Anda di halaman 1dari 28

BAB I

STATUS PASIEN

1.1 Identifikasi Pasien


Nama : Robby Yulian Arjanggi
Usia : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sosial km.5 Lebong Siareng
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Karyawan RSMH
No. Med Rek : 951166
MRS : 22 Mei 2017

1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama: Pasien datang ke bagian poli gigi RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang dengan keluhan gigi paling belakang bawah tumbuh
miring.
b. Keluhan Tambahan: Pasien mengeluh gigi sebelah kiri bawah bergoyang dan
sering merasa nyeri.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit: Gigi paling belakang kiri bawah tumbuh
miring sejak 1 tahun yang lalu. Ada rasa tidak nyaman jika dipakai
mengunyah.
.

d. Riwayat Penyakit atau Kelainan Sistemik

Penyakit atau Kelainan Sistemik Ada Disangkal


Alergi : debu, dingin
Penyakit Jantung

1
Penyakit Tekanan Darah Tinggi
Penyakit Diabetes Melitus
Penyakit Kelainan Darah
Penyakit Hepatitis A/B/C/D/E/F/G/H
Kelainan Hati Lainnya
HIV/ AIDS
Penyakit Pernafasan/paru
Kelainan Pencernaan
Penyakit Ginjal
Penyakit Rinosinusitis
Epilepsi

e. Riwayat Penyakit Gigi dan Mulut Sebelumnya


Riwayat cabut gigi (+) 1 tahun yang lalu pada gigi 46
Riwayat tambal gigi (+) 1 tahun yang lalu pada gigi 36
Riwayat gangren pulva pada gigi 46

f. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan menggosok gigi 2 kali sehari, saat mandi pagi
dan sore hari.

1.3 Pemeriksaan Fisik


a. Status Umum Pasien
1. Keadaan Umum Pasien : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis.
3. Berat Badan : 61 kg
4. Tinggi Badan : 165 cm
5. IMT : 22,4
6. Vital Sign
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 78x/menit
- Respiration rate : 20x/menit
- Temperatur : 36.50C

b. Pemeriksaan Ekstra Oral


Wajah :Simetris
Bibir :Normal

c. Pemeriksaan Intra Oral


Debris : ada, disemua regio
Plak : ada, disemua regio
Kalkulus : ada, disemua regio
Perdarahan papila interdental : tidak ada

2
Gingiva : Gingivitis marginalis
Mukosa : sehat
Palatum : tidak ada kelainan
Lidah : tidak ada kelainan
Dasar mulut : tidak ada kelainan
Hubungan rahang : orthognathi
Kelainan gigi : impaksi M3 kiri bawah

d. Odontogram

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

V IV III II I I II III IV V

V IV III II I I II III IV V

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

e. Status Lokalis
Son
Gigi Lesi CE Perkusi Palpasi Mobilitas Diagnosis/ ICD Terapi
dase
Pulvitis Pro-
36 + Td - - - Karies dentin (D5)
reversible Konservatif
38 Karies + Td - - - Karies dentin (D5) Pro-

3
Odontektomi

46 Hilang - - - - - Missing Teeth -

f. Temuan
a. Karies dentin (D5) 38, 36
b. Missing Teeth 46
c. Impaksi 38

g. Perencanaan Terapi
o Pro Panoramic RO
o Karies email (D5) 37,36 : pro konservatif
o Pro Odontektomi 38
o Dental Health Education

h. Lampiran Pemeriksaan Tambahan


-Panoramic RO

4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Gigi


2.1.1 Bagian Gigi
Gigi mempunyai beberapa bagian, yaitu:
a. Bagian akar gigi adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang
rahang dikelilingi atau dilindungi oleh jaringan periodontal.
b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.
c. Cusp adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada mahkota.

Gambar Bagian Gigi

6
2.1.2 Bentuk Gigi Permanen
Orang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 di tiap rahang. Di tiap
rahang terdapat:
a. Empat gigi depan (gigi insisivus). Bentuknya seperti sekop dengan tepi yang
lebar untuk menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus atas lebih
besar daripada gigi yang bawah.
b. Dua gigi kaninus yang serupa di rahang atas dan rahang bawah. Gigi ini kuat
dan menonjol di sudut mulut. Hanya mempunyai satu akar.
c. Empat gigi pre-molar/gigi molar kecil. Mahkotanya bulat hampir seperti
bentuk kaleng tipis, mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi dan satu di
sebelah lidah. Kebanyakan gigi pre-molar mempunyai satu akar, bebrapa
mempunyai dua akar.
d. Enam gigi molar. Merupakan gigi-gigi besar di sebelah belakang di dalam
mulut digunakan untuk menggiling makanan. Semua gigi molar mempunyai
mahkota persegi, seperti blok-blok bangunan. Ada yang mempunyai tiga,
empat, atau lima tonjolan. Gigi molar di rahang atas mempunyai tiga akar
dan gigi molar di rahang bawah mempunyai dua akar.

7
Gambar Bentuk Gigi Permanen

8
Gambar Gigi Primer dan Permanen

2.1.3 Permukaan-Permukaan Gigi


Nama-nama yang dipakai untuk menunjukkan permukaan gigi adalah:
1 Permukaan oklusal: permukaan pengunyahan gigi molar dan gigi pre-molar.
2 Permukaan mesial: permukaan paling dekat garis tengah tubuh.
3 Permukaan lingual: permukaan paling dekat lidah di rahang bawah, dirahang
atas disebut permukaan palatal.
4 Permukaan distal: permukaan paling jauh dari garis tengah.
5 Permukaan bukal: permukaan paling dekat bibir dan pipi.
6 Tepi insisal: gigi-gigi insisivus dan gigi-gigi kaninus mempunyai tepi
potongsebagai pengganti permukaan oklusal.

9
7 Permukaan proksimal: permukaan-permukaan yang berdekatan
letaknya,misalnya: permukaan mesial gigi tertentu dapat menyentuh
permukaan distalgigi sampingnya. Kedua permukaan itu disebut permukaan
proksimal.

Gambar Permukaan-Permukaan Gigi

2.1.4 Jaringan Gigi


Gigi terdiri dari beberapa jaringan, yaitu:
1 Enamel
Enamel merupakan bahan yang tidak ada selnya dan juga merupakan satu-
satunyakomponen dalam tubuh manusia yang tidak mempunyai kekuatan
reparatif karena itu regenerasi enamel tidak mungkin terjadi.Struktur enamel
gigi merupakan susunan kimia kompleks, sebagian besar terdiri dari 97%
mineral (kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor), air 1% dan bahan organik 2%,

10
yang terletak dalam suatu pola kristalin. Karena susunan enamel yang demikian
maka ion-ion dalam cairan rongga mulut dapat masuk ke enamel bagian dalam
dan hal ini memungkinkan terjadinya transport ion-ion melalui permukaan
dalam enamel ke permukaan luar sehingga akan terjadi perubahan enamel.

2 Dentin
Seperti halnya enamel, dentin terdiri dari kalsium dan fospor tetapi
dengan proporsiprotein yang lebih tinggi (terutama collagen). Dentin adalah
suatu jaringan vital yang tubulus dentinnya berisi perpanjangan sitoplasma
odontoblas. Sel-sel odontoblas mengelilingi ruang pulpa dan kelangsungan
hidupnya bergantung kepada penyediaan darah dan drainase limfatik jaringan
pulpa. Oleh karena itu dentin peka terhadap berbagai macam rangsangan, misal:
panas dan dingin serta kerusakan fisik termasukkerusakan yang disebabkan oleh
bor gigi.
3 Cementum
Cementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mirip strukturnya
dengantulang.
4 Pulpa
Pulpa terdapat dalam gigi dan terbentuk dari jaringan ikat yang berisikan
urat-uratsyaraf dan pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai dentin. Urat-urat
syaraf ini mengirimkan rangsangan, seperti panas dan dingin dari gigi ke otak,
di mana hal ini dialami sebagai rasa sakit.Rangsangan yang membangkitkan
reaksi pertahanan adalah rangsangan dari bakteri (pada karies), rangsangan
mekanis (pada trauma, fraktur gigi, preparasi kavitas, dan keausan gigi), serta
bisa juga disebabkan oleh rangsangan khemis misalnya asam dari makanan,
bahan kedokteran gigi yang toksik, atau dehidrasi dentin yang mungkin terjadi
pada saat preparasi kavitas/pengeboran gigi.

2.1.5 Persarafan Gigi


Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus kranial ke-V
atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah orofasial,
selain saraf trigeminal meliputi saraf kranial lainnya, seperti saraf kranial ke-VII, ke-
XI, ke-XII.
1. Nervus Maksila

11
Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila,
palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus ini
akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini
kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris superior anterior,
nervus alveolaris superior medii, dan nervus alveolaris superior posterior. Nervus
alveolaris superior anterior mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris
superior medii mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian
mesial, nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I
bagian distal serta molar II dan molar III.
2. Nervus Mandibula
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus
alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi
molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan
sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang
membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada
persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa
pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya didistribusikan ke area kecil pada
gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini
memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di
dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan
gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada
permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecil
pada kedua sisi midline. Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada
persarafan dari insisivus sentral dan ligamentum periodontal.
Cabang-cabang n. Trigeminus yang mensarafi bagian-bagiangingiva adalah :
1. N. Infraorbitalis, mensarafi gingiva pada sisi labial insisivus,kaninus dan
premolar rahang atas.
2. N. Alveolaris superior posterior, mensarafi gingiva pada sisi bukal gigi molar
rahang atas.
3. N. Palatinalis mayor, mensarafi gingiva pada sisi palatal semua gigi rahang
atas kecuali insisivus.
4. N. Spenopalatinus panjang, mensarafi gingiva pada sisi palatal insisivus
rahang atas.

12
5. N. Sublingualis, mensarafi gingiva pada sisi lingual rahang bawah.
6. N. Mentalis , mensarafi gingiva pada sisi labial insisivus dan kaninus rahang
bawah.
7. N. Bukalis, mensarafi gingiva pada sisi bukal molar rahang bawah.

Gambar Inervasi Gigi

Cabang Maxillaris Mempersarafi :

13
Palatum
Membentuk atap mulut dan lantai cavum nasi, Terdiri dari :
Palatum durum (langit keras)
Palatum mole (langit lunak)
Palatum Dorum
Terdapat tiga foramen:
foramen incisivum pada bidang median ke arah anterior
foramina palatina major di bagian posterior dan
foramina palatina minor ke arah posterior
Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum),
mempersarafi gigi anterior rahang atasBagian belakang palatum: N. Palatinus Majus
(keluar dari foramen palatina mayor), mempersarafi gigi premolar dan molar rahang
atas.
Palatum Mole
N. Palatinus Minus (keluardari foramen palatina minus), mempersarafi seluruh
palatina mole.

Gambar Cabang Nervus Maksilaris

Persarafan Dentis Dan Gingiva Rahang Atas

14
a. Permukaan labia dan buccal : N. alveolaris superior posterior, medius dan
anterior
Nervus alveolaris superior anterior, mempersarfi gingiva dan gigi anterior.
Nervus alveolaris superior media, mempersarafi gingiva dan gigi
premolar dan molar I bagian mesial.
Nervus alveolaris superior posterior, mempersarafi gingiva dan gigi molar
I bagian distal, molar II dan molar III.
b. Permukaan palatal : N. palatinus major dan nasopalatinus
Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum),
mempersarafi gingiva dan gigi anterior rahang atas.
Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen
palatina mayor), mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan molar
rahang atas.
Persarafan Gingiva
a. Permukaan labia dan buccal :
N. Buccalis, mempersarafi bagian buccal gigi posterior rahang bawah
N. Mentalis, merupakan N.Alveolaris Inferior yang keluar dari foramen
Mentale

b. Permukaan lingual :
N. Lingualis, mempersarafi 2/3 anterior lidah, gingiva dan gigi anterior
dan posterior rahang bawah

15
Gambar Nervus Mandibularis

2.2 Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi

2.2.1 Tahap Perkembangan Gigi

Tidak semua gigi berkembang dalam waktu yang sama. tanda-tanda pertama
perkembangan gigi pada embrio ditemukan di daerah anterior mandibula waktu usia
5-6 minggu, sesudah terjadi tanda-tanda perkembangan gigi di daerah anterior
maksila kemudian berlanjut ke arah posterior dari kedua rahang. Perkembangan
dimulai dengan pembentukan lamina gigi. Dental lamina adalah suatu pita pipih yang
terjadi karena penebalan jaringan epitel mulut (ektodermal) yang meluas sepanjang
batas oklusal dari mandibula dan maksila pada tempat dimana gigi-gigi akan muncul
kemudian. Dental lamina tumbuh dari permukaan sampai dasar mesenkhim.

2.2.2 Tahap Kalsifikasi Gigi

16
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik selama
pengendapan matriks. Kalsifikasi enamel dan dentin sangat sensitif pada perubahan-
perubahan metabolik yang kecil pada anak-anak. Kalsifikasi jaringan ini tidak
seragam tetapi sifatnya bervariasi selama perkembangan yang berbeda dari
pertumbuhanindividu. Bila terjadi
gangguan pada tahap kalsifikasi ini akan mengakibatkan kelainan struktur jaringan
keras gigi

2.2.3 Tahap Erupsi Gigi

Pergerakan gigi ke arah rongga mulut dimulai ketika gigi masih di dalam tulang
rahang. Erupsi merupakan proses yang dimulai terus-menerus segera setelah mahkota
terbentuk. Pada saat yang sama, tulang rahang bertambah panjang dan tinggi sehingga
terdapat gerakan dari selutuh benih gigi susu ke arah permukaan oklusal. mahkota
gigi yang telah terbentuk dalam bentuk dan ukuran tertentu tampak penuh dan
menumpuk ketika masih di dalam pertumbuhan tulang yang kecil. Gangguan-
gangguan pada erupsi gigi lebih umum daripada gangguangangguan pada
pembentukan dan kalsifikasi gigi dan biasanya disebabkan oleh pencabutan yang
belum pada waktunya (prematur) daripada gangguan endokrin atau gangguan karena
tidak berfungsinya bagian yang lain.

a. Erupsi Dini
Kadang gigi insisivus satu bawah sebuah atau dua buah telah erupsi
pada saat bayi dilahirkan. Gigi tersebut akan lepas sebelum gigi aslinya
erupsi. Erupsi gigi yang dini umumbagi tipe anak yang kurus dan
biasanya bersifat keturunan.
b. Erupsi yang Terlambat
Dalam batas-batas normal gigi susu pertama mungkin tidak tampak
sampai anak berusia 1 tahun. Selanjutnya erupsi yang terlambat
memberi kesan suatu gangguan sistemk dari nutrisi atau endokrin

2.2.4 Waktu Erupsi Gigi Permanen


Erupsi gigi geligi tetap biasanya menurut urutan sebagai berikut :
1. Gigi M1 atas dan bawah, dan gigi I1
2. Gigi I1 atas dan gigi I2 bawah
3. Gigi I2 atas
4. Gigi C bawah
5. Gigi P1 atas
6. Gigi P1 dan P2 atas

17
7. Gigi C atas dan P2 bawah
8. Gigi M2 bawah
9. Gigi M2 atas
10. Gigi M3 atas dan bawah
Waktu erupsi gigi permanen lebih bervariasi daripada waktu erupsi gigi susu
dikarenakan faktor genetik dan lingkungan yang sama kuat.12 Pada usia 6 7 tahun
gigi permanen pertama mulai erupsi, yaitu gigi Molar pertama rahang bawah. Anak
usia 6 7 tahun tidak mempunyai gigi permanen kaninus, premolar pertama, premolar
kedua, dan molar kedua.

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erupsi Gigi

Erupsi normal gigi permanen dalam rongga mulut terjadi selama rentang waktu
usia kronologis yang berbagai macam dan dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi faktor lokal dan faktor umum.

a. Genetik
Beberapa penulis menyatakan bahwa faktoe herebilitas lebih
berpengaruh dalam perkembangan gigi serta erupsi gigi. Dalam penelitian
longitudinal dan cross-sectional dilaporkan terdapat perbedaan waktu
antar tumbuhnya gigi pada ras yang berbeda. Gigi permanen lebih dulu
tumbuh pada ras anak-anak Afrika dan Afrika-Amerika daripada ras anak-
anak Asia dan Kaukasia.
Terdapat kelainan genetik tertentu yang dapat mempengaruhi erupsi gigi.
Kelainan genetik tersebut dapat dibagi menjadi kelainan pada
pembentukan emal. dan/atau kelainan pada pembentukan folikel email
(misalnya, amelogenesis imperfecta, Hurlers Syndrom,
mucopolysaccharidosis VI) dan kelainan pada aktivitas osteoclastic
(misalnya, Cleidocranial dysplasia, osteopetrosis).
c. Jenis Kelamin
Terdapat persamaan pendapat dalam penelitian pada pertumbuhan gigi
bahwa pertumbuhan gigi pada wanita lebih cepat dibandingkan dengan
laki-laki. Terdapat perbedaan yang signifikan pada insisivus lateral dan
caninus rahang atas, serta caninus rahang bawah. perbedaan waktu erupsi
gigi rata-rata 4-6 bulan. Perbedaan erupsi paling sering pada caninus
permanen. Lebih cepatnya erupsi gigi permanen pada wanita disebabkan
karena adanya pematangan yang lebih awal.
d. Nutrisi

18
Meskipun data pengaruh gizi terhadap pertumbuhan gigi permanen
kurang, tetapi terdapat bukti bahwa kekurangan gizi kronis pada anak-anak
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan erupsi gigi tertunda.
Meskipun pada satu penelitian melaporkan bahwa bahwa gigi molar dan
insisivus permanen lebih cepat erupsi pada kelompok anak usia 6 tahun
yang mengalami kekurangan proteinmalnutrisi pada usia dini. tetapi
kurangnya sampel dan tidak adanya laporan status gizi pada pemeriksaan.
Peran protein dalam menunjang pertumbuhan tubuh dan berbagai jaringan
termasuk pertumbuhan jaringarn tulang seperti mandibula sangat penting.
Kekurangan protein atau yang biasa disebut defisiensi protein juga dapat
mempengaruhi dimensi panjang mandibula.
e. Faktor Sosial-Ekonomi
Dalam sejumlah penelitian telah ditemukan bahwa anak-anak dari latar
belakang sosial-ekonomi yang lebih menunjukkan pertumbuhan gigi yang
lebih awal daripada anak-anak dari latar belakang sosial-ekonomi yang
rendah. Doperkirakan bahwa anak-anak dari sosial-ekonomi yang lebih
tinggi mendapatkan perawatan kesehatan yang lebih baik, gizi dan faktor
yang mempengaruhi perkembangan awal gigi.
f. Tinggi Badan dan Berat Badan
Sebuah hubungan positif antara tinggi badan dan berat badan terhadap
pertumbuhan gigi telah diteliti sebelumnya. Anak-anak yang lebih tinggi
dan lebih berat pertumbuhan giginya lebih cepat. Penelitian tentang
obesitas anak-anak dan pertumbuhan gigi juga menunjukkan sebuah
hubungan. Anak-anak yang mengalami obesitas lebih cenderung cepat
pertumbuhan giginya, rata-rata pertumbuhan giginya lebih cepat 1.2 1.5
tahun sebelumnya dibandingkan dengan anak-anak dengan berat badan
yang normal.
g. Hormon
Gangguan kelenjar endokrin biasanya memiliki efek yang mendalam
pada tubuh, termasuk gigi. Pertumbuhan gigi yang cepat telah diteliti dan
berkaitan dengan sekresi androgen adrenal yang meningkat, sedangkan
efek dari kelebihan pertumbuhan hormon pada pertumbuhan gigi kurang
dijelaskan.

2.3 Impaksi Gigi

2.3.1 Definisi

19
Gigi impaksi merupakan gigi yang erupsi sebagian atau tidak dapat erupsi oleh
karena terhalang oleh gigi, tulang atau jaringan lunak yang ada disekitarnya. Hal ini
memerlukan penanganan medis khusus. Gigi impaksi sering terjadi pada gigi molar
ketiga (M3) bawah, gigi M3 atas, gigi kaninus atas dan insisivus kedua, dapat juga
terjadi pada kaninus bawah dan premolar atas dan bawah.

2.3.2 Etiologi

Etiologi Gigi Impaksi Etiologi gigi impaksi dapat diakibatkan baik secara
sistemik maupun lokal. Penyebab secara sistemik baik pada masa prenatal maupun
postnatal. Pada masa prenatal yaitu hereditary syndrome dan miscegenation. Etiologi
postnatal seperti; rickets, anemia, syphilis, tuberculosis dan endocrine deficiencies.
Etiologi penyebab gangguan pertumbuhan yaitu oxycephaly, cleidocranial dysplasia,
achondroplasia, progeria, cleft palate. Kemudian etiologi pengaruh lokal adalah
persistensi gigi sulung, malposisi benih gigi, defisiensi lengkung rahang, gigi
supernumerari, tumor odontogenik, lokasi erupsi yang abnormal, inflamasi kronis,
bone necrosis disease, prematur ekstraksi dan tekanan dari gigi sebelahnya.

2.3.3 Klasifikasi Gigi Impaksi

Gigi impaksi diklasifikasikan sebagai berikut; impaksi gigi M3 pada mandibula,


impaksi gigi M3 pada maksila, impaksi gigi kaninus pada mandibula, impaksi gigi
kaninus pada maksila, impaksi gigi insisivus lateral maksila dan impaksi gigi M2
mandibula. Gigi impaksi M3 pada mandibula di klasifikasikan berdasarkan
angulasi gigi menurut George Winter yaitu angulasi sumbu panjang gigi impaksi
molar terhadap sumbu panjang gigi M2, meliputi; impaksi mesioangular, horizontal,
distoangular dan vertikal (Gambar 1).

20
(Gambar) : Klasifikasi berdasarkan angulasi
gigi Impkasi mesioangular, horizontal,
distoangular dan vertikal

Klasifikasi gigi M3 pada mandibula berdasarkan antero-posterior mandibula


klasifikasi Pell dan Gregory I, II dan III yaitu berdasarkan perbandingan ukuran
mesio-distal M3 bawah dengan ruang yang tersedia dari distal M2 sampai ramus
asenden mandibula. Kelas I jika antero-posterior gigi M3 = jarak dari anterior ramus
ke distal M2, Kelas II jika jarak dari anterior ramus ke distal M2 lebih kecil dari
anterioposterior gigi M3, terdapat sejumlah tulang yang masih menutupi bagian distal
M3, Kelas III jika tidak ada ruang sama sekali untuk erupsi gigi M3.

Klasifikasi gigi M3 pada mandibula berdasarkan hubungan bidang oklusal


menurut Pell dan Gregory yang dilihat berdasarkan letak molar tiga dalam tulang
mandibula. Kelas A jika ketinggian puncak gigi M3 sama dengan oklusal gigi M2,
Kelas B jika ketinggian puncak gigi M3 dibawah garis oklusal gigi M2, tetapi diatas
garis servikal dan Kelas C jika ketinggian puncak gigi M3 di bawah garis servikal gigi
M2.

21
2.4 Odontektomi

2.4.1 Definisi

Definisi menurut Archer menyatakan bahwa odontektomi adalah pengambilan


gigi dengan prosedur bedah dengan pengangkatan mukoperiosteal flap dan
membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga tulang disekitar akar sisi bukaldengan
chisel, bur, atau rongeurs. Odontektomi adalah tindakan mengeluarkan gigi
secara bedah, diawali dengan pembuatan flap mukoperiosteal, diikuti dengan
pengambilan tulang undercut yang menghalangi pengeluaran gigi tersebut.
Odontektomi adalah prosedur operasi yang paling umum digunakan oleh ahli bedah
mulut sekaligus merupakan model umum yang biasa digunakan untuk menilai
efektivitas analgesik penghilang rasa sakit akut setelah operasi gigi. Pencabutan molar
ketiga rahang bawah secara pembedahan sering menyebabkan rasa sakit, trismus dan
pembengkakan. Lamanya pembedahan, insisi, bentuk mukoperiosteal flap, dan
perlakuan sebelum operasi mempengaruhi intensitas dan frekuensi keluhan setelah
operasi.

2.4.2. Indikasi

Adapun indikasi yang perlu diperhatikan pada tindakan odontektomi adalah


sebagai berikut:

a. Pencegahan penyakit periodontal dijadikan sebagai indikasi yang penting


diperhatikan dalam tindakan odontektomi oleh karena merupakan daerah
yang paling dekat gigi impaksi sebagai tempat predisposisi terjadinya
penyakit periodontal.

22
b. Pencegahan karies dan perikoronitis karena daerah tersebut merupakan
retensi sisa makanan dan tempat perkembangan bakteri. Apabila tidak
dilakukan pembersihan secara maksimal akan berisiko mudah terjadi karies
dan perikoronitis.

c. Pencegahan resorpsi akar dijadikan sebagai indikasi dalam odontektomi


karena gigi impaksi dapat menyebabkan tekanan pada akar gigi sebelahnya
sehingga menyebabkan resorpsi akar. Pencabutan gigi impaksi dapat
menyelamatkan gigi terdekat dengan adanya perbaikan pada sementumnya.

d. Pencegahan kista dan tumor odontogen termasuk indikasi odontektomi


karena gigi impaksi yang berada di dalam tulang alveolar mengakibatkan
follicular sacc tertahan. Folikel gigi ini akan mengalami degenerasi kistik
sehingga menyebabkan terjadinya kista dentigerous dan keratokis. Tumor
odontogen dapat terjadi disekitar gigi impaksi yang terbentuk dari folikel
gigi.

e. Rasa sakit daerah gigi impaksi akan terjadi karena penekanan syaraf, maka
odontektomi akan menyebabkan dekompresi syaraf daerah tersebut.

f. Sebelum perawatan ortodonti dan protodonti gigi impaksi harus diambil /


odontektomi, karena apabila tidak dilakukan tindakan tersebut, perawatan
ortodonti dan protodonti akan mengalami kegagalan.

2.4.3 Kontra Indikasi

Apabila terdapat hal-hal seperti tersebut dibawah maka tindakan odontektomi


tidak boleh dilakukan karena dapat menimbulkan komplikasi berbahaya. Adapun hal-
hal yang menjadi kontra indikasi dalam odontektomi adalah

a. Lokal

1. Periapikal patologi; apabila pencabutan gigi dilakukan maka infeksi akan


menyebar luas dan sistemik, maka antibiotik harus diberikan sebelum
dilakukan pencabutan gigi.

2. Adanya infeksi oral seperti Vincents Angina, Herpetic gingivostomatitis. Hal


ini harus dirawat terlebih dahulu sebelum dilakukan pencabutan gigi.

23
3. Perikoronitis akut; perikoronitis harus dirawat terlebih dahulu sebelum
dilakukan pencabutan pada gigi yang terlibat, jika tidak maka infeksi bakteri
akan menurun ke bagian bawah kepala dan leher.

b. Sistemik

1. Pasien-pasien dengan compromised medis juga menjadi hal penting yang


perlu diperhatikan sebelum odontektomi karena apabila pasien memiliki
riwayat medis seperti gangguan fungsi kardiovascular, gangguan pernapasan,
gangguan pertahanan tubuh, atau memiliki kongenital koagulopati, maka
operator sebaiknya mempertimbangkan untuk tidak melakukan tindakan
pencabutan gigi impaksi atau odontektomi. Akan tetapi, jika gigi impaksi
tersebut bermasalah maka sebelum tindakan operator harus konsultasi medis
terlebih dahulu kepada dokter yang merawatnya.

2. Demam yang asalnya tidak dapat dijelaskan; penyebab paling umum dari
demam tersebut kemungkinan adalah endokarditis bakteri subakut dan
apabila dilakukan prosedur ekstraksi dalam kondisi ini dapat menyebabkan
bakteremia, maka sebelum tindakan perlu diberikan antibiotika sebagai
profilaksis

2.4.4. Faktor Penyulit

Selain indikasi dan kontra indikasi, dalam tindakan odontektomi operator juga
harus mempertimbangkan beberapa faktor yang dapat menjadi penyulit tindakan
antara lain : bentuk akar yang abnormal, hipersementosis, tingkat 10 kepadatan
tulang, dekat pembuluh darah, saraf dan sinus maksilaris, serta pandangan operasi
yang sempit.

2.4.5. Komplikasai Odontektomi

Komplikasi dapat terjadi disaat atau setelah tindakan odontektomi. Angka


kemungkinan terjadinya komplikasi dalam odontektomi meningkat terutama pada
pasien dengan gigi impaksi totalis letak dalam. Dokter harus sudah dapat
memperhitungkan risiko komplikasi yang akan terjadi berdasarkan foto panoramik
atau foto dental yang telah dilakukan sejak awal. Apabila odontektomi dilakukan
maka akan terjadi komplikasi seperti fraktur akar, gigi molar kedua goyah, trauma

24
pada persendian temporo-mandibular, akar terdorong ke ruang submandibula, bahkan
dapat terjadi fraktur angulus mandibula, namun fraktur mandibula jarang terjadi.
Komplikasi lain yang dapat terjadi setelah odontektomi adalah parestesi. Parestesi
terjadi akibat trauma yang mengenai nervus alveolaris inferior, nervus lingualis atau
nervus maxillaris. Adapun manifestasi klinis parestesi yaitu berupa hilangnya sensasi
pada bagian tertentu dari wajah, biasanya pada bibir atau dagu. Penanganan yang
dapat dilakukan pada parestesi salah satunya adalah dengan terapi obatobat
neurotropik.

25
BAB III
ANALISA KASUS

3.1 ANALISA KASUS


Tn. RBY, 33 tahun, Laki-laki, datang ke bagian poli gigi RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang dengan keluhan gigi paling belakang bawah tumbuh miring.
Pasien juga mengeluh gigi sebelah kiri bawah bergoyang dan sering merasa nyeri.
Gigi paling belakang kiri bawah tersebut tumbuh miring sejak 1 tahun yang lalu. Ada
rasa tidak nyaman jika dipakai mengunyah.
Riwayat tambal gigi (-) menandakan pasien tidak pernah melakukan
perawatan gigi. Riwayat trauma (-) menandakan bukan etiologi dari gangren radix.
Riwayat pasang gigi palsu di tukang gigi yang menandakan penderita tidak pernah
kontrol ke dokter gigi. Riwayat cabut gigi (+) 1 tahun yang lalu tetapi pasien jarang
kotrol ke dokter gigi.
Dari riwayat kebiasaan, adanya kebiasaan oral hygiene pasien yang kurang
baik berupa menggosok gigi yaitu 2 kali sehari. Cara mengosok gigi pasien tidak
terlalu baik sehingga memungkinkan gigi untuk mengalami kerusakan.
Saat datang ke bagian Gigi dan Mulut, keadaan umum pasien tampak kompos
mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 78 x/m, pernafasan 20 x/m, suhu 36.50 C
dan Keadaan gizi pasien adalah normal, hal ini tidak menyebabkan pertahanan sistem
imunitas pasien berkurang, sehingga kesehatan oral pada pasien tidak mudah terjadi.
Pada pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan
intra oral ditemukan kalkulus di semua regio, ditemukan pluk di semua regio ,
perdarahan gingiva tidak ada. Pada pasien ini ditemukan gingivitis marginalis.
Gingivitis adalah peradangan pada gusi (gingiva) yang sering terjadi dan bias timbul
kapan saja setelah timbulnya gigi. Gingivitis merupakan tahap awal dari timbulnya
penyakit gusi, peradangan disebabkan oleh plak yang terbentuk disekitar gusi. Jika
pembersihan gigi yang dilakukan setiap hari tak mampu membersihkan dan
mengangkat plak yang terbentuk, hal itu bias memproduksi racun yang bias
menyebabkan iritasi pada lapisan luar gusi, dan timbulah gingivitis. Kalkulus
disebabkan oleh plak yang mengeras hal ini mengindikasikan kurangnya perlindungan
kesehatan gigi dan mulut (oral hygiene) pasien. Hal ini menjadi faktor resiko
terjadinya infeksi dan memungkinkan bakteri melewati jaringan dan masuk ke
pembuluh darah yang dapat menimbulkan terjadinya bakteremia.

26
Pada status lokalis, ditemukan adanya karies pada 38 (D5) dan, 36 (D5)
artinya terdapat kerusakan pada struktur jaringan keras gigi (email, dentin) yang
diakibatakan oleh asam yang dihasilkan oleh bakteri yang terdapat pada plak gigi.
Kemungkinan terjadinya karies pada pasien ini adalah akibat gaya hidup pasien.
Selain itu, ditemukan missing teeth pada gigi 46 yang kemungkinan di sebabkan oleh
karies gigi. Pada gigi 38 tedapat impaksi gigi. Impaksi gigi adalah suatu keadaan
dimana benih gigi atau calon gigi yang akan tumbuh terhalang jalan pertumbuhannya
hingga mengakibatkan gigi tidak dapat keluar atau tumbuh secara normal. Hal tesebut
kemungkinan disebabkan rahang yang terlalu kecil untuk menampung gigi geraham
bungsu yang mengakibatkan terjadinya penumpukan sehingga terjadi impaksi pada
gigi. Biasanya gigi geraham ketiga ini tumbuh pada usia 16 25 tahun. Kemudian ada
juga yang menganggap penyebab impaksi pada gigi disebabkan oleh kebiasaan makan
masyarakat modern yang hanya makan makanan yang lembek-lembek saja dan
kebiasaan mengunyah yang kurang baik; seperti mengunyah kurang dari 30 kali
dalam satu suapan.
Pasien gigi yang impaksi bisa menyebabkan komplikasi seperti, Kerusakan
syaraf pada gigi, kista pada gigi yang menyebabkan wajah tidak simetris,
perikonoritis atau infeksi dan peradangan gusi yang disebabkan oleh sisa-sisa
makanan yang terjebak di dalam gusi karena gigi yang tidak dapat tumbuh sempurna.
Penderitanya biasanya akan mengalami sakit pada gusi, pipi dan pada saat menelan
,penumpukan plak, sering sakit kepala, demam ,bau pada mulut, gigi berjejal/crowded
teeth yang merusak penampilan pada gigi karena letak gigi menjadi berjejal dengan
gigi lain dan tidak beraturan, rasa nyeri pada pundak, nyeri pada saat buka tutup mulut
dan telinga berdengung dan gigi berlubang.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Pencabutan gigi yang
merupakan solusi terbaik untuk menangani gigi yang impaksi lewat operasi bedah
gigi dan mulut atau yang dalam istilah kedokteran dikenal dengan nama Odontectomy.
Jadi nanti yang melakukan pencabutan gigi geraham bungsu ini bukanlah dokter gigi
biasa, melainkan dokter khusus yang ahli dalam bedah gigi dan mulut. Karena
diperlukan tindakan operasi kecil seperti merobek gusi dan atau mulut yang masih
menutupi seluruh atau sebagian gigi geraham bungsu yang impaksi. Mengedukasikan
kepada pasien mengenai oral hygiene untuk mengatasi adanya komplikasi yang lebih
lanjut. Edukasi juga dilakukan pada pasien dalam pemilihan makanan seperti
menghindari makanan yang keras dalam beberapa hari kedepan setelah tindakan

27
odontectomy, dan juga edukasi pasien untuk menghindari ataupun mengurangi
komsumsi makanan yang mengandung banyak gula, pasien juga diajarkan cara
menyikat gigi yang benar dan teratur serta pentingnya memberitahu kepada pasien
mengenai kunjungan ke dokter gigi setiap 6 bulan.

28

Anda mungkin juga menyukai