Pedoman Pelayanan Poli Kia
Pedoman Pelayanan Poli Kia
PEDOMAN PELAYANAN
UNIT RAWAT JALAN POLI
KIA/MTBS/KB
PUSKESMAS XXXXX
.
2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
B. Distribusi Ketenagaan
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB V LOGISTIK
BAB IX PENUTUP
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat yang baik adalah tugas dan tanggung
jawab dari negara sebagai bentuk amanah konstitusi yaitu Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaannya negara berkewajiban
menjaga mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan
sangat ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkualitas.
Untuk mewujudkan tenaga kesehatan yang berkualitas, negara sangat membutuhkan
peran organisasi profesi tenaga kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi
anggotanya
Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih di prioritaskan
pada upaya peningkatan derajad kesehatan ibu dan anak , terutama pada kelompok
yang paling rentan kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi pada masa perinatal
hal ini di tandai dngan tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
( AKB).Pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan suatu program di
puskesmas yang pelaksanaan kegiatannya di lakukan oleh bidan dengan berkolaborasi
dengan dotker dan lintas program- program yang lain (GIZI, laboratorium, gigi dan
VCT) .
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
ibu dan anak yang profesional dan bermutu di sarana kesehatan
Tujuan khusus:
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan kesehatan ibu dan anak di
puskesmas
b. Terlaksananya perbaikan program yang berkelanjutan
c. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan
ibu dan anak di Puskesmas
Ruang lingkup pedoman ini adalah input,proses dan output pelayanan kesehatan
ibu daa anak
D. Batasan Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan
3. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kelompok, dan masyarakat
4. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
3|Page
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
5. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan
kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif,diagnostik,terapeutik
dan rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien
6. Dokter atau dokter gigi adalah luusan pendidikan kedokteran atau kedokteran
gigi didalam maupun diluar negri yang diakui oleh pemerintah republik
indonesi sesuai dengan peraturanperundangan.
7. Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan berdasarkan
karakteristik yang dimiliki suatu produk
8. Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan yang memenuhi
kebutuhanmasyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan standard pelayanan
kesehatan dengan menggunakan sumber daya yag tersedia,wajar,efisien dan
efektif serta memberikan keamanan dan memuaskan sesuai norma dan
etika,hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah dan masyarakat.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/PER/IX/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Tahun 671);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1400);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Panduan Praktek
klinis Bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 231);
4|Page
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifi kasi Sumber Daya Manusia
Tenaga pelaksana yang digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan
anak adalah tenaga yang memiliki surat izin praktek /surat izin kerja ,al;
1,Dokter
2.Tensgs Bidan
Tenaga baru harus melalui orietasi petugas.Tenaga kesehatan mengikuti seminar dan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelayanan dikoordinir oleh penanggungjawab poli KIA
C. Jadwal Kegiatan,
Jadwal Tenaga Rawat Jalan di Poli KIA
5|Page
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Standar Fasilitas
standar
VI. Perlengkapan
Meja dengan laci (penyimpan alat )
Tempat tidur pemeriksaan / pelayanan
Satu bangku kecil untuk memudahkan ibu hamil naik ke meja periksa
Penyekat ruangan / korden /partisi/ paravan yang memberikan privasi,
bersih tidak bolong / robek
Kasur
Bantal
Sarung bantal
selimut
perlak
seprei
1 tempat sampah dengan tutup dan plastic di dalamnya
Lemari Alat
VII. Meubelair
Kursi Kerja
Lemari Arsip
7|Page
Meja Tulis biro
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
ALUR PELAYAN
Pendaftaran
Poli KIA/KB/MTBS
laboratorium Rujuk
Konseling
8|Page
Farmasi
Pulang
5. Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan kefasyankes terdekat sesuai dengan sistem rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis
PERENCANAAN RUJUKAN
Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan harus
medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu
memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan
dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya
meliputi:
Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
Alasan untuk merujuk ibu
Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan untuk merujuk
Tujuan rujukan
Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
9|Page
Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan kesehatan yang
dituju
Perkiraan lamanya waktu perawatan
Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen kelengkapan untuk
Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan modalitas
transportasi lain
Pilihan akomodasi untuk keluarga
u Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan sampaikan
kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:
Indikasi rujukan
Kondisi ibu dan janin
Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan dan cuaca
menuju tujuan rujukan)
Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum transportasi,
berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan sebelumnya
Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien adalah:
Nama pasien
Nama tenaga kesehatan yang merujuk
Indikasi rujukan
Kondisi ibu dan janin
Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien
Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan diketahui
oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien.
Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun melalui
faksimili) sesegera mungkin:
Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil pemeriksaan, diagnosis kerja,
terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga kesehatan
yang memberi pelayanan)
Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
Hasil pemeriksaan penunjang
Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan
Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.
Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul berukuran 16
atau 18.
Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera setelah
berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi, penanganan
kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan pasien.
Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan untuk merujuk, dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi selama transportasi.
Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
Keadaan umum pasien
Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
10 | P a g e
Kondisi ketuban
Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi
Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga kesehatan dan jam pemeriksaan terakhir
11 | P a g e
1 buah gunting tali pusat
1 buah pengisap lendir DeLee atau suction mekanis dengan kateter berukuran 10 Fr
2 buah klem tali pusat
Benang tali pusat steril/DTT atau penjepit tali pusat
2 buah kantong plastik
6 buah kasa steril/DTT 4x4
1 lembar duk steril/kain bersih
Selimut bayi (2 buah)
Selimut ibu
Perlengkapan resusitasi bayi
Laringoskop bayi dengan blade ukuran 0 dan 1
Self inflating bag dan sungkup oksigen untuk bayi, berukuran 0,1, dan 2
Pipa endotrakeal dengan stylet dan konektor, berukuran 2,5 sampai 4
3 buah ampul epinefrin 1:10.000 1 ml/ampul
Spuit 1 ml dan 2 ml
Jarum ukuran 20 dan 25
Pipa orogastrik
Gunting dan plester
Tabung oksigen kecil lengkap
Perlengkapan resusitasi dewasa
Pastikan tenaga kesehatan mampu menggunakan alat-alat di bawah ini:
Tabung oksigen lengkap
Self inflating bag dan sungkup oksigen
Airway nomor 3
Laringoskop dan blade untuk dewasa
Pipa endotrakeal 7-7,5 mm
Suction dan kateter ukuran 14 Fr
Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu harus disesuaikan dengan
medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan. Berikut ini adalah contoh tampilan desain
ambulans sederhana yang dapat digunakan untuk merujuk ibu
6.Kredensial
Kredensial adalah proses menilai dokter/dokter gigi oleh Dinas Kesehatan dengan suatu
kriteria mutu yang ditetapkan .Proses ini bertujuan agar kualitas mutu pelayanan dapat
distandarkan.
12 | P a g e
Hal-hal yang dikredensialingkan adalah;
1. Aspek legal:Perizinan
2. Sarana prasarana sesuai standard
13 | P a g e
B.PEMERIKSAN FISIK /UMUM: ( Kunjungan ke I / II / III / IV )*
STATUS GENERALIS :
KEPALA : PARU :
MATA : PAYUDARA :
GIGI : ABDOMEN :
THYROID : TULANG :
BELAKANG
JANTUNG : EKSTREMITAS :
STATUS OBSTETRI :
IMUNISASI,SUPLEMEN,DAN KIE
1. Skrining status TT
2. Zat besi dan asam folat
3. Aspirin (sesuai indikasi)
4. Kalsium (sesuai indikasi )
5. KIE
1. Kehamilan normal
2. Kehamllan dengan masalah khusus
3. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi atau kerjasama
penanganannya
4. Kehamilan dengan kondisi gawat darurat yang membutuhkan rujukan segera
14 | P a g e
PEMERIKSA
Nama :.......................................
Seringkali informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tidak diterapkan atau digunakan oleh
ibu karena tidak dimengerti atau tidak sesuai dengan kondisi ataupun kebutuhan mereka. Hal ini
dapat terjadi karena komunikasi yang terjadi antara tenaga kesehatan dan ibu terjadi hanya satu
arah sehingga ibu tidak mendapatkan dukungan yang cukup untuk menerapkan informasi
tersebut.
Konseling merupakan proses interaktif antara tenaga kesehatan dan ibu serta keluarganya.
Selama proses tersebut, tenaga kesehatan mendorong ibu untuk saling bertukar informasi dan
memberikan dukungan dalam perencanaan atau pengambilan keputusan serta tindakan yang
dapat meningkatkan kesehatan ibu.
LANGKAH-LANGKAH KONSELING
1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengerti situasi ibu dan latar belakangnya.
Lakukan klarifikasi bila diperlukan dan jangan menghakimi.
2. Identifikasi kebutuhan ibu, masalah ibu, dan informasi yang belum diketahui ibu.
Pelajari setiap masalah yang ada serta dampaknya terhadap berbagai pihak (ibu, suami,
keluarga, komunitas, tenaga kesehatan, dan sebagainya).
3. Tanyakan pendapat ibu mengenai solusi alternatif apa yang dapat dilakukan untuk
meyelesaikan masalah yang ia hadapi.
4. Identifikasi kebutuhan ibu terhadap informasi, sumber daya, atau dukungan lain untuk
memecahkan masalahnya.
5. Susun prioritas solusi dengan membahas keuntungan dan kerugian dari berbagai
alternatif pemecahan masalah bersama ibu.
6. Minta ibu untuk menentukan solusi apa yang paling memungkinkan untuk mengatasi
masalahnya.
7. Buatlah rencana tindak lanjut bersama.
8. Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut tersebut pada pertemuan konseling
berikutnya.
KETERAMPILAN KONSELING
Mengajukan pertanyaan
Dalam berkomunikasi, kita mengenal dua jenis pertanyaan:
16 | P a g e
Pertanyaan tertutup memiliki jawaban pasti dan biasa dipakai untuk mendapatkan data
riwayat kesehatan ibu, misalnya: Berapa usia Anda? atau Apakah Anda sudah
menikah?
Pertanyaan terbuka menggali informasi terkait situasi, emosi, perasaan, sikap,
pengetahuan, maupun kebutuhan ibu, misalnya Apa yang Anda rasakan setelah
melahirkan? atau Ceritakanlah mengenai persalinan terakhir Anda
Hindari pertanyaan yang bersifat sugestif.
Contoh:
SALAH: Apakah suami Anda memukuli Anda?
BENAR: Bagaimana munculnya memar-memar ini?
Ajukan pertanyaan yang tidak menghakimi dan memojokkan ibu. Contoh:
SALAH: Mengapa Anda tidak segera datang kemari ketika Anda tahu Anda hamil?
BENAR: Baik sekali Anda mau datang untuk memeriksakan kehamilan Anda saat ini.
Apakah ada alasan yang membuat Anda tidak bisa datang sebelumnya?
Memberikan informasi
Sebelum memberikan informasi, tenaga kesehatan harus mengetahui sejauh mana ibu telah
memahami informasi yang akan disampaikan dan memberikan informasi baru yang sesuai
dengan situasi ibu.
Contoh:
Bidan: Apakah Ibu sudah mengerti bagaimana Ibu harus merawat diri selama kehamilan?
Bidan: Betul sekali Bu. Selain itu, ada pula beberapa jenis makanan tertentu yang perlu Ibu
konsumsi lebih banyak. Apa Ibu sudah tahu makanan apa saja itu?
Ibu: Sayur, daging
Bidan: Ya, benar. Makanlah lebih banyak sayur dan daging, juga buah, kacang-kacangan, ikan,
telur, keju, dan susu. Ibu tahu mengapa Ibu perlu mengkonsumsinya?
Ibu: Agar bayinya sehat
Bidan: Ya, makanan-makanan itu akan mendorong pertumbuhan bayi dan menjaga Ibu tetap
sehat. Apakah ada lagi yang ingin ibu tanyakan mengenai apa yang harus ibu makan selama
hamil?
Fasilitasi
Penting diingat bahwa konselor tidak boleh memaksa ibu untuk mengatasi masalahnya dengan
solusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ibu. Bimbinglah ibu dan keluarganya untuk
menganalisa kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan yang mereka miliki dan memutuskan
sendiri pilihannya.
PERSETUJUAN TINDAKAN
17 | P a g e
18 | P a g e
19 | P a g e
20 | P a g e
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistik untuk melaksanakan kegiatan pelayanan medik rawat jalan
direncanakan dalam loka karya mini sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan
21 | P a g e
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
22 | P a g e
Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
Standar:
Puskesmas menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien
keluar dari puskesmas.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit
pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi
dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria:
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu pada
visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko
bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas.
4.2. Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait
dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan
secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4.4. Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Puskesmas .
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja
puskesmas dan keselamatan pasien
Kriteria:
23 | P a g e
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan
insiden.
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari puskesmas
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
5.4. Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan
jelas untuk keperluan analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah Kejadian Nyaris
Cedera (Near miss) dan Kejadian Sentinel pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
Kejadian Sentinel (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan Kejadian Sentinel.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola
pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar disiplin. 5.8. Tersedia sumber daya dan
sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjut dan implementasinya.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang halhal terkait dengan keselamatan pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
24 | P a g e
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Standar SKP I
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi
pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien
yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat
tidur/kamar/ lokasi di puskesmas, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud
sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi
pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses
identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah,
atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya
dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis,
tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau
lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan
penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di puskesmas, seperti di pelayanan
rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa
identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Elemen Penilaian Sasaran I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua
situasi dan lokasi.
25 | P a g e
kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang
sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan
dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan
pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi
gawat darurat di IGD atau ICU.
26 | P a g e
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
Standar SKP V
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan
kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan
kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi
saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali
dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene)
yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi
nasional dan internasional.
Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
yang menyesuaikan atau petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasi petunjuk itu di puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan
dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
Standar SKP VI
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.
Maksud dan Tujuan Sasaran VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam
konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya,
puskesmas perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi
risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap
konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien. Program tersebut harus diterapkan puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan melakukan
asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-
lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan
dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan
risiko pasien cedera akibat jatuh di puskesmas.
27 | P a g e
PRINSIP UMUM PENCEGAHAN INFEKSI
28 | P a g e
PRINSIP UMUM PENCEGAHAN INFEKSI
Basahi tangan dengan air Balurkan sabun ke seluruh Gosokkan telapak dengan
permukaan tangan telapak
Telapak kanan di atas Telapak dengan telapak Bagian belakang jari pada punggung telapak kiri
dengan jari saling telapak dengan posisi dan sebaliknya menyilang saling mengunci
Gosok jempol dengan Kelima jari kanan Bilas kedua tangan gerakan memutar menguncup
digosok dengan air memutar pada telapak kiri dan sebaliknya
Keringkan tangan dengan Gunakan tisu/handuk Tangan Anda kini sudah tisu/handuk bersih dan
tersebut untuk mematikan bersih kering kran, lalu buang/cuci agar tidak digunakan orang lain
29 | P a g e
PRINSIP UMUM PENCEGAHAN INFEKSI
MENGENAKAN SARUNG TANGAN
Gunakan sarung tangan steril atau yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) ketika
melakukan prosedur bedah, menolong persalinan, memotong tali pusat, menjahit luka
episiotomi, dan menjahit robekan perineum.
Gunakan sarung tangan steril yang panjang (sampai menutupi siku) ketika melakukan
plasenta manual atau kompresi bimanual interna.
Gunakan sarung tangan pemeriksaan (non-steril) untuk melakukan pemeriksaan vagina,
memasang infus, memberikan obat injeksi, dan mengambil darah.
Gunakan sarung tangan rumah tangga saat:
Membersihkan alat dan tempat tidur
Mengelola bahan yang terkontaminasi, sampah dan limbah
Membersihkan darah dan cairan tubuh yang berceceran
MELINDUNGI DIRI DARI DARAH DAN CAIRAN TUBUH
Gunakan sarung tangan sesuai petunjuk di atas.
Tutup semua bagian kulit yang tidak intak/utuh dengan bahan tahan air.
Berhati-hati dalam mengelola sampah dan alat/benda tajam.
Kenakan apron panjang yang terbuat dari plastik atau bahan tahan air, serta sepatu bot
karet ketika menolong persalinan.
Lindungi mata dengan mengenakan kacamata atau perlengkapan lain.
Gunakan masker dan topi atau tutup kepala
MEMBUANG SAMPAH TAJAM DENGAN BENAR
Siapkan tempat penampungan sampah tajam yang tidak dapat ditembus oleh jarum.
Pastikan semua jarum dan spuit digunakan hanya satu kali.
Jangan menutup kembali, membengkokkan, ataupun merusak jarum yang telah
digunakan.
Langsung buang semua jarum yang telah digunakan ke tempat penampungan sampah
tajam tanpa memberikannya ke orang lain.
Ketika tempat penampungan sudah tiga perempat penuh, tutup, sumbat, atau plester
wadah tersebut dengan rapat lalu bakar.
30 | P a g e
3. Sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
*DTT adalah metode alternatif jika fasilitas sterilisasi tidak tersedia.
1. DEKONTAMINASI
Rendam instrumen bekas pakai di dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. (lihat BAGAN 3)
1. DEKONTAMINASI
BAGAN 3.
Cara membuat larutan klorin
Larutan klorin dapat dibuat dengan mencairkan produk larutan pemutih pakaian yang
mengandung klorin. Caranya adalah:
l Periksa kepekatan (% konsentrasi) produk klorin yang digunakan
l Campur 1 bagian konsentrat pemutih dengan jumlah bagian air yang dibutuhkan sesuai rumus
dibawah ini:
Contoh:
Membuat larutan klorin 0,5% dari larutan pemutih (klorin 5%)
Jumlah bagian air = (5% / 0,5%) 1 = 10 1 = 9
Larutan klorin 0,5% dapat dibuat dengan menambahkan 1 bagian larutan pemutih (klorin 5%)
dengan 9 bagian air, misalnya 100 ml Larutan pemutih dengan 900 ml air
31 | P a g e
u Saat mencuci alat, kenakan sarung tangan tebal/sarung tangan rumah tangga dan berhati-
hatilah jangan sampai tertusuk instrumen tajam.
u Jika tidak segera dipakai, instrumen yang sudah disterilisasi harus dijaga agar tidak
terkontaminasi.
32 | P a g e
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragamterhadap
kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat timbul dari
lingkungan tempat kerja,proses kerja,cara kerja,alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja.
tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang ditimbulkannya
adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar sehingga
terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pekerjaan
6 Limbah Kimia Limbah berasal dri zat kimia Jika jumlahnya kecil
misalnya formaldehid,zat pengelolaannya sama
rontgen,dll, dengan limbah infeksius.
34 | P a g e
atau lingkugan hidup
iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus
35 | P a g e
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Bakuan Mutu
Mutu pelayanan medik adalah:Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seorang
pasien sebaik-baiknya mealui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan pengetahuan
terkini,sehingga probabilitas outcome yang diharapkan meningkat (IOM 1990)
Pelayanan individual Yang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan perorangan meliputi
;aspek pencegahan primer,pencegahan sekundr,pencegahan tersier berupa rehabilitasi
medik.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan
bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja
bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang
akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab poli.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis
laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab poli Puskesmas.
6. Indikator mutu pelayanan rawat jalan meliputi;
37 | P a g e
17. SK tentang indikator mutu
layanan klinis
Out put
Kematian Ibu akibat 0 %
pendarahan/Eklamsi,Pre Eklamsi
dan Infeksi
Out come
Kepuasan pelanggan 90 %
PROSEDUR-PROSEDUR OBSTETRI
A.1 Induksi Persalinan
A.2 Plasenta Manual
A.3 Aspirasi Vakum Manual
A.4 Dilatasi dan Kuretase
A.5 Perbaikan Robekan Serviks
A.6 Perbaikan Robekan Vagina dan Perineum
A.7 Reposisi Inversio Uteri
A.8 Kompresi Bimanual
A.9 Kondom Kateter
A.10 Pemasangan AKDR Pasca Salin
A.11 Ekstraksi Vakum
A.12 Ekstraksi Cunam
A.13 Persalinan Sungsang
A.14 Versi Luar
A.15 Seksio Sesarea
A.16 Perbaikan Robekan Dinding Uterus
A.17 Jahitan B-Lynch
A.18 Ligasi Arteri Uterina
A.19 Histerektomi Pascasalin
A.20 Salpingektomi pada Kehamilan Ektopik
A.21 Analgesia dan Anestesia dalam Prosedur Obstetri
40 | P a g e
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dalam melaksanakan pelayanan medik
dasar gig di Puskesmas
Keberhasilan pelayanan medik dasar terkait dengan kepatuhan pemberi layanan terhadap standar
dan prosedur yang ditetapkan
41 | P a g e