Diagnosis
Diagnosis dapat diperkirakan dengan adanya oliguria setelah 24 48 jam
pemberian radiokontras. Diagnosis pre renal dan post renal juga harus tetap
dipertimbangkan, faktor komorbid seperti sepsis, gagal hati, pemaparan nefrotoksin
lainnya dan emboli kolesterol. Satu gambaran yang sering ditemukan adalah konsentrasi
natrium urine dan fraksi eksresi natrium menjadi rendah. Urinalisis menunjukkan cast
nekrosis tubular akut. Terdapat elemen seperti cast, debris di urine pada pasien yang
mendapat radiokontras, adanya kristal urat amorphic dan menunjukkan eksresi kristal
kalsium berat. Adanya nefrogram yang persisten setelah 24 48 jam setelah pemberian
radiokontras merupakan sebuah karakteristik.
Nefrogram persisten merupakan indikator yang sensitive untuk gagal ginjal akut
(83 % pasien gagal ginjal akut dengan nefrogram positif). Dengan spesifikasi tinggi (
93% pasien tanpa gagal ginjal akut tidak dengan nefrogram persisten). Adanya biomarker
urine dikeluarkan dari sel tubulus seperti gamma glutamyltranspeptidase, alanin
aminopeptidase, alkaline phospatase atau N asetil beta glucosaminidase, protacted
enzimuria, lima hari setelah radiokontras merupakan indikasi kerusakan tubulus.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang telah dipercaya untuk nefropati akibat media kontras harusnya
dimulai dengan pengenalan gangguan ginjal setelah pemberiannya. Pada pasien-pasien
dengan risiko tinggi, fungsi ginjal harus dimonitor lebih hati-hati dengan mengukur nilai
kreatinin serum sebelum dan tiap hari selama 5 hari setelah pemberian media kontras atau
prosedur radiografi. Bila CIN teridentifikasi, penangananya sama seperti yang dilakukan
terhadap gagal ginjal akut karena sebab lainnya.
Perawatan rumah sakit dan monitor berkala elektrolit serum diperlukan untuk
mencegah hiperkalemia, hiponatremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, hipermagnesemia
dan asidosis metabolik yang berhubungan dengan kasus gagal ginjal akut tersebut.
Pemberian nutrisi yang tepat dan sesuai serta perhatikan asupan dan keluaran cairan yang
sesuai dengan kebutuhan, sampai nilai kreatinin kembali seperti semula. Kenaikan fosfat
yang tinggi bisa diterapi menggunakan pengikat fosfat (phosphate binder) seperti kalsium
karbonat (calcium carbonate); hiperkalemia diterapi dengan restriksi diet dan resin
pengikat kalium (potassium-binding resins) atau infus dekstros-insulin jika nilai kalium >
6.5 mmol/L. Koreksi asidosis mungkin memerlukan natrium bikarbonat per oral. Pada
kasus berat mungkin memerlukan hemodialisa sementara. Hanya sedikit pasien yang
tidak menunjukkan respon baik dengan terapi konservatif sehingga memerlukan dialisa
permanen atau transplantasi ginjal.
a. Vasodilator
Beberapa jenis vasodilator digunakan untuk mencegah nefropati
radiokontras dengan meningkatkan laju filtrasi glomerolus, menurunkan
konsentrasi radiokontrasintralumen dan memperpendek waktu transit.
Radiokontras menurunkan aliran darah kortek dan laju filtrasi glomerolus.
Calcium channel blocker telah digunakan untuk menurunkan insiden nefropati
radiokontras. Obat ini meningkatkan aliran darah ginjal dan menurunkan
reperfusi injuri setelah iskemia ginjal. Pemberian 10 mg nifedipin pada pasien
yang diberikan radiokontras osmolaritas tinggi pada pasien non diabetes,
proteinuria < 300 mg/dL dan laju filtrasi glomerolus lebih dari 100 mL/mnt.
Calcium channel blocker menyebabkan peningkatan aliran plasma ginjal dan laju
filtrasi ginjal dan kedua parameter ini berkurang pada pasien yang mendapat
radiokontras osmolaritas tinggi dan tidak berubah pada radiokontras osmolaritas
rendah.
b. Radiokontras removal
Sejak radiokontras baik dikeluarkan melalui hemodialisis, prosedur ini
dapat mengurangi risiko nefropati radiokontras pada pasien gagal ginjal atau
pemberian radiokontras yang terlalu besar. Penelitian 30 pasien yang dilakukan
hemodialisis setelah satu jam pemberian radiokontras tidak mengurangi risiko
nefropati radiokontras, begitu juga dengan profilaksis hemodialisis tidak
mengurangi angka nefropati radiokontras. Terdapat efek yang baik pada pasien
yang mendapatkan profilaksis hemofiltrasi veno-venous. Keperluan terapi
pengganti ginjal dapat diturunkan hingga delapan kali dan angka kematian dapat
diturunkan (2% pada kelompok hemofiltrasi dibandingkan kontrol yaitu sebesar
14%). Keuntungan continuous venovenous hemofiltration adalah untuk menjaga
hemodinamik serta menghindari hipovolumia dan hipotensi.
c. Theophyllin
Pasien yang diobati dengan theophyllin dan randomisasi radiokontras
osmolaritas rendah dan tinggi. Theophyllin dapat mencegah nefropati
radiokontras dan menurunkan kliren kreatinin. Kapoormeneliti 70 pasien diabetes
yang mendapatkan radiokontras molekul tinggi, ditemukan nefropati radiokontras
terjadi 3% pada pasien yang diberikan theophyllin dibandingkan 31% pada
kelompok kontrol. Penelitian terhadap 100 pasien yang mendapat radiokontras
osmolaritas rendah, ditemukan insiden nefropati radiokontras 4% dibandingkan
control 16%.
d. Dopamin dan fenoldopam
Dopamin dosis rendah merupakan vasodilator ginjal dan memperbaiki
laju filtrasi ginjal pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Weisberg et al.
merandomisasi 50 pasien gagal ginjal kronis, diabetes dan mendapatkan hidrasi,
dopamin, atrial natriuretik peptida dan manitol. Pada non diabetes, dopamine
menurunkan kreatinin plasma dan pada diabetes terjadi perbaikan signifikan
aliran darah ke ginjal. Hal ini menunjukkan bahwa pada pasien diabetes dengan
disfungsi endotel terjadi perbaikan aliran darah kortek dan laju filtrasi glomerolus
yang mempengaruhi oksigenasi medula.Fenoldopam merupakan agonis DA- 1
selektif dapat menginduksi vasodilatasi ginjal, meningkatkan laju filtrasi
glomerolus, diuresis dan natriuresis. Studi prospektif membandingkan 110 pasien
risiko tinggi (kreatinin > 1,5 mg/dL) dengan kontrol, didapatkan insiden nefropati
radiokontras 4,5% dibandingkan kontrol 19%. Terdapat pasien risiko tinggi pada
kliren kreatinin < 60 L/min, insiden nefropati kelompok fenoldopam adalah 34%
dibandingkan 30% pada kelompok kontrol, sehingga dengan hasil inipemberian
dopamin dan fenoldopam tidak direkomendasikan pada pasien yang mempunyai
risiko tinggi.
e. Antioksidan N-Acetylsistein
N-acetylsistein memproteksi sel epitel tubulus, memperbaiki disfungsi
endotel dan mengurangi hipoksia medula. N-acetylsistein mencegah sitotoksik
dengan menetralisir radikal bebas, vasodilatasi regional, memperbaiki disfungsi
endotel, memperbaiki suplai oksigen, memperbaiki mikrosirkulasi medula ginjal
karena injuri reperfusi dan vasokonstriksi yang disebabkan oleh
radiokontras.Tepel et al. merandomisasi 83 pasien gagal ginjal kronis dengan
pemberian radiokontras osmolaritas rendah non ionik dan diberikan N-
acetylsistein 600 mg oral setiap 12 jam sehari sebelum dan sehari setelah
prosedur. Insiden nefropati radiokontras setelah 48 jam adalah 2% pada pasien
yang diberikan N-acetylsistein dibandingkan 21% pada kontrol. Dosis tinggi N-
acetylsistein sebelum prosedur radiokontras efektif mencegah nefropati
radiokontras (5% vs 21%).
f. Natrium bikarbonat
Pemberian natrium bikarbonat akan meningkatkan PH urine dan medula
ginjal yang akan menurunkan produksi radikal bebas dan memproteksi ginjal dari
injuri oksidasi pada nefropati radiokontras. Studi eksperimental menunjukkan
pemberian natrium bikarbonat lebih renoprotektif dibandingkan natrium klorida
pada gagal ginjal iskemi. Efikasi natrium bikarbonat dibandingkan dengan hidrasi
natrium klorida ditunjukkan pada studi prospektif terhadap 119 pasien,
ditemukan nefropati radiokontras terjadi pada 13,6% pasien yang menerima
natrium klorida dibandingkan dengan 1,7% pada pasien yang mendapat natrium
bikarbonat. Penelitian terhadap 191 pasien yang menerima profilaksis natrium
bikarbonat hanya terjadi tiga kasus (1,6%) nefropati radiokontras. Studi ini juga
menunjukkan bahwa infus natrium bikarbonat lebih efektif dari pada hidrasi
dengan natrium klorida. Kombinasi N-asetylsistein dan natrium bikarbonat
sebelum prosedur akan lebih protektif nefropati radiokontras dibandingkan
pemberian masing-masing.
g. Hemofiltrasi
Hemofiltrasi merupakan terapi pengganti ginjal berkelanjutan dan
memerlukan infus cairan pengganti isotonic (1.000 mL/h). Teknik ini
memberikan hidrasi volume yang besar tanpa menyebabkan kelebihan cairan dan
terjadi hemostabilitas selama prosedur. Studi yang melibatkan pasien dengan
gagal ginjal (kliren kreatinin 26 mL/mnt) yang mendapat angioplasti koroner
dengan radiokontras osmolaritas rendah (247 mL) dan dilakukan hemofiltrasi
selama 4 - 8 jam sebelum prosedur dan dilanjutkan 18 - 24 jam sesudah prosedur
menurunkan insiden nefropati radiokontras dari 50% pada kelompok kontrol
menjadi 5% pada kelompok yang dihemofiltrasi. Pasien dengan gagal ginjal
terminal dan mendapat radiokontras media dengan volume besar, hemofiltrasi
akan menyebabkan stabilitas hemodinamik, menghindari hipoperfusi renal, dan
menurunkan pemaparan radiokontras pada ginjal. Hemofiltrasi efektif untuk
menurunkan kadar radiokontras dalam sirkulasi. Kekurangan teknik ini adalah
biaya yang mahal (costeffective) dan memerlukan terapi yang intensif.
Pencegahan
Sebelum tindakan dengan zat kontras dilakukan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan maupun tindakan pencegahan yang tepat terutama pada pasien
dengan gangguan ginjal sebelumnya. Pelaksanaaan strategi pencegahan sebelum
tindakan dilakukan masih menjadi pendekatan terbaik untuk mengurangi kejadian
CIN paska prosedural.
Gambar 2. Tindakan pencegahan kejadian CIN pada pasien yang akan menjalani
tindakan dengan penggunaan zat kontras.