TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture adalah membudidayakan
suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya
Menurut Suryowinoto dan Suryowinoto (1977), dasar teori yang digunakan adalah
teori totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN yang menyatakan bahwa
teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau
dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui
1. Memperbanyak tanaman
2. Eliminasi virus
5. Fusi protoplas
7. Modifikasi genetik
Banyak sekali bagian tanaman yang dapat dikulturkan seperti embrio, tunas, meristem
dan lain-lain. Teknik kultur jaringan didasari oleh konsep totipotensi sel yang artinya total
genetic potential atau setiap sel dari tubuh multisel memiliki potensi memperbanyak diri dan
mata tunas ini merupakan salah satu teknik invitro yang digunakan untuk perbanyakan
tanaman dengan merangsang munculnya tunas-tunas aksilar dari mata tunas yang
dikulturkan. Seperti halnya kultur pucuk, eksplan yang digunakan dalam kultur mata tunas
dapat berasal dari tunas lateral, tunas samping atau bagian dari batang yang mengandung satu
atau lebih mata tunas (mengandung satu atau lebih buku). Dikenal dua teknik kultur mata
tunas yaitu eksplan yang mengandung mata tunas lebih dari satu ditanam secara horisontal di
atas medium padat (teknik invitro layering) atau (2) tiap buku yang mengandung satu mata
tunas dipotong-potong dan ditanam secara terpisah dalam tiap-tiap botol kultur (Luri, 2009).
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik bukan hara, yang dalam
jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan dapat mengubah proses fisiologi
tumbuhan. Fungsi ZPT tersebut adalah untuk merangsang pertumbuhan morfogenesis dalam
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik komplek alami yang disintesis oleh
tanaman tingkat tinggi, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
ZPT yang sering digunakan pada kultur jaringan yaitu auksin dan sitokinin. Jika konsentrasi
auksin lebih besar daripada sitokinin maka akar akan tumbuh, dan bila konsentrasi sitokinin
lebih besar daripada auksin maka tunas akan tumbuh. Interaksi dan perimbangan antara zat
pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen,
Ada lima jeni zat pengatur tumbuh yaitu auksin, sitokinin, giberelin, Inhibitor/asam
absisat dan etilen. ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target
untuk membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara
menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat
mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini dengan
cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan seperti halnya
pada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular seperti mengekspresikan suatu gen,
menghambat atau mengaktivasi enzim, atau mengubah membran. Pengaruh dari suatu ZPT
bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan
tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi
beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Luri,
2009).
Metode Mohr merupakan kunci keberhasilan dalam kultur jaringan. Berikut ini tabel
kombinasi ZPT auksin sitokinin dalam metode Mohr (Mohr dan Schopfer dalam
Hendaryono, 1994) :
Auksin merupakan salah satu ZPT yang sering digunakan dalam kultur jaringan
tanaman dengan dimasukkan ke dalam media tumbuh. Peran fisiologis auksin adalah
mendorong pemanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xylem dan floem, serta
pembentukan akar. Dalam kultur jaringan, auksin diperlukan untuk pembentukan klorofil,
pertumbuhan kalus, suspensi sel morfogenesis akar dan tunas. Auksin sintetis terdiri atas
indole 3 acetic acid (IAA), indole 3 butyric acid (IBA), 1-naphthaleneacetic acid (NAA),
Dodds, J.H. dan L.W. Roberts. 1983. Experiments in Plant Tissue Culture. Cambridge
George, E.F. and P.D. Sherrington. 1984. Plant propagation by Tissue Culture, Handbook
M. 1991. Penerapan
Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan
Hendaryono, Daisy P. Sriyanti dan Wijayani Ari. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Konisius.
Yogyakarta.
coconut (Cocos nucifera L.) zygotic embryos does not induce morphological,