Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Berat lahir masih merupakan parameter outcome pembangunan bangsa

terbaik. Angka kejadian bayi berat lahir rendah sebagai salah satu indikator status

kesehatan dalam masyarakat erat kaitannya dengan kondisi sosioekonomi

masyarakat seperti pendidikan, penghasilan, dan pola hidup. Menurut profil

kesehatan Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2004, insidens BBLR sekitar

14% dari kelahiran hidup.1

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan

(<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR).2

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sangat erat kaitannya dengan kematian

neonatal dan morbiditas, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan kognitif,

dan timbulnya penyakit kronis di kemudian hari. BBLR juga dapat berdampak

serius terhadap kualitas generasi mendatang karena dapat memperlambat

pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga berpengaruh terhadap penurunan

kecerdasan.2

Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena

menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada masa neonatal.

Prevalensi BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-

ekonomi rendah. Secara statistic di seluruh dunia, 15,5% dari seluruh kelahiran

1
adalah BBLR, 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka

kematiannya 20-35 kali lebih tinggi disbanding pada bayi dengan berat lahir

>2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah

dengan daerah yang lain, yang berkisar 9-30%.2

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor

ibu adalah umur (<20 tahun atau >40 tahun), paritas, dan lain-lain, serta faktor

janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. Masalah yang sering timbul

pada BBLR adalah masalah pernapasan karena paru-paru yang belum matur,

masalah pada jantung, perdarahan otak, fungsi hati yang belum sempurna, anemia

atau polisitemia, lemak yang sedikir sehingga kesulitan mempertahankan suhu

tubuh normal, masalah pencernaan/toleransi minum, risiko infeksi.2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

kurang dari 2500 g tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat

bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). BBLR dapat terjadi pada bayi

kurang bulan (<37 minggu) atau bayi yang cukup bulan (IUGR).3,4

B. Etiologi

Ada banyak faktor yang memengaruhi kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR), Dibawah ini adalah beberapa faktor yang memengaruhi kejadian BBLR:

1. Faktor Demografi dan psikososial

a. Umur Ibu

Kondisi usia ibu yang masih muda sangat membutuhkan zat-zat gizi untuk

pertumbuhan biologiknya. Kebutuhan untuk pertumbuhan biologik ibu dan

kebutuhan untuk janin dalam kandungannya merupakan dua hal yang

pemenuhannya berlangsung melalui mekanisme yang kompetitif, di mana

keadaan janin berada di pihak yang lemah. Hal inilah yang menyebabkan

bayi lahir dengan kondisi berat badan yang rendah.5

b. Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengambilan

keputusan. Pendidikan menentukan kemampuan menerima dan

mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan

3
ibu akan semakin mampu mengambil keputusan bahwa pelayanan

kesehatan selama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi

ibu dan janinnya. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan tingkat

pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan.5

c. Penghasilan

Secara tidak langsung penghasilan ibu hamil akan memengaruhi kejadian

BBLR, karena umumnya ibu-ibu dengan penghasilan keluarga rendah

akan mempunyai intake makanan yang lebih rendah baik secara kualitas

maupun secara kuantitas, yang akan berakibat terhadap rendahnya status

gizi ibu hamil tersebut. Keadaan status gizi ibu yang buruk berisiko

melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan

ibu dengan status gizi baik. Hal senada juga diungkapkan oleh Kardjati

(1985) dalam Suriani 2010 bahwa faktor penghasilan berperan dalam

meningkatkan risiko kejadian BBLR. Beberapa alasan diantaranya adalah

kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan kalori, disamping juga karena ibu-

ibu yang miskin sebelumnya juga kurang gizi. 5

2. Faktor Genetik dan bawaan

Faktor genetik yang dimaksud, meliputi jenis kelamin bayi, suku, tinggi

badan ibu hamil, berat badan sebelum hamil, haemodynamic ibu hamil,

tinggi, dan berat badan bapak, dan faktor genetik lainnya. 5

3. Faktor obstetrik

a. Jarak persalinan

4
Seorang ibu setelah persalinan membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun

untuk memulihkan tubuh dan mempersiapkan diri untuk persalinan

berikutnya. Jarak kelahiran mempunyai hubungan dengan terjadinya

BBLR, yaitu jarak kelahiran semakin pendek, maka kemungkinan untuk

melahirkan BBLR akan semakin besar pula. 5

b. Paritas

Paritas atau jumlah kelahiran merupakan faktor penting dalam menentukan

nasibibu serta bayi yang dikandungnya selama kehamilan dan persalinan.

Ibu hamil yang telah memiliki anak lebih dari empat orang perlu

diwaspadai, karena semakin banyak anak, rahim ibu pun semakin lemah.

Ibu hamil dengan paritas lebih dari tiga kali, umumnya akan mengalami

gangguan dan komplikasi dalam masa kehamilannya. Komplikasi yang

sering terjadi adalah gangguan pada plasenta, yaitu abruptio plasenta

(plasenta tidak seluruhnya melekat pada dinding uterus), plasenta letak

rendah dan solutio plasenta. Komplikasi ini mempunyai dampak terhadap

pertumbuhan dan perkembangan janin, yang selanjutnya akan

menyebabkan kejadian BBLR. 5

c. Komplikasi kehamilan

Infeksi selama hamil dapat berhubungan secara langsung maupun tidak

langsung dengan kejadian BBLR, seperti infeksi pada penyakit malaria,

toksoplasma, plasmodium dan infeksi virus. Infeksi virus menghambat

pertumbuhan janin bahkan dapat menyebabkan kematian janin seperti

5
pada infeksi virus rubella dan cytomegalo virus. Diduga virus-virus

tersebut mengeluarkan toksin yang dapat mengurangi suplai darah ke

janin. Infeksi pada saluran kemih juga sering berhubungan dengan

kejadian BBLR dimana infeksi ini dapat menyebabkan infeksi pada air

ketuban dan plasenta sehingga mengganggu suplai makanan ke janin.

Disamping penyakit infeksi penyakit non infeksi juga berhubungan dengan

kejadian BBLR seperti penyakit ginjal kronis, hipertensi, dan diabetes

melitus. 5

4. Faktor Gizi

Faktor gizi meliputi pertumbahan berat badan masa kehamilan, asupan

energi, pengeluaran energi, kerja, dan aktivitas fisik, asupan/status protein,

zat besi dan anemia, asam folat, dan vitamin B12, mineral, seng dan

tembaga, kalsium, fosfor, dan vitamin D, vitamin B6, dan vitamin dan

mineral lainnya. 5

5. Faktor morbiditas ibu waktu hamil

Faktor morbiditas ibu waktu hamil, meliputi morbiditas umum, dan penyakit

episodic, malaria, infeksi saluran kemih, infeksi saluran kelamin. 5

6. Faktor paparan zat racun

Faktor paparan zat beracun berupa merokok, minum alkohol, konsumsi

kafein dan kopi, penggunaan marijuana, ketergantungan pada narkotik, dan

paparam zat racun lainnya.

7. Perawatan antenatal.

6
Kunjungan antenatal care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau

dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal (ANC),

petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui

anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan

intra uterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi . Kunjungan

antenatal care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi

perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi

serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi

ibu dan petugas kesehatan. 5

C. Epidemiologi

Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir

rendah. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the worlds mother

2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus

disebabkan oleh bayi berat lahir rendah. Namun demikian, sebenarnya

jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang

disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga

adalah BBLR.4

Berat lahir merupakan faktor risiko utama untuk mortalitas neonatal.

Oleh karena itu, angka mortalitas neonatal sangat ditentukan oleh distribusi

berat lahir dan angka mortalitas yang spesifik untuk berat lahir. Pada tahun

2000 di Amerika Serikat terdapat 7,6 % bayi berat badan lahir rendah

7
dengan angka mortalitas neonatal 48 per 1.000 kelahiran hidup pada

kelompok khusus

Selama tahun 1991, 7,1% kelahiran hidup di Amerika Serikat yang

beratnya kurang dari 2500 gram; frekuensi untuk bayi kulit hitam dua kali lebih

tinggi dari frekuensi untuk bayi kulit putih. Sejak tahun 1981 Menurut WHO,

di seluruh dunia lahir sekitar 20 juta bayi dengan berat lahir rendah dan 19 juta

diantaranya lahir di beberapa negara berkembang dengan angka insiden antara

11 persen sampai 31%. Pada negara berkembang keadaan ini diperburuk oleh

kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak pada defisiensi nutrisi

mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu hamil dan bayi baru

lahir. 6

Frekuensi BBLR telah naik terutama karena adanya kenaikan jumlah

kelahiran pre-term. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami

IUGR, dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Pada angka BBLR yang lebih besar

dari 10%, kontribusi IUGR bertambah dan kontribusi prematuritas berkurang.

Di negara-negara yang sedang berkembang sekitar 70% bayi BBLR adalah

IUGR. Bayi dengan IUGR mempunyai morbiditas dan mortalitas lebih besar

daripada bayi dengan pertumbuhan umur yang tepat.7

Penelitian yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan

angka kejadian BBLR tiap wilayah yang berbeda. Penelitian Kardjati di

Sampang Madura mendapatkan angka kejadian BBLR sebesar 9,611,6%.

Penelitian Alisyahbana di Ujung Berung Jawa Barat mendapatkan angka

BBLR sebesar 14,3%. Penelitian Nurhadi di Pekalongan jumlah bayi dengan

8
BBLR tahun 2004 adalah sebanyak 12,14%. Hasil Multiple Indicator Cluster

Survey (MICS) yang dilakukan oleh BPS dan Unicef di Provinsi Papua dan

Papua Barat tahun 2011, diperkirakan BBLR di kedua provinsi tersebut antara

816%.2

Berdasarkan laporan dari University of California San Francisco

Childrens Hospital (2004), bayi campuran Afrika Amerika dua kali lebih

mungkin untuk memiliki berat badan lahir sangat rendah, sama halnya

dengan bayi kaukasia. Ibu usia remaja terutama yang kurang dari 15 tahun,

memiliki risiko lebih tinggi memiliki bayi dengan berat badan lahir sangat

rendah. Bayi dari kehamilan ganda meningkat risikonya untuk mengalami

berat badan lahir sangat rendah karena biasanya mereka dilahirkan

prematur. Lebih dari 50% bayi kembar dan kehamilan ganda lainnya

memiliki berat badan lahir sangat rendah.

D. Klasifikasi

1. Berdasarkan berat: bayi dengan berat lahir kurang dari 2500g disebut bayi

berat lahir rendah tanpa memperhatikan masa gestasinya.

2. Berdasarkan masa gestasi: berat lahir dihubungkan dengan masa gestasi.

a. Kurang bulan: kurang dari 259 hari (37 minggu penuh)

b. Cukup bulan: 259-293 hari (37-41 minggu)

c. Lebih bulan: 294 hari (42 minggu atau lebih)

3. Bayi berat lahir rendah dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar:

a. Bayi kurang bulan

9
b. Bayi cukup bulan dengan berat kurang dari 2500g (Kecil untuk masa

kehamilannya.

4. Bayi berat lahir rendah menurut harapan hidupnya:

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir <2500g

Bayi dengan berat lahir > 2250 gram umumnya cukup kuat untuk mulai

minum sesudah dilahirkan. Jaga bayi tetap hangat dan kontrol infeksi,

tidak ada perawatan khusus. Sebagian bayi dengan berat lahir 1750

2250 gram mungkin perlu perawatan ekstra, tetapi dapat secara normal

bersama ibunya untuk diberi minum dan kehangatan, terutama jika

kontak kulit-ke-kulit dapat dijaga.

b. Bayi berat lahir sangat rendah yaitu berat lahir 1000-1500g

Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) yaitu berat lahir <1000g. 8,9

E. Ciri Anatomis BBLR

Tidak ada verniks, kelopak dan bulu mata tampak kosong, edema

(biasanya pada ekstremitas bawah) kadang-kadang ada. Kelopak mata rapat

sekali pada bayi sangat prematur.6

1. Jaringan subkutis. Sedikit, lemak subkutan baru ada setelah masa gestasi 28

minggu. Struktur tulang kadang-kadang menonjol abnormal. Hampir tidak

ada bokong dan anus mencucu.

2. Rambut lanugo. Lebat, sampai 28 minggu dan semakin berkurang sejalan

dengan bertambahnya masa gestasi.

3. Kuku jari tangan dan kaki. Kadang-kadang pendek terutama jari kaki.

10
4. Kepala. Besar dibandingkan dengan bayinya, sutura kadang-kadang

melebar, tulangnya teraba lunak.

5. Telinga. Tulang rawannya halus dan sangat kurang pada bayi yang sangat

kecil. Telinga dapat dengan mudah dilipat ke depn dan daya pegasnya

lambat.

6. Mata. Seringkali tampak menonjol.

7. Dada. Pendek bila dibandingkan dengan perutnya dan sela iga menonjol.

8. Perut. Dindingnya tipis dan halus. Kadang-kadang dapat terlihat gerak

peristaltik usus. Hati dan limpa biasanya teraba.

9. Genitalia. Testis mungkin masih dalam rongga perut, dalam kanalis

inguinalis atau skrotum tergantung masa gestasinya. Labia minor tidak

menutupi labia mayor sampai mencapai cukup bulan. Dapat dijumpai

vaginal skin tag, dan sering terdapat pseudomenstruasi.

10. Payudara. Puting susu rata, mulai menonjol setelah 36 minggu. Jaringan

payudara akan berkembang sesuai dengan bertambahnya masa gestasi.

11. Sendi. Siku, lutut, panggul, pergelangan tangan dan kaki, tidak dapat

digerakkan maksimal.6

F. Diagnosis

Anamnesis :

1. Umur ibu

2. Hari pertama haid terakhir

3. Riwayat persalinan sebelumnya

4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

11
5. Kenaikan berat badan selama hamil

6. Aktivitas, penyakit yang diderita, dan obat-obatan yang diminum selama

hamil.4

G. Pemeriksaan Fisis

1. Berat badan <2500 gram

2. Tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan)

3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan). 4

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan skor Ballard untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir

melalui penialaian neuromuscular dan fisik

12
2. Tes kocok (shake test) dianjurkan untuk bayi kurang bulan untuk melihat

ada tidaknya sindrom gawat napas

3. Darah rutin, glukosa darah

4. Bila perlu (tergantung klinis) dan fasilitas tersedia, diperiksa kadar

elektrolit dan analisis gas darah

5. Foto rontgen dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan

kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan

mengalami sindrom gangguan napas

6. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <35 minggu,

dimulai pada umur 3 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau

perdarahan intracranial dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat. 4

I. Masalah-masalah pada BBLR6

Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah

(BBLR) terutama yang prematur terjadi karena ketidakmatangan

13
sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering

terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf

pusat, kardiovaskuler, gastrointestinal, ginjal dan termoregulasi.

1. Sistem Pernapasan

Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas

segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi

masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru yang

diproduksi dalam paru serta melapisi bagian dalam alveoli,

sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Lumen sistem

pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas,

insufisiensi klasifikasi dari tulang thoraks, lemah atau tidak adanya

gag refleks dan pembuluh darah yang imatur. Hal-hal inilah yang

mengganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan

gawat nafas (distress pernafasan).

2. Sistem Neurologi

Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma

susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain, perdarahan

intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir,

perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara

itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh

pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena

kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi/iskemia.

14
3. Sistem Kardiovaskular

Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan

jani, yaitu Patent Ductus Arteriosus, yang merupakan akibat dari

gangguan adaptasi dari kehidupan intrauterine ke kehidupan

ekstaruterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.

Terdapat beberapa faktor yang memperlambat penutupan ductus

arteriosus, antara lain berupa kurangnya otot polos pembuluh

darah, dan rendahnya kadar oksigen pada bayi BBLR.

4. Sistem Gastrointestinal

Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan umumnya saluran

pencernaannya belum berfungsi seperti pada bayi cukup bulan. Hal

ini diakibatkan antara lain karena tidak adanya koordinasi

mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33-34 minggu,

kurangnya cadangan beberapa nutrisi seperti kurang dapat

menyerap lemak dan mencerna protein, jumlah enzim yang belum

mencukupi, waktu pengosongan lambung yang lambat dan

penurunan/ tidak adanya motilitas, dan meningkatkan resiko NEC

(Netrikans Entero Colitis).

5. Sistem Thermoregulasi

Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak

stabil, yang disebabkan antara lain:

a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan

kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi

15
relatife luas )

b. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat )

c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit

d. Kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunaan

kalori

e. Tidak memadainya aktivitas otot

f. Ketidakmatangan pusat pengaturan suhu di otak

g. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit

6. Sistem Hematologi

Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah

hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan.

Penyebabnya antara lain karena bayi BBLR terutama yang kurang

bulan, adalah:

a. Usia sel darah merahnya lebih pendek

b. Pembentukan sel darah merah yang lambat

c. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh

d. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari

pemeriksaan laboratorium yang sering

e. Deposit vitamin E yang rendah

7. Sistem Imunologi

Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang

terbatas, seringkali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan

terhadap infeksi daripada bayi cukup bulan.

16
8. Sistem Urologi

Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem

perkemihannya, dimana ginjal bayi tersebut karena belum matang

maka tidak mampu untuk mengelola air, elektrolit dan asam basa,

tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-obatan

dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urine.

9. Sistem Integumen

Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis

dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.

10. Sistem Penglihatan

Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of

prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.

J. Tata Laksana

1. Pemberian vitamin K

- Injeksi 1 mg IM sekali pemberian; atau

- Per oral 2 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-

6 minggu

2. Mempertahankan suhu normal tubuh

- Gunakan salah satu cara mengangatkan dan mempertahankan suhu

tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,

pemancar panas, incubator, atau ruangan hangat yang tersedia di

fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

17
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

- Ukur suhu tubuh sesuai jadwal

3. Pemberian minum

Cara pemberian minum pada bayi BBLR harus secara sendiri-sendiri.

Adalah penting untuk menghindari kelelahan dan aspirasi makanan karena

regurgitasi atau karena proses pemberian makanan. Tidak ada metode

pemberian makanan yang dapat menhindari masalah-masalah ini kecuali

bila orang yang member makan bayi telah terlatih metode ini dengan

baik.Pemberian makanan oral (melalui putting) tidak boleh dimulai atau

harus dihentikan pada bayi dengan kegawatan pernapasan, hipoksia,

insufisiensi sirkulasi, sekresi yang berlebihan, penyumbatan mulut, sepsis,

depresi sistem saraf pusat, atau tanda-tanda penyakit serius. Bayi-bayi ini

akan memerlukan pemberian makanan secara parenteral atau melalui

sonde untuk memasok kalori, cairan, dan elektrolit.

Bayi premature yang besar sering dapat diberi makanan melalui botol atau

payudara. Karena upaya pengisapan biasanya merupakan faktor yang

membatasi, menyusui (dari payudara) mungkin tidak begitu berhasil

sampai bayi mencapai usia matur. Pemberian susu botol dari ASI yang

diperas dapat merupakan alternative sementara. Pada pemberian susu

botol, upaya tersebut dapat dikurangi dengan penggunaan putting khusus

yang kecil, lunak, dan berlubang besar. Disamping pengisapan yang kuat,

proses pemberian makanan oral memerlukan koordinasi antara penelanan,

penutupan laring dan saluran hidung oleh epiglottis dan uvula, dan

18
motilitas esophagus normal; suatu proses sinkronisasi yang biasanya tidak

ada sebelum kehamilan mencapai umur 34 minggu.

- ASI merupakan pilihan utama

- Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang

cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASIdan nilai

kemampuan bayi dan menghisap paling kurang sehari sekali.

- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik

20g/hari selama 3 hari berurut-turut, tibang bayi 2 kali seminggu

- Pembaerian minum minimal 8x/hari. Apabila bayi masih

menginginkan dapat diberikan lagi (ad libitum)

- Indikasi nutrisi parenyteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi

yang tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomaly mayor

saluran cerna, NEC, IUGR berat, dan berat lahir <1000 g.

4. Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera ditingkatkan

selam tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa

normal.

Panduan pemberian minum berdasarkan BB:

5. Berat lahir <1000 gr

- Minum melalui pipa lambung

- Pemberian minum awal : <10 mL/kg/hari

- Asi perah/term formula/half- strength prterm formula

- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik:

tambahan 0,5-1 mL, interval 1 jam, setiap >24 jam

19
- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF (Human Milk Fortifier)/ full-

strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000gr.

6. Berat Lahir 1000-1500 gr

- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)

- Pemberian minum awal : <10 mL/kg/hari

- ASI PERAH/ term formula/ half-strength preterm

- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik :

tambahan 1-2 mL, interval 2 jam, setiap >24 jam

- Setelah 2 minggu : ASI PERAH + HMF (Human Milk Fortifier)/full-

strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gr.

7. Berat Lahir 1500-2000 gr

- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)

- Pemberian minum awal: <10 ml/kg/hari

- ASI PERAH/term formula/half-strength preterm formula

- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik:

tambahan 2-4 ml, interval 3 jam, setiap >12-24 jam

- Setelah 2 minggu : ASI PERAH + HMF/ full-strength preterm formula

sampai berat badan mencapai 2000 gr

8. Berat Lahir 2000-2500 gr

- Apabila mampu sebaiknya diberikan minum per oral

- ASI PERAH/term formula

9. Bayi sakit

- Pemberian minum awal: <10 ml/kg/hari

20
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan tambahan 3-5 mL,

interval 3 jam, setiap >8jam

10. Suportif

- Jaga dan pantau kehangatan

- Jaga dan pantau jalan napas

- Pantau kecukupan nutrisi, cairan, dan elektrolit

- Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul;

(misalnya hipotermi, kejang, gangguan napas, hiperbilirubinemia, dll)

- Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga lainnya

- Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila ini tidak memungkinkan,

biarkan ia berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui

- Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat apabila

dimungkinkan. 4

11. Tumbuh Kembang

- Pantau berat bayi secara periodic

- Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10%

untuk bayi dengan berat lahir >1500 gram dan 15% untuk bayi berat

lahir <1500 gram). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari

kecuali apabila terjadi komplikasi.

- Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori

berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

- Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 mL/kg/hari sampai tercapai

jumlah 180mL/kg/hari

21
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi

agar jumlah pemberian ASI tetap 180 mL/kg/hari

- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah

pemberian ASI sampai 200 mL/kg/hari

- Timbang berat badan setiap hari, ukur oanjang, dan lingkar kepala

setiap minggu

12. Pemantauan setelah pulang

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul:

- Gangguan perkembangan

- Gangguan pertumbuhan

- Retinopati karena prematuritas

- Gangguan pendengaran

- Penyakit paru kronik

- Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk Rumah Sakit

- Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Untuk itu perlu dilakukan pemantauan sebagai berikut:

- Kunjungan ke dokter hari ke-2,10,20,30 setelah pulang, dilanjutkan

setiap bulan

- Hitung umur koreksi

- Pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala

- Tes perkembangan: Denver development screening test (DDST)

- Awasi kelainan bawaan. 4

22
K. Komplikasi

1. Hipotermi

2. Hipoglikemia

3. Hiperbilirubinemia

4. Respiratory Distress Syndrome (RDS)

5. Intracerebral and intraventricular haemorrhage (IVH)

6. Periventricular Leucomalasia (PVL)

7. Infeksi Bakteri

8. Kesulitan minum

9. Penyakit pparu kronis (Chronic Lung Disease)

10. NEC (Necrotizing enterocolitis)

11. AOP (Apnea of Prematurity) terutama terjadi pada bayi <1000 gr

12. Patent Ductus Arteriosus (PDA) pada bayi dengan berat <1000 gr

13. Disabilitas mental dan fisik : Keterlambatan oerkembangan, CP (Cerebral

Palsy), gangguan pendengaran, gangguan penglihatan seperti ROP

(Retinopathy of Prematurity). 4

L. Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Pencegahan ini merupakan upaya untuk mencegah ibu hamil melahirkan

bayi dengan BBLR, antara lain sebagai berikut:

a. Perawatan prenatal merupakan faktor kunci dalam mencegah

kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Pada kunjungan

prenatal, kesehatan ibu dan janin dapat diperiksa.

23
b. Gizi dan berat badan ibu berhubungan dengan pertambahan berat

janin dan berat bayi saat lahir, maka makan makanan yang sehat dan

mendapatkan berat badan yang tepat saat kehamilan sangat penting.

c. Ibu harus menghindari alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang,

yang dapat berkontribusi untuk pertumbuhan janin yang buruk,

diluar dari komplikasi lainnya.

d. Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm

atau istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari

normal.

e. Tingkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana. 7

2. Pencegahan Sekunder

Upaya ini dilakukan untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi

akibat BBLR, yaitu:

a. Pengaturan suhu badan /thermoregulasi

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang

bulan membutuhkan suatu thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu

badan secara fisiologis dengan mengatur pembentukan atau

pendistribusian panas, dan pengaturan terhadap suhu keliling dengan

mengontrol kehilangan dan pertambahan panas. 7

b. Metode kanguru

Metode kanguru diperkenalakan pertama kali oleh Rey dan

Martinez, dua orang ahli neonatologi dari Bogota, Colombia Amerika

Selatan pada tahun 1983. Metode ini merupakan cara sederhana yang

24
bermanfaat untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi baik sesaat

maupun jangka lama terutama BBLR dengan berat 1200-2000 gr. 10

Dengan ditemukannya metode kanguru telah terjadi revolusi

perawatan BBLR/ Bayi Kurang Bulan (BKB). Metode ini bermanfaat

bagi bayi premature untuk membantu memulihkan akibat dari

prematuritasnya dan menolong orangtua agar lebih percaya diri serta

dapat berperean aktif dalam merawat bayinya. Metode kanguru

berperan dalam baru lahir secara manusiawi dan meningkatkan ikatan

antara ibu dan bayi. 10

3. Pencegahan Tersier

a. Pemberian ASI, adalah hal yang paling penting karena:

ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi,


laktalalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak

esensial, laktosa dan oligosakarida.

ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk


memacu motilitas usu dan perlindungan terhadap penyakit.

Dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan


antara ibu dan bayi.

Bayi kecil/ berat rendah rendah rentan terhadap kekurangan


nutrisi, fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya

besar dan mudah sakit sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang

tepat penting untuk tumbuh kembang yang optimal bagi bayi.

b. Pemijatan bayi

25
Ternyata dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur

yang biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami

kenaikan berat badan yang lebih besar dan berkembang lebih baik

setelah dilakukan pemijatan secara teratur. Margaret Ribbie, seorang

psikiater pada tahun 1940 mengamati bahwa bayi yang lebih banyak

dipegang akan terangsang pernafasannya dan peredaran darah menjadi

lebih baik.

26
BAB III

KESIMPULAN

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1

(satu) jam setelah lahir. BBLR sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di banyak Negara, karena dianggap menjadi salah satu faktor

penyebab kematian bayi. Menurut WHO, di seluruh dunia lahir sekitar 20 juta

bayi dengan berat lahir rendah dan 19 juta diantaranya lahir di beberapa negara

berkembang dengan angka insiden antara 11 persen sampai 31%.1

Pada negara berkembang keadaan ini diperburuk oleh kekurangan nutrisi

dalam kehamilan yang berdampak pada defisiensi nutrisi mikro seperti anemia

yang dapat berakibat fatal pada ibu hamil dan bayi baru lahir. Banyak faktor yang

mempengaruhi durasi kehamilan dan pertumbuhan janin, dan dengan demikian,

berat lahir tersebut. Mereka berhubungan dengan bayi, ibu, atau lingkungan fisik

dan memainkan peran penting dalam menentukan berat lahir dan masa depan

kesehatan bayi.10

Pemberian konsumsi gizi untuk ibu hamil dianggap sesuai apabila dengan

mengonsumsi berbagai zat gizi tersebut ibu dapat melahirkan bayi dengan berat

normal dan mampu mempertahankan status gizinya yang berarti telah tercukupi

kebutuhannya. Faktor lain yang berpengaruh terhadap BBLR adalah beban

kerjanya, usia kehamilan, LILA, paritas dan berat janin dalam kandungan.

Sementara itu penelitian dengan menggunakan data Riskesdas 2007

27
menyimpulkan bahwa kejadian BBLR dipengaruhi oleh jenis kelamin bayi,

paritas dan riwayat ANC.

Cara pemberian makanan setiap bayi BBLR harus secara sendiri-

sendiri. Adalah penting untuk menghindari kelelahan dan aspirasi makanan

karena regurgitasi atau karena proses pemberian makanan. Tidak ada metode

pemberian makanan yang dapat menghindari masalah-masalah ini kecuali bila

orang yang member makan bayi telah dilatih metode ini dengan baik.

Pemberian makanan oral (melalui puting) tidak boleh dimulai atau harus

dihentikan pada bayi dengan kegawatan pernapasan, hipoksia, insufisiensi

sirkulasi, sekresi yang berlebihan, penyumbatan mulut, sepsis, depresi, sistem

saraf pusat, imaturitas, atau tanda-tanda penyakit serius. Bayi-bayi ini akan

memerlukan pemberian makanan secara parenteral atau melalui sonde untuk

memasok kalori, cairan, dan elektrolit.6

Walaupun sejumlah formula yang diperlukan untuk pertumbuhan

adekuat mengandung semua vitamin dalam jumlah yang cukup, volume susu

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mungkin tidak akan tercerna selama

beberapa minggu. Karenanya bayi BBLR harus diberi tambahan vitamin.

Karena kebutuhan bayi ini tidak dapat ditentukan secara tepat, maka harus

diberikan cadangan harian seperti yang dianjurkan untuk bayi cukup bulan. 8

Berdasarkan berbagai akibat yang ditimbulkan BBLR, maka perlu upaya

untuk menurunkan angka BBLR dan mengantisipasi angka BBLR yang turun

untuk tidak meningkat kembali. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna

mencegah terjadinya BBLR adalah memprediksi secara dini berat janin yang ada

28
dalam kandungan. Seorang ibu yang terdeteksi secara dini berat janin dalam

kandungannya kurang dari normal dapat segera dicari penyebabnya dan segera

diupayakan untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga pada akhirnya dapat

melahirkan bayi dengan berat badan normal. 6

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Pramono MS, Muzakkiroh U. Pola kejadian bayi berat lahir rendah dan
faktor yang memengaruhinya di Indonesia tahun 2010. Buletin penelitian sistem
kesehatan. Diakses pada tanggal 3 Juli 2011.
2. Pramono MS, Muzakkiroh U. Pola kejadian bayi berat lahir rendah dan
faktor yang memengaruhinya di Indonesia tahun 2013. Buletin penelitian sistem
kesehatan. 11 Desember 2014.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pelatihan Pelayanan
Kegawadaruratan Obstetri dan Neonatal Esensial Dasar. Jakarta: 2005.
4. Pudjadi AH, Hegar B, Handryastuti S. Pedoman pelayanan medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009
5. Muchemi OM, Echoka E, Makokha A. Factors Associated With Low Birth
Weight Among Neonates Born at Olkalou District Hospital, Central Region,
Kenya. 5 Februari 2015.
6. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Textbook of Pediatrics. Philladelphia:
Saunders Company. 2003.
7. Mahumud RA, Sultana M, Sarker AR. Distribution and Determinants of Low
Birth Weight in Developing Countries. Bangladesh. 19 September 2016
8. Short JR, Gray OP, Dodge JA. Sinopsis pediatri. Tangerang: Binarupa
Aksara.2007.
9. Departemen Kesehatan Rupublik Indonesia. Pelayanan kesehatan anak di
rumah sakit. Jakarta: World Health Organization. 2009.
10. Suradi R, Yanuarso PB. Metode Kanguru Sebagai Pengganti Inkubator Untuk
Bayi Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri, Vol. 2. Juni, 2000.

30
31

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen13 halaman
    Proposal
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen48 halaman
    Isi
    Melisa Budi Selawati
    100% (1)
  • Jaring Kepiting
    Jaring Kepiting
    Dokumen20 halaman
    Jaring Kepiting
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Studi Konstruksi Jaring Insang Kepiting Rajungan Takalar
    Studi Konstruksi Jaring Insang Kepiting Rajungan Takalar
    Dokumen1 halaman
    Studi Konstruksi Jaring Insang Kepiting Rajungan Takalar
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen17 halaman
    Proposal
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Jaring Kepiting
    Jaring Kepiting
    Dokumen20 halaman
    Jaring Kepiting
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Hasil Dan Pembahan
    Hasil Dan Pembahan
    Dokumen7 halaman
    Hasil Dan Pembahan
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Referat STRUMA Revisi
    Referat STRUMA Revisi
    Dokumen29 halaman
    Referat STRUMA Revisi
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Referat Foto Thorax
    Referat Foto Thorax
    Dokumen28 halaman
    Referat Foto Thorax
    Ficky Errica
    91% (11)
  • Daftar pustaka gillnet
    Daftar pustaka gillnet
    Dokumen2 halaman
    Daftar pustaka gillnet
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Data Lapangan
    Data Lapangan
    Dokumen20 halaman
    Data Lapangan
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Halaman Judul Mantap
    Halaman Judul Mantap
    Dokumen14 halaman
    Halaman Judul Mantap
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Umri
    Umri
    Dokumen55 halaman
    Umri
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Halaman Judul Mantap
    Halaman Judul Mantap
    Dokumen14 halaman
    Halaman Judul Mantap
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Fix Osteoporosis
    Fix Osteoporosis
    Dokumen43 halaman
    Fix Osteoporosis
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Pelayanan Terpadu Satu Pintu: (PTSP)
    Pelayanan Terpadu Satu Pintu: (PTSP)
    Dokumen1 halaman
    Pelayanan Terpadu Satu Pintu: (PTSP)
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Lapsus
    Lapsus
    Dokumen30 halaman
    Lapsus
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Malaria Diagnosis
    Malaria Diagnosis
    Dokumen40 halaman
    Malaria Diagnosis
    Datsir Al Azier
    Belum ada peringkat
  • Umri
    Umri
    Dokumen55 halaman
    Umri
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Hasil Dan Pembahasan
    Hasil Dan Pembahasan
    Dokumen23 halaman
    Hasil Dan Pembahasan
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • PERHATIAN
    PERHATIAN
    Dokumen2 halaman
    PERHATIAN
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Referat STRUMA Revisi
    Referat STRUMA Revisi
    Dokumen29 halaman
    Referat STRUMA Revisi
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Hasil Dan Pembahan
    Hasil Dan Pembahan
    Dokumen7 halaman
    Hasil Dan Pembahan
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Nefropati Diabetik
    Nefropati Diabetik
    Dokumen32 halaman
    Nefropati Diabetik
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • PKL Tpi
    PKL Tpi
    Dokumen14 halaman
    PKL Tpi
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Halaman Judul Mantap
    Halaman Judul Mantap
    Dokumen14 halaman
    Halaman Judul Mantap
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Hipoksia Iskemik Encepahalopathy
    Hipoksia Iskemik Encepahalopathy
    Dokumen8 halaman
    Hipoksia Iskemik Encepahalopathy
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat
  • Sirosis
    Sirosis
    Dokumen23 halaman
    Sirosis
    Melisa Budi Selawati
    Belum ada peringkat