Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN
Batu gamping adalah batuan sedimen yang terdiri dari kalsium karbonat (CaCo3) yang
berbentuk mineral kalsit. Batu Gamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,
secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu gamping yang terdapat di alam terjadi
secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera
atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu gamping dapat berwarna
putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu gamping adalah aragonit
(CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah
menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu gamping
atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan
magnesit (MgCO3). Sedangkan batu gamping itu dibuat secara mekanik terbentuk
sama dengan organik yg berbeda hanya terjadinya perombakan darr batu gamping tersebut
yg kemudian terbawa arus dan diendapkan tidak terlalu jauh dari tempat semula ecara kimia
dari suspensi gamping padam dan gas karbon dioksida. Di Indonesia banyak terdapat batu gamping
atau marmer yang berupa serpihan atau butir kecil yang dibuang sia sia. Di samping itu, gas CO2
juga banyak yang belum dimanfaatkan. Pembuangan kedua jenis bahan itu dapat mencemari
lingkungan. Oleh karena itu, kalau serbuk limbah marmer disuspensikan dalam air dan direaksikan
dengan CO2 akan diperoleh Ca(HCO) yang tidak banyak tercampur zat pengotor. Selanjutnya
Ca(HCO3)2 mudah berubah menjadi CaCO3 murni. Pada penelitan ini akan direaksikan suspensi
batu gamping dan gas CO2 seperti pembentukan stalakmit dan stalaktit di alam. Dan secara kimia
terjadi pada kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut atau air tawar.
Batu gamping mempunyai beberapa manfaat di sektor industri ataupun konstruksi dan
pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan raya,
pengapuran untuk pertanian dan pembuatan semen dll.

II. KARAKTERISTIK BATU GAMPING


Batu gamping juga dikelompokkan berdasarkan kandungan senyawa karbonat
dalambatuan misalnya batugamping murni, batugamping napalan, batugamping tufan.
Pengelompokkan batugamping berdasarkan grade atau kandungan karbonatnya.
Klasifikasi Batu Gamping (Dunham , 1962)
Batu gamping termasuk batuan sedimen. Batu gamping ini dapat diklasifikasikan salah satunya
adalah klasifikasi dunham yang membahas tentang pembagian batugamping. Klasifikasi Dunham
(1962) ini dilihat secara megaskopis yang mana dia mengamati indikasi adanya pengendapan
batugamping yang ditunjukkan oleh tekstur hasil pengendapan yaitu limemud (nikrit) semakin
sedikit nikrit semakin besar energi yang mempengaruhi pengendapannya.
Menurut klasifikasi ini batugamping terbagi atas :
1) Mud Stone
Batuan ini termasuk dalam jenis batuan sedimen non klastik dengan warna segar putih abu abu
dan warna lapuknya adalah putih kecoklatan.Batuan ini bertekstur Non klastik dengan komposisi
kimia karbonat dan strukturnyapun tidak berlapis. Salah satu contoh dari batuan karbonat adalah
kalsilutit ( Grabau ) atau Munstone ( Dunham ) , Batuan ini mempunyai nama yang berbeda, karena
dari klasifikasi yang digunakan dengan interprestasi yang berbeda, batuan ini dinamakan kalsilutit,
karena batuan ini merupakan batuan karbonat dan menurut klasifikasi dunham nama dari batuan
ini adalah mudstone, karena batuan ini mempunyai kesan butiran kurang dari 10 % dan pada batuan
ini tidak ditemukan adanya fosil.
Tekstur dari batuan ini adalah non kristalin, karena mineralnya penyusunnya tidak
berbentuk Kristal, dengan memperhatikan tekstur batuan ini dapat disimpulkan bahwa batuan ini
terbentuk dari adanya pelarutan batuan asal yang merupakan material material penyuplai
terbentuknya batuan ini adapun batuan asal dari batuan ini adalah seperti pelarutan terumbu
karang. Selain itu, proses keterbentukan batuan ini adalah pengerusan gamping yang telah ada
misalnya penghancuran terumbu karang,oleh gelombang, atau dari pengendapan langsung secara
kimia air laut yang kelewat jenuh akan CaCO3 . proses litifikasi dari batuan ini melibatkan
pelarutan mineral- mineral karbonat yang stabil maupun yangtidak stabil, dalam pengertian luas
diagnesa meliputi perubahan mineralogy, tekstur kemas dan geokimia sedimen dan temperature
serta tekanan yang rendah.
Litifikasi sedimen karbonat dapat terjadi pada sedimen yang tersingkap , maupun yang
masihberada didalam laut, proses terbentuknya batuan in berlangsung perlahan lahan dan
bertingkat tingkat , dimana batas antara antara tingkatan tidak jelas , bahkan dapat saling
melingkup , tingkatan tersebut adalah penyemenan, pelarutan pengendapan, perubahan mineralogy
butir butir dan rekristalisasi. Keterdapatan batuan ini biasanya dapat ditemukan disekitar
pinggiran pantai, adapun asosiasi dari batuan ini adalah batupasir karbonatan dan packtone.
Adapun kegunaan dari batuan ini adalah sebagai reservoir dalam pencarian minyak bumi.
2) Wackestone
Wackestone adalah matriks yang didukung batuan karbonat yang mengandung lebih dari
10% allochems dalam matriks lumpur karbonat. Ini adalah bagian dari klasifikasi Dunham batuan
karbonat. Dalam klasifikasi banyak digunakan lain karena Folk , deskripsi yang setara akan,
misalnya, oopelmicrite, dimana allochems yang dimaksud adalah ooids dan peloids. Wackstone
merupakan lumpur didukung batu kapur yang mengandung butiran karbonat lebih dari 10% (lebih
besar dari 20 mikron) "mengambang" dalam matriks lumpur halus-halus kapur
3) Boundstone
Merupakan hubungan antar komponen tertutup yang berhubungan dengan rapat (oolite). Karbonat
batuan menunjukkan tanda-tanda terikat selama pengendapan (Dunham, 1962). Embry dan Klovan
(1972) lebih diperluas klasifikasi boundstone atas dasar kain dari boundstone tersebut. Boundstone
merupakan batu kapur yang terikat oleh ganggang, karang , atau organisme uniseluler lainnya
ketika dia terbentuk. Boundstone ditemukan di daerah sekitar terumbu karang, dan daerah yang
terumbu karang 2,5-3 juta tahun lalu, tapi mungkin dikelilingi lahan kering. Tergantung pada cara
bahan organic telah diatur dalam sedimen ketika batu itu terbentuk dan jenis bahan organik itu,
boundstone dapat diklasifikasikan sebagai framestone, bindstone, atau bafflestone.
Mereka memiliki tiga subdivisi:
a. Framestone: Organisme dari organik fosil, biasanya dalam karang laut, yang terjadi berdekatan
dengan spons ini terikat oleh kerak mikroba dan pasir yang mengeras. Dan ruang antara bertahap
diisi dengan pasir sedimen, dan kristal kalsit. Dalam waktu yang lama, air surut dan struktur itu
terus menerus terkena udara, dan penyemenan alami dari padat sedimen diawetkan sisa-sisa bahan
organik sebagai fosil.
b. Bindstone: hasil organisme yang mengikat sedimen sehingga lepas bersamasama, ditandai
dengan adanya dispersi. Yang mengikat di bindstone padaumumnya adalah ganggang, yang
bersama-sama dengan lapisan lumpur dan kalsit dengan besar pori-pori yang disebabkan oleh
gelembung gas yang menjadi terperangkap dalam sedimen selama pembentukan. Stromatolit
,berupa gundukan fosil alga berlapis dan sedimen, yang bentuk paling umum dari bindstone.
Bindstone kebanyakan berorientasi secara vertikal. Bindstone merupakan jenis yang paling banyak
ditemukan dari boundstone.
c. bafflestone: terikat oleh sedimen berdinding tebal berupa karang berbentuk paralel sehingga
hanya sedimen halus yang melewatinya. Akibatnya, komposisi bafflestone, selain karang fosil,
sebagian besar pasir alami-semen dan lumpur. Pasir ini terdiri dari kalsit homogen dan lumpur
terdiri dari campuran residu tertinggal setelah lumpur karbonat yang disaring. Struktur unik dari
bafflestone yaitu terbentuk pada dan di sekitar koloni-vertikal tumbuh karang, dan karena itu
terbatas pada individu kecil.

4) Grainstone
Merupakan hubungan antar komponen- komponen tanpa lumpur sehingga sering disebut batuan
karbonat bebas lumpur, yang didukung butir . Dunham (1962) , batuan ini berasal : (1) Grainstone
terbentuk pada kondisi energy yang tinggi, butiran-produktif lingkungan di mana lumpur tidak
dapat terakumulasi, (2) terdapat pada arus yang putus butir dan melewati lumpur pada lingkungan.
Grainstones mempunyai tekstur berpori dan dikenal sebagai karbonat yang terdapat pada sekitar
pantai.

5) Packstone
Merupakan lumpur, tetapi yang banyak adalah betolit. Butir-bitirnya didukung batuan karbonat
berlumpur (Dunham, 1962). Lucia (1999) dibagi packstones ke dalam lumpur yang didominasi
(ruang pori total dipenuhi lumpur) dan yang didominasi (beberapa ruang pori antar butir bebas dari
lumpur) packstones. Divisi ini adalah penting dalam memahami kualitas reservoir karena lumpur
plugs ruang partikel pori. Packstones menunjukkan berbagai sifat pengendapan. Lumpur
menunjukkan proses energi yang lebih rendah , sedangkan kelimpahan butir menunjukkan proses
energi yang lebih tinggi . menurut Dunham (1962) asal packstones: (1) packstone berasal dari
wackestones dipadatkan, (2) berasal dari proses akibat dari infiltrasi lumpur awal atau akhir dari
sebelumnya disimpan lumpur bebas sedimen, (3) terbentuk dalam air yang tenang, atau (4) hasil
pencampuran dari berbagai lapisan sedimen. Di mana butirnya yang sangat besar, Embry dan
Klovan (1971) contohnya karbonat rudstones."

KLASIFIKASI FOLK (1959)


Menurut Folk, ada 3 macam komponen utama penyusun batugamping :
a. Allochem, hasil presipitasi kimiawi atau biokimia yang telah mengalami transportasi
(intrabasinal), analog dengan butiran pasir atau gravel. Ada 4 macam : intraclast, oolite, pellet, dan
fosil.
b. Mycrocrystalline calcite ooze (micrite), analog dengan lempung pada batulempung atau matrik
lempung pada batupasir.
c. Sparry calcite (sparite), analog dengan semen pada clean sandstone. Berdasarkan perbandingan
relatif antara allochem, micrite, dan sparite serta jenis allochem yang dominan :
a. Allochemical rock (allochem > 10%)
b. Orthochemical rock (allochem 10%)
KLASIFIKASI Embry & Klovan (1971)
Merupakan pengembangan dari klasifikasi Dunham (1962).
Seluruhnya didasarkan pada tekstur pengendapan dan lebih tegas di dalam ukuran butir,
yaitu ukuran grain >= 0,03-2 mm dan ukuran lumpur karbonat < 0,03 mm.
Berdasarkan cara terjadinya, Embry & Klovan membagi batugamping menjadi 2 kelompok
:
1. Batugamping allochthon : mudstone, wackestone,
2. Batugamping autochthon : bafflestone, bindstone, dan framestone. packstone, floatstone,
dan rudstone.
Sangat tepat untuk mempelajari fasies terumbu dan tingkat energy pengendapan
III.KETERDAPAN BATU GAMPING
Potensi batugamping indonesia sangat besar dan keberadaannya tersebar hampir di setiap
provinsi.
Table 2.3 cadangan batugamping Indonesia menurut provinsi
Provinsi Jumlah Keterangan
1. D.I. Aceh 100,857 Seluruh cadangan batugamping
2. Sumatera Utara 5,709 ini terklarifikasi sebagai
3. Sumatera Barat 23.273,300 cadangan (termasuk hipotesis
4. Riau 6,875 dan spekulatif), kecuali
5. Sumatera Selatan 48,631 cadangan di Nusa Tenggara
6. Bengkulu 2,730 Timur, sejumlah 61,376 juta
7. Lampung 2,961 ton sebagai cadangan
8. Jawa Barat 672,820 (probable) terunjuk
9. Jawa Tengah 125,000
10. Jawa Timur 416,400
11. Kalimantan Selatan 1.006,800
12. Kalimantan Tengah 543,000
13. Nusa Tenggara Barat 1.917,386
14. Nusa Tenggara Timur 229,784
15. Sulawesi Utara 66,300
16. Sulawasi Selatan 19,946
17. Irian Jaya 240,000
Total 28.678,500
Cadangan batugamping yang sudah diketahui adalah sekitar 28,7 milyar dan yang terbesar
berada di provinsi Sumatera Barat yaitu 23,23 milyar ton atau sekitar 81.02% dari cadangan
seluruhnya.
Secara umum cadangan batugamping Indonesia mempunyai komposisi kimia sebagai berikut
:
- CaO antara 40 55%
- SiO2 antara 0,23 18,12%
- Al2O3 antara 0,20 4,33%
- Fe2O3 antara 0,1 1,36%
- MgO antara 0,05 4,26%
- CO2 antara 35,74 42,78%
- H2O antara 0,1 0,85%
- P2O5 antara 0,072 0,109%
- K2O = 0,18 dan L.O.I = 40,06%

IV.EXPLORASI dan PENAMBANGAN BATU GAMPING

Eksplorasi
Eksplorasi batugamping dilakukan bertahap. Kegiatan ini dikerjakan dengan menggunakan
cara pemboran dan geolistrik. Besar cadangan dihitung berdasarkan korelasi data pengeboran
dengan data geolistrik dan geologi singkapan.
Penambangan
Metode penambangan yang diterapkan adalah system quarry, yang merupakan cabang dari
system tambang terbuka (surface mining) yang diterapkan untuk endapan mineral industry.
Proses penambangan dibagai dalam beberapa tahap :
1. Clearing
Clearing merupakan pekerjaan awal yang dilakukan sebelum dimulai proses
penambangan berikutnya. Kegiatan ini berupa pembersihan lahan dan semak-semak,
pohon-pohon besar, sisa pohon yang ditebang, dan membuang semua bagian yang dapat
menghalangi pekerjaan selanjutnya. Selanjutnya kegiatan ini meratakan lahan dan
membuat lahan darurat sebagai jalur keluar masuknya alat mekanis lainnya, membuat
saluran air untuk mengeringkan lokasi kerja.
Dalam kegiatan clearing alat yang digunakan adalah bulldozer caterpillar
2. Stripping Overburden
Kegiatan ini dilakukan untuk mengeluarkan lapisan tanah yang menutupi cadangan
batugamping di bawahnya. Alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah :
- Unit bulldozer caterpillar, back hoe, truck pengangkut overburden
3. Drilling
Pemboran pada operasi penambangan system quarry merupakan pembuatan lubang ledak
di lokasi. Kegiatan pemboran bertujuan untuk membuat lubang-lubang ledak yang
disiapkan untuk proses peledakan guna membongkar batugamping. Pola pengeboran yang
ada pada tambang terbuka sangat terbatas di bandingkan dengan yang ada pada tambang
bawah tanah.
Beberapa keuntungan pola pengeboran pada tambang terbuka adalah :
Free face dapat diperluas
Pemakaian alat-alat bor relative bebas
Kedalaman lubang bor relative dalam
Posisi dari lubang bor relative bebas
Lemparan batuan hasil peledakan dapat dikontrol
Pengeboran dilakukan oleh 6 pekerja dengan menggunakan 2 unit alat bor yang memiliki
panjang batang bor 3 m dan diameter mata bor 3,5 inchi. Geometri lubang bor bervariasi
dengan kedalaman antara 3-12 m. pola pengeboran yang digunakan adalah pola selang-
seling dengan tenaga penggerak alat bor adalah 2 unit kompresor udara tenaga diesel
dengan spasi 4,5 m dan burden 4 m, disesuaikan dengan kondisi batuan yang akan
diledakan dan ukuran fragmentasi yang ingin dihasilkan.
4. Loading and hauling
Pemuatan merupakan rangkaian yang dilakukan untuk mengambil dan memuat material
kedalam alat angkut atau ketempat penampungan material. Jalan angkut produksi dengan
bahan pelapis batugamping membentang sepanjang 1200 2000 m mulai dari crusher
hingga quarry, berubah-ubah tergantung lokasi pemuatan dan kemajuan tambang.
5. Crushing

V.PENGOLAHAN BATU GAMPING MENJADI SEMEN


Pengolahan batugamping menjadi semen dibagi menjadi 5 tahapan :
1. Penyiapan bahan
Pada tahapan penyiapan bahan, dilakukan beberapa tahapan yaitu penambangan,
penghancuran, dan penyiapan bahan mentah. Pada proses pembuatan semen, penambangan
bahan mentah merupakan proses tahapan awal dimana tahapan ini sangat ditentukan oleh
keadaan deposit.
2. Penggilingan bahan
Hasil proses penambangan masuk kedalam crusher, hasil penggilingan dengan crusher ini
berupa bahan baku yang berukuran maks. 80 mm. selanjutnya disimpan dalam blending
storage. Setelah itu bahan mentah digrinding di dalam autogeneous mill yang bertujuan
untuk mengurangi kadar H2O dan memperkecil ukuran bahan. Selanjutnya bahan
dimasukan kedalam row meal silo untuk melakukan proses homogenizing hingga diperoleh
umpan klin yang komposisi kimianya sesuai dengan dikehendaki.
3. Pembakaran bahan
Tahap ini merupakan tahap inti dari pembuatan semen dan berpengaruh langsung terhadap
klinker yang dihasilkan. Tahap pembakaran meliputi proses pemanasan, pembentukan dan
pendinginan.
4. Penggilingan terak
Penggiling terak meliputi beberapa tahapan yaitu :
- Penyimpanan klinker
- Penggilingan terak
VI.KESIMPULAN
Batu gamping merupakan batuan yang terbentuk dari mineral kalsit.
Karakteristik batu gamping dibedakan menjadi 5 menurut dunham, yaitu: mud stone,
weckstone, boundstone, grainstone,dam packstone. Menurut fox batu gamping tersusun
oleh allochen, microcristalin, dan sparry calcite.
Keterdapatan batu gamping hamper di seluruh Indonesia.
Penggunaan batugamping sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran
bangunan, industry karet dan ban, kertas dan lain-lain.
Penambangan batugamping di bagi kedalam enam tahapan, yaitu clearing, stripping overburden,
drilling, blasting, loading and hauling dan crushing.
Pengolahan batugamping menjadi semen di bagi kedalam lima tahapan yaitu penyiapan bahan,
penggilingan bahan, pembakaran bahan, penggilingan terak dan pemuatan semen.

Anda mungkin juga menyukai