 100x/ menit
Biarkan dada mengembang kembali, dengan melepaskan tekanan
tanpa melepaskan tangan dari dada korban.
d. Rasio kompresi dengan bantuan nafas 30:2
e. Lakukan kompresi 5 siklus
f. Lakukan penilaian setelah 5 siklus :
Jika tidak ada nadi, lakukan kembali kompresi dan bantuan nafas
Jika nafas ada, nadi ada, maka pertahankan jalan nafas
Jika nadi ada dan nafas tidak ada maka berikan bantuan nafas 10-
12x/ menit, selama 2 menit dan monitor nadi setiap saat.

A AIR WAY (JALAN NAFAS)


1. Posisikan korban (4-10 detik)
2. Buka jalan nafas : head till & chin lift atau jaw trust
Head Till : kepala ditengadahkan dengan menekan dahi
Chin Lift : angkat dagu keatas & depan
Jaw Trust : dorong rahang bawah ke atas & kedepan

B (BREATHING / PERNAFSAN)

11
1. Tentukan apakah ada nafas spontan dengan cara Look, Listen and Feel
(LLF) atau lihat, dengar dan rasakan selama 3-5 detik.
2. Bila tidak ada nafas berikan nafas bantuan 2x (1-1,5 detik/nafas) dengan
cara mouth to mouth, mouth to nose, atau bag to mouth.
3. Jika ada obstruksi jalan nafas :
Reposisi kepala korban, coba untuk berikan bantuan nafas lagi
Berikan 6-10x sub diafragma abdominal thrust (Heimlich Manuver)
Buka mulut dengan cross finger & lakukan Finger Sweep (sapuan jari)
Jika tidak berhasil ulangi tindakan a, b, dan c

EVALUASI

1. Setelah dilakukan RJP selama 5 siklus, lakukan evaluasi / penilaian


ulang. Jika nadi ada, periksa pernafasan lagi dengan cara LLF (Look
Listen and Feel atau lihat dengar dan rasakan).
2. Jika nadi ada dan nafas tidak ada maka berikan nafas buatan sebanyak
10-12x/ menit selama 2 menit.
3. Jika nadi ada nafas ada maka pasien di posisikan miring mantap apabila
penolong mau menolong korban lain.
4. Untuk selanjutnya diambil alih oleh petugas ahli.

12
GAMBAR : MANAJEMEN CAB

13
V. PENUTUP
14
Kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seluruh mahasiswa sebelum
melakukan praktek ini mutlak diimplementasikan dalam upaya peningkatan
kualitas pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum St. Elisabeth.
Dengan harapan menjadi salah satu sumbang sih mahasiswa dalam upaya
menurunkan kejadian yang tidak diharapkan / KTD maupun kejadian sentinel.
Jika tidak dimulai dari diri kita dan sekarang juga, kapan lagi ?

15
Lampiran 1

SKALA RESIKO JATUH HUMPTY DUMPTY

UNTUK PEDIATRI

Parameter Kriteria Nilai Skor


Usia - < 3 tahun 4
- 3-7 tahun
3
- 70-13 tahun
- 13 tahun 2
1
Jenis kelamin - Laki-laki 2
- Perempuan
1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4
- Perubahan oksigenasi (diagnosis 3
respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia,
sinkop, pusing, dsb.)
- Gangguan perilaku / psikiatri
2
- Diagnosis lainnya
1
Gangguan kognirif - Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
- Lupa akan adanya keterbatasan
2
- Orientasi baik terhadap diri sendiri
1
Faktor lingkungan - Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat 4
tidur dewasa
- Pasien menggunakan alat bantu / bayi
3
diletakkan dalam tempat tidur bayi /
perabotan rumah
- Pasien diletakkan ditempat tidur
- Area diluar rumah sakit 2
1
Respons terhadap : - Dalam 24 jam 3
- Dalam 48 jam
1. Pembedahan/ 2
- 48 jam atau tidak menjalani pembedahan/
sedasi/ 1
sedasi/ anestesi penggunaan multiple :
anestesi Sedatife, obat hipnotis, barbitular,
2. Penggunaan
fenotiazin, antidepresan, pencahar, diuretic,
Medikamentosa
narkose, penggunaan salah satu obat

16
diatas penggunaan medikasi lainnya/tidak
ada medikasi.

Skor asesmen resiko jatuh (skor minumun 7, skor maksimum 23)

17
Lampiran 2

SKALA RESIKO JATUH MORSE

(UNTUK DEWASA)

FAKTOR RESIKO SKALA POIN SKOR


Riwayat Jatuh Ya 25
Tidak 0
Diagnosis sekunder Ya 15
Tidak 0
( 2 diagnosis
medis)
Alat bantu Berpegangan pada perabot 30
Tongkat / Alat penompang 15
Tidak ada/ kursi roda/ perawat/ tirah baring 0
Terpasang infuse Ya 20
Tidak 0
Gaya berjalan Terganggu 20
Lemah 10
Normal / tirah / baring/ imbolisasi 0
Status mental Sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki 15
Sadar akan kemampuan diri sendiri 0

Keterangan skor :

45 = Risiko tinggi
25 44 = Risiko sedang
0 24 = Risiko rendah

18
Lampiran 3

SKALA RESIKO JATUH ONTARIO MEDIFIED STRAITIFY SYDNEY

(UNTUK GERIATRI)

Parameter Skrining Jawaban Ket Nilai Skor


Riwayat jatuh Apakah pasien dating ke rumah sakit Ya / Salah satu
karena jatuh Tidak jawaban

Jika tidak, apakah pasien mengalami Ya /


Ya=6
jatuh dalam 2 bulan terakhir ini ? Tidak

Status mental Apakah pasien delirium ? (tidak dapat Ya / Salah satu


membuat keputusan, pola piker tidak Tidak jawaban
terorganisasir, gangguan daya ingat)
Ya=4
Apakah pasien disorientasi ? (salah Ya /
menyebutkan waktu, tempat, atau Tidak
orang)

Apakah pasien mengalami agitasi? Ya /


(ketakutan, gelisah, dan cemas) Tidak

Penglihatan Apakah pasien memakai kacamata? Ya / Salah satu


Tidak jawaban

Apakah pasien mengeluh adanya Ya /


Ya=1
penglihatan buram? Tidak

Apakah pasien mempunyai glaucoma, Ya /


katarak, atau degenerasi macula? Tidak

Kebiasaan Apakah terdapat perubahan perilaku Ya / Ya=2


berkemih berkemih? (frekuensi, urgensi, Tidak
inkontinensia, nokturia)

Transfer (dari Mandiri (boleh menggunakan alat 0 Jumlahkan


tempat tidur ke bantu jalan) nilai transfer

19
kursi dan kembali Memerlukan sedikit bantuan 1 dan
ke tempat tidur) (1orang) / dalam pengawasan mobilitas.

Memerlukan bantuan yang nyata (2 2 Jika nilai

orang) total 0-3,


maka
Tidak dapat duduk dengan seimbang, 3
skor=0 jika
perlu bantuan total
nilai total 4-
Mobilitas 0
6, maka
Mandiri (boleh menggunakan alat 0 skor=7
bantu jalan)

Berjalan dengan bantuan 1 orang 1


(verbal/fisik)

Menggunakan kursi noda 2

Imobilisasi 3

Keterangan Skor :

0-5 = Risiko rendah


6-16 = Risiko sedang
17-30 = Risiko tinggi

20
Lampiran 4

GLOSARIUM KKP-RS

NO Istilah Definisi / penjelasan


1 Keselamatan Suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan
Pasien Rumah Sakit pasien lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko;
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien; pelaporan dan analisis insiden; kemampuan
belajar dari inseiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
System ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

2 Kejadian Tidak Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan


diharapkan (KTD) cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan Karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau
bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

3 Kejadian Nyaris Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


Cedera (KNC) (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena
keberuntungan (mis, pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), karena
pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya
sebelum obat diberikan), atau peringatan
(suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui
secara dini lalu diberikan antidotenya)

21
4 Masalah Medis Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
(medical error) mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
pada pasein. Kesalahan termasuk gagal melaksanakan
sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana
yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat
melaksanakan tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission)

5 Insiden Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak di


Keselamatan harapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
Pasien (IKP) mengakibatkan cedera pada pasien

6 Kejadian Potensi Suatu kejadian atau kesalahan yang terjadi diinternal


Cedera (KPC) petugas tetapi belum sampai dilaksanakan ke pasien.

Contoh : saat mengoplos objek injeksi petugas kerilu


mengambil obat, dan saat itu juga petugas menyadari
akan keliruannya, sehingga tidak terjadi kesalahan
pemberian obat pada pasien.

7 Kejadian Sentinel Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera


serius; biasanya terpakai untuk kejadian yang sangat tidak
diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada
bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait
dengan keseriusan cedera yang terjadi (mis. Amputasi
pada kaki yang salah, dsb) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

22

Anda mungkin juga menyukai