Anda di halaman 1dari 9

Gambar a.

Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi atau siklus air tanah erat hubungannya dengan siklus air

meteoric. Siklus ini dapat berlangsung akibat panas sinar matahari. Proses-proses

utama yang berlangsung dalam siklus ini meliputi proses evaporasi, evapotranspirasi,

dan presipitasi. Proses evaporasi adalah proses terjadinya penguapan air ke atmosfer

dari tubuh-tubuh air yang ada di permukaan bumi, baik dari laut, sungai atau danau.

Sedangkan proses evapotranspirasi merupakan gabungan dari proses penguapan air

yang terkandung di tanah, yaitu soil moisture dri zona perakaran dan aktivitas vegetasi

(transpirasi) dengan proses evaporasi. Selanjutnya proses presipitasi (hujan) akan

mengembalikan air tersebut dari atmosfer ke daratan dn juga lutan. Sebagai air hujan

tertampung di danau/rawa (depression storage), sebagian mengalir di darat (overland

flow), membentuk aliran permukaan (surface run off/direct run off), sebagai bagian
dari aliran sungai (stream flow) dan sebagian lagi terserap (infiltrasi) di daerah

rechange menjadi airtanah.

Berdasarkan Perkiraan Jumlah Air di Bumi (UNESCO, 1978 dalam Chow et al,

1988) dijelaskan bahwa sebenarnya jumlah air tanah yang ada di bumi ini jauh lebih

besar dibanding jumlah air permukaan. 98% dari semua air di daratan tersembunyi di

bawah permukaan tanah dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Ada dua

sumber air tanah yaitu:

1. Air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam

formasi batuan dan akhirnya mencapai muka air tanah.

2. Air dari aliran air permukaan seperti sungai, danau, dan reservoir yang meresap

melalui tanah ke dalam lajur jenuh.

Sedangkan berdasarkan asalnya, air tanah dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu Air

Tanah Meteorit (Vados), Air Tanah Baru (Juvenil), dan Air Konat. Air Tanah

Meteorit (Vados) merupakan air tanah yang berasal dari proses presipitasi (hujan) dari

awan yang mengalami kondensasi bercampur debu meteorit. Air Tanah Juvenil

merupakan air tanah yang terbentuk dari dalam bumi karena intrusi magma. Air tanah

juvenil ditemukan dalam bentuk air panas (geyser). Air Konat merupakan air tanah

yang terjebak pada lapisan batuan purba.

Air tanah adalah bagian dari air yang ada dibawah permukaan tanah (subsurface

water), yakni yang berada di zona jenuh air (zone of satuation). Keterdapatan air tanah

pada zona jenuh akan mengisi ruang-ruang antara butir batuan rongga-rongga batuan.
Apabila ditijau dari sifanya terhadap air batuan tersebut dapat dibedakan atas:

Akuifer (aquifer)

Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeable

baik yang terkonsolidasi (lempung) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan

kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas hidraulik (K) sehingga

dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam jumlah (kuantitas) yang ekonomis.

Pasir dan kerikil merupakan contoh suatu jenis akuifer. Lapisan akifer ini sangat

penting dalam usaha penyadapan air tanah.

Aquiclude (lapisan kedap air)

Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang kedap

air (impermeable) dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangt kecil

sehingga tidak memungkinkan air untuk melewatinya. Dapat dikatakan

juga merupakan lapisan pembatas atas dan bawah suatu confined aquifer.

Lempung adalah salah satu jenis dari aquiclude.

Aquitard (semi impervious layer)

Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang

permeable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih

memungkinkan air melewati lapisan ini walaupun dengan gerakan yang

sangat lambat. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pembatas atas dan

bawah suatu semi confined aquifer. Misalnya lempung pasiran.

Akuifug
Suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang relatif

kedap air, yang tidak mengandung ataupun dapat mengalirkan air (air sama

sekali tidak dapat melewatinya). Batu Granit termasuk jenis ini.

Dalam UU Sumber Daya Air, daerah aliran tanah disebut cekungan air tanah

(CAT) yang didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas

hidrogeologis (batas ketinggian, batas aliran, batas muka air dan batas kedap air,

menurut Toth, 1990 dan Kupper, 1990 dalam Kodoatie, 2005), dimana dalam

batas-batas tersebut semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan,

pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.

Manfaat air tanah antara lain sebagai berikut :

Kebutuhan rumah tangga, yaitu untuk mandi, mencuci, memasak, dan air

minum.

Irigasi, yaitu sumber air bagi pertanian, misalnya sumur bor di daerah

Indramayu, Jawa Barat.

Perindustrian, yaitu dimanfaatkan sebagai sumber air industri, misalnya

industri tekstil dimanfaatkan untuk pencelupan, industri kulit untuk

membersihkan kulit, dan lainlain. Merupakan bagian yang penting dalam

siklus hidrologi.

Menyediakan kebutuhatan air bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Merupakan persediaan air bersih secara alami. 9Untuk pemanfaan wisata

sebagai sumber devisa.

Di salah satu pedukuhan kecil kawasan karst Gombong Selatan, sungai bawah

tanah digunakan sebagai sumber pembangkit listrik dengan distribusi


pembagian jumlah daya yang mereka kelola sendiri. Meskipun di

Kecamatannya sendiri belum teraliri listrik dari PLN.

Sebagai laboratorium alam, sungai bawah tanah memiliki biota, sistem

hidrologi dan unsur lain yang spesifik. Berbagai ilmu yang menyangkut biota,

gua beserta lingkungannya, genesa gua dan lain sebagainya terdapat satu

unifikasi ilmu yaitu speleologi.

Untuk wisata umum, di Kalimantan Selatan ada dua buah gua yang dapat

dilayari yang mulai dikembangkan sebagai objek wisata.

Wisata minat khusus, untuk penggemar kegiatan alam bebas (caving, cave

diving, black water rafting). Berbagai macam kondisi yang multi komplek

cukup menantang untuk penggemar kegiatan alam bebas. Saat ini

perkembangan kegiatan caving dan kegiatan alam lain yang berhubungan

banyak dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri.

Pemanfaatan Airtanah Yang Berlebih

Rob (air pasang)

Naiknya permukaan air laut di dunia, dapat diindikasikan sebagai

bertambahnya volume air laut akibat pencairan es di kutub yang mengakibatkan

peningkatan volume air di dunia. Fenomena ini dapat diamati dengan penambahan

tinggi muka air laut dikawasan pantai. Namun demikian, naiknya air laut di kawasan

pantai dapat pula diakibatkan oleh adanya penurunan tanah pada satu bagian kawasan

dan mengakibatkan pengaliran air ke bagian yang letaknya lebih rendah. Penurunan

atau (Land Subsidence) ini terjadi karena pembangunan yang kurang memperhatikan

aspek lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengambilan airtanah pada
daerah sekitar kawasan pantai yang berlebihan tanpa melihat aspek lingkungan yang

lain. Pengambilan airtanah ini menyebabkan turunnya muka tanah dan saat air pasang,

air akan masuk ke daerah yang mengalami penurunan tersebut. Peristiwa air pasang

ini juga terjadi di daerah Semarang, Stasiun Kereta Api Tawang yang dibangun 1864

tertera elevasi muka tanah 2 meter di atas muka air laut, gambar berikut merupakan

dampak pengambilan airtanah secara berlebihan berupa banjir rob.

Kapuk, DKI Jakarta, telah mencapai 60 m dan di Rancaekek, Kabupaten

Bandung, 70 m di bawah permukaan tanah. Penurunan permukaan airtanah akan

menyebabkan tekanan dari airtanah berkurang sehingga terjadi pemampatan lapisan

batuan diatasnya. Dampak penurunan tanah akan lebih terlihat pada daerah yang

memiliki beban berat di permukaannya. Di Semarang, penurunan tanah dijumpai di

sekitar Genuk, stasiun kereta api Tawang, sampai ke Simpang lima.

Intrusi Air Laut

Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori

batuan dan mencemari airtanah yang terkandung didalamnya. Intrusi ini dapat

disebabkan oleh pengambilan airtanah yang berlebihan sehingga pori batuan yang

semula diisi oleh air tawar dapat terganti oleh masuknya air laut yang menyebabkan

airtanah berubah menjadi air payau atau bahkan air asin. Daerah kritis pengambilan

airtanah penyebarannya menempati daerah sekitar pantai yang sebagian besar

merupakan kawasan industri dan membutuhkan suplai airtanah yang cukup besar

kawasan tersebut meliputi daerah kawasan industri atau kawasan pesisir yang padat

penduduk. Pengambilan ABT yang melebihi kapasitas menyebabkan hilangnya air di

pori-pori tanah dan berkurangnya tekanan hidraulik. Akibatnya terjadi kerusakan tata
airtanah. Hal tersebut ditunjukkan adanya penurunan muka airtanah dan semakin

meluasnya sebaran zona airtanah payau/asin (intrusi air laut), dan amblesan tanah

disekitar kawasan pesisir pantai yang merupakan kawasan padat industri atau padat

pemukiman yang menggunakan airtanah dengan frekuensi yang cukup besar.

Pengambilan air bawah tanah yang dilakukan dengan cara membuat sumur bor yang

melebihi kapasitas menyebabkan hilangnya air di pori-pori tanah dan berkurangnya

tekanan hidraulik. Akibatnya terjadi kerusakan tata airtanah, kerusakan yang terjadi

meliputi kwalitas airtanah itu sendiri. Airtanah bias terasa payau bahkan asin. Hal ini

dikarenakan air laut masuk melalui pori pori batuan yang airtanahnya

dieksploitasi secara besar-besaran.

Pencemaran Airtanah

Pencemaran airtanah tidak lepas dari kualitas airtanah yang semakin lama

semakin tercemar oleh berbagai polutan akibat pertumbuhan jumlah penduduk.

Pengertian tentang kualitas air (baku mutu air) sangatlah penting, karena merupakan

dasar dan pedoman untuk mencapai tujuan pengelolaan air sesuai dengan

peruntukannya. Untuk itu, perlu suatu baku mutu air yakni keadaan ideal yang ingin

dicapai, yaitu keadaan minimum yang harus dicapai serta keadaan maksimum yang

boleh ditoleransi sesuai dengan peruntukannya. Sehingga baku mutu air dapat

diartikan sebagai batas atau kadar makhuk hidup, zat energi, atau komponen lain yang

ada dan harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam air pada

sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannnya. Kualitas air adalah sifat air dan

kandugan makhluk hidup, zat, atau energi atau komponen lain dalam air. Kualitas air
dinyatakan sebagai parameter kualitas air, misalnya pH, warna temperatur, hantaran

listrik, konsentrasi zat kimia, konsentrasi bakteri, dan sebagainya.

Penurunan Muka Airtanah

Pemanfaatan airtanah yang terus meningkat menyebabkan penurunan muka

airtanah. Hasil rekaman muka airtanah pada sumur-sumur pantau didaerah

pengambilan airtanah intensif seperti: Cekungan Jakarta, Bandung, Semarang,

Pasuruan, Mojokerto menunjukkan kecenderungan muka airtanahnya yang

terus menurun. Demikian juga di daerah DIY.

Amblesan Tanah

Permasalahan amblesan tanah timbul akibat pengambilan airtanah yang

berlebihan dari lapisan akuifer, khususnya akuifer tertekan. Amblesan tanah tidak

dapat dilihat seketika, namun dalam kurun waktu yang lama dan terjadi pada daerah

yang luas, sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif yang lain, antara lain :

- Banjir dan masuknya air laut ke arah darat pada saat pasang naik, sehingga

menggenangi perumahan, jalan, atau bangunan lain yang lebih rendah.

- Menyusutnya ruang lintas pada kolong jembatan, sehingga mengganggu lalu lintas.

Secara regional amblesan tanah mengakibatkan pondasi jembatan menurun dan

mempersempit kolong jembatan. Berkurangnya kapasitas penyimpanan gudang dan

terganggunya pelaksanaan arus bongkar/muat barang.

- Rusaknya bangunan fisik seperti pondasi jembatan/bangunan gedung tinggi,

sumur bor, dan retaknya pipa saluran air limbah dan jaringan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Christine, M. 2012. Air Tanah. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Kristen Maranatha. Bandung

Hendrayana, H. 2002. Dampak Pemanfaatan Airtanah. Geological Engineering Dept.,

Faculty of Engineering, Gadjah Mada University

Nandi.2006. Sumber Daya Hidrogeologi. Jurusan Pendidikan Geografi Universitas

Pendidikan Indonesia. Bandung

Putranto, T & Krsiti Indra. 2009. Permasalahan Airtanah Pada Daerah Urban. Teknik

Geolog Universitas Diponegoro. Semarang

Anda mungkin juga menyukai