Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI

PADA BAYI BARU LAHIR


RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH
KOTA METRO
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH
Nomor : /SK Dir/RSBA/XII/2014

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR


RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH

DIREKTUR RSB ASIH,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di


Rumah Sakit Bersalin (RSB) Asih perlu di dukung
dengan pelayanan medis yang bermutu bagi pasien;
b. bahwa salah satu pelayanan medis yang cukup
penting di Rumah Sakit adalah pelayan resusitasi pada
bayi baru lahir;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di
maksud dalam huruf a dan b diatas perlu menetapkan
Keputusan Direktur RS Bersalin Asih tentang Panduan
Pelayanan Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir

Mengingat : 1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tenteng Kesehatan


2. Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129
/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

KESATU : Pemberlakuan Panduan Pelayanan Resusitasi RS Bersalin


Asih
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
Ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Metro
Pada Tanggal : 2014
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


NKP. 1312 2011 001
PELAYANAN RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR

BAB I
DEFINISI

Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang


adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.
Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan
kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya
fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak.
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi sistem
pernafasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu sedemikian rupa
agar kembali normal seperti semula.
Resusitasi mengandung arti harfiah menghidupkan kembali, yaitu
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode
henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas
dua komponen utama yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut
(BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung
dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan
jantung dan menjamin ventilasi yang adekuat. Tindakan ini merupakan tindakan kritis
yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem
pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh
ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 6 menit).
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin
dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro,
1999).
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera
sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup. Resusitasi pada anak yang mengalami
gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang
kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis.
Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk
memenuhi kebutuhan pasien kritis.

BAB II
RUANG LINGKUP

Tujuan pelayanan resusitasi


1. Memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
2. Untuk oksigenasi darurat
3. Mempertahankan jalan nafas yang bersih
4. Membantu pernapasan
5. Membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan
6. Untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan O2
7. Memberikan ventilasi yang adekuat
8. Membatasi kerusakan serebi
9. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen
kepada otak, jantung dan alat alat vital lainnya
10. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri
11. Mencegah berhentinya respirasi dan sirkulasi
12. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
13. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi (fungsi jantung) dan ventilasi
(fungsi pernafasan/paru) dari korban yang mengalami henti jantung atau henti
nafas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP)
14. Untuk oksigenisasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan
jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung
dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal
15. Menyelamatkan nyawa korban
16. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

Indikasi melakukan resusitasi


1. Henti nafas (Apneu)
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan
baik di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan
memberikan suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akan lebih
cepat dari pada keadaan normal. Bila perlangsungannya lama akan memberikan
kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2,
kemudian mempengaruhi SSP dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah
yang dikenal sebagai henti nafas.
2. Henti jantung (Cardiac Arrest)
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas, maka
oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat
berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest).

Kondisi yang memerlukan resusitasi


1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang
jatuh ke posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu
misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat,
dan sebagainya
3. Kerusakan neurologis.
4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf
pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan / sirkulasi.
5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika
terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.
Tanda-tanda resusitasi perlu dilakukan
1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya
pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan
perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi
normal biasanya 30 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian
selanjutnya.
2. Denyut jantung frekuensi
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak
teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan
cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat.
Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut
jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10
=frekuensi denyut jantung selama 1 menit)
Hasil penilaian :
a. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan
menilai warna kulit.
b. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi
indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
3. Warna kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau
bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya
kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan.
Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena
peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang
dingin.

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam resusitasi


1. Tenaga yang terampil, tim kerja yang baik.
2. Pemahaman tentang fisiologi dasar pernapasan, kardiovaskular, serta proses
asfiksia yang progresif.
3. Kemampuan / alat pengaturan suhu, ventilasi, monitoring.
4. Obat-obatan dan cairan yang diperlukan.
Rumus ABC resusitasi
Pada Keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernapas dan diedarkan
dalam aliran darah ke seluruh tubuh. Bila proses pernapasan dan peredaran darah
gagal, diperlukan tindakan resusitasi untuk memberikan oksigen ke tubuh. Tindakan
ini didasarkan pada 3 pemeriksaan yang disebut langkah-langkah ABC resusitasi:
Airway (saluran napas), Breathing (bernafas), dan Circulation (peredaran darah).
Untuk orang yang tidak sadar, ikuti urutan ABC sebelum memberikan pertolongan
lain Buka saluran napas, usahakan agar si pasien bernafas, dan periksa kelancaran
peredaran darahnya dari denyut nadi atau petunjuk lain seperti kewajaran warna
kulitnya. Bila pasien tidak bernafas, segera berikan pernapasan bantuan untuk
meniupkan oksigen ke tubuhnya. Bila tidak ada denyut atau tanda peredaran darah
lalin, segeralah lakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation; resusitasi jantung-
paru).
1. Airway
Untuk membuka saluran napas, letakkan satu tangan di dahi pasien, dan dua jari
tangan di bawah dagunya. Dengan lembut dongakkan kepalanya dengan
menekan dahi sambil sedikit mendorong dagu pasien.
2. Breathing
Memeriksa ada tidaknya napas, dengarkan bunyi napasnya atau rasai dengan pipi
anda sampai 10 detik. Bila tak ada tanda bernafas, mulailah pernapasan buatan.
3. Circulation
Untuk memeriksa peredaran darah, raba denyut nadi dengan dua jari selama 10
detik. Untuk bayi rabalah denyut brakhial di bagian dalam lengan. Untuk orang
dewasa atau anak-anak, raba denyut karotid di leher di rongga antara
trakhea(saluran udara)dengan otot besar leher. Periksa tanda-tanda lain
peredaran darah, misalnya kewajaran warna kulitnya. Bila tak ada tanda-tanda
peredaran darah, segera lakukan CPR.

Keberhasilan resusitasi tergantung kepada :


1. Keadaan miokardium
2. Penyebab terjadinya henti jantung
3. Kecepatan dan ketepatan tindakan
4. Mempertahankan penderita di perjalanan ke rumah sakit
5. Perawatan khusus di rumah sakit
6. Umur (tetapi tidak terlalu menentukan)

BAB III
TATA LAKSANA

Hal yang mendasari dilaksanakannya resusitasi pada bayi baru lahir adalah
terjadinya asfiksia. Tiga kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia yaitu
kurangnya oksigenasi sel, retensi karbondioksida yang berlebihan, dan asidosis
metabolik. Kombinasi dari ketiga hal tersebut menyebabkan kerusakan sel dan
lingkungan biokimia yang tidak coock dengan kehidupan.
Resusitasi pada bayi baru lahir ( BBL ) bertujuan untuk memulihkan fungsi
pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya
tanpa gejala sisa di kemudian hari. Kondisi ini merupakan dilema bagi penolong
tunggal persalinan karena disamping menangani ibu bersalin, ia juga harus
menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia.

1. Persiapan keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta
persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan
dan melakukan tindakan yang diperlukan.

2. Persiapan tempat resusitasi


Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan
ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih
dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang
rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di
dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin
(jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam
berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu
menjelang kelahiran bayi.

3. Persiapan alat resusitasi


a. Sarung tangan (handscoon)
b. Tiga lembar handuk atau kain bersih dan kering
c. Bahan ganjal bahu bayi, berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil/bantul
kecil
d. Alat penghisap lendir delle DTT atau bola karet bersih dan kering
e. Tabung dan sungkap atau balon atau sungkup neonatal
f. Kotak alat resusitasi
g. Jam atau pencatat waktu
h. Alat penghantar udara / oksigen
i. Stetoskop

4. Prosedur
a. Cuci tangan
b. Gunakan handscoon
c. Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk
memulai bernafas
d. Minta keluarga mendampingi ibu (memberi dukungan moral, menjaga dan
melaporkan kepada penolong apabila terjadi perdarahan).
e. Jaga bayi tetap hangat
f. Alat pemancar panas telah diaktifkan sebelumnya sehingga tempat meletakkan
bayi sudah hangat
g. Letakkan bayi diatas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum
h. Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
i. Pindah bayi keatas kain ditempat resusitasi
j. Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas tubuh
k. Kepala bayi dikeringkan dengan menggunakan handuk dan selimut hangat
(apabila diperlukan penghisapan mekonium, dianjurkan menunda pengeringan
tubuh yaittu setelah mekonium dihisap)
l. Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
m. Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi, sehingga bahu terangkat sampai 1
inci (2-3 cm)
n. Kepala bayi dimiringkan agar cairan berkumpul dimulut dan tidak difaring
bagian belakang
o. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir dimulut sedalam <5 cm dan
kemudian hidung (jangan melewati cuping hidung/jangan >3 cm kedalam
hidung). Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam karena akan menyebabkan
denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti nafas.
p. Apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan
penghisapan dari trakea dengan menggunakan pipa endotrakea (pipa et)
q. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan,. rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernafas
atau tetap bernafas dengan baik
r. Lakukan rangsangan taktil dengan cara : menepuk atau menyentil telapak kaki
kemudian menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak
tangan penolong
s. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi, tapi bagian muka dan dada
tetap terbuka agar bisa memantau pernafasan bayi
t. Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru
u. Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi
v. Bereskan peralatan dan cuci tangan

BAB IV
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai