Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Menulis

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian menulis, tujuan menulis,

teknik menulis, faktor-faktor yang mempengaruhi menulis, dan teknik penilaian hasil

karangan.

a. Pengertian Menulis

Dalam berkomunikasi seseorang pasti akan menggunakan keterampilan

berbahasanya, baik untuk berkomunikasi langsung maupun tidak langsung. Salah

satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi atau mengirimkan

pesan secara tidak langsung adalah menulis. Menulis dapat didefisikan sebagai suatu

kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai

alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu

tulisan. Tulisan merupakan sebuah symbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat

dan disepakati pemakaiannya.

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang- lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang

lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka memahami

bahasa dan gambaran grafik itu.

Menurut Lado dalam buku yang ditulis Tarigan (1994: 21), menjelaskan

bahwa Menulis adalah suatu represensi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi

bahasa, hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis

dan menulis.

8
Lalu ada juga pendapat dari Crimmon dalam buku yang ditulis Syarif dkk

(2009: 5) yang menyatakan bahwa

Menulis adalah kerja keras, tetapi juga merupakan kesempatan untuk


menyampaikan sesuatu tentang diri sendiri mengkomunikasikan gagasan
kepada orang lain, bahkan dapat menpelajari sesuatu yang belum diketahui.

Berdasarkan konsep diatas, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan

komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata dengan menggunakan

simbol- simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.

Menurut Mulyati dkk (2009: 1.13) menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Dari

penjelasan tersebut dapat dikatakan menulis adalah suatu keterampilan berbahasa

yang paling rumit diantara jenis- jenis keterampilan bahasa lainnya. Menulis

bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat- kalimat, melainkan juga

mengembangkan dan menuangkan pikiran- pikiran dalam suatu struktur tulisan yang

teratur.

b. Tujuan Menulis

Dalam melakukan kegiatan penelitian, biasanya seorang peneliti mempunyai

alasan atau tujuan penelitian yang objektif yang dapat dipertanggungjawabkan di

hadapan para pembacanya. Karya yang dihasilkan oleh para peneliti, pada dasarnya

berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau pendapat yang ditujukan kepada para

pembacanya, agar gagasan atau pendapat si peneliti dapat dipahami dan diterima oleh

para pembacanya. Menurut Syarif dkk (2009: 6) menyatakan bahwa tujuan dari

penelitian adalah sebagai berikut ini:

1) Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk
pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar pembaca

memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang dapat

maupun yang terjadi dimuka bumi ini.

2) Membujuk; melalui tulisan seorang peneliti mengharapkan pula pembaca dapat

menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan.

3) Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan.

4) Menghibur; fungsi dan tujuan dalam konunikasi, bukan monopoli media masa,

radio, televisi, naming media cetak dapat pula berperan dalam menghibur

pembacanya.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menulis

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis. Menurut Syarif, dkk

(2006:13) dikatagorikan dua faktor yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

eksternal diantaranya belum tersedia fasilitas pendukung, berupa keterbatasan sarana

untuk menulis. Faktor internal mencangkup faktor psikologis dan faktor teknis.

Faktor psikologis diantaranya faktor kebiasaan atau pengalaman yang

dimiliki. Semakin terbiasa menulis maka kemampuan dan kualitas tulisan akan

semakin baik. Faktor lain yang yang tergolong faktor psikologis adalah faktor

kebutuhan.

Faktor teknik meliputi penguasaan akan konsep dan penerapan teknik- teknik

menulis. Konsep yang berkaitan teori- teori menulis yang terbatas yang dimiliki

seseorang turut berpengaruh. Faktor kedua dari faktor teknik yakni penerapan konsep.

Keterampilan menulis banyak kaitannya dengan kemampuan membaca maka

seseorang yang ingin memiliki kemampuan menulisnya lebih baik dituntut untuk
memiliki kemampun membaca

d. Teknik Penilaian Hasil Karangan

Dalam setiap pembelajaran pasti akan membutuhkan penilaian, untuk

mengukur kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Demikian juga pada pembelajaran

Bahasa Indonesia materi menulis, khususnya Karangan Deskripsi. Penilaian

merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat memacu siswa untuk lebih

berprestasi. Secara yuridis berdasarkan PP No. 20 tahun 2007 tentang Standar

Penilaian Pendidikan terdapat beberapa istilah untuk proses penilaian, yaitu seperti

penilaian pendidikan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir, ujian

sekolah, dan lain sebagainya.

Penilaian terhadap hasil pembelajaran menulis mempunyai kelemahan, yaitu

lebihnya kadar subjektivitas ditimbang daripada kadar objektivitas. Hal ini

dimaksudkan, jika ada dua orang yang menilai suatu karangan, pasti hasil

penilaiannya akan berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan sebuah teknik penilaian

untuk memperkecil kadar subjektivitas penilaian.

Menurut Machmud dalam buku yang ditulis oleh Nurgiyantoro (2001: 305)

mengemukakan tentang

Kategori-kategori yang pokok diperlukan dalam penilaian hasil karangan,


yang meliputi kualitas dan ruang lingkup isi, organisasi dan penyajian isi,
gaya dan bentuk bahasa, mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapihan,
dan kebersihan tulisan, dan respon afektif guru terhadap karya tulis.

Maka dari itu, agar guru dapat menilai hasil karangan siswa secara objektif

dan lebih rinci, maka harus dengan menggunakan teknik penilaian yang bersifat

analitis.

e. Teknik Menulis Karangan


Dalam kehidupan bermasyarakat, orang-orang lebih menghargai karya tulis

yang segi penelitinya jelas. Hal ini dikarenakan, kejelasan merupakan asas yang

pertama dan utama bagi hampir semua karangan. Menurut Gunning dalam buku yang

ditulis Syarif dkk (2009: 9) mengemukakan sepuluh pedoman untuk menghasilkan

sesuatu karangan yang jelas yaitu sebagai berikut:

1) Usahakan kalimat-kalimat yang pendek.

2) Pilihlah yang sederhana ketimbang yang rumit kata-kata yang sederhana, kalimat

yang sederhana, bahasa yang sederhana lebih meningkatkan keterbacaan sesuatu

karangan.

3) Pilihlah kata yang umum dikenal.

4) Hindari kata-kata yang tidak perlu.

5) Berilah tindakan dalam kata-kata kerja.

6) Menulislah seperti bercakap-cakap.

7) Pakailah istilah-istilah yang pembaca dapat menggambarkan.

8) Kaitkan dengan pengalaman pembaca.

9) Manfaatkan sepenuhnya keanekaragaman.

10) Mengaranglah untuk mengungkapkan, bukan untuk mengesankan.

2. Karangan Deskripsi

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian mengarang, ragam karangan,

karangan deskripsi, dan karakteristik karangan deskripsi.

a. Pengertian Mengarang

Menurut Widyamartaya (1997: 9) menjelaskan bahwa Mengarang adalah

suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan


jiwanya kepada orang lain, atau kepada diri sendiri, dalam tulisan. Langkah- langkah

dalam menyusun karangan adalah sebagai berikut:

1) Memilih bahan pembicaraan (topik).

2) Menentukan tema dari bahan pembicaraan itu.

3) Menentukan tujuan karangan yang akan dibuat serta bentuk karangan.

4) Menentukan pendekatan terhadap tema pembicaraan.

5) Membuat bagan atau rencana pembicaraan.

6) Pandai memulai karangan.

7) Pandai membangun paragraph dan menjalin kesinambungan paragraph.

8) Pandai mengakhiri atau menutup karangan.

9) Pandai membuat judul karangan.

b. Ragam Karangan

1) Narasi

Menurut Keraf (1983:135) menyatakan bahwa, Narasi adalah Suatu

bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa

sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa

itu.

2) Eksposisi

Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.12) menyatakan bahwa, Eksposisi

adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan,

atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah

pengetahuan dan pandangan pembacanya. Eksposisi merupakan bentuk retorika

yang digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah yang tidak berusaha


mempengaruhi pendapat orang lain. Menulis eksposisi harus dibekali dengan

pemahaman objek yang dibicarakan dengan mengetahui prinsip umum atau teori

ilmiahnya. Peneliti juga harus mempunyai kemampuan menganalisis persoalan

secara jelas dan konkret.

3) Deskripsi

Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.11) menyatakan bahwa, Deskripsi

adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan

kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penelitinya. Objek

dalam karangan deskripsi itu dapat berupa manusia, tempat dan suasana.

4) Argumentasi

Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.12) menyatakan bahwa,

Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan

pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penelitinya.. Karangan

argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat

atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.

5) Persuasi

Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.13) menyatakan bahwa, Persuasi

adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat

pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penelitinya. Jenis karangan

persuasi sangat berbeda dengan karangan argumentasi, jika karangan argumentasi

pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan untuk mencapai suatu kebenaran,

maka karangan persuasi lebih menggunakan pendekatan emosional dan kadang-

kadang isi karangan sedikit dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada


pembaca. Contoh karangan persuasi adalah seperti propaganda, iklan, selebaran,

atau kampanye.

c. Karangan Deskripsi

Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.13). Karangan deskripsi merupakan

jenis karangan yang ditulis untuk mendeskripsikan atau memberikan,

menggambarkan, atau melukiskan suatu objek sehingga pembaca memiliki

penghayatan seolah- olah menyaksikan atau mengalaminya sendiri. Ciri-ciri karangan

deskripsi adalah sebagai berikut

1) Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.

2) Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan

indera.

3) Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

Karangan Deskripsi memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan

manusia sehari harinya, karena setiap saat dalam hidup ini seseorang selalu berusaha

untuk mendeskrisikan sesuatu dengan sejelas jelasnya. Sehingga orang lain

mendengar, merasakan, dan melihat secara langsung yang dideskripsikan.

Penggambaran sesuatu dalam karangan deskripsi memerlukan kecermatan

pengamatan dan ketelitian peneliti yang kemudian dituangkan oleh peneliti dengan

menggunakan kata- kata yang kaya dengan nuansa dan bentuk. Dengan kata lain,

peneliti harus sanggup mengembangkan suatu objek dalam rangkaian kata- kata yang

penuh arti dan kekuatan sehingga pembaca dapat menerimanya seolah- olah melihat,

mendengar, merasakan, menikmati sendiri objek itu.

Keraf (1980:93) berpendapat, Karangan deskripsi adalah sebuah karangan


yang bertalian dengan usaha- usaha para pengarang untuk memberikan perincian dari

objek yang sedang dibicarakan.

Sedangkan menurut Suparni (1986:92) menyatakan sebagai berikut,

Karangan Deskripsi adalah sebuah karangan yang didalamnya melukiskan


suatu situasi atau keadaan dengan kata- kata sehingga pembaca melihat
seolah- olah melihat, mendengar dan merasakan sendiri objek yang dilukiskan
dalam deskripsi itu.

Dari beberapa pendapat diatas, pada prinsipnya pendapat tersebut tidak jauh

berbeda. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa karangan yang bercorak prosa

deskripsi merupakan jenis karangan yang menuntun penelitinya mampu melukiskan

hal suasana, peristiwa, sehingga penikmat ikut merasakan atau paling tidak mampu

menginterpreksikan dan mampu menangkap apa yang dilukiskan oleh peneliti.

Karangan Deskripsi digunakan untuk membangkitkan impresi atau kesan

tentang objek yang diwacakan karangan itu. Untuk membagkitkan kesan yang

diinginkan karangan prosa diskripsi harus mampu mempengaruhi sensifitas dan

imajinasi pembacanya.

d. Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi

Menurut Suparno dan Yunus (2008: 4.22) mengemukakan bahwa untuk

membantu atau mempermudah dalam proses pendeskripsian, maka dapat mengikuti

rambu-rambu sebagai berikut ini:

1) Menentukan apa yang akan dideskripsikan: apakah akan mendeskripsikan tempat

atau orang.

2) Merumuskan tujuan pendeskripsian: apakah deskripsi dilakukan sebagai alat


bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi.

3) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan: kalau yang dideskripsikan orang,

apakah yang dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya, atau benda-

benda di sekitar tokoh. Kalau yang dideskripsikan tempat, apakah yang akan

dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagian-bagian tertentu saja yang

menarik.

4) Memperinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang

akan dideskripsikan. Hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu

memunculkan kesan dan gambaran kuat menganai sesuatu yang dideskripsikan.

Pendekatan apa yang akan digunakan oleh peneliti.

e. Karakteristik karangan deskripsi

Deskripsi berasal dari kata bahasa latin describere yang berarti suatu bentuk

karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga

pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakannya) apa

yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penelitiannya. Karangan deskripsi merupakan

karangan yang kita susun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk

menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca. Disamping itu,

peneliti karangan deskripsi membutuhkan keterlibatan perasaan.Dalam menulis

karangan deskripsi yang baik dituntut tiga hal. Pertama, kesanggupan berbahasa kita

yang memiliki kekayaan nuansa dan bentuk. Kedua, kecermatan pengamatan dan

keluasan pengetahuan kita tentang sifat, ciri, dan wujud objek yang dideskripsikan.

Ketiga, kemampuan kita memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan

keterhidupan deskripsi.
Untuk membantu mempermudah pendeskripsian, berikut ini disajikan rambu-

rambu yang dapat diikuti:

1) Menentukan apa yang akan dideskripsikan.

2) Merumuskan tujuan pendeskripsian.

3) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan.

4) Memperinci dan menyistematiskan hal- hal yang menujang kekuatan bagian yang

akan dideskripsikan.

Berdasarkan kategori yang lazim, ada dua objek yang diungkapkan dalam

deskripsi, yakni orang dan tempat.

1) Deskripsi orang

Untuk mengenali lebih dalam deskripsi orang, tentukan hal- hal yang

menarik dari orang yang akan dideskripsikan. Setelah itu, kemukakan informasi

tentang orang itu dengan retorika pengungkapan yang memungkinkan pembaca

seolah- olah mengenalinya sendiri.

Beberapa aspek yang dapat dipakai dalam mendeskripsikan orang:

a) Deskripsi fisik bertujuan memberi gambaran yang sejelas- jelasnya tentang

keadaan tubuh seseorang tokoh.

b) Deskripsi keadaan sekitar, yaitu penggambaran keadaan yang mengelilingi

sang tokoh, misalnya penggambaran tentang aktivitas- aktuvitas yang

dilakukan, pekerjaan atau jabatan, pakaian, tempat kediaman, dan kendaraan,

yang ikut menggambarkan watak seseorang.

c) Deskripsi watak atau tingkah perbuatan yaitu mendeskripsikan watak

seseorang. Kita harus mampu menafsirkan tabir yang tergantung dibalik fisik

manusia. Kemudian, menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat


memperlihatkan karakter yang digambarkan.

d) Deskripsi gagasan- gagasan tokoh menggambarkan pancaran wajah,

pandangan mata, gerak bibir, dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang

keadaan perasaan seseorang pada waktu itu.

2) Deskripsi tempat

Deskrisi tempat berdasarkan pada tiga hal yaitu:

a) Suasana hati

Pengarang harus dapat menetapkan suasana hati manakah yang paling

menonjol untuk dijadikan landasan.

b) Bagian yang relevan

Pengarang deskripsi juga harus mampu memilih detail- detail yang

relevan untuk dapat menggambarkan suasana hati.

c) Urutan penyajian

Mampu menetapkan urutan yang paling baik dalam menampilkan

detail- detail yang dipilih.

3. Media Objek Langsung

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian media dan prinsip-prnsip

umum penggunaan media, dan media Objek Langsung.

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata

medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutu)

atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara

dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Oleh

karena itu, media pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan


pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan.

Menurut pendapat Bretz,(Anitah,2008:1) mengatakan bahwa media adalah

sesuatu yang terletak di tengah- tengah, jadi suatu perantara yang menghubungkan

semua pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan, dan membedakan antara

media komunikasi dan alat bantu komunikasi. Perbedaannya adalah bahwa yang

pertama merupakan sesuatu yang berkemampuan untuk menyajikan keseluruhan

informasi dan menggerakan saling tindak antara pembelajaran dengan subjek yang

dipelajari, sedangkan yang kedua semata- mata adalah penunjang pada penyajian

dilakukan oleh guru.

Pendapat lain dikemukakan oleh Gerlach dan Ely (Anitah, 2008 : 2), sebagai

berikut: media adalah grafik, fotografi, elektronik atau alat- alat mekanik untuk

menyajikan , memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual.

Dari berbagai definisi tersebut tersebut dapat dikatakan bahwa media

pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan

kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan

sikap. Dengan pengertian itu, guru, atau dosen, buku ajar, lingkungan adalah media

pembelajaran.

b. Prinsip- prinsip umum penggunaan media

Dalam memilih media untuk pembelajaran, guru sebenarnya tidak hanya

cukup mengetahui tentang kegunaan , nilai, serta landasannya, tetapi juga harus

mengetahui bagaimana cara menggunakan media tersebut. Adapun prinsip- prinsip

umum penggunaan media adalah sebagai berikut:

1) Kesederhanaan (Simplicity)
Bentuk media ini harus ringkas, sederhana dan dibatasi pada hal-hal yang penting

saja,Konsepnya harus tergambar dengan jelas serta mudah dipahami.

2) Kesatuan (Unity)

Pada Prinsip Kesatuan ini adalah hubungan yang ada diantara unsur-unsur visual

dalam kesatuan fungsinya secara keseluruhan.

3) Penekanan (Emphasis)

Walaupun ditunjukan dengan suatu gagasan tunggal,yang dikembangkan secara

sederhana ,merupakan suatu kesatuan, sering diperlukan penekanan pada bagian-

bagian tertentu untuk memusatkan minat dan perhatian.

4) Keseimbangan (Balance)

Ada dua jens keseimbangan, yaitu: formal dan informal. Keseimbangan formal

dapat ditunjukan dengan adanya pembagian secara simetris, sehingga dapat

dibayangkan seperti didepan kaca, sebagian dari bentuk yang digambarkan

merupakan belahan yang lain. Bentuk ini terkesan statis. Sebaliknya,

keseimbangan informal, bentuknya tidak simetris. Bagian-bagiannya

dikembangkan sehingga tidak terkesan statis.

5) Alat-alat visual

Alat-alat visual yang dapat membantu keberhasilan penggunaan prnsip-prinsip

pembuatan (pengembangan) media visual tersebut di atas adalah: garis, bentuk,

warna, tekstur, dan ruang(kemp, 1890), sebagai berikut:

a. Garis. Suatu garis dalam media visual dapat menghubungkan unsur-unsur

bersama dan akan membimbing pemirsa untuk mempelajari media

tersebutdalam suatu urutan tertentu.

b. Bentuk. Suatu bentuk yang tidak biasa (aneh) dapat menimbulkan suatu
perhatiankhusus pada sesuatu yang divisualkan.

c. Ruang. Ruang terbuka disekeliling unsur-unsur visual dan kata-kata akan

mencegah kesan berjejal dalam suatu media visual. Kalau ruang itu digunakan

dengan cermat, maka unsur-unsur yang dirancang menjadi efektif.

d. Tekstur. Tekstur adalah unsure visual yang dijadikan sebagai pengganti

sentuhan rasa tertentu dan dapat juga dipakai sebagai pengganti warna,

memberikan penekanan, pemisahan, atau untuk meningkatkan kesatuan.

e. Warna. Warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam media

visual, tetapi harus digunakan secara berhati-hatiuntuk memperoleh pengaruh

yang terbaik. Untuk memilih warna ini harus diperhatikan tiga hal, yaitu:

1) Warna (merah, biru, dsb)

2) Nilai warna (gelap,terang)

3) Kekuatan warna (efeknya)

c. Media Objek Langsung

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian media Objek Langsung,dan

langkah langkah pembelajaran media objek langsung

1) Pengertian media Objek Langsung

Menulis Objek Langsung merupakan salah satu sub bagian dari Model

Pembelajaran Menulis/Mengarang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sub

bagian yang lain dari model pembelajaran Menulis yaitu : Menulis Objek

Gambar, Menulis Re-Kreasi dan Menulis Imajinatif.

Model pembelajaran Menulis Objek Langsung merupakan pembelajaran

awal/permulaan pada model pembelajaran Menulis. Dalam model pembelajaran

menulis ini siswa dilatih untuk mengungkapkan sesuatu berupa objek langsung
(misalnya: kursi, bunga, buah-buahan, kelinci,dsb) lalu menuliskan dalam

beberapa kalimat yang diamatinya. Bisa warnanya, bentuknya, baunya, tingkah

lakunya, dsb. Pilihan tergantung situasi pembelajaran seperti yang

dikehendaki/diinginkan, dan relevansinya dengan tujuan Efektifitas pembelajaran

Melalui Media Objek Langsung akan membantu siswa dalam memahami materi

pelajaran. Media objek langsung yang dimaksudkan adalah objek yang berada di

lingkungan sekitar siswa Penggunaan media obyek langsung dalam kegiatan

pembelajaran, berarti siswa dapat belajar melalui lingkungan. Hal tersebut berarti

bahwa guru dapat menjadikan lingkungan sebagai sumber dan media

pembelajaran sekaligus. Hal terseut berarti bahwa media obyek langsung, dapat

digunakan guru sebagai sumber belajar, sekaligus menjadi media yang digunakan

dalam kegiatan pembelajaran. Karena media tersebut berasal dari lingkungan

siswa, maka media obyek langsung dapat berupa benda hidup maupun benda mati.

Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan pengajaran melalui

obyek langsung digunakan dengan pendekatan lingkungan dimana kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru menjadikan lingkungan sebagai sumber

belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik

perhatian siswa jika apa yang dipelajarinya diangkat dari lingkungannya. Siswa

dapat dengan mudah mengamati benda nyata atau obyek langsung yang berkaitan

dengan materi yang dipelajari. Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti

siswa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri

apa-apa yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian siswa dapat memahami

sesuatu secara lengkap karena siswa mengamati secara langsung obyek aslinya.
Pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pengamatan langsung terhadap objek

langsung dan nyata akan lebih lengkap jika dibandingkan dengan penggunaan

obyek tidak langsung.

Salah satu contoh jika mempelajari tentang Spesies Kupu-kupu, maka

siswa dapat diajak untuk melihat spesies kupu-kupu di tempat penangkaran kupu-

kupu, misalnya di Bantimurung yang terkenal dengan The King of Butterfly.

Melalui pembelajaran pada obyek langsung, siswa dapat mempelajari keadaan

objek secara aktual. Siswa secara langsung dapat mengamati, memperhatikan

secara langsung obyek yang sedang dipelajari. Jika siswa mempelajari obyek

tentang daun, maka siswa dapat melihat secara langsung daun tersebut. Dengan

demikian siswa dapat secara teliti mengamati obyek sesungguhnya dari hal yang

sedang dipelajari. beberapa jenis media obyek langsung yang bersumber dari

lingkungan yang dapat didayagunakan untuk kepentingan pembelajaran yaitu

lingkungan fisik, alam dan lingkungan buatan. Dengan demikian jika

pembelajaran menggunakan media obyek langsung, maka kegiatan pembelajaran

tersebut menjadikan lingkungan sebagai media dan sumber belajar. Media obyek

langsung tersebut dapat berupa benda hidup atau benda mati yang berada di

lingkungan kehidupan siswa.

2). Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi

Menurut Suparno dan Yunus (2008: 4.22) mengemukakan bahwa untuk

membantu atau mempermudah dalam proses pendeskripsian, maka dapat

mengikuti rambu-rambu sebagai berikut ini:


a. Menentukan apa yang akan dideskripsikan: apakah akan mendeskripsikan

tempat atau orang.

b. Merumuskan tujuan pendeskripsian: apakah deskripsi dilakukan sebagai

alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi.

c. Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan: kalau yang dideskripsikan

orang, apakah yang dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya,

atau benda-benda di sekitar tokoh. Kalau yang dideskripsikan tempat,

apakah yang akan dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagian-

bagian tertentu saja yang menarik.

d. Memerinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan

bagian yang akan dideskripsikan. Hal-hal apa saja yang akan ditampilkan

untuk membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat menganai

sesuatu yang dideskripsikan. Pendekatan apa yang akan digunakan oleh

penulis.

4. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian Bahasa dan Sastra Indonesia,

tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dan ruang lingkup pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia.

a. Pengertian Bahasa dan Sastra Indonesia

Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu dari beberapa macam

mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Mata


pelajaran Bahasa Indonesia dalam KTSP bertujuan untuk mengembangkan sikap dan

berperilaku positif dalam berbahasa. Bahasa Indonesia di sekolah digunakan sebagai

bahasa pengantar sejak sekolah dasar sampai Perguruan Tinggi Bahasa dan Sastra

Indonesia. Menurut Solchan, dkk (2009: 7.5) Bahasa dan Sastra Indonesia adalah

pembelajaran bahasa indonesia yang ditekankan pada pengembangan salah satu

kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yang ada.

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Di sekolah dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan sebagai mata

pelajaran pokok, akan tetapi pada kelas rendah untuk daerah-daerah tertentu masih

digunakan bahasa daerah sebagai alat berinteraksi dalam proses belajar mengajar

dikelas. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar diajarkan secara penuh

sebagai mata pelajaran dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat

berinteraksi dalam proses belajar mengajar diberikan kepada kelas tinggi, yaitu kelas

III-VI.

Untuk kelas I dan II (kelas rendah), pembelajaran Bahasa Indonesia

menekankan pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan,

sedangkan untuk kelas III- VI (kelas tinggi) menekankan pada peningkatan

kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan

standar kompetensi yang telah ditentukan dalam kurikulum.

Menurut Muslim (2007), menjelaskan bahwa pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia bertujuan membekali peserta didik kemampuan berkomunikasi

secara efektif dan efisien dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis . Lalu berdasarkan

Hartati,dkk (2006:176) meli, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa dan


Sastra indonesia secara umum meliputi :

1) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa Negara.

2) Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta

menggunakannya dengan tepat dan kreatif dalam bermacam-macam tujuan.

3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan

kemampuan intelektual, kematangan emosional dan sosial.

4) Siswa memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa.

5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan

kepribadian, wawasan kehidupan, meningkatkan kemampuan berbahasa.

6) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya

dan intelektual.

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-

sekolah terutama sekolah dasar terdiri dari beberapa ruang lingkup yaitu

1) Menyimak

Menurut Hartati (2006:185), menjelaskan bahwa Menyimak dan

berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung. Dengan

melatih keterampilan menyimak akan melatih keterampilan berpikir atau bernalar

siswa, sehingga siswa dapat menerima, memahami, dapat menyampaikan kembali

informasi tersebut melalui lisan atau tulisan dengan menggunakan bahasa yang

dapat dipahami oleh pendengarnya.

2) Berbicara
Menurut Hartati (2009:1.11), menjelaskan bahwa ada tiga jenis situasi

berbicara yaitu interaksi, semiinteraksi, dan noninteraksi. Situasi-situasi

berbicara interaktif misalnya, percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat

telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengar,

dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat

meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian

berbicara semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara

langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi

terhadap pembicara, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari

ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Lalu noninteraktif, misalnya berpidato

melalui radio atau televisi. Menurut Hartati (2006:185), menjelaskan bahwa

Berbicara merupakan berbahasa yang produktif.

3) Membaca

Pembelajaran membaca di sekolah dasar diselenggarakan dalam rangka

pengembangan kemampuan membaca yang mutlak harus dimiliki oleh setiap

warga Negara agar dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan,

Pembelajaran membaca di sekolah dasar terdiri atas dua bagian, yakni membaca

permulaan di kelas I dan II. Melalui permulaan membaca ini siswa diharapkan

mampu mengenali huruf, suku kata, kalimat, dan mampu membaca dalam

berbagai konteks. Lalu yang kedua adalah membaca lanjut mulai dari kelas III

dan seterusnya.

4) Menulis

Menurut Mulyati (2009:1. 13), menyatakan bahwa menulis merupakan


ketrampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan

suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara jenis-jenis keterampilan

berbahasa lainnya.

5) Kebahasan

Pembelajaran kebahasan di SD, sebenarnya belum diberikan secara khusus

seperti di SLTA, tetapi disajikan melalui konteks yang termasuk kebahasan.

Maksudnya, kebahasan dapat disajikan melalui aspek membaca, pengucapan lafal

yang benar, intonasi kalimat, paragraph, penulisan ejaan yang benar dan

seterusnya. Aspek kebahasan menunjang keempat keterampilan berbahasa.

6) Sastra

Menurut Hartati (2006:187), merupakan pembelajaran sastra di SD,

ditekankan pada apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia SD. Kegiatan

pembelajaran sastra di SD disajikan secara terpadu melalui aspek-aspek

keterampilan bahasa seperti menyimak (mendengar, menonton) hasil karya sastra

membaca pemahaman, membaca indah, bercerita menulis.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 pada

tahun 2001 tentang Pemerintahan Daerah, maka disetiap daerah di Indonesia

diberikan kewenangan atau pemberdayaan untuk mengatur pendidikan dan

kebudayaannya sendiri-sendiri. Pemberian otonomi dalam bidang pendidikan,

misalnya dengan upaya pemberdayaan terhadap daerah untuk menentukan sendiri

jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran, dan sistem penilaian hasil

belajar, guru dan kepala sekolah, fasilitas dan sarana belajar siswa.

Salah satu contoh dari diberlakukannya otonomi daerah tentang


pendidikan adalah dengan diberikan kewenangan untuk menentukan kurikulum

yang dipakai di setiap sekolah. Menurut Dakir (2004:3) menyatakan bahwa,

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan

belajar mengajar. Kurikulum yang digunakan pada setiap sekolah sebagai akibat

dari adanya peraturan otonomi daerah adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah

kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh

masing- masing satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP). KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

KTSP dikembangkan melalui upaya pemberdayakan tenaga kependidikan sumber

daya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu hasil belajar di lingkungan

masing- masing tingkat satuan pendidikan.

d. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator

Dalam hal ini Standar kompetensi,kompetensi dasar dan indikator dalam

menulis karangan yang dipakai adalah:

Standar Kompetensi : Menulis

8. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara

tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman dan pantun

anak.

Kompetensi Dasar : 8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana


dengan memperhatikan penggunaan ejaan huruf kapital

dan tanda titik.

Indikator : 8.1.1 Menjelaskan pengertian karangan deskripsi.

8.1.2 Mengetahui langkah-langkah menulis karangan

deskripsi.

8.1.3 Membuat karangan deskripsi dengan panduan

objek langsung.

B. Hasil yang Relevan

Penelitian tentang permasalahan dalam mata pelajaran bahasa indonesia, terutama

pada aspek menulis dengan menggunakan media objek langsung belum banyak dilakukan.

Oleh karena itu, penelitian tentang media objek lagsung dalam mata pelajaran Bahasa

indonesia menjadi menarik untuk dilakukan. Adapun penelitian yang relevan dalam

penelitian ini adalah penelitian Mintarni (2010).

Mintarni (2010) alumni Universitas Siliwangi melakukan penelitian yang berjudul

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Menggunakan

Media Objek Langsung Kompetensi Dasar Materi Makna gotong- royong Pada Siswa Kelas

III Sekolah Dasar Negeri 01 Babakan Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2009-2010.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka diperoleh simpulan bahwa metode pembelajaran

dengan menggunakan media 0bjek langsung terbukti dapat meningkat hasil belajar

pendidikan kewarganegaraan kompetensi dasar makna gotong-royong pada siswa kelas III

SD Negeri 01 Babakan Kabupaten Ciamis. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya

peningkatan rata-rata hasil belajar pendidikan kewarganegaraan saat pre test rata-rata 6,25

post test siklus I menjadi 6,45, siklus II menjadi 6,90 dan siklus III meningkat menjadi 7,50.
C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran menulis, khususnya menulis karangan deskripsi terkadang menjadi

pembelajaran yang membosankan apalagi metode dan media yang digunakan bersifat

konvensional. Akibat hal itu, siswa tidak tertarik dan pasif dalam pembelajaran menulis,

sehingga kemampuan menulis siswa rendah. Media Objek langsung salah satu media

pembelajaran yang dipilih dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi.

Deskripsi merupakan tulisan yang tujuannya memberi perincian atau detail tentang objek

sehingga dapat memberikan pengaruh sensivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar.

Media Objek langsung merupakan media yang konkrit dan realistik karena objek langsung

merupakan penggambaran nyata dari suatu objek atau peristiwa. Maka dari itu, media

objek langsung digunakan sebagai media pembelajaran. Selain itu objek langsung lebih

menarik dan lebih memperjelas siswa. Proses kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan

pada siklus I, peneliti selaku guru pelaksana akan menggunakan media objek langsung

lingkungan Sekolah . Sedangkan, proses kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada

siklus II, peneliti selaku guru pelaksana akan menggunakan media objek langsung

persawahan dengan menggunakan media Objek Langsung diharapkan kemampuan menulis

karangan deskripsi di SD Negeri 1 Karang Nanas akan meningkat. Untuk lebih jelasnya

perhatikanlah bagan kerangka berpikir dari penelitian ini sebagai berikut:


Kondisi Gurubelum Kemampuan
menggunakan menulis
Awal mediaObjek karangan
langsungdalam deskripsisiswa
pembelajaran masihrendah

Guru sudah Kemampuan


menggunakan menulis
Siklus I media objek karangan
langsung dalam deskripsisiswa
pembelajaran. meningkat

Guru sudah Kemampuan


menggunakan menulis
Siklus II media objek karangan
langsung dalam deskripsisiswa
pembelajaran
meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir penelitian diatas, maka penelitian hipotesis tindakan ini

adalah: Dengan menggunakan media dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi akan

membantu siswa dalam kegiatan menulis karangan deskripsi sehingga dapat meningkatkan

kemampuan menulis karangan deskripsi. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis

bahwa penggunaan media objek langsung dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis

karangan deskripsi.

Anda mungkin juga menyukai