Diagnosis atresia esophagus dapat ditegakkan ketika terdapat kesulitan atau tidak bisa
memasukkan tabung nasogastrik atau orogastrik. Biasanya akan terjadi resistensi jika tabung sudah
masuk sejauh 11-12 cm. Foto x-ray seringkali digunakan untuk mengkonfirmasikan tergulungnya
tabung nasogastric didalam kantung esophagus bagian proksimal. Evaluasi diagnostic bayi yang
posterior di trakea.1, 2
Diagnosis sementara EA/TEF dapat ditegakkan sebelum anak tersebut lahir. Diagnosis EA
biasanya dapat dicurigai pada trimester ketiga karena adanya tanda indirek Salah satu tanda
pertama atresia esophagus dapat terlihat pada saat pemeriksaan USG prenatal ibu. Polihidramnion,
yang merupakan suatu keadaan dimana jumlah cairan amniotic di sekitar janin terlalu berlebihan,
Bayi baru lahir yang dicurigai EA/TEF harus dilakukan pemeriksaan x-ray. Pada
pemeriksaan x-ray akan didapatkan kantung esophagus yang mengalami dilatasi yang lebih besar
dari yang diharapkan karena menjadi tempat terkumpulnya cairan amniotic. Udara didalam perut
dapat mengkonfirmasikan adanya fistula, sementara itu udara dalam usus besar akan
menyingkirkan diagnosis atresia duodenal. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisis yang
sebagai berikut:
A. Foto X-ray
Hasil temuan pada pemeriksaan foto dada posisi poteroanterior dan lateral akan
yang tergulung di kantong esophagus bagian proksimal anak-anak yang menderita atresia
esophagus. Pada foto dada dan bagian atas abdomen dengan posisi anteroposterior setelah
atresia. Pada atresia esophagus saja ujung tabung akan terlihat terletak didalam esophagus dan
tidak ada gas yang akan terlihat dalam abdomen. Jika terlihat adanya gas dalam abdomen hal
Kewaspadaan yang tinggi harus diberikan jika cairan kontras dimasukkan ke kantung
esophagus bagian proksimal. Yang pertama, hanya sekitar 1 ml kontrascairan isotonic yang
dapat diserap harus digunakan untuk mencegah masuknya cairan kontras masuk kedalam jalan
napas. Sebaiknya digunakan kateter dengan lubang di ujungnya. Yang kedua, jika terdapat
fistula di bagian atas kantung, cairan kontras langsung mengalir masuk kedalam jalan napas.
menegakkan diagnosis.2, 5
Gambar 1. Gambar pemeriksaan foto polos atresia esophagus
B. CT Scan
esophagus dan struktur yang berdekatan secara 3 dimensi. Penggunaan pemeriksaan ini pada
pasien atresia esophagus dan TEF mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir ini.
CT scan dengan potongan sagital telah digunakan pada bayi baru lahir untuk menegakkan
diagnosis AE dan TEF secara akurat. Metode ini memungkinkan visualisasi panjang esophagus
secara keseluruhan lengkap dengan atresia, fistula, dan jarak antara atresia dan fistula.
Diagnosis AE dengan CT scan 3D sangatlah berguna, dengan tingkat sensitivitas dan spesifitas
sebesar 100%.2
C. MRI
Pada periode postnatal, MRI tidak memiliki peranan dalam pencitraan rutin atresia
esophagus dan TEF; akan tetapi, MRI menawarkan kemampuan untuk menggambarkan
panjang esophagus secara keseluruhan pada potongan koronal dan sagital, dan resolusi
kontrasnya lebih baik dibandingkan dengan CT scan. Tidak seperti USG, MRI prenatal
memungkinkan visualisasi keseluruhan lesi dan hubungan anatomic. Pemeriksaan MRI pada
janin telah terbukti akurat untuk menyingkirkan diagnosis EA prenatal pada bayi yang beresiko
tinggi berdasarkan hasil temuan pemeriksaan USG; akan tetapi, MRI pada fetal akan menemui
kesulitan pada kasus polihidramnion karena kualitas gambar yang buruk. Gambar yang
D. USG
Walaupun USG tidak memiliki peran dalam pemeriksaan postnatal rutin dari atresia
esophagus dan/atau TEF, USG prenatal adalah alat pemeriksaan yang sangat berguna untuk
EA dan TEF. Hasil pemeriksaan USG yang menampakkan gelembung perut yang kecil atau
tidak ada yang digabungkan degnan polihidramnion maternal menunjukkan adanya EA dan
TEF. Akurasi diagnostic akan meningkat jika area anechoic terlihat di pertengahan leher janin;
tanda ini membedakan EA dari penyakit gangguan menelan lainnya. Pouch sign adalah tanda
yang buruk. Hanya 1 dari 12 pasien dengan polihidramnion yang mengalami EA. Dan juga
pada gelembung perut janin yang kecil atau tidak adanya gelembung memiliki banyak
keterkaitan dengan penyakit selain EA. Hasil-hasil temuan ini, tidak meyakinkan dan
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut dengan memasukkan tabung nasograstik dari mulut
TERAPI
Klasifikasi Waterston telah digunakan sebagai sebuah evaluasi resiko untuk memprediksi
hasil keluaran dan menentukan waktu dilakukannya operasi. Pasien pada kategori A, yang
didefinisikan memiliki berat badan lahir > 5,5 pom, dapat dilakukan operasi sesegera mungkin.
Pasien pada kategori B, dengan berat badan 4-5,5 pon atau bayi yang menampakkan gejala
pneumonia dan anomaly congenital, terapi operasi harus ditunda dalam jangka waktu yang tidak
lama. Pasien mendapatkan gastrotomi dan distabilisasi sebelum operasi. Bayi yang sangat parah
dengan gangguan respirasi yang cukup signifikan yang diakibatkan oleh fistla yang agak lebar
Klasifikasi kategori C, yang ditandai oleh berat badan lahir bayi < 4,0 pon atau bayi yang
menampakkan gejala pneumonia yang parah dan anomaly congenital, biasanya mendapatkan
Penanganan awal
Penangan awal pada bayi yang menderita EA-TEF mencakup perhatian terhadap status
respirasi, dekompresi kantung bagian atas, dan waktu operasi yang tepat. Strategi awal setelah
diagnosis ditegakkan adalah meletakkan bayi ke incubator dengan kepala ditinggikan paling tidak
30 derajat. Kateter diletakkan di kantung bagian atas pada alat penghisap. Kedua strategi ini
dirancang untuk meminimalisir derajat aspirasi yang berasal dari kantung esophagus. Ketika air
ludah terakumulasi di kantung bagian atas dan teraspirasi kedalam paru-paru, batuk, bronkospasme
dan desaturasi akan terjadi, yang dapat diminimalisir dengan memastikan patensi kateter. Terapi
antibiotic intravena dapat dimulai, dan larutan elektrolit yang telah dihangatkan dapat diberikan.
Jika memungkinkan, ekstremitas atas sebelah kanan dihindari sebagai tempat untuk pemasangan
jalur intravena, karena lokasi ini mungkin digunakan untuk mengatur posisi pasien saat dilakukan
operasi.6
Terapi pembedahan
primer. Bayi dibawa ke ruang operasi, diintubasi, dan ditempatkan pada posisi lateral dekubitus
dengan bagian kanan di siapkan untuk thorakotomi posterolateral. Jika sebelumnya telah
melakukan perbaikan melalui dada kiri, walaupun sebagian besar ahli bedah percaya bahwa
perbaikan juga dapat dilakukan secara aman dari sisi bagian kanan. Bronkoskopi dapat dilakukan
untuk menyingkirkan adanya fistula tambahan di bagian atas pada kasus atresia esophagus.
Pemeriksaan ini memungkinkan differensiasi varian tipe B, C, dan D, dan identifikasi celah
laringotrakeoesofagus.4
Teknik operasi untuk perbaikan yang paling sering digunakan adalah pendekatan
retropleura, karena teknik ini mencegah penyebaran kontaminasi pada thoraks jika terjadi
tekanan, dan untuk menentukan apakah terdapat fistula diantara bagian atas dan trakea. Diseksi
bagian posterior harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terkenanya lumen di
4. Mobilisasi distal esophagus. Tindakan ini perlu untuk dilakukan secara bijaksana untuk
menghindari devaskularisasi, karena aliran darah ke esophagus distal adalah percabangan dari
aorta. Sebagian besar panjang esophagus diperoleh dari memobilisasi kantung bagian atas,
karena suplai darah berpindah melalui submukosa yang berasal dari atas.
prosedur ini dengan lapisan tunggal menggunakan jahitan 5-0. Jika terdapat tekanan yang
berlebihan, otot dari kantung bagian atas dapat diinsisi secara melingkar tanpa mengganggu
aliran darah untuk menambah panjangnya. Banyak ahli bedah menempatkan tabung pemberi
Segera setelah operasi, pasien akan dirawat di ruangan NICU dengan pengawasan
pernapasan, suhu tubuh, dan fungsi jantung dan ginjal secara berkelanjutan. Oksigen dapat
diberikan, dan respirator mekanis juga dapat diberikan. Pengobatan nyeri akan diberikan jika
dibutuhkan. Pemeriksaan darah dan urine dapat dilakukan untuk mengevaluasi keadaan bayi
secara keseluruhan. Pemeriksaan CT scan dapat dilakukan untuk mengevaluasi fungsi esophagus.
Bayi akan diberikan makanan secara intravena atau akan dipasang tabung gastrotomi secara
langsung kedalam perut hingga pemberian makan melalui oral dapat ditelah dan dicerna. Secret
dapat dihisap dari tenggorakan dan tabung nasogastrik dapat dipasang di hidung bayi untuk
membersihkan perut jika diperlukan. Perawatan di rumah sakit mungkin dibutuhkan selama 2
minggu atau lebih, bergantung pada adanya komplikasi atau keadaan yang mendasari lainnya.
Prosedur x-ray yang dikenal sebagai esofagografi biasanya dilakukan pada usia 2 bulan, 6 bulan,
dan usia 1 tahun untuk mengawasi fungsi pencernaan seiring dengan pertumbuhan anak.4
KOMPLIKASI
Kebocoran anastomotik
Kebocoran anastomotik terjadi pada 10-20% pasien. Sebagian besar laporan menunjukkan
terjadinya kebocoran. Keadaan ini dapat didiagnosis dengan adanya saliva pada saat melakukan
aspirasi tabung dada pasca operasi. Foto dengan kontras barium dapat mendiagnosis lokasi dan
besarnya kebocoran. Sebagian besar kebocoran yang kecil akan menutup secara sppntan dengan
pengelolaan nonoperatif.7
Striktur anastomotik
Striktur anastomotik muncul pada sekitar 25% kasus. Pasien dapat menampakkan gejala
aspirasi, malnutrisi, dan obstruksi makanan. Striktur terdiagnosa dengan menggunakan foto
kontras barium dan biasanya dapat diobati dengan dilatasi esophagus. Biasanya, reseksi esophagus
terjadi pada sekitar 50% pasien. Motilitas esophagus yang buruk memungkinkan terjadinya refluks
asam lambung, yang menyebabkan aspirasi, esofagitis, dan parut. Diagnosis ditegakkan dengan
menggunakan pengawasan pH esophagus selama 24 jam. Pengobatannya membutuhkan terapi
medis yang agresif; akan tetapi, sekitar 30% pasien membutuhkan fundoplikasi antirefluks.8
Trakeomalasia
melaporkan angka kejadian sebesar 25%. Gangguan ini dapat disebabkan oleh perkembangan
cincin kartilago yang buruk pada level fistula. Trakeomalasia dicurigai pada pasien yang
PROGNOSIS
Atresia esophagus akan menimbulkan kematian jika tidak dikoreksi. Pasien yang
menderita kelainan VACTERL memiliki prognosis yang lebih buruk yang disebabkan oleh adanya
anomaly yang lain. Bahkan, resiko mortalitas lebih besar karena anomaly yang terjadi daripada
atresia esophagus itu sendiri. Angka kelangsungan hidup terbaru dari setelah dilakukan operasi
1. Puri Prem et al. 2006. Pediatric Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg: New York
2. Wrightson William. 2006. Current Concepts In General Surgery: A resident Review. Landes
Bioscience: Texas.
3. Emmanuel Jean, et al. 2003. Surgical Care at the District Hospital. World Health
Organization: London.
4. Fischer Josef E, et al. 2007. Mastery of Surgery, ed 5th. Lippincot William Wilkins: New York.
6. Townsend Courtney M, et al. 2004. Sabiston Textbook of Surgery ed 17th. Elsevier Saunders:
Philadelphia.
7. Mulholland Michael et al. 2006. Greenfield's Surgery: Scientific Principles And Practice, 4th
8. Lumley John, et al. 2005. Upper Gastrointestinal Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg:
New York.