1. Pengertian penyakit
uatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia karena terjadinya aktivitas yang berlbihan
dari sekelompok sel neuron (saraf) pada otak sehingga menyebabkan berbagai reaksi pada
tubuh manusia.
2. Penyebab.
Bisa bermacam-macam. Antara lain riwayat epilepsy dalam keluarga, kejang demam
kompleks saat kecil, kelainan tumbuh kembang. Kombinasi dari resiko itu meningkatkan
kemungkinan terkena sampai 49% (IDA)
3. Gejala.
Sebelum kejang biasanya terdapat gejala yang berbeda untuk tiap orang. Ada yang perutnya
sakit dulu, jantung berdebar, perasaan seperti pernah mengalami suatu hal, atau melihat
warna-warna. Biasanya terjadi sesaat sebelum kejang. Singkat.
4. Pemeriksaan
Pungsi lumbal = kalo curiga meningitis juga.
Elektrolit dan kreatinin.
Serum Ca dan Mg.
Kadar glukosa darah (buat apa ya? Kata MIMS nih).
EEG = ada tidaknya abnormalitas aktivitas elektrik, focus lokalis, klasifikasi kejang.
5. Terapi.
Menggunakan antikonvulsan. Tergantung tipe kejangnya apa. Berarti dirujuk dulu?
Biasanya yang banyak tipe klonik-tonik ga sih? Terapi pake diazepam0,15-02 mg/kg atau
lorazepam 0,1 mg/kg IV. Kalo ga ada pake yang rektal atau fenobarbital 10-15 mg/kg IV.
Ulangi diazepam IV kalo 10 menit ga ada respon. Tetep ga ada respon, kasih asam valproate
60 mg/kg IV single dose. Kalau udah stabil, maintenance pakai antikonvulsan oral: fenitoin,
fenobarbital, valproate.
Kalau untuk dibawa pasien pake diazepam. 1st line katanya MIMS. Untuk semua jenis kejang.
Terapi hingga 2-5 tahun. Jangan lupa cek kadar obat dalam darah untuk tahu
hepatotoksiknya, atau gangguan organ lainnya, atau cocok tidaknya obat itu.
6. Prognosis
Memang tidak bisa sembuh, tapi bisa dijaga agar tidak berulang. Dihindari faktor
pencetusnya. Rajin dan disiplin mengikuti rencana terapi dari dokter. Focus saja untuk hal
yang ingin dilakukan, jangan focus ke penyakitnya karena nanti malah bikin tambah stress,
penyakitnya bisa tambah parah.
Konseling
DSS
1. Pengertian.
sindrom syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorhagic Fever (DHF) atau Demam
Berdarah Dengue. Dengue Shock Syndrome (DSS) menurut klasifikasi WHO (1975) merupakan
demam berdarah dengue derajat III dan IV atau demam berdarah dengue dengan tanda-tanda
kegagalan sirkulasi sampai tingkat renjatan
2. Penyebab.
Infeksi sekunder dengan serotipe virus Dengue yang berbeda dari sebelumnya merupakan
faktor resiko terjadinya manifestasi Deman Berdarah Dengue yang berat atau Dengue Shock
Syndrome (DSS). Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang
berbeda antigen.Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan serotipenya adalah DEN-1, DEN-2,
DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur
hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang
yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.
Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini
adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari. Faktor resiko penting pada DHF adalah
serotipe virus, dan faktor penderita seperti umur, status imunitas, dan predisposisi genetis.
3. Gejala
Terjadinya renjatan pada DBD biasanya terjadinya pada saat atau setelah demam menurun
yaitu siantara hari ke-3 dan ke-7, bahkan renjatan dapat terjadi pada hari ke-10.
Manifestasi klinik renjatan pada anak terdiri atas :
a. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung.
b. Anak semula rewel, cengeng dan gelisah lambat-laun ksadaran menurun menjadi apati, spoor
dan koma.
c. Peubahan nadi baik frekuensi maupun amplitudonya.
d. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang.
e. Tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang.
f. Oligouri sampai anuria. (infeksi tropic)
didahului oleh panas.
4. Pemeriksaan.
Darah rutin (trombosit, hematocrit)
Pmx fisik: tanda hipovolemi, akral dingin, epistaksis, hematoma (perdarahan yang keliatan)
Foto thorax = ada efusi pleura (krn permeabilitas kapiler meningkat, hipoalbumin)
5. Terapi
Pada dasarnya bersifat suportif,yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat
peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Hipererksi dapat diatasi
dengan antipiretik
Penanganan Syok
Dalam keadaan renjatan berat diberikan cairan ringer laktat secara cepat selama 30 menit. bila
masih belum berhasil diduga telah terjadi perdarahan,maka dianjurkan pemberian tranfusi
darah segar.
6. Prognosis
Prognosa penderita tergantung dari beberapa factor :
1. Sangat erat kaitannya dengan lama dan beratnya renjatan, waktu, metode, adekuat tidaknya
penanganan.
2. Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam pertama pemberian infuse
dimulai.
3. Panas selama renjatan
4. Tanda-tanda serebral.
Kriteria Memulangkan Pasien :
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Tampak perbaikan secara klinis
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit >50.000/ml
7. Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis).