Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

KELUARGA NY. NI 39 TAHUN DENGAN KISTA OVARIUM DAN


ANGGOTA KELUARGA YANG LAIN SEHAT

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :

Gerry Risangdiptya 22010116210022

Arina Pramudita Triasti 22010116210136

Mohammad Miftahuddin A A 22010116210190

PRAKTEK KEDOKTERAN KLINIK KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH


KELUARGA NY. NI, 39 TAHUN DENGAN KISTA OVARIUM DAN
ANGGOTA KELUARGA YANG LAIN SEHAT

DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Disusun oleh :

Gerry Risangdiptya 22010116210022

Arina Pramudita Triasti 22010116210136

Mohammad Miftahuddin A A22010116210190

Telah disetujui dan disahkan:

Pembimbing

dr. Firdaus Wahyudi, M.Kes, Sp.OG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan memiliki berbagai macam ruang lingkup yang harus dipenuhi.
Salah satu ruang lingkup kesehatan adalah kesehatan reproduksi. Kesehatan
reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi baik pada laki-laki dan perempuan.1
Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan reproduksi, diantaranya
penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi. Kista ovarium adalah suatu
penyakit ganguan organ reproduksi wanita. Kista ovarium merupakan salah satu
tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa
reproduksinya.1 Kista ovarium merupakan kantong abnormal yang berisi cairan
atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat
menyebabkan keganasan.2,3 Kista ovarium juga dapat didefinisikan kista yang
permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi
besar. Dinding kista tipis berisi cairan serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan
cairan tersebut terjadi pada indung telur atau ovarium.2
The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014,
sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita
akan meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kejadian kista
ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000,
kecuali di Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000)
relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika.4
Angka untuk kejadian kista ovarium di Indonesia masih belum diketahui
dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik, namun diketahui
sekitar 20-25% kematian wanita subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit sistem reproduksi misalnya kista
ovarium.1,4
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan kista ovarium dengan pendekatan kedokteran keluarga.

1.3 MANFAAT
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media
pembelajaran bagi dokter muda agar dapat melaksanakan praktik kedokteran
keluarga secara langsung pada pasien dengan keluhan kista ovarium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kista Ovarium


2.1.1. Pengertian Kista Ovarium
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling
sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya.1 Kista ovarium merupakan
kantong abnormal yang berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang
bersifat jinak juga dapat menyebabkan keganasan.2,3 Kista ovarium juga dapat
didefinisikan kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai,
bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan serosa dan
berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut terjadi pada indung telur atau
ovarium.2

2.1.2. Anatomi Ovarium


Ovarium merupakan organ yang kecil berbentuk seperti buah kenari
berwarna putih dan konsistensinya agak padat. Ukuran ovarium 3 cm x 2 cm x
1cm dan beratnya 5-8 gram. Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari
tangan, terletak di kiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika.
Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Bagian ovarium kecil
berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Lipatan yang menghubungkan
lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium.
Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon wanita, hormon merupakan bahan
kimia yang mengontrol jalanya dari sel dan organ tertentu.5

2.1.3. Patofisiologi Kista Ovarium


Setiap indung telur berisi ribuan telur yang masih mudah atau folikel yang
setiap bulannya akan membesar dan satu diantaranya membesar sangat cepat
sehingga menjadi telur matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang ini
keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui saluran telur. Apabila sel
telur yang matang ini dibuahi, folikel akan mengecil dan menghilang dalam waktu
2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita.
Namun jika terjadi gangguan pada proses siklus ini bisa membentuk kista.
Kista juga dapat terbentuk jika fungsi ovarium yang abnormal menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.
Folikel tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH rendah dan hormon
LH tinggi pada keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan androgen dan
estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang mengakibatkan folikel anovulasi,
folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di
dalam ovarium.6
2.1.4. Jenis-Jenis Kista Ovarium
a. Kista Ovarium Fungsional (Non-Neoplastik)
Kista ovarium fungsional disebabkan oleh karena kegagalan folikel
pecah atau regresi. Kista ini biasanya akan menyusut setelah beberapa
waktu (setelah 1-3 bulan), hingga dokter yang mencurigai terbentuk kista
menganjurkan penderita melakukan kontrol setelah 3 bulan kemudian.5
Kista Ovarium Fungsional/Non-Neoplastik antara lain5:
1. Kista Folikel
Kista ini disebabkan oleh karena kegagalan ovulasi oleh karena
gangguan pelepasan gonadotropin hipofise. Bila dilihat secara
histologi, kista folikuler dilapisi oleh lapisan dalam berupa sel-sel
granulosa dan di lapisan luar berupa sel-sel teka interna. Cairan yang
terdapat di dalam folikel yang tidak seluruhnya terbentuk tidak dapat
diresorbsi sehingga menyebabkan pembesaran dari kista folikuler.
Biasanya jenis kista ini tidak menimbulkan gejala, meskipun
ketidakteraturan haid, perdarahan diluar haid, bahkan torsi dapat
terjadi. Bila ukuran kista telah membesar maka dapat menyebabkan
nyeri panggul, dispareuni. Ukuran kista <6cm dilakukan observasi
selama tiga siklus haid tanpa pengobatan untuk melihat regresi kista
tersebut. Bila setelah observasi tidak didapati adanya regresi kista atau
ukuran kista semakin membesar maka dilakukan terapi operatif.7
2. Kista Korpus Luteum
Disebut kista korpus luteum jika berukuran > 3 cm , kadang-kadang
diameter kista ini dapat sebesar 10 cm, rata-rata 4 cm. Dalam keadaan
normal korpus luteum lama kelamaan mengecil dan menjadi korpus
albikans. Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, kista ini berisi cairan yang berwarna merah coklat.
Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi gambaran
yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri
atas sel-sel luteum yang berasal dari sel- sel teka. Kista korpus luteum
dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh
pendarahan yang tidak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa
berat di perut bagian bawah. Rasa nyeri di dalam perut yang
mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan
dalam diagnosis. Penanganan kista luteum ialah menunggu sampai
kista hilang sendiri.8
3. Kista Teka Lutein
Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan jarang terjadi
dibandingkan kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein
berisi cairan berwarna kekuning-kuningan. Berhubungan dengan
penyakit trofofoblastik kehamilan (misalnya mola hidatidosa,
koriokarsioma), penyakit ovarium polikistik dan pemberian zat
perangsang ovulasi. Gejala yang timbul biasanya rasa penuh atau
menekan pada pelpis. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh
hormon koriogononadotropin yang berlebihan, dan hilangnya mola
atau koriokarsinoma, ovarium yang mengecil secara spontan.8
4. Kista Inkusi Germinal
Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita usia lanjut, dan besarnya
jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan
ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu
operasi. Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian
kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium, dindingnya
terdiri atas satu lapisan epitel, berisi cairan jernih.8
5. Kista Endometrium
Kista ini terbentuk dari jaringan endometriosis yang berlokasi di
ovarium dan berkembang menjadi kista. Endometriosis adalah suatu
keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat
di luar kavum uteri. Jaringan endometrium terdapat di dalam
miometrium atau pun di luar uterus. Endometriosis lebih sering
ditemukan pada wanita pada umur muda, dan wanita yang tidak
mempunyai banyak anak. Gambaran mikroskopik dari endometriosis
yaitu pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai kista besar
berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat atau endometrioma).5
Gejala klinis endometriosis terjadi karena pengaruh hormonal
estrogen dan progesteron sehingga terjadi siklus menstruasi. Gejala
klinis endometriosis dalam bentuk : dismenorea (nyeri abdomen/perut
sesuai dengan waktu menstruasi), disparunia (nyeri saat hubungan
seksual), nyeri saat defekasi (pada endometriosis dinding
rektosigmoid), menoragia (perubahan menstruasi dalam bentuk
polimenorea atau hipermenorea), infertilitas (gangguan saluran tuba
falopii sehingga tidak berfungsi sebagai saluran ovum spermatozoa
dan tempat konsepsi). Endometriosis dijumpai secara kebetulan pada
pasangan yang memeriksakan diri karena kemandulan. 9 Penanganan
endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan, terapi hormonal,
pembedahan, dan radiasi.5
6. Kista Stein Leventhal
Kista Stein Leventhal (Polycystic Ovary Syndrome) sering
menyebabkan ketidakteraturan menstruasi pada wanita usia
reproduksi. Kadar Luteinizing Hormone (LH) meninggi yang
menyebabkan folikel terstimulasi tanpa menghasilkan telur. Folikel
tersebut mengalami lutenisasi yang mengakibatkan produksi
testosteron ovarium dan secara tidak langsung mengubah kadar
estrogen. Kista terbentuk di dalam ovarium karena ovarium tidak
dapat melepaskan sebuah telur pun dan kemudian terjadi hiperplasia
sel teka. Kista kecil-kecil yang banyak dapat dilihat di dalam ovarium
pada pemeriksaan ultrasonografi pelvis. Setiap kista berdiameter
<8mm dengan peningkatan stroma sentral yang menyebabkan
gangguan hormonal yang bertanggung jawab sebagai penyebab
kombinasi beberapa gejala berikut: anovulasi kronis, kelebihan
androgen yang menyebabkan penampilan hirsutisme, jerawat,
hiperinsulinemia, hiperestrogenemia, hiperprolaktinemia, peningkatan
berat badan, pembesaran ovarium, dan infertilitas. Penyakit ini dapat
muncul saat menarche, setelah terapi androgen, atau setelah
mengalami stress pada jangka waktu lama.10
b. Kista Ovarium Patologi (Neoplastik)
Kista ovarium patologi atau neoplastik dapat diklasifikasikan dalam
bentuk jinak maupun ganas. Adapun yang dibahas pada bagian ini adalah
kista ovarium neoplastik bagian yang jinak.
1. Kista Dermoid
Kista dermoid mewakili 25% dari semua neoplasma ovarium.
Teratoma ini bervariasi ukurannya mulai dari diameter beberapa
milimeter hingga 25cm dan bersifat bilateral pada 10-15% kasus.
Strukturnya biasanya merupakan struktur kistik kompleks dan
mengandung unsur-unsur dari ketiga lapisan sel germinal (endoderm,
mesoderm, ektoderm). Sebanyak 1-2% akan mengalami transformasi
ke arah keganasan. Tumor mengandung elemen ektodermal,
mesodermal dan entodermal. Lumen dari kista dermoid ini
mengandung material sebasea dan rambut.11
2. Kistadenoma Ovarii Serosum
Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan musinosum,
tetapi ukurannya jarang sampai besar sekali. Dinding luarnya dapat
menyerupai kista musinosum. Pada umumnya kista ini berasal dari
epitel permukaan ovarium (germinal ephitelium). Isi kista cair,
kuning, dan kadang coklat karena bercampur darah. Kistoma ovarii
serosum ini merupakan kista unilokular atau multilokular dengan 10-
20 % bersifat bilateral. Kistoma ovarii serosum biasanya ditemukan
pada usia antara 30 sampai 40 tahun. Sekitar 60% jinak, 15% dengan
potensi keganasan rendah, dan 25% ganas.12
3. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Kistoma ovarii musinosum atau kistadenoma musinosa adalah kista
yang bersifat multilokular, berlobus-lobus, dan memiliki permukaan
halus. Lesi bilateral jarang ditemukan. Lesi ini dapat menjadi sangat
besar, kadang-kadang mencapai berat >50kg. Secara mikroskopik,
tampak kista berdinding selapis atau dua lapis sel kolumnar. Sel epitel
membengkak dan sitoplasma berisi musin, sehingga mendorong inti
sel ke basal. Bila sel pecah, musin tercurah ke dalam lumen kista. 11
Kista ovarium jenis ini di dalam banyak aspek analog dengan tumor
serosa dan perbedaannya bahwa epitel terdiri atas sel penghasil musin
yang serupa dengan yang ditemukan pada mukoendoserviks. Delapan
puluh persen tumor ini bersifat jinak, 10% memiliki potensi keganasan
yang rendah, sisanya ganas atau kistadenokarsinoma.12
4. Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan
cairan di dalam kista jernih dan berwarna kuning. Pada dinding kista
tampak lapisan epitel kuboid. Berhubungan adanya tangkai dapat
terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Terapi
yang dilakukan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium,
akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.5
2.1.5. Gejala Klinis Kista Ovarium9
1. Gejala akibat pertumbuhan: timbul rasa berat di abdomen bagian bawah,
mengganggu miksi atau defekasi. Tekanan tumor dapat menimbulkan
obstipasi atau edema pada tungkai bawah.
2. Gejala akibat perubahan hormonal. Ovarium merupakan sumber hormon
utama wanita, sehingga bila terjadi tumor menimbulkan gangguan
terhadap pola menstruasi.
3. Gejala klinis karena komplikasi tumor.
Perdarahan intra-tumor. Keadaan ini akan menimbulkan gejala klinis
nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat.
Perputaran tangkai. Hal ini sering terjadi pada tumor bertangkai dan
berdiameter 5 cm, terjadi secara perlahan sehingga tidak banyak
menimbulkan rasa nyeri abdomen. Perputaran tangkai mendadak
menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan segera memerlukan
tindakan medis.
Infeksi tumor. Terjadi infeksi kista ovarium sehingga menimbulkan
gejala badan panas, nyeri pada abdomen dan mengganggu aktivitas
sehari-hari.
Robekan dinding kista. Pada torsi tangkai kista, ada kemungkinan
terjadi robekan sehingga isi kista tumpah ke dalam ruangan abdomen.
Robekan yang terjadi pada dinding kista ovarium musinosum dapat
menyebabkan keluarnya cairan musin yang mengisi rongga perut yang
menyebabkan perlengketan dalam rongga perut.
Degenerasi ganas kista ovarium. Keganasan kista ovarium yang sering
dijumpai adalah kista pada usia sebelum menarke dan kista pada usia
di atas 45 tahun.
Pembesaran pada abdomen bagian bawah merupakan salah satu
keluhan yang mendorong wanita untuk melakukan pemeriksaan. Tumor
ovarium dapat dibedakan saat melakukan pemeriksaan dalam. Tumor
jinak ovarium perlu diperiksa tentang konsistensi, besar permukaannya,
dan sebagainya. Di samping itu perlu dilakukan diagnosis banding:
a. Kehamilan: terlambat bulan, gejala hamil muda, terasa gerakan janin
atau balotemen, hasil pemeriksaan laboratorium mendukung
kehamilan.
b. Subserosa mioma bertangkai.
Dengan Ultrasonografi (USG), diagnosis banding antara kista
ovarium, kehamilan, atau subserosa mioma uteri dapat dibedakan dengan
jelas.

2.1.6. Faktor Risiko Kista Ovarium


Penyebab pasti dari penyakit kista ovarium belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi salah satu pemicunya adalah faktor hormonal. Penyebab
terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berhubungan. Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kista
ovarium adalah sebagai berikut:
a. Faktor Umur
Kista sering tejadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi,
keganasan kista ovarium bisa terjadi pada usia sebelum menarche dan
usia di atas 45 tahun. Menurut penelitian Azhar (2014), kista ovarium di
Peshawar, Pakistan, penderita kista ovarium paling banyak terjadi pada
wanita umur 21- 30 tahun (46,0 %).9
b. Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah
seseorang wanita memiliki risiko terkena kista ovarium. Risiko wanita
terkena kista ovarium adalah sebesar 1,6%. Apabila wanita tersebut
memiliki seorang anggota keluarga yang mengindap kista, risikonya akan
meningkat menjadi 4% sampai 5%. Dalam tubuh kista ada terdapat gen-
gen yang berpotensi memicu kanker yaitu protoonkogen. Karena faktor
pemicu seperti pola hidup yang kurang sehat, protoonkogen bisa berubah
menjadi onkogen yaitu gen yang dapat memicu timbulnya sel kanker.13
c. Faktor Reproduksi
Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki
dampak terbesar pada penyakit kista ovarium, paritas (ketidaksuburan)
yang rendah dan infertilitas, serta menarche dini dan menopause
terlambat meningkatkan risiko untuk berkembang menjadi kista
ovarium.13 Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa reproduksi,
menstruasi di usia dini (menarche dini) yaitu usia 11 tahun atau lebih
muda (< 12 tahun) merupakan faktor risiko berkembangnya kista
ovarium, karena faktor asupan gizi yang jauh lebih baik , rata-rata anak
perempuan mulai memperoleh haid pada usia 10-11 tahun. Siklus haid
yang tidak teratur juga merupakan faktor risiko terjadinya kista ovarium.9
Pada wanita usia subur dan sudah menikah serta memiliki anak, biasanya
mereka menggunakan alat kontrasepsi hormonal merupakan faktor risiko
kista ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi
hormonal implant, akan tetapi pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung mengurangi risiko untuk
terkena kista ovarium.14
d. Faktor Hormonal
Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang
merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik.
Kista fungsional dapat terbentuk karena stimulasi hormon gonadotropin
atau sensitivitas terhadap hormon gonadotropin yang berlebihan. Hormon
gonadotropin termasuk FSH (Folikel Stimulating) dan HCG (Human
Chorionik Gonadotropin).5
e. Faktor Lingkungan
Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri
banyak memberikan andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup,
dan sosial ekonomi. Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola
makan yaitu konsumsi tinggi lemak dan rendah serat, merokok, konsumsi
alkohol, zat tambahan pada makanan, terpapar polusi asap rokok atau zat
berbahaya lainya, stress dan kurang aktivitas atau olahraga bisa memicu
terjadinya suatu penyakit.15
2.1.7. Penatalaksanaan Kista Ovarium
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu tindakan pencegahan bila penyakit kista
ovarium belum muncul. Upaya pencegahan primer dapat dilakukan
dengan memberikan informasi mengenai kista ovarium. Gaya hidup yang
tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit kista ovarium. Risiko kista
ovarium fungsional meningkat dengan merokok. Risiko dari merokok
mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh menurun.
Selain dikarenakan merokok pola makan yang tidak sehat seperti
konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat tambahan pada
makanan, konsumsi alkohol dapat juga meningkatka risiko penderita
kista ovarium.13
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit
dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit kista melalui upaya
diagnosa dini serta pengobatan yang tepat. Kista nonneoplastik akibat
peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala - gejala ke
arah peradangan genital. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi
besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
Jika kista ovarium itu bersifat neoplastik, maka perlu pemeriksaan yang
cermat dan analisis yang tajam dari gejala - gejala yang ditemukan dapat
membantu dalam pembuatan diagnosis diferensial.16 Penegakan diagnosis
dapat dibantu dengan pemeriksaan yang berupa:
a. Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis tumor
adneksa. Pertanyaan tentang rasa nyeri, lokasi, dan derajat nyeri serta
kapan mulai timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan
penegakan diagnosis. Anamnesa seperti keluhan klinik kista ovarium
ringan karena besarnya tumor dan keluhan mendadak akibat
komplikasi kista ovarium.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik, antara lain:

Fisik umum sebagai tanda vitalnya.

Pemeriksaaan palpasi: teraba tumor di abdomen (bentuk kista
padat), bergerak, terasa nyeri atau tidak nyeri.

Pemeriksaan dalam: melihat letak tumor apakah melekat dengan
uterus.

Pemeriksaan spekulum : melihat servik dilakukan biopsi atau PAP
smear.

Pemeriksaan rektal : memberikan konfirmasi jelas tentang
keberadaan tumor.9

c. Pemeriksaan Penunjang

Laparoskopi : pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui
apakah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk
menentukan sifat-sifat tumor itu.

Ultrasonografi : dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan
batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau
kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan
yang tidak.

Foto rontgen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.

CA-125 : memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut
CA-125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur,
meskipun tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125
biasanya dilakukan pada perempuan yang berisiko terjadi proses
keganasan, kadar normal CA-125 (0-35 u/ml).

Parasentensis pungsi asites : berguna untuk menentukan sebab
asites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat
mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista
tertusuk.5
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode:
1. Terapi Hormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogen-
progresteron) boleh ditambahkan obat anti androgen progesteron
cyproteron asetat yang akan mengurangi ukuran besar kista.
2. Terapi Pembedahan /Operasi
Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu
mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, umur penderita,
ukuran kista, dan keluhan. Apabila kista kecil atau besarnya kurang
dari 5 cm dan pada pemeriksaan ultrasonografi tidak terlihat tanda-
tanda proses keganasan, biasanya dilakukan operasi dengan
laparoskopi dengan cara, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam
rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding
perut. Apabila kista ukurannya besar, biasanya dilakukan
pengangkatan kista dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan
dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista bisa
diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan atau tidak.
Bila sudah dalam proses keganasan, dilakukan operasi sekalian
mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar dan
kelenjar limfe.17

2.2. Kedokteran Keluarga18


Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter
harus mmahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga
makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik, psikologik,
sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan
keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang
anggota keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/
pra-nikah sampai lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota
keluarga. Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau anggota keluarga
yang pindah tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas
hidup keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga
perihal yang berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan
anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor
keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang semuanya
berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku
yang meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan
dan pola perilakuk dan kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup
keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai
proses dan gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah
yang berorientasikan penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan:
Proses dinamika dalam keluarga
Potensi keluarga
Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam
interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya
dengan lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi
ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan
mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga
sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang yang mempengaruhi
kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.
Pendekatan Kedokteran Keluarga
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga.
Pendekatan keluarga merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang terencana, terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan
peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna
menyembukan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini diberdayakan apa yang
dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk menyembukan dan
menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila memahami
profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Materi kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia
kedokteran perihal masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping
masalah organobiologik, yaitu ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai
bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula pemanfaatan ilmunya
yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah organ, mental-
psikologikal dan sosial keluarga.
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

3.1 IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA


a. Identitas Pasien
Nama : Ny. Nurfita Inaroyati
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 39 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Dusun Demesan Kidul RT 008/ RW 004, Desa
Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMEA
Pekerjaan : Buruh Pabrik Tekstil

b. Identitas Kepala Keluarga


Nama : Tn. Muhajirin
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 36 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Dusun Demesan Kidul RT 008/ RW 004, Desa
Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : MTs
Pekerjaan : Buruh
3.2 PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAH
Berikut adalah anggota keluarga yang tinggal bersama pasien
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung dan yang tinggal satu rumah
No Nama Keduduka JK Umu Pendidika Pekerjaan Keteranga
n dalam r (th) n n
Keluarga
1. Tn. Muhajirin Kepala L 36 MTs Buruh Sehat
keluarga
2. Ny. Nurfita Ibu Rumah P 39 SMEA Buruh Pasien
Tangga Pabrik
Tekstil
3. An. Selma Anak P 10 Belum - Sehat
Karomi tamat SD
4. An. Atar Anak L 9 Belum - Sehat
Maulana tamat SD

Diagram 1. Genogram Keluarga Penderita


Tn. S Ny. H Tn. BR Ny. S
73 th D 2003 80 th D 2016

M
12 th

Ny. I Tn. B Tn. R Ny. SR Ny. E Tn. SE Ny. M Tn. HF Tn. M Ny. NI Tn. F Ny. AR Tn. SI Ny. AM Tn. AJ Ny. IK
43 th 48 th D 201640 th 36 th 41 th 38 th 39 th 36 th 39 th 38 th 35 th 36 th 36 th 33 th 30 th

An. SK An. AM
10 th 9 th

Keterangan : Nama Responden: Ny NI


Laki laki 16 Januari 2017 Jam 15.00
Perempuan
Meninggal (D)
Menikah M
Penderita/Pasien
Tinggal 1 rumah

Tabel 5. Family APGAR


KOMPONEN INDIKATOR SKOR
* **
Adaptation Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 1 2
(teman-teman) saya, untuk membantu saya pada waktu
saya Mendapat kesusahan.
Partnership Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya, 2 2
untuk membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
Growth Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya, 2 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru.
Affection Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya, 1 1
mengekpresikan afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah sedih atau mencintai.
Resolve Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya, 2 2
dan saya menyediakan waktu bersama-sama.
*Tn.Muhajirin (KK)
**Ny Nurfita (Pasien)
Skor APGAR anggota keluarga :
Muhajirin (KK) : 8 , keluarga pasien fungsional
Nurfita I. (Pasien) : 9 , keluarga pasien fungsional
Diagram 2. Family Map
Suami (Tn. M)

Pasien (Ny. N)

Anak (An. S) Anak (An. A)


Diagram 3. Family Life Line

Lahir: 14 November 1977


Masuk SD: 1984

Masuk SMP: 1990

Masuk SMEA: 1993

Lulus SMEA: 1996

Bekerja sebagai buruh: 1997

Menikah: 2004

Lahir anak pertama: 2006

Lahir anak kedua: 2007

Menderita sakit seperti ini: 2015

Tabel 6. Family SCREEM

Resources Pathology

Social Komunikasi pasien dengan sesama Pasien dan keluarga jarang tidak
anggota keluarga baik. pernah mengikuti pengajian dan
kegiatan di lingkungan yang
lainnya karena waktu untuk
bekerja yang padat.

Cultural Pasien dan suami merupakan suku


Jawa dan lama hidup di Jawa,
namun tidak percaya akan hal-hal
yang berbau mistis

Religion Pasien menganut agama Islam dan


taat beribadah

Economic Pasien bekerja sebagai buruh


pabrik tekstil. Sumber penghasilan
utama keluarga berasal dari pasien
dan suami yang bekerja sebagai
buruh pabrik. Penghasilan keluarga
per bulan rata-rata Rp.
1.400.000,-/bulan.

Educatio Pasien tamat SMEA. Suami tamat Pengetahuan mengenai kista


n MTs. Kedua anak pasien masih ovarium kurang.
bersekolah di sekolah dasar.

Medical Bidan jarak 1 km, Puskesmas Tidak memiliki kesadaran untuk


Tempuran jarak 4 km, Rumah rajin kontrol ke fasilitas
Sakit Tidar jarak 14 km, jalan kesehatan yang ada.
aspal, kendaraan pribadi ada,
pasien memiliki BPJS.

PERTANYAAN Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju (2) setuju tidak
(3) (1) setuju
(0)
Sosial Di dalam keluarga, kami saling V
membantu satu sama lain.
Teman-teman dan tetangga juga
membantu kami bila kami
mendapat kesulitan
Kebudayaan Budaya saling membantu satu V
sama lain di lingkungan kami
tingga lsangat membantu
keluarga kami
Keagamaan Kami percayadan yakin dengan V
agama yang kami anut.
Ekonomi Penghasilan keluarga kami V
cukup untuk kehidupan sehari-
hari
Pendidikan Pendidikan/ pengetahuan kami V
cukup untuk memahami
masalah kesehatan
Kesehatan Sangat mudah untuk V
menjangkau fasilitas pelayanan
kesehatan di tempat tinggal
kami
Total skor SCREEM adalah 15, keluarga dikategorikan sumber daya dalam
keluarga memadai.

Keluarga pasien berada di tahap keluarga dengan anak sekolah menurut


family cycle. Dalam tahap tersebut keluarga harus membantu sosialisasi anak
dengan tetangga, sekolah dan lingkungan, mempertahankan keintiman pasangan
(orang tua), dan memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Masalah yang dapat timbul dalam tahap ini adalah masalah kandungan dan
kebidanan, masalah keluarga berencana dan penyakit kelamin. Dalam keluarga
pasien, masalah yang ditemukan adalah kista ovarium.

3.3 RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN


A. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Januari
2017 pukul 13.00 WIB di rumah pasien Dusun Demesan Kidul RT 008/ RW
004, Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
a. Keluhan Utama
Nyeri perut bagian bawah
b. Riwayat Penyakit
Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak 1,5 tahun yang
lalu. Sering kambuh terutama jika kelelahan akibat bekerja sebagai buruh
pabrik tekstil. Pasien bekerja setiap hari sehingga sering merasa kelelahan,
di saat itu pasien merasa nyeri perut bagian bawah.
Enam bulan lalu pasien mengeluh semakin sering merasakan nyeri
perut bagian bawah namun pasien tidak dapat menunjuk sumber nyerinya.
Pasien juga mengeluh siklus menstruasi selalu maju satu minggu dari
siklus sebelumnya. Nyeri kambuh-kambuhan dan lebih sering dirasakan
jika pasien merasa kelelahan setelah beraktivitas. Keluhan berkurang jika
pasien beristirahat lama. Keluhan disertai mual dan muntah kadang merasa
penuh pada perutnya. Nyeri saat BAK (-), keluar darah di luar siklus
menstruasi (-), keluar darah setelah hubungan suami istri (-), kemerahan
pada kemaluan (-), mual (-), muntah (-), sering haus (-), sering buang air
kecil malam hari (-), sering lapar (-)
Pasien kemudian memutuskan diri untuk memeriksakan diri ke
Rumah Sakit Tidar Magelang. Setelah diperiksa oleh dokter dan dilakukan
USG, pasien dinyatakan kista ovarium.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah sakit sampai dirawat di rumah sakit. Riwayat
darah tinggi, riwayat kencing manis, penyakit jantung disangkal. Tidak ada
keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa. Riwayat tekanan darah
tinggi, kencing manis, asma dan alergi dalam keluarga disangkal.

d. Riwayat Keluarga
Adik pasien pernah mengeluh adanya benjolan di payudara kurang
lebih 7 tahun lalu dan dioperasi pada tahun yang sama.
a. Riwayat Perkawinan
Menikah 1x, dengan usia perkawinan 12 tahun.
b. Riwayat Haid
Pasien menarche saat umur 13 tahun. Siklus mens tidak sama,
siklus maju terus tiap bulannya. Lama mens rata-rata 5 hari. Dalam 2 hari
pertama ganti pembalut rata-rata 3x sehari namun dalam satu pembalut
tidak pernah sampai penuh. Pasien tidak mengeluh dysmenorhea tiap
bulannya.
c. Riwayat KB
Pasien mempunyai riwayat menggunakan KB suntik sejak tahun 2008
2014.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
G2P2A0.
Tabel 2. Riwayat Persalinan

Hamil Abortus Kelamin Usia BB Penolon Tmpt Keadaan


Ke /Norma lahir g lahir sekarang
l/
SC
1 Normal Perempua 10 3500 Bidan Ruma Sehat
n th gr h
Bidan
2 Normal Laki - 9 th 3300 Bidan Ruma Sehat
laki gr h
Bidan

B. PEMERIKSAAN FISIK (16 Januari 2017)


Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :

Tekanan darah : 100/70 mmHg TB : 155 cm


Nadi : 78 x/menit BB : 40 kg
Suhu : 36,70 C
Pernapasan : 20 x/menit
Status Generalis
Kepala : Mesosefal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Benjolan (-), oedem (-), discharge (-), nyeri tekan
(-)
Hidung : Sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir : Pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), nyeri telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Dada :
Mammae : Simetris, benjolan (-), retraksi puting (-).
Paru : In : Simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
Au : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Jantung: In : iktus kordis tak tampak
Pa : iktus kordis teraba di SIC V, 2 cm lateral LMCS
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Suara Jantung I-II normal, bising (-), gallop (-)
Abdomen : In : datar, supel
Au : bising usus (+) normal
Pe :area traube timpani, pekak sisi (+) normal, pekak
alih (-),
Pa : nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak
teraba

Ekstremitas : Superior Inferior


Oedema : -/- -/-
Sianosis : -/- -/-
Status Ginekologis
Inspekulo/VT : tidak dilakukan (pasien menolak)
Bimanual : tidak dilakukan (pasien menolak)
Portio : tidak dilakukan (pasien menolak)
C.UT : tidak dilakukan (pasien menolak)
AP/CD : tidak dilakukan (pasien menolak)
C. DIAGNOSIS KERJA
Kista ovarium

D. HASIL LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG (13


Juli 2016)

Kesan : Kista ovarium Bilateral


E. PENATALAKSANAAN
a. Tatalaksana medikamentosa yang telah diberikan :
Tidak ada
b. Tatalaksana nonmedikamentosa (edukasi) :
Menyarankan untuk periksa ke rumah sakit atau ke puskesmas
untuk kontrol kesehatan
Menganjurkan untuk selalu makan makanan bergizi seperti
makanan kaya buah dan sayur
Menganjurkan untuk selalu istirahat yang cukup
Menganjurkan untuk rajin berolahraga
c. Tatalaksana nonmedikamentosa (edukasi) keluarga :
Menyarankan kepada suami dan anak untuk mendampingi dan
mengingatkan penderita memeriksakan diri ke puskesmas atau
rumah sakit untuk kontrol kesehatan
Menyarankan kepada suami dan anak untuk selalu memotivasi
untuk menjalankan pola hidup sehat
F. HASIL PENATALAKSANAAN NONMEDIKAMENTOSA
Saat kunjungan rumah kedua (Kamis, 19 Januari 2017), pasien terlihat
lebih nyaman dan santai karena pasien sudah menerapkan pola hidup yang
lebih baik, terutama istirahat cukup juga makan makanan yang kaya buah dan
sayur. Tidak ada keluhan nyeri perut bagian bawah saat kunjungan kedua.
Faktor pendukung :
Pasien makan makanan bergizi
Mengurangi beban kerja sehingga istirahat cukup
Faktor penghambat:
Pasien masih malas berobat ke puskesmas atau rumah sakit
Indikator keberhasilan :
Hilangnya keluhan akibat penatalaksaan lebih lanjut setelah pasien
datang untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit

3.4 PERMASALAHAN PADA PASIEN


Tabel 3. Tabel Permasalahan pada Pasien dan Keluarganya
No. Risiko & masalah Rencana pembinaan Sasaran Keterangan
kesehatan
1 Kista ovarium 1. Memberi penjelasan Pasien dan Diharapkan
bahwa kista ovarium suami pasien mau
merupakan penyakit yang memeriksakan
serius dan dapat diri lagi ke
berkembang menjadi rumah sakit atau
ganas. ke puskesmas
2. Memberi penjelasan untuk
bahwa kista ovarium mendapatkan
biasanya disebabkan oleh diagnosis pasti
karena ketidak dan penanganan
seimbangan hormon- yang tepat.
hormon reproduksi.
3. Memberi penjelasan
bahwa kista ovarium
membutuhkan banyak
pemeriksaan untuk dapat
mengetahui penyebab
pastinya dan bagaimana
cara penanganan yang
tepat.
4. Menyarankan agar pasien
segera periksa ke rumah
sakit atau ke puskesmas.
2. Tidak menggunakan 1. Memberikan penjelasan Pasien dan Diharapkan
KB kepada pasien dan suami suami pasien dan
tentang pentingnya berKB suami dapat
untuk pasangan usia subur menerapkan
terlebih apabila pasangan metode KB
tersebut sudah tidak ingin alami sehingga
memiliki anak. dapat mencegah
2. Memberikan penjelasan terjadinya
kepada pasien dan suami kehamilan tanpa
tentang KB alami mengganggu
sehingga mereka masih fungsi biologis.
dapat mencegah
kehamilan

3.5 IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi Biologis
Dari hasil wawancara kakak perempuan pasien yang tinggal bersama
dengan pasien, kurang lebih 2 minggu yang lalu baru saja melahirkan
secara Caesar dikarenakan panggul sempit. Riwayat melahirkan
sebelumnya juga Caesar dikarenakan hal yang sama. Pasien mempunyai
riwayat menggunakan KB susuk sejak tahun 2014 hingga 2016. Pasien
berhenti menggunakan KB semenjak mengeluh menstruasi menjadi tidak
teratur. Pasien memutuskan melepaskan KB susuk, kemudian hamil anak
kedua.
b. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama suami, satu anaknya, ayah dan ibu kandung, kakak
perempuan beserta suami dan kedua anaknya. Dimana hubungan pasien
dengan keluarga baik. Suami pasien bekerja di tempat wisata. Anak pasien
masih berusia 5 tahun dan belum sekolah. Pasien tidak bekerja, hanya
menjadi ibu rumah tangga. Hubungan pasien dengan tetangga baik.
c. Fungsi Ekonomi
Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh suami dan pasien
sendiri. Pendapatan perbulan Rp 1.400.000. Uang tersebut dipakai untuk
kebutuhan rumah tangga seperti makan. Pasien memiliki jaminan
kesehatan, yaitu BPJS.
d. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMP.
e. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama
secara rutin (sholat).
f. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien dan keluarga tinggal di Dusun Tembiluk, Desa Jambu di
lingkungan yang kurang bersih. Pasien dan keluarga dapat diterima dengan
baik di lingkungan rumahnya. Komunikasi dengan tetangga baik. Keluarga
aktif dalam kegiatan di lingkungan masyarakat desa.

3.6 POLA KONSUMSI PASIEN


Frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Pasien biasanya makan di rumah.
Jenis makanan dalam keluarga ini cukup bervariasi. Variasi makanan sebagai
berikut: nasi, lauk (tahu, tempe, ikan, ayam, telur), sayur ( kangkung, bayam,
kacang panjang, terong, dsb), air minum (air putih). Air minum berasal dari air
PAM pribadi yang dimasak terlebih dahulu.
3.7 IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
a. Faktor Perilaku
Jika ada anggota keluarga yang sakit maka akan pergi ke puskesmas
terdekat. Pasien sendiri rajin memeriksakan kehamilannya ke bidan tiap
sebulan sekali ke bidan desa sebelah, yaitu Bidan Rita dari Desa Sekuro.
Pasien tidak bekerja, hanya mengurus anak di rumah. Pasien tidur malam
sekitar pukul 21.00 WIB dan bangun pukul 05.00 WIB.
b.Faktor Lingkungan
Kebersihan di dalam dan luar rumah cukup baik. Lantai rumah merupakan
lantai yang kedap air (tanah). Pencahayaan di dalam rumah cukup karena
terdapat jendela di ruang tamu dan beberapa ventilasi di ruang keluarga
sehingga sirkulasi udara berjalan lancar. Di rumah pasien memiliki kamar
mandi dan jamban namun sangat kotor. Limbah air langsung diairkan ke
tanah. Sampah dikelola dengan cara dikumpulkan di pekarangan lalu
dibakar.
c. Faktor Sarana pelayanan kesehatan
Ada bidan yang juga tinggal di Dusun Tembiluk, Desa Jambu, Kecamatan
Mlonggo yang berjarak 0,5 km dari rumah pasien. Terdapat Puskesmas
Mlonggo di kecamaran Mlonggo dengan jarak cukup dekat sekitar 3 km.
Terdapat rumah sakit dengan jarak 13 km.
d.Faktor Keturunan
Kakak pasien melahirkan Caesar dikarenakan panggul sempit sekitar 2
minggu yang lalu.

3.8 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


a. Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di Dusun Tembiluk, Desa Jambu, Kecamatan
Mlonggo, Kabupaten Jepara, dengan ukuran rumah 7 x 14 m2, bentuk
bangunan 1 lantai. Rumah tersebut ditempati oleh 9 orang. Secara
umum gambaran rumah terdiri dari 2 ruang tamu, 4 kamar tidur. 1
dapur, 1 ruang keluarga, 1 gudang, 1 kandang burung dan 1 kamar
mandi yang terletak disebelah dapur. Rumah mempunyai langit-langit,
dinding dari batu bata, lantai menggunakan keramik. Penerangan di
dalam rumah cukup. Ventilasi dan jendela cukup. Sehingga rumah
menjadi terang dan udara mengalir ke dalam rumah. Tata letak barang
di rumah cukup bersih. Sumber air bersih dari PAM untuk minum
maupun cuci dan masak. Air minum dimasak sendiri. Rumahnya
memiliki jamban sendiri. Kebersihan dapur sangat kurang, karena
dapur berdekatan dengan kamar mandi. Pembuangan air limbah
langsung ke tanah. Tidak ada tempat pembuangan sampah, sampah
dikumpulkan lalu dibakar. Di depan rumah terdapat pekarangan dari
tanah seluas 2x4 m2.

H
I
G

F
J K
E

D B

C A

Gambar 1. Denah Rumah


A. Ruang Tamu G. Kamar Tidur
B. Kamar Tidur H. Gudang
C. Kamar Tidur I. Tempat Makan
D. Ruang Keluarga J. Dapur
E. Ruang Tamu K. Kamar Mandi
F. Kamar Tidur

3.9 DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi Biologis
Pasien sudah hamil usia 8 bulan.
Kakak pasien baru saja melahirkan Caesar dikarenakan panggul
sempit 2 minggu yang lalu.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga terjalin baik
Hubungan sosial dengan tetangga dan kerabat baik
c. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Kesan sosial ekonomi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
d. Fungsi Religius dan Sosial Budaya
Termasuk keluarga yang taat beragama. Hubungan keluarga dan pasien
dengan tetangga baik, komunikasi berjalan dengan lancar. Tidak
terdapat keterbatasan hubungan antara pasien dan masyarakat.
e. Faktor Perilaku
Pasien rajin memeriksakan diri ke bidan desa setiap bulannya.
f. Faktor Non Perilaku
Riwayat penggunaan KB susuk selama 3 tahun dan berhenti karena
tidak cocok dengan KB tersebut, membuat menstruasi tidak teratur.
Kakak pasien baru saja melahirkan secara Caesar dikarenakan
panggul sempit sekitar 2 minggu yang lalu.
Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah adalah bidan di desa
yang berjarak sekitar 0,5 km dari rumah sedang sarana pelayanan
kesehatan yang lain cukup jauh. Jarak antara rumah pasien dengan
puskesmas 3 km dan jarak dengan rumah sakit 13 km.

DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah. Pasien
khawatir sakit yang dialami pasien disebabkan karena penyakit
keganasan kandungan. Pasien datang ke rumah sakit dengan harapan
nyeri dapat berkurang dan sembuh dengan bantuan dokter di rumah
sakit.
2. Aspek Klinis
Pasien adalah seorang wanita 25 tahun G2P1A0 dengan kehamilan 8
bulan.
3. Aspek Risiko Internal
Tinggi pasien kurang dari 145 cm. Riwayat pernah jatuh dari motor saat
kehamilan berusia 4 bulan.
4. Aspek Risiko Eksternal dan Psikososial
Keluarga mendukung pengobatan pasien.
5. Aspek Fungsional
Derajat fungsional dengan skor 1, yaitu mampu melakukan pekerjaan
seperti sebelum sakit artinya mandiri dalam perawatan diri, bekerja di
dalam dan di luar rumah.
Pengelolaan secara komprehensif
Promotif : mengedukasi pasien untuk segera memeriksakan diri ke
puskesmas atau rumah sakit dan mengikuti semua arahan
dokter.
Preventif : mengedukasi pasien untuk menjaga kesehatan dengan cara
menjaga pola makanan yang bergizi, rajin berolahraga dan
menghindari penggunaan KB
Kuratif : berobat ke rumah sakit untuk penentuan diagnosis pasti
Rehabilitatif : -
3.10 DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

Kakak pasien baru saja


melahirkan secara Caesar
dikarenakan panggul
sempit sekitar 2 minggu
yang lalu

GENETIK

PELAYANAN STATUS LINGKUNGAN


KESEHATAN KESEHATAN
Pasien tidak bekerja,
Bidan Desa (+) sehari-sehari di rumah
mengurus rumah tangga.
Puskesmas (+) PERILAKU
Rumah Sakit (+) Pasien rajin
memeriksakan diri ke
bidan desa setiap
bulannya.

Gambar 2. Diagram Realita

3.11 PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN


Tabel 4. Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga Hasil Kegiatan
yang
terlibat
31 Maret Melakukan pemeriksaan kep Pasien dan Mendapatkan diagnosis k
2017 ada pasien dan mengamati keluarga erja pasien, data keluarga
keadaan kesehatan rumah da pasien, gambaran
n lingkungan sekitar perilaku kesehatan dan m
engetahui keadaan rumah
pasien.
1 April Memberikan penjelasan Pasien dan Pasien dan keluarga
2017 kepada pasien dan keluarga keluarga pasien dapat memahami
pasien mengenai resiko penjelasan yang
tinggi kehamilan. diberikan dan diharapkan
menjaga kehamilannya
dengan baik.

Pasien dan suami masih


dapat menjalankan
fungsi biologis tanpa
Memberikan penjelasan khawatir akan
kepada pasien dan suami mengalami kehamilan
mengenai solusi dan dapat menerapkan
menggunakan KB alami Pasien dan metode KB alami yaitu
untuk menghindari suami dengan tidak
kehamilan dan tidak berhubungan seksual
mengganggu fungsi biologis selama masa ovulasi
pasien dan suami pasien, penggunaan
kondom saat
berhubungan atau
dengan coitus
interruptus yaitu menarik
penis keluar dari vagina
saat akan ejakulasi.

3.12 KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA


1. Tingkat pemahaman :
Pemahaman terhadap edukasi yang diberikan cukup baik
2. Faktor pendukung :
Penderita dapat memahami dan menangkap penjelasan yang
diberikan
3. Faktor penghambat:
Pasien belum memiliki motivasi untuk melakukan berobat ke
puskesmas atau rumah sakit
4. Indikator keberhasilan :
Pasien mau segera berobat ke rumah sakit ataupun ke puskesmas
dan mengikuti semua arahan dokter.
BAB IV
PENUTUP

4.1 SIMPULAN
Penatalaksanaan pasien seorang wanita berusia 39 tahun dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah menggunakan kedokteran keluarga sebagai berikut:
Diagnosis Kerja:
Kista ovarium

Terapi medikamentosa:
-

Terapi edukasi:
1. Menyarankan untuk periksa ke rumah sakit atau ke puskesmas untuk
kontrol kesehatan
2. Menganjurkan untuk selalu makan makanan bergizi seperti makanan kaya
buah dan sayur, menghindari kebiasaan yang dapat memperburuk keadaan
kista, dan menganjurkan untuk menerapkan metode KB alami
3. Menganjurkan untuk selalu istirahat yang cukup
4. Menganjurkan untuk rajin berolahraga

Pembinaan terhadap pasien dan keluarga:


1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit kista ovarium,
meliputi faktor risiko, komplikasi dan pencegahan komplikasi. Memotivasi
pasien dan keluarga untuk bersama-sama memperhatikan penyakit pasien.
2. Menjelaskan kepada pasien tentang perilaku atau kebiasaan yang dapat
memperburuk keadaan kista dan juga metode KB alami untuk mencegah
terjadinya kehamilan.
3. Menganjurkan kepada pasien segera memeriksakan diri ke dokter atau
Puskesmas terdekat.
4. Menganjurkan pasien untuk banyak beristirahat, menghindari kelelahan,
dan stres.
5. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk saling mengingatkan kontrol ke
rumah sakit.
4.2 SARAN
Untuk meningkat kualitas hidup dari pasien dengan kista ovarium diperlukan
pendekatan keluarga dalam penatalaksanaan pasien secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI., 2010. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.


2. Campbell S, Monga A. Benign Disease of The Ovary in Gynecology by Ten
Teachers 17th Ed. ELST, London, 2000: p.131-141
3. Berek J.S, Adashi E.Y, Hillard P.A. Benign Disease of The Female
Reproductive Tract Symtoms and Sing in Novaks gynecology, 12th Ed,
Wiliam & Wilkins, USA, 1996: p.361-377
4. Linawati, Lely. 2013. Tingkat Pengetahuan Wanita Subur tentang Kista
Ovarium di Desa Jabung Sragen Tahun 2013.
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
6. Corvin, E.J., 2008. Penyakit Kandungan. Yogyakarta: Fitramaya.
7. Hadibroto, Budi R. 2005. Laparaskopi pada Kista Ovarium, Majalah
Kedokteran Nusantara,Vol. 38, No. 3.
8. Benson, R.C., 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
9. Manuaba, I.B.G., 2009. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita. Jakarta:
EGC.
10. Sinclair, Norman. 2010. Polycystic Ovary Syndrome. United States of
America: Cambridge.
11. Norwitz, Errol dan John Schorge. 2008. At a Glance: Obstetri & Ginekologi.
Jakarta: Erlangga.
12. Kumar, Cotran, Robbins. 2013. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC.
13. Rasjidi, I., 2009.Deteksi Dini, dan Pencegahan Kanker pada Wanita.
Jakarta:Sagung Seto.
14. Henderson, C., 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC.
15. Bustan, M., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta:Rineka
Cipta.
16. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
17. Yatim, F., 2005. Penyakit Kandungan , Myoma, Kanker Rahim/ Leher rahim
dan Indung Telur, Kista, serta Gangguan lainya. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
18. Anies. Kedokteran Keluarga: Pelayanan Kedokteran yang Berprinsip
Pencegahan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2014
DOKUMENTASI

Halaman belakang danmandi


Kamar kandang

Kamar 2
Dapur
Bagian depan rumah Halaman Depan

Ruang tamu
Kamar 1

Ruang keluarga Ruang makan

Anda mungkin juga menyukai