KERJASAMA INTERNASIONAL
Kelompok 1 (satu) :
2017
A. KERJASAMA INTERNASIONAL
1) Deklarasi Cocoyoc
Earth Summit atau KTT Bumi atau Konferensi Tingkat Tinggi Bumi
memiliki banyak sebutan. Nama resmi konferensi ini adalah Konferensi
Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Lingkungan dan Pembangunan atau dalam
bahasa Inggrisnya United Nations Conference on Environment and
Development (UNCED). Pertemuan ini sering disebut juga KTT Rio.
Pasca perang dunia II, dunia kembali memasuki masa damai yang panjang.
Hampir semua negara fokus menata pembangunan. Ada yang terlupakan dengan
pesatnya pembangunan, yakni masalah lingkungan hidup yang dari waktu ke waktu
kualitasnya makin memburuk. Saat itu terbit sebuah buku berjudul Musim semi
2
yang sepi (Silent Spring) karya Rachel Carson. Buku ini begitu menyentak dan
membuka mata dunia terhadap isu-isu lingkungan.
3
Hasil-hasil KTT BUMI
3) Agenda 21
4
bumi dan pola kepunahan satwa, tumbuhan, tidak hanya terhadap ekologi dunia
tetapi juga kapasitas manusia untuk meningkatkan pendapatan dan menghapus
kemiskinan. Menindaklanjuti hasil-hasil konferensi tersebut, pemerintah Indonesia
menyusun rancangan guna memenuhi persyaratan umum dari prinsip-prinsip
perjanjian lingkungan dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan di Indonesia. Dokumen agenda 21 diharapakan dapat
memberikan peran dan strategi perbaikan lingkungan khususnya akibat kerusakan
lingkungan global oleh terutama aktivitas manusia.
1) Kerjasama internasional
2) Pengentasan kemiskinan
3) Perubahan pola konsumsi
4) Pengendalian kependudukan
5) Perlindungan dan peningkatan kesehatan
6) Peningkatan pemukiman secara berkelanjutan
7) Pemaduan lingkungan dalam pengambilan keputusan untuk pembangunan
5
4) Kyoto Prokol
Sepanjang COP 1 dan COP 2 hampir tidak ada kesepakatan yang berarti
dalam upaya penurunan emisi GRK. COP 3 dapat dipastikan adalah ajang
perjuangan negosiasi antara negara-negara ANNEX I yang lebih dulu
mengemisikan GRK sejak revolusi industri dengan negara-negara berkembang
yang rentan terhadap perubahan iklim. Negara-negara maju memiliki kepentingan
bahwa pembangunan di negara mereka tidak dapat lepas dari konsumsi energi dari
sektor kelistrikan, transportasi, dan industri. Untuk mengakomodasikan
kepentingan antara kedua pihak tersebut Protokol Kyoto adalah satu-satunya
6
kesepakatan internasional untuk berkomitmen dalam mengurangi emisi GRK yang
mengatur soal pengurangan emisi tersebut dengan lebih tegas dan terikat secara
hukum (legally binding).
7
Bagi negara-negara ANNEX I mekanisme-mekanisme di atas adalah
perwujudan dari prinsip mekanisme fleksibel (flexibility mechanism). Mekanisme
fleksibel memungkinkan negara-negara ANNEX I mencapai target penurunan
emisi mereka dengan 3 mekanisme tersebut di atas.
Ada dua syarat utama agar Protokol Kyoto berkekuatan hukum, yang
pertama adalah sekurang-kurangnya protokol harus diratifikasi oleh 55 negara
peratifikasi Konvensi Perubahan Iklim, dan yang kedua adalah jumlah emisi total
dari negara-negara ANNEX I peratifikasi protokol minimal 55% dari total emisi
mereka di tahun 1990. Pada tanggal 23 Mei 2002, Islandia menandatangani
protokol tersebut yang berarti syarat pertama telah dipenuhi. Kemudian pada
tanggal 18 November 2004 Rusia akhirnya meratifikasi Protokol Kyoto dan
menandai jumlah emisi total dari negara ANNEX I sebesar 61.79%, ini berarti
semua syarat telah dipenuhi dan Protokol Kyoto akhirnya berkekuatan hukum 90
hari setelah ratifikasi Rusia, yaitu pada tanggal 16 Februari 2005.
MDGs muncul dari pertemuan para pemimpin dunia yang mempunyai visi
yang sama yaitu memerangi kemiskinan dari berbagai aspek. Dari pertemuan
tersebut terlahirlah 8 Goals atau 8 tujuan, antara lain;
8
Ozone-depleting substances have been virtually eliminated since 1990, and
the ozone layer is expected to recover by the middle of this century.
Zat penghilang ozon telah dieliminasi sejak tahun 1990, dan lapisan ozon
diperkirakan pulih pada pertengahan abad ini.
Terrestrial and marine protected areas in many regions have increased
substantially since 1990. In Latin America and the Caribbean, coverage of
terrestrial protected areas rose from 8.8 per cent to 23.4 per cent between
1990 and 2014.
Kawasan lindung terestrial dan laut di banyak wilayah telah meningkat secara
substansial sejak tahun 1990. Di Amerika Latin dan Karibia, cakupan
kawasan lindung terestrial meningkat dari 8,8 persen menjadi 23,4 persen
antara tahun 1990 dan 2014.
In 2015, 91 per cent of the global population is using an improved drinking
water source, compared to 76 per cent in 1990.
Pada tahun 2015, 91 persen populasi global menggunakan sumber air minum
yang lebih baik, dibandingkan dengan 76 persen pada tahun 1990.
Of the 2.6 billion people who have gained access to improved drinking water
since 1990, 1.9 billion gained access to piped drinking water on premises.
Over half of the global population (58 per cent) now enjoys this higher level
of service.
Dari 2,6 miliar orang yang telah memperoleh akses terhadap air minum yang
lebih baik sejak tahun 1990, 1,9 miliar memperoleh akses terhadap air minum
perpipaan di tempat. Lebih dari setengah populasi global (58 persen) sekarang
menikmati tingkat layanan yang lebih tinggi ini.
Globally, 147 countries have met the drinking water target, 95 countries have
met the sanitation target and 77 countries have met both.
Secara global, 147 negara telah memenuhi target air minum, 95 negara telah
memenuhi target sanitasi dan 77 negara telah bertemu keduanya.
Worldwide, 2.1 billion people have gained access to improved sanitation. The
proportion of people practicing open defecation has fallen almost by half
since 1990.
9
Di seluruh dunia, 2,1 miliar orang mendapatkan akses terhadap sanitasi yang
lebih baik. Proporsi orang yang berlatih buang air besar terbuka hampir
setengahnya sejak tahun 1990.
The proportion of urban population living in slums in the developing regions
fell from approximately 39.4 per cent in 2000 to 29.7 per cent in 2014.
Proporsi penduduk perkotaan yang tinggal di daerah kumuh di daerah
berkembang turun dari sekitar 39,4 persen di tahun 2000 menjadi 29,7 persen
pada tahun 2014.
SDGs
Di bawah ini merupakan salah satu contoh target yang berhubungan dengan
ekologi lingkungan;
Tujuan 13. Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya*
10
13.1 Menguatkan daya tahan dan kapasitas adaptasi terhadap bahaya hal-hal yang
berkaitan dengan iklim dan bencana alam di semua negara
11
Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas
tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
1) Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat.
2) Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan
dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.
3) Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12
bahan kimia beracun, (iii) pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, (iv)
pengeloaan limbah radioaktif, dan (v) pengelolaan limbah padat dan cair.
Untuk keperluan air minum, tujuan MDGs ketujuh antara lain menetapkan
target untuk menurunkan separuh dari proporsi penduduk yang tidak memiliki
akses yang berkelanjutan terhadap air minum yang aman.
Dengan kemajuan yang kita capai hingga saat ini, nampaknya kita hampir
memenuhi target. Namun dalam kenyataannya, untuk dapat mencapai target
minimal air bersih akan sulit. Penyebabnya berbeda-beda antara kawasan
perkotaan dengan pedesaan. Di kawasan perdesaan sistem yang telah terpasang
mencapai 50%, tetapi tidak terpelihara dengan baik.
13
(Sustainable Development Goal/SDG). Indonesia turut mendeklarasikan agenda
pembangunan itu pada 25 September 2015 di New York, Amerika Serikat.
Perbedaan antara MDG dan SDG secara prinsip adalah SDG lebih ambisius
dan lebih sulit pencapaiannya dibandingkan dengan MDG. Jika di dalam MDG
banyak indikator yang hanya membebani target pengurangan hingga
setengahnya, maka SDG justru ingin menuntaskan sebagian indikatornya menjadi
zero goals.
C. KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/iklim_dan_energi/solusikami/neg
otiation_kyoto_p.cfm (diakses pada tanggal 15 Juni 2017)
http://www.id.undp.org/content/indonesia/en/home/sustainable-development-
goals.html (diakses pada 14 Juni 2017)
http://blhd.bantenprov.go.id/upload/005_SUSTAINABLE%20DEVELOPMENT
%20GOALS%202015-2030.pdf (diakses pada 14 Juni 2017)
http://www.undp.org/content/dam/undp/library/corporate/brochure/SDGs_Booklet
_Web_En.pdf (diakses pada 14 Juni 2017)
15