Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian bersar penduduknya bermata


pencaharian di bidang pertanian. Memiliki luas lahan dan sumberdaya alam serta sumberdaya
manusia yang melimpah seharusnya menjadi keuntungan besar untuk Indonesia terus
berkembang. Keadaan iklim tropis yang memungkinkan untuk terus menanam sepanjang
tahun juga merupakan salah satu keuntungan besar yang dimiliki Indonesia. Dengan realita
tersebut sudah sewajarnya para penduduk Indonesia bisa memeroleh kesejahteraan yang lebih
baik, khususnya mereka yang berkecimpung dalam sektor pertanian.

Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 32,38
persen (BPS 2016), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 22.37 persen,
dan jasa kemasyarakatan dan sosial sebesar 15,62 persen. Berdasarkan data ini, sektor
pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah penduduk yang
bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi,
perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi. Data ini juga menunjukkan peran
penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia
memperoleh penghasilan untuk hidup.

Kegiatan pertanian merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban
manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Pertanian pertama kali berkembang sekitar
12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah bulan sabit yang subur di Timur Tengah,
yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga
daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan
adanya budidaya tanaman biji-bijian dan polong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu,
2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es berakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak
dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian.

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup


pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Berdasarkan data BPS
tahun 2014, laju pertumbuhan PDB lapangan usaha bidang pertanian sebesar 3.08 persen
angka tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 0,65 persen sementara
laju pertumbuan PDB tertinggi berasal dari sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar
10,19 persen. Sedangkan di Provinsi Yogyakarta sendiri share PDRB sektor pertanian pada
tahun 2013 sebesar 0,242 persen dari total PDRB Provinsi Yogyakarta dimana share PDRB
terbesar justru dari sektor Perdagangan dan Perhotelan sebesar 24,87 persen dari total PDRB.

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri dan sumber energi. Kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami sebagai
budidaya tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak. Pertanian adalah
suatu bentuk produksi yang khas, yang didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan
hewan. Petani mengelola dan merangsang pertumbuhan tanaman dan hewan dalam suatu
usaha tani, dimana kegiatan produksi merupakan bisnis, sehinggga pengeluaran dan
pendapatan sangat penting artinya. Mosher (1966)

Usaha pertanian memiliki dua ciri penting:


a. selalu melibatkan barang dalam volume besar.
b. proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi.

Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu
dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern telah mengurangkan dari pada
sistem pertanian, misalnya budidaya alga dan hidroponika.

Terkait dengan pertanian, maka dikenal dengan beberapa istilah,yaitu:


a. Usaha Tani adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya
(tumbuhan maupun hewan).
b. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani.
c. Peternak adalah pembudidayaan hewan ternak.
Cakupan dari obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman
(termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan
perikanan. Penggolongan ini dilakukan berdasarkan objek budidayanya yaitu:

a. Budidaya tanaman, dengan obyek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang
diolah secara intensif,
b. Kehutanan, dengan obyek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan
yang setengah liar.
c. Peternakan, dengan obyek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata
kecuali ikan dan amfibia).
d. Perikanan, dengan obyek hewan perairan (ikan, amfibia dan semua
nonvertebrata).

Dari sudut keilmuan, semua objek pertanian sebenarnya memiliki dasar-dasar yang sama
karena pada dasarnya usaha pertanian adalah kegiatan ekonomi. Dasar-dasar usaha pertanian
tersebut meliputi :
a. Pengelolaan tempat usaha.
b. Pemilihan bibit.
c. Metode budidaya.
d. Pengumpulan hasil.
e. Distribusi.
f. Pengolahan dan pengemasan.
g. Pemasaran.

Dalam sektor pertanian di Indonesia, sub sektor tanaman pangan merupakan sub sektor
yang pokok dalam menunjang PDB di Indonesia, dimana tanaman pangan adalah segala jenis
tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi manusia.
Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman utama yang dikonsumsi manusia
sebagai makanan untuk memberikan asupan energi bagi tubuh, umumnya tanaman pangan
adalah tanaman yang tumbuh dalam waktu semusim.

Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia,
kebutuhannya akan konsumsi tanaman pangan (padi) sehari-hari sangatlah tinggi.
Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia menyebabkan peningkatan dalam konsumsi hasil
padi di Indonesia. Namun lambat laun sering terjadi pengalihan fungsi lahan pertanian
menjadi lahan industri yang meyebabkan berkurangnya lahan panen padi sawah. Hal
tersebut membuat berkurangnya produksi padi sawah di Indonesia dan akan mempengaruhi
tingkat kesejahteraan petani padi sawah.

Salah satu alat ukur daya beli petani yang mencerminkan tingkat kesejahteraan petani,
telah dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan diformulasikan dalam bentuk Nilai
Tukar Petani (NTP). Indeks nilai tukar petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang
dapat dipakai untuk melihat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani merupakan salah satu
indikator yang biasa digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan petani di daerah pada
tahun tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut, guna mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi NTP maka dilakukanlah penelitian untuk mengetahui variable-variable yang
berpengaruh terhadap Nilai tukar Petani padi sawah di Indonesia.

Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016


LAMPUNG 111,8 117,29 124,58 124,77 102,3 103,2 103,68
YOGYAKARTA 110,29 113,89 116,5 116,98 103,44 100,4 103,94
BANTEN 100,33 103,5 107,66 110,51 105 105,42 106,61
Tabel 1.1 Data BPS Nilai Tukar Petani menurut Provinsi tahun 2010-2016

Menurut data yang diperoleh BPS RI, pada periode tahun 2010 hingga 2016 Provinsi
Daerah istimewa Yogyakarta berada di peringkat dua yang memiliki nilai tukar petani paling
tinggi di Indonesia. Namun apabila ditinjau dari sektor yang lebih khusus, dari NTP tanaman
pangan di Provinsi Yogyakarta menempati peringkat tiga tertinggi di Indonesia setelah
provinsi Lampung dan Sumatra Selatan.

140
120
100
80 Lampung

60 Yogyakarta
40 Banten
20
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 1.1 Nilai Tukar Petani menurut Provinsi tahun 2010-2016


1000000

800000

600000
Produksi (Ton)
400000

200000

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Gambar 1.2 Produksi Padi(Ton) provinsi Yogyakarta periode 2005-2014

Apabila ditinjau dari segi produksi, menurut data yang diperoleh BPS RI, pada periode
tahun 2005 hingga 2014, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan
secara signifikan walaupun Luas Lahan mengalami penurunan dari tahun 2005 hingga 2014.
Meski Luas Lahan mengalami penurunan tetapi Luas Panen di Provinsi Yogyakarta terus
meningkat selama periode 2005 hingga 2014.

Luas Lahan (Hektar)


58000
57000
56000
55000 Luas Lahan (Hektar)
54000
53000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Gambar 1.3 Luas Lahan (Hektar) provinsi Yogyakarta periode 2005-2014


180000
160000
140000
120000
100000
80000 Luas Panen (Hektar)
60000
40000
20000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Gambar 1.4 Luas Panen (Hektar) provinsi Yogyakarta periode 2005-2014

Dengan luas lahan yang hanya sebesar 55.000 hektar(pada tahun 2014) dan produksi
padi sawah sebesar 945.000 ton(pada tahun 2015) dapat menjadikan Provinsi Yogyakarta
salah satu Provinsi dengan petani yang paling sejahtera di Indonesai dengan asumsi NTP
yang tinggi sebagai indikator kesejahteraan petani yang semakin tinggi pula. Dengan
modal(dalam hal ini luas lahan) yang kecil namun Provinsi Yogyakarta bisa mempunyai NTP
yang tinggi, menjadi alasan atau dasar pengambilan keputusan mengapa penelitian ini akan
dilakukan di Provinsi Yogyakarta.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas, hal-hal yang menjadi dasar masalah antara lain :
dengan segala kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia serta dengan iklim
tropis yang mendukung, Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman padi sawah masih rendah.
Dan dapat diartikan bahwa penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani di
Indonesia masih belum sejahtera.

Di Provinsi Yogyakarta yang mempunyai nilai tukar petani (NTP) tertinggi di


Indonesia ingin diketahui faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingginya nilai tukar
petani di Provinsi tersebut pada periode 2000 hingga 2016 dengan menggunakan metode
Regresi Linear Berganda Data Panel sehingga dapat dijadiakan acuan untuk provinsi lain
dalam meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) nya serta dalam arti lain meningkatkan
kesejahteraan penduduknya yang berkerja sebagai petani terutama petani padi sawah.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Yogyakarta
periode 2000-2016.
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP)
di Provinsi Yogyakarta periode 2000-2016.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang kenapa melakukan penelitian


ini, perumusan masalah yang terjadi, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup
penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah memuat apa. Kenapa dan
bagaimana masalah dalam penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi
serta beberapa literature review yang berhubungan dengan penelitian, kerangka pikir dan
hipotesis penelitian. Didalamnya juga dijelaskan tentang teori dari terapan atau
metode/model yang akan digunakan sesuai teori.

BAB III PEMBAHASAN Memuat metodologi, metode analisis yang memuat tahapan
analisis yang mengacu pada metode/model yang digunakan sesuai dalam BAB II.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN menjelaskan hasil pengolahan data berupa


tabel atau grafik yang sudah disesuaikan dengan format penulisan, disertai dengan
pembahasan yang bertujuan untuk menjawab tujuan masalah.

BAB V PENUTUP berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan hasil analisa
dan optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai