PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjalanan organisasi IBI pada awalnya adalah di dasari rasa keprihatinan dan kesadaran
untuk membela, mempertahankan dan memelihara kepentingan-kepentingan bangsa dan
kepentingan masyarakat umumnya, kepentingan perempuan atau wanita serta kepentingan bidan
khususnya, pada tanggal 15 September 1950 di Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan Jakarta,
para bidan melaksanakan suatu pertemuan dan bersidang serta melahirkan suatu kesepakatan
untuk membentuk suatu wahana Ikatan Bidan Indonesia sebagaimana perkumpulan dan
organisasi lainnya.
Tanggal 24 Juni 1951 beberapa bidan senior di Jakarta, antara lain Bidan Suleki Solo
Soemardjan, Bidan Fatimah Muin, Bidan Sri Mulyani, Bidan Salikun, Bidan Sukaesih, Bidan
Ipah dan Bidan S. Marguna, meneruskan pertemuan dari RS Budi Kemuliaan 15/9/1950 dalam
bentuk Musyawarah Nasional bidan. Musyawarah ini dihadiri oleh perkumpulan-perkumpulan
bidan lokal dari daerah seperti dari Bogor, Cirebon, Garut, Sukabumi, Purwakarta,
Tasikmalaya,Yogyakarta, Solo, Semarang, Demek, Malang, Pekalongan, Palembang, Bangka,
Banjarmasin, dan Jakarta Raya. Para bidan dari Ambon, Medan, Padang dan Bukittinggi yang
tidak bisa hadir mengirim telegram mendukung dan menyetujui hasil keputusan musyawarah.
Musyawarah ini menyempurnakan hasil pertemuan 15 September 1950 yang baru Sembilan
bulan dan menetapkan tujuan-tujuan IBI yang selengkapnya sebagai berikut:
1. Menggalang persatuan dan persaudaraan antara sesama bidan serta kaum wanita pada umumnya
dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
2. Membina pengetahuan dan ketrampilan anggota dalam profesi kebidanan, khususnya dalam
pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga.
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
4. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.
Setelah kongres Nasional IBI di Bandung, telah terpikir oleh PB IBI untuk melakukan
dua hal penting selain konsulidasi dan memperkuat ikatan anggota, pertama, IBI mengharapkan
ada procedural legal terhadap pendirian IBI. Kedua, IBI meyakini bahwa perlu di tata dan di
buka hubungan-hubungan dengan berbagai organisasi kewanitaan utamanya Federasi Bidan
Internasional agar IBI dapat diakui sebagai anggota yang secara politis akan menuntup atau
mencegah kalau ada upaya untuk menjatuhkan IBI dengan membentuk IBI baru.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat memahami peran bidan sebagai organisasi profesi.
2. Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui peran bidan dalam organisasi profesi
2. Untuk mengetahui penghargaan dalam organisasi IBI
3. Untuk mengetahui perkembangan organisasi IBI
4. Untuk mengetahui syarat-syarat menjadi anggota IBI
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Hasil laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan ilmu pengetahuan,
khususnya yang berkaitan dengan peran bidan dalam organisasi profesi.
2. Manfaat praktis
a. Mahasiswa Kebidanan
Untuk menambah pengetahuan mengenai peran bidan dalam organisasi profesi dan sebagai
bahan evaluasi bagi mahasiswa.
b. Masyarakat
Sebagai tambahan informasi mengenai peran bidan dalam organisasi profesi
c. Anggota IBI
Sebagai bahan motivasi untuk memajukan organisasi IBI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Bidan
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang
telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat
(registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek. (Nazriah,2009)
Menurut Ikatan Bidan Indonesia atau IBI (2006) adalah seorang wanita yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktek, Dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan dan kebidanan di masyarakat, bidan diberi wewenang oleh
pemerintah sesuai dengan wilayah pelayanan yang diberikan. Wewenang tersebut berdasarkan
peraturan Menkes RI.Nomor 900/Menkes ISK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan.
Federation of International Gynaecologist and Obstetritian atau FIGO (1991) dan World
Health Organization atau WHO (1992) mendefinisikan bidan adalah seseorang yang telah
menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi
dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu
memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama
masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan atas tanggung
jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.
C. Penghargaan Bidan
1. Anugerah Delima
Pemberian anugerah Delima adalah kegiatan yang dilakanakan sebagai ungkapan rasa
syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa atas jasa dan dukungan yang telah diberikan oleh
seseorang, kelompok, atau lembaga terhadap IBI. Hal ini dilakukan dengna tujuan memotivasi,
menjalin serta meningkatkan mutu hubungan kerjasama IBI dengan berbagai pihak.
a. Tujuan Pemberian Anugrah Delima Umum: meningkatkan
citra dan hubungna IBI dengna pihak mitra kerja melalui pemberian Anugerah Delima.
Khusus:
1. Adanya kesamaan pendapat, pandangan dan persepsi antara pengurus dan anggota IBI tentang
pemberian Anugreah Delima.
2. Adanya ketentuan, klasifikasi kriteria kelayakan penerima anugrah dan standar bobot penilaian.
3. Adanya alat ukur mutu dan tingkat dukungan dan peran serta masyarakat terhadap perjuangan/
tercapainya cita-cita dan kelestarian.
4. Adanya keseragaman bentuk serta materi Anugrah Delima.
b. Dasar Hukum
1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART)
2. Pedoman organisasi.
c. Jenis Anugerah Anugerah
Delima adalah penghargaan yang diberikan oleh IBI kepada seseorang, kelompok orang, atau
lembaga atas jasa, upaya atau prestasi yang dicapai dalam peningkatan citra, kemampuan dan
pengembangan organisasi IBI.
1. Anugerah Delima Eka Yasa
Adalah penghargaan atau anugerah tertinggi (Kesatu/ utama) yang diberikan kepada mereka
yang berjasa kepada IBI sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. Anugerah Delima Dwi Yasa
Adalah penghargaan atau anugerah tingkat kedua yang diberikan kepada mereka yang berjasa
kepada IBI sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
3. Anugerah Delima Tri Yasa
Adalah penghargaan atau anugerah tingkat ketiga yang diberikan kepada mereka yang berjasa
kepada IBI sesuaia dengan persyaratan yang ditetapkan.
4. Anugerah Delima Catur Yasa
Adalah penghargaan atau anugerah tingkat keempat yang diberikan kepada mereka yang berjasa
kepada IBI sesuaia dengan persyaratan yang ditetapkan.
BAB III
HASIL PENELITIAN
Dari teori yang dikemukakan diatas, menurut Nazriah (2009) bahwa Bidan adalah
seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah
dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin
secara sah untuk menjalankan praktek.
Dalam menjalankan prakteknya seorang bidan lebih memilih melakukan praktik klinis
dibandingkan praktik mandiri karena praktik klinis memiliki resiko yang tidak begitu besar
dibanding praktik mandiri yang mempunyai resiko cukup besar dalam menjalankan prakteknya.
Selain itu, praktik klinis bisa lebih menambah wawasan, pengalaman, dan ingin mengabdi
kepada masyarakat lebih dalam.
Dalam menjalankan organisasi profesi, seorang bidan memiliki kontribusi cukup besar dalam
memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya
masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari
pelayanan bidan. Setelah bidan melaksanakan pelayanan di lapangan, untuk menjaga kualitas
dan keamanan dari layanan bidan, dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan
kewenangannya.Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dan
organisasi Ikatan Bidan memiliki kewenangan untuk pengawasan dan pembinaan kepada bidan
yang melaksanakan praktek perlu melaksanakan tugasnya dengan baik.Disatu sisi, bidan dalam
menjalankan profesinya, hanya mencari kebutuhan finansial dan tidak sepenuhnya memberikan
pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya dalam organisasi profesi. Jadi, dari teori dan
kenyataan peran bidan dalam organisasi profesi terdapat persamaan dan perbedaan bahwa
sebagai seorang bidan dalam menjalankan peranya dalam organisasi profesi dituntut untuk bisa
memberikan pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya, dan menjalankan praktek klinis
maupun mandiri. Selain itu, teori tentang peran bidan dalam organisasi profesi juga terdapat
perbedaan dalam kenyataannya, dibuktikan dengan pemberian pelayanan yang hanya
mementingkan kebutuhan finansial saja.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, maka disimpulkan bahwa oganisasi kebidanan seperti IBI sangat
membawa peran besar bagi kemajuan bidan. Di samping itu, IBI juga memberikan informasi
informasi mengenai pendidikan non formal bagi para bidan di Indonesia.
Peran bidan dalam organisasi profesi merupakan
suatu kewajiban yang harus diikuti oleh seorang bidan untuk menambah wawasan dan
pengalaman dalam berorganisasi demi kualitas kerja bidan yang lebih baik. Serta dapat
mengetahui penghargaan bidan dalam organisasi profesi. Suatu organisasi seorang bidan dapat
saling bertukar pengalaman dan perkembangan informasi terbaru dalam hal kebidanan.
B. SARAN
Sebaiknya mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai peran bidan dalam
organisasi profesi dan bagi masyarakat menambah informasi dari bidan maupun organisasi
profesi, bagi anggota organisasi disarankan untuk menambah fasilitas dalam meningkatkan mutu
dan kualitas organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bramantyo,Akbar 2011 http://Peranbidandalamorganisaasiprofesi.blogspot
21 Desember 2012, pukul 08.18.
Hidayat, Asri dkk . 2008 . Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima . Yogyakarta
: Mitra Cendikia Press.
Ikatan Bidan Indonesia, 2001, 50 Tahun IBI Menyongsong Masa depan, PP IBI, Jakarta.
Musbir,Wastidar, 2006, 50 tahun IBI, PP IBI, Jakarta.
Purwandari, Atik . 2008. Konsep Kebidanan: Sejarah & Profesionalisme.
Pengurus pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2001, 9 Modul kebidanan, BAB standar Kopetensi Bidan,
Jakarta.
Pranata, 2009, Peran Bidan Sebagai Peneliti, Gramedia, Jakarta.
Soepardan, Suryani . 2007 . Konsep Kebidanan . Penerbit Buku Kedokteran EGC.