Bab 5
Bab 5
PEMBAHASAN
keperawatan milik rumah sakit lain, sedangkan yang tidak diketahui oleh perawat
pelayanan keperawatan pada pasien.Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh tidak
baik sebesar 62,9%. Hal ini dikarenakan perawat tidak mengetahui tentang catatan evaluasi
kinerja perawat, perlu dianalisis untuk menjadi dasar rencana pelatihan ataupun pendidikan
berlanjut perawat, sedangkan yang mereka ketahui bahwa tim keperawatan rumah sakit
akreditasi. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh tidak terdapat hubungan antara
5.3 Hubungan Pengetahuan Tentang Staf dan Pimpinan terhadap Kinerja Perawat di
Rumah Sakit Umum Mitra Sejati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang staf dan pimpinan lebih
banyak yang berpengetahuan baik sebesar 50,5%. Pengetahuan perawat tentang staf dan
kompetensi, perawat perlu melakukan pembelajaran yang teratur pada catatan dokumen
rekam medis, sedangkan yang mereka tidak ketahui adalah pimpinan perawat dipilih
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh tidak terdapat hubungan antara staf dan
lain. Dalam organisasi kepemimpinan terletak pada usaha mempengaruhi aktivitas orang lain
atau kelompok melalui komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi dan prestasi (Siagian,
1997).
secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna dengan kinerja, namun secara
kepemimpinan mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan responden yang mempunyai
tanggapan kurang.
keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja, untuk
nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Pencapaian tujuan organisasi akan sangat
ditentukan oleh kemampuan atau efektivitas pemimpin dalam menggerakkan dan mendorong
merupakan faktor yang vital bagi keberhasilan suatu organisasi. Seseorang pimpinan yang
Pemimpin yang baik mampu memberikan motivasi dan dukungan kepada bawahnnya
membantu promosi kesehatan di rumah sakit dibutuhkan perawat yang bisa memimpin
mereka dalam melaksanakan promosi kesehatan di rumah sakit. Jika pemimpin tidak
menganggap bahwa promosi kesehatan di rumah sakit tidak terlalu penting, maka para
perawat bawahannya juga akan memiliki persepsi yang sama. Namun jika pemimpin merasa
bahwa hal tersebut penting maka dia akan memotivasi bawahannya untuk melakukannnya
dengan sebaik mungkin. Dengan kewenangan yang dimilikinya maka dia akan menggali
semua sumber daya yang ada di rumah sakit untuk melaksanakan promosi kesehatan di
rumah sakit.
peralatan baik sebesar 54,3%. Perawat lebih mengetahui fasilitas dan peralatan akreditasi
teratur pada catatan dokumen rekam medis, dibanding pimpinan perawat dipilih berdasarkan
Berdasarkan hasil uji chi square diperolehterdapat hubungan antara fasilitas dan
peralatan dengan kinerja perawat. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), yang
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa danraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,
pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun lingkungan.
Tingkat pengetahuan individu akan sangat berpengaruh terhadap keadaan yang ikut
serta dalam suatu kegiatan dan mempunyai dampak terhadap perilaku, namun bila dianalisis
lebih jauh proses terbentuknya suatu kesadaran tidak hanya di pengaruhi oleh pengetahuan.
atau adopsi perilaku adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif
lama.
banyak pada kategori baik sebesar 58,6%. Perawat lebih mengetahui bahwa di bagian
keperawatan ada panitia khusus untuk melakukan usaha peningkatan keselamatan pasien
sesuai kondisi rumah sakit, sedangkan yang tidak diketahui adalah walau sudah kenal dengan
pasien, perawat harus tetap membaca gelang tangan pasien sebelum melakukan asuhan.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh tidak terdapat hubungan antara kebijakan dan
perawat ditemukan berpengetahuan baik sebesar 73,1%. Perawat lebih banyak yang
berpengetahuan baik tentang gugus kendali mutu adalah program peningkatan mutu yang
kerap disebut sebagai gerakan perbaikan mutu bottom up dibanding keperawatan wajib
memiliki ruang perpustakaan asuhan keperawatan dan tentang manajemen pelayanan medis.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh terdapat hubungan antara pengembangan
staf dan program pendidikan dengan kinerja perawat. Hasil analisis multivariat diketahui
terdapat pengaruh pengembangan staf dan pendidikan terhadap kinerja perawat diperoleh
nilai p=0,011, dengan odds ratio (OR) 2,630 artinya perawat yang pengembangan staf dan
pendidikan mempunyai peluang untu kinerja baik 2,630 lebih besar dibandingkan dengan
Pengembangan staf dan program pendidikan dapat dilakukan dengan cara pemberian
yang berkualitas dan professional dibidangnya. Menurut Handoko (2003) pelatihan dirancang
untuk meningkatkan kualitas atau prestasi kerja, mengurangi absebsi dan memperbaiki
kepuasan kerja. Sehingga dengan mengikuti pelatihan diharapkan kualitas kerja dapat
meningkat.
Pendapat ini didukung oleh Bernadin (2003) yang menyatakan bahwa pelatihan
merupakan upaya untuk mengembangkan kinerja staf dalam pekerjaannya atau yang
5.7 Hubungan tentang Pengetahuan Evaluasi dan Pengendalian Mutu terhadap Kinerja
Perawat di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Tahun 2014
Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi dan pengendaian mutu kepada perawat
ditemukan berpengetahuan baik sebesar 61,8%. Perawat lebih mengetahui bahwa evaluasi
kinerja perawat yang terasa dirancang dan dilakukan adil (Perawat yang dievaluasi boleh
memberikan keterangan / sanggahan bila ada masalah tertentu), dibanding evaluasi kerja
perawat akhirnya dilaporkan pada bagian personalia untuk suatu proses reward atau
punishment. Hasil uji chi square diperoleh tidak terdapat hubungan antara ealuasi dan
5.8 Hubungan Umur terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati
Tahun 2014
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi umur perawat mayoritas <30 tahun
sebesar 86,0%. Menurut Nursalam (2008), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Jadi, dengan umur yang
matang maka akan semakin baik pula kecenderungan seseorang untuk merespon terhadap
objek, orang dan peristiwa tertentu sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya.
BERLAWANAN DENGAN HASIL
Berdasarkan hasil uji chi square bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan
PENELITIAN
kinerja perawat, dimana umur <30 tahun dengan kinerja baik lebih besardibanding dnegan
contoh memiliki kinerja yang bagus dan memiliki semangat untuk bekerja
serta berprestasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ida 2013 diperoleh P value = 0,478, tidak
ada hubungan antara umur dengan kualitas dokumentasi proses asuhan keperawatan. Hasil
penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan, hal ini dikarenakan perawat masih berusia
muda, sehingga faktor kepuasan terhadap pekerjaannya belum dirasakan secara bermakna,
karena masalah kepuasan adalah masalah yang sensitif dan akan mempengaruhi konditenya
Makin lanjut usia seorang makin kecil tingkat kemangkirannya dan menunjukkan
kemantapan yang lebih tinggi dengan masuk kerja lebih teratur (Farida, 2011). Bila dilihat
dari aspek kesehatan, semakin tua lebih lama waktu pemulihan cedera maka kemungkinan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi jenis kelamin perawat mayoritas adalah
perempuan sebesar 79,0%. Berdasarkan hasil uji chi square bahwa tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kinerja. Tidak ada perbedaan produktivitas kerja antara perawat wanita
dan perawat pria. Walaupun demikian jenis kelamin perlu diperhatikan karena sebahagian
besar tenaga kesehatan berjenis kelamin wanita dan sebagian kecil berjenis kelamin pria.
Pada pria dengan beban keluarga tinggi akan meningkatkan jam kerja perminggu, sebaliknya
wanita dengan beban keluarga tinggi akan mengurangi jam kerja perminggu.
Menurut Ilyas (2001) jenis kelamin akan memberikan dorongan yang berbeda,jenis
kelamin laki-laki memiliki dorongan lebih besar daripada wanita karena tanggung jawab laki-
laki lebih besar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ida (2013) diperoleh P value =
kualitas dokumentasi.
Mayoritas perawat berjenis kelamin wanita maka terlihat bahwa tidak ada proporsi
perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik dan kurang baik
sehingga diharapkan teradapat variasi jenis kelamin laki-laki dan perempuan maka
5.10 Hubungan Pendidikan terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Mitra
mempengaruhi kinerja sesorang. Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan perawat adalah
D3 sebesar 58,6%. Menurut Nursalam (2008) dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang
akan mudah untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media informasi
seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Jadi, dengan pendidikan seseorang
dapat mengembangkan sikap positif yang ada didalam dirinya melalui proses pembelajaran.
berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional,
umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan
individu yang berpendidikan lebih rendah. Seseorang dengan pendidikan yang tinggi,
akan mudah menerima informasi- informasi kesehatan dari bebagai media dan
biasanya ingin selalu berusaha mencari informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kesehatan yang belum diketahuinya, informasi yang cukup terutama pada
perawat mengenai kinerjanya di rumah sakit diharapkan akan dapat merubah pola
perilaku.
Pekerja yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi akan mewujudkan kinerja
yang baik dibanding dengan pendidikan yang lebih rendah. Menurut Siagian (1995)
Tenaga karyawan yang berpendidikan tinggi motivasinya akan lebih baik karena telah
memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan karyawan yang
seseorang semakin tinggi tingkat pemahamannya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
Perawat dengan tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai kualitas kinerja yang
dikerjakan berbeda pula karena semakin tinggi tingkat pendidikannya maka kemampuan
Pendapat dari Rivai dan Mulyadi (2010) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan
pendidikan seseorang maka akan menunjukkan kinerja yang semakin baik semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah untuk menerima serta mengembangkan
pengetahuan dan teknologi. Gibson, Ivancevish, & Donnelly (1996/1995) menyatakan bahwa
tingkat pendidikan yang tinggi umumnya menyebabkan seseorang lebih mampu dan bersedia
menerima tanggung jawab. Berdasarkan hal ini yang kemungkinan besar mendorong
manajemen rumah sakit mempunyai komitmen untuk selalu meningkatkan tingkat pendidikan
perawat
pula pengetahuan, sikap. Dengan adanya pengetahuan yang memadai seseorang dapat
kualitas kerja yang tinggi dan adanya kesempatan untuk mengembangkan dan mewujudkan
kreatifitas
5.11 Hubungan Status Keluarga terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbanyak status perawat adalah belum
menikah sebesar 94,6%. Dapat dipastikan status perkawinan berpengaruh terhadap perilaku
seseorang dalam kehidupan orgainasi, baik secara positif maupun negatif (Siagian, 1995).
Berdasarkan hasil uji chi square bahwa tidak terdapat hubungan antara status
perkawinan seseorang turut pula memberikan gambaran tentang cara, dan tehnik yang
sesuai untuk digunakan bagi dokter yang telah berkeluarga untuk melakukan
pekerjaan diluar rumah dibandingkan dengan dokter yang tidak atau belum
memiliki potensi untuk memperlihatkan kinerja yang berbeda daripada yang belum
berkeluarga.
5.12 Hubungan Lama Kerja terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Mitra
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbanyak lama kerja perawat adalah <3
tahun adalah sebesar 79,6%. Bekerja adalah melakukan sesuatu yang akan menghasilkan hal
yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Menurut Notoatmodjo (2012), bahwa lamanya
seseorang bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh ditempat kerja,
semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang
didapat.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh ada hubungan antara lama kerja dengan
kinerja perawat. Kinerja dapat dijadikan sebagai parameter hasil kerja, hal ini dapat dilihat
dari lamanya seseorang bekerja. Begitu juga dengan perawat, semakin lama seseorang
menjadi perawat maka kinerjanya dalam melaksanakan tugas di rumah sakit akan semakin
tinggi sehingga partisipasi perawat dalam menangani pasien akan semakin baik.
Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Setiap organisasi
pelayanan kesehatan menginginkan turn over yang rendah dalam arti tenaga/karyawan aktif
yang lebih lama bekerja di kantor tersebut tidak pindah ke unit kerja lain, sebab dengan turn
over yang tinggi menggambarkan kinerja unit kerja tersebut. Siagian (1995) mengatakan
bahwa semakin banyak tenaga aktif yang meninggalkan organisasi dan pindah keorganisasi
lain mencerminkan ketidak beresan organisasi tersebut. Lebih lanjut bahwa semakin lama
seseoarang bekerja dalam suatu organisasi maka semakin tinggi motivasi kerjanya.
Menurut Robbin lama kerja turut menentukan kinerja seseorang dalam menjalankan
tugas. Semakin lama seseorang bekerja semakin terampil dan semakin cepat dia
kemampuan setiap individu agar tidak terjadi kejenuhan terhadap rutinitas sehingga kualitas
Masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman yang lebih pada seseorang
dibandingkan dengan rekan kerja yang lain (Rivai & Mulyadi, 2010). Masa kerja juga dapat
berdasarkan pendapat tersebut maka seharusnya perawat yang masa kerjanya lebih lama